19: Nemesis and... Nate's Brother?

Hi... 2k words ni.

---

Heavenly Feels 19: Her Nemesis and Nate's brother..?

"Come on, Hyora! Apakah kau tak bosan?" Gerutu Nate. Aku menatapnya sekilas, lalu kembali fokus dengan berkas berkas tentang Across The Stars juga debut Gianna.

"Aku sibuk. Dan kau seharusnya beristirahat bukan?" Ucapku datar. Ya, Nate baru saja di izinkan keluar dari rumah sakit seminggu yang lalu. Dan sekarang ia sudah berada di Heavenly Feels.

"Aku. Bosan," Omelnya. "Lagi pula kau bekerja seperti orang gila! Seakan jika kau tak berhenti bekerja kau akan benar benar gila!" Yes, you're right, Nate. Jika aku berhenti sekarang, aku akan kembali teringat dengan dia.  Dan aku sudah berjanji bahwa aku takkan bersedih lagi.

"Urgh, Nate! Aku benar benar sibuk sekarang. You can be here, but dont annoy me. Jebal...." Ucapku lembut. Nate menatapku kesal, namun ia mengangguk setuju. Dan tak berlangsung lama karena lelaki itu melanjutkan celotehannya.

"Anyway Hyora! Aku tak pernah mengerti apa yang ada di pikiran Kakakku. Kau tahu, kali ini ia menjalin hubungan dengan siapa? Marianne Fucking Wilson!!!" Ucapnya yang berhasil menghentikan kegiatanku. Aku tertawa sinis, sudah lama aku tak mendengar nama itu. Bahkan dari sepupunya, Joanna, yang kelihatannya juga amat membenci wanita itu.

"Dari mana kau tahu? Bisa saja itu Wilson yang lainnya." Hiburku. Aku tahu betapa ia, maksudku kami, membenci gadis itu. Walaupun Joanna, sepupu Marianne, adalah sahabat kecil Nate. Nate menggeleng dan mengusap wajahnya kasar sebelum menatapku dengan wajah seriusnya.

Dan jujur, wajahnya saat ini sangat membuatku berjuang keras untuk tidak tertawa.

"Aku bersumpah yang dikencaninya adalah jalang itu, Lee Hyo Ra. Bahkan, ku dengar dari Bradden, Tiffany dan kakakku bertengkar hebat karena itu. Dan setahuku, setidaknya sebelum kecelakaan sialan itu, Tiffany dan Nick sangat dekat." Aku menegang. Mendengar namanya saja membuatku seperti ini. Padahal yang disebutnya adalah kakaknya, Kevin. Ia memang memanggil kakaknya dengan panggilan Nick, yang ku ketahui adalah nama tengah mereka berdua.

Mungkin aku terlalu sensitif. Hanya saja aku belum sanggup melepaskan nama itu dari pikiranku. Dan mirisnya, tak ada seorang pun yang tahu bagaimana perasaanku saat ini.

Aku terdiam cukup lama hingga tak sadar, Bree sudah masuk ke ruanganku.

"Maaf, apakah aku mengganggu? Aku hanya ingin meminta izin untuk pulang lebih awal hari ini, bolehkah?" Ucapnya. Nate tampak sedang melakukan scanning pada Bree, terlihat dari matanya yang menatap gadis didepanku dari atas ke bawah, sambil menganggukan kepalanya. Entahlah, aku tak perduli.

"New part time job? Or what?" Tanyaku curiga. I mean, she already took so many jobs recently. Bree menggeleng namun aku masih menatapnya tajam.

"Bukan, bukan. Haha. Malam ini restoran tempatku bekerja, kau tahu... The View, yang sering sekali kau kunjungi bersama Bradden dan Kazu, mendapat reservasi dari The Royale. Jadi kami harus bersiap siap." Jelas Bree, aku mengangguk mengerti dan tanpa bertanya lagi aku mengizinkannya untuk pulang lebih awal.

"Jadi, sejak kapan kau memiliki pegawai yang tak kalah cantik dan seksi dari Triple Fallen Angel?" Yeah, here we go again. Welcome back my pervert best friend, Jonathan Kennedy, everyone.

---

Aku terus menggerutu sepanjang perjalanan menuju hotel, sementara ketiga lelaki ini hanya pura pura menulikan pendengarannya.

Oh ya, mereka menculikku ke gala dinner keluarga besar mereka. Mereka yang ku maksud adalah keluarga Hudson, Kennedy, Evans, Lincoln, Madison, Matsumoto, Smith, Alexander Royal Family, Geraldine Royal Family, Carter, Anderson, juga Lee.

Gala dinner yang setiap tahun diadakan, yang baru kali ini kami, para anak anak, di ikutsertakan. Berhubung Lee yang lainnya sudah berada disurga, malam ini aku adalah Lee Hyo Ra. Gala ini sebenarnya bukan acara formal, karena sebenarnya hanya dinner biasa yang sudah orang tua kami lakukan sejak mereka masih kuliah. Dan akhirnya menjadi kebiasaan ditambah mereka adalah orang orang paling berpengaruh di dunia.

Kenapa aku berkata mereka menculikku? Oh tentu saja, sebenarnya aku berniat untuk tak mengikuti gala dinner. Aku bukan bagian dari mereka, walaupun keluargaku bahkan keluarga angkatku adalah bagian dari mereka. Jadi saat mereka bertiga datang menjemputku, dan aku masih mengenakan piyama mereka langsung menarikku dan membawa ku ke salah satu butik yang ku ketahui milik Evans.

"Lagipula, apa yang ingin kau lakukan jika kau tak bergabung bersama kami? Berjalan jalan di taman, lalu menangis seperti yang biasa kau lakukan?" Aku menatap Brad tajam. Lalu memukul pundaknya keras. Sangat keras. Walaupun ucapannya tak salah, tetap saja, artinya selama ini ia selalu mengikutiku.

"Its not of your business, asshole!" Ucapku. Brad hanya memutar bola matanya lalu mengangkat kedua tangannya.

"Okay, okay! Chill, Hyora! Kau terlalu banyak mengomel hari ini." Brad menggerutu, dan aku tak perduli. Aku kembali menatap jendela, its been two month since he's gone.

And its been months since i pretended that im okay. When im actually not. Karena aku tahu apapun yang aku lakukan percuma. Ketiga lelaki ini, bahkan kedua putri itu benar benar mengawasi ku secara ketat. Setidaknya satu dari mereka selalu menempel padaku setiap saat, seakan mereka tahu apa yang akan ku lakukan ketika aku sendiri.

Aku menutup mataku, mencoba mengingat wajah yang sudah mulai memudar di pikiranku. Dan aku cukup beruntung karena kali ini, tak ada air mata yang membasahi pipiku.

---

"Do you wanna do date with me?" Tanya Nicholas pada gadis yang sedang bermalas malasan di sofa ruang tengahnya.

Hyora menoleh, sedikit terkejut. Atau mungkin banyak terkejut karena gadis itu bangkit dari tidurnya saat menatap Nicholas.

"D-date?" Ucap Hyora tak yakin. Pipinya merona dan ia tak kuasa menahan senyumnya. Nicholas mengangguk sebagai jawaban. Dengan cepat Hyora berlari ke kamarnya meninggalkan Nicholas yang tertawa melihat tingkah menggemaskan gadisnya itu.

Tak lama menunggu, Hyora kembali dengan mengenakan halter neck putih dan highwaist jeans dan ankle boots hitam. Wajahnya sangat menunjukkan bahwa ia bahagia. Nicholas tak bisa untuk tak tersenyum melihat Hyora yang sekarang berjalan ke arahnya.

"Jadi kemana kita akan pergi?" Tanya Hyora antusias. Ia tak pernah merasa seantusias ini sejak kepergian orang tuanya.

"Ke atap gedung ini." Lalu dengan cepat Nicholas menghilang membuat Hyora merenggut kesal karena ia masih harus menunggu lift yang membawanya ke atap gedung, sementara Nicholas dengan mudahnya tiba di sana.

Namun, kekesalannya menguap saat ia tiba di atap gedung. Berganti dengan senyuman lebar, ketika melihat atap gedung tempat dimana ia menghabiskan waktu sendirian, berubah menjadi theatre kecil dengan tenda juga kasur kecil di tengah tengahnya.

"What kind of date is this?" Ucap Hyora sambil tertawa kecil menahan senyuman lebar di wajahnya yang saat ini memerah.

"Surprise???" Ucap Nicholas sambil meringis, karena berpikir bahwa gadis itu tak menyukai kejutannya. "Aku meminta bantuan temanku saat menyusun ini semua. Maaf jika kau tak menyukainya."

"You gotta be kidding me!" Balas Hyora. "I love this so much! Aigo, this is too much, Nick!!!"

---

"Hyora! Come on, kita sudah sampai. Kau terus melamun sejak tadi, apa yang kau pikirkan?" Brad menepuk pela bahuku, membuatku tersadar dari lamunan bodohku. Aku menoleh ke arahnya lalu tersenyum tipis, dan keluar dari mobil milik Kazu.

Brad langsung berlari menghampiri Kazu dan Nate dan membisikkan sesuatu pada mereka, sambil melirikku. Pasti si bodoh itu membicarakanku.

Dengan kesal aku melangkahkan kakiku ke arah mereka dan memukul kepala ketiga lelaki yang telah ku anggap seperti oppa ku dengan sepenuh hati, membuat mereka meringis sekaligus mengumpat.

"Yaa! Jugeullae?! Mengapa kalian meninggalkanku di belakang sana? Sudahlah!" Aku mengumpat sambil berjalan meninggalkan mereka. Biarkan saja tiga lelaki bodoh itu. Mereka mengikutiku tepat di belakangku ternyata, tak berani berdiri di sampingku.

"Sudah ku bilang bukan?"

"Semakin hari ia semakin kasar, sepertinya ia terlalu banyak bergaul dengan Tiff, dude."

"Hey! Bahkan Mayucchi lebih kasar daripada Tiff sekarang. Kau saja yang belum sempat melihat mereka."

Brengsek. Lihat saja nanti akan ku adukan mama dan okaa. Beraninya mereka menjelek-jelekkan ku. Aku menghentakkan kakiku lebih keras dan berjalan makin cepat. Tak perduli Christian Louboutin special limited edition, yang merupakan kado natal dari si brengsek Brad, akan rusak karena aku menghentakkan kakiku terlalu keras.

"Becky!!!" Suara lelaki yang memanggilku membuatku menoleh ke arah kanan. Aku tersenyum saat melihat Dean berjalan menghampiriku.

"Whoa... look at you! You look so pretty tonight! Dan hey, kenapa dengan kalian, dude? Kalian terlihat makin menyebalkan." Ejek Dean pada ketiga lelaki bodoh di belakangku dan terkekeh. Aku ikut terkekeh lalu mencium pipi Dean.

Dean merangkul ku dan membawaku masuk ke dalam ruangan. Gila saja mereka, maksudku, aku tahu keluarga kami sangat amat berada. Dan ku kira acaranya berada di salah satu conference room mengingat hanya sekitar 50 undangan. Tapi ini, mereka menyewa grand ballroom the Royale! Aku menggeleng frustasi melihatnya, namun tak berkomentar apapun.

Begitu aku memasuki ruangan ini, aku langsung mencari mama Pat dan papa Will. Namun aku tetap berada dalam rangkulan Dean, ku rasa ia tak akan melepaskan rangkulannya.

"Ku dengar kau sempat masuk rumah sakit dua bulan lalu?" Tanya Dean. Aku hanya mengangguk menanggapinya.

"Maaf aku tak sempat menjengukmu. Dan aku bahkan sangat terkejut mengetahui bahwa Jonathan masih hidup." Kekehnya.

"Akupun sama terkejutnya denganmu, ternyata kakaknya dan juga Joanna terlalu pintar menyembunyikannya." Dean terlihat terkejut saat aku menyebutkan nama Joanna.

"Jala-- eh, maksudku gadis itu tahu?" Aku mengernyit. Mengapa mereka menyebut Joanna jalang? Apa Jo pernah melakukan kesalahan pada kelompok Dean?

"Dia bukan jalang, Deandro! Sekali lagi kau menyebut Jo seperti itu, aku tak akan lagi berbicara denganmu. Dan ya, Jo yang memberitahu ku tentang Nate." Ucapku. Dean terlihat salah tingkah dan menunjukkan wajah menyesal. Ia meminta maaf dan tak mengeluarkan suara sekalipun hingga kami tiba di meja yang berisi kelompoknya, juga Kazu dan Nate.

Aku dan Dean bertanya tanya saat melihat Tiff memerah menahan emosi, juga Brad dan Flo yang menahan gadis itu. Walaupun sama terlihat menahan emosinya.

"Biar ku bunuh si brengsek itu! Untuk apa dia membawa jalang itu ke sini?! Apa yang akan di katakan oleh mommy-mu nanti, Jo! Ku rasa ia kehilangan otaknya, apa dia lupa ucapan terakhirnya sebelum ia pergi kemarin?!" Whoa, ada apa ini? Tiff benar benar emosi. Bahkan mengumpat. Aku yakin jika ibunya mendengar, ia akan langsung di pulangkan ke Hagreba.

"Vanilla, attitude!!!" Sentak Trevor. Tiffany hanya melirik kakaknya tajam.

"Fuck with attitude! Sekarang dimana Kevin bodoh itu?!" Jika saja aku hanya berdua dengan Tiff, aku pasti akan tertawa kencang saat ini. Tiff adalah satu satunya pengalih dari masalahku sekarang.

Aku menghampiri Tiff dan iapun langsung tersenyum lebar. Seakan lupa dengan amarahnya beberapa saat yang lalu.

"Hey, Rara! Ku pikir kau tak kesini?" Rara? Aku mengernyit mendengar panggilan baru yang di berikan oleh Tiff sekaligus kagum dengan cepatnya perubahan mood nya.

"Oh- hei Tiff. Aku sudah akan melakukan itu jika saja tiga manusia bodoh itu tak menculikku." Ucapku sambil menatap Brad yang sekarang sedang tersenyum polos ke arahku.

Akhirnya Tiff melupakan emosinya hingga tak disangka Flo berhenti tertawa dan menajamkan tatapannya. dari auranya, ia seakan siap meledakan amarahnya. Kami tersadar bahwa mereka telah tiba, my nemesis and Nate's brother. Aku memutar badanku karena penasaran dengan sulung keluarga Kennedy, yang tak pernah sempat kukenal sejak awal aku berteman dengan Jonathan Kennedy.

Dan yang ku dapat adalah...

Aku menjatuhkan gelas wine yang masih terisi penuh, dan aku tak perduli karena yang kulihat saat ini adalah Marianne Wilson dan...






Nicholas?

---

Sekarang update sesuka hati gue aja ya. Gaada yang baca ini juga hahaha. Untung gak gue unpublish semua nih cerita.

Dah ah bye.

Xoxo,

18th of Feb 2017

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top