18: Secret of Her Childhood House
Heavenly Feels 18: Secret of Her Childhood House
"Anyway, Hyora. Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Kazuomi yang nyatanya mengikutiku. Pertanyaannya menjelaskan mengapa para pelayan di rumah ini menatapku terkejut, namun senang. Karena akhirnya aku menginjakkan kakiku lagi disini. Setelah sekian tahun berlalu.
"Ada sesuatu yang ku butuhkan. Kau bisa membantuku, jika kau mau." Kataku membuat Kazu akhirnya berhenti menggangguku dengan pertanyaan pertanyaannya.
Tak lama seseorang menghampiriku, dengan wajah bahagia. Aku membalas senyumannya, lalu beranjak untuk segera memeluknya.
"Ahjumoni..." Sapaku dalam pelukan Maria, kepala pelayan berdarah latin di rumah keluargaku yang sudah berada disini sebelum aku lahir.
"Ya Tuhan, Hyora akhirnya kau kembali. Dasar anak nakal!" Omelnya padaku. Aku terkekeh kecil hingga tak sadar bahwa Kazu sudah berjalan masuk terlebih dulu ke dalam. Setelah bercengkrama dengan Maria, aku berjalan menuju lantai 3, tempat dimana kamarku berada.
Aku memasuki kamar yang kutempati hingga aku berumur 16 tahun. Tak ada yang berubah dari kamar ini sejak aku memutuskan untuk meninggalkannya, hanya sedikit lebih rapi tanpa adanya pakaian yang berceceran, kertas kertas yang penuh dengan coretan lirik lagu maupun resep resep yang bertumpuk berantakan di lantai, juga pemiliknya yang akhirnya kembali ke dalam kamar ini.
Aku berjalan mendekati meja belajarku, untuk memastikan bahwa semua masih sama. Dan nyatanya, bingkai foto yang sengaja ku baringkan, sudah berdiri kokoh di meja ini.
Foto keluargaku, keluarga bahagiaku. Yang direnggut dengan kejamnya oleh Tuhan yang menciptakan takdir yang begitu kejam untukku.
Ku lihat di dinding, kumpulan foto ku, Kazu, Brad, juga Nate masih terpajang disana. Aku tersenyum melihatnya, mengingat betapa indahnya masa SMA sebelum kecelakaan sialan itu menimpa Nate.
"Wow, kau masih menyimpannya." Aku berbalik dan melihat Kazu yang sedang menatap dinding yang penuh dengan foto kami, sambil memakan coco pops dari mangkuk yang ukurannya cukup besar.
"Kau pikir aku akan membuangnya?" Ucapku sarkas, ia hanya mengendikkan bahu lalu menyuapkan sereal ke mulutnya.
"Anyway, apa yang kau cari?" Tanya nya, mengingatkanku dengan tujuan awalku memberanikan diri ke rumah ini.
"Aku mencari sesuatu yang dimiliki oleh ibuku." Jawabku sambil melangkah keluar dari kamarku, kembali mencari Maria atau siapapun.
---
Sudah sekitar satu jam aku berada di dalam perpustakaan ini bersama Kazu, aku tak menyangka bahwa ruangan ini tak sekecil yang ku bayangkan.
Baik aku maupun Kazu, sudah beberapa kali mengeluh mencari sesuatu di tumpukkan buku buku lama ini. Tanpa tahu apa yang sebenarnya kami cari.
"Apa aku perlu menghubungi Bradden? Ia sedang berada dirumah keluarganya seingatku." Ah ya, apakah aku sudah bercerita bahwa manor milik keluargaku berada diantara mansion milik keluarga Lincoln dan juga keluarga Matsumoto? No wonder we can be best friend since as long as i can remember.
"Tak perlu menghubungiku, karena aku disini sekarang." Kami menoleh kearah pintu dan melihat Brad dengan senyuman bodohnya berdiri disana. Jangan lupakan Tiffany yang akhir akhir ini selalu menempel padanya. "Apa yang kalian lakukan disini? Apa kalian sedang melakukan sesuatu yang menyenangkan tanpaku?" Lanjut Brad menyelidik.
Aku memutar bola mataku dan memilih untuk mengabaikan Brad. Hingga ku dengar Kazu memberitahu apa yang kami lakukan, dan Tiff yang tiba tiba menghampiriku.
"Apakah kau akan percaya jika ku katakan denah perpustakaan keluargamu sangat mirip dengan milik seseorang yang pernah ku ceritakan padamu waktu itu?" Ujar Tiff. Aku mengernyitkan dahiku saat menatapnya, berharap ia akan menjelaskan ucapannya.
"Jika apa yang kau cari adalah sesuatu yang pernah ku lihat beberapa tahun lalu, aku akan mencoba apakah ini akan berhasil atau tidak...." Tiff menjauhi ku dan terlihat seperti menghitung sesuatu.
Dan entah apa yang terjadi, Tiff berhasil membuka rahasia dari perpustakaan keluargaku. She fucking found a secret stairs to basement and rooftop!!!
"Wow..." Ucap ku, Kazu juga Brad secara bersamaan.
"Benar kan? Wow, aku seperti berada di novel Harry Potter and the Chamber of Secret," Tiffany terlihat antusias, terlihat dari binar matanya. Aku tersenyum kecil padanya yang tiba tiba menatapku. "Aku tak tahu apa yang kau cari, jadi ayo kita mulai dari basement!" Tiffany menarikku menuruni tangga rahasia yang mungkin takkan ku ketahui seumur hidup jika dia tak memintaku untuk kembali ke rumah ini.
Kami terperangah saat tiba di basement. Berbagai macam jenis buku berada disini. Namun sesuatu yang berada di meja bundar menarik perhatianku. Aku mendekatinya dan mengambil secarik kertas yang di tutupi dengan kaca bening yang bundar. Dan membacanya... Membuatku...
'Dearest Hyora...
Jika kamu menemukan ruangan ini, artinya eomma sudah tak bersamamu lagi. Chukkae, you found my secret room.
Princess, kau sering bertanya pada eomma, mengapa kau bisa melihat hantu, atau terkadang... kau bisa melihat masa depan. Itu karena kita ditakdirkan untuk menjadi seorang clairvoyance. Mungkin saat ini kau sudah mengerti apa itu, jadi yang perlu eomma jelaskan sekarang adalah kau dan segala yang ada di ruangan ini.
Hyora, kau memiliki kekuatan clairvoyance yang setingkat dengan seorang penyihir. Auramu, bukan memancarkan warna biasa. Dan eomma mengenal seorang penyihir hebat sepanjang sejarah, kau akan mengenalnya jika kau beruntung. Dan ruangan ini, berisi tentang segala yang kau butuhkan sebagai seorang clairvoyance.
Aku harap kau menggunakannya dengan baik, melakukan tugas clairvoyance sesuai dengan apa yang menjadi tugas kita. Eomma mencintaimu, jangan terlalu banyak bertengkar dengan Kazu dan Brad, jangan menutup dirimu lagi.
Satu hal yang aku sesali adalah, eomma tak sempat mengajarimu tentang semua ini. Dan membiarkanmu mengasah semuanya sendirian. Eomma yakin kau akan kesulitan melakukan ini semua. Namun eomma percaya, Hyora bisa melakukannya. Hyora adalah kebanggaan eomma.
Eomma menyayangimu.'
Aku terduduk lemas, eomma menyiapkan segalanya sejak lama. Dan aku? Terlalu pengecut untuk hanya melangkahkan kakiku ke ruangan ini.
Tiff mengambil kertas itu kemudian membacanya. Ia meletakkan kembali kertas itu ke asalnya. Kemudian membantuku untuk berdiri dan tersenyum kepadaku.
"Aku akan membantumu. Orang yang disebutkan mommy mu adalah orang yang sangat ku kenal. Aku mengetahui segala jenis buku yang ada disini serta kegunaannya." Tiff menyemangatiku, dan aku tak mengerti bagaimana bisa Tiff mengetahui hal sebanyak ini.
---
"Setiap orang memiliki aura yang berbeda. Aku tak bisa melihat aura itu, namun kau berbeda. Aku bisa melihat auramu." Jelas Tiff sambil membaca satu dari beberapa buku tebal dari ruangan itu. Saat ini kami berada di apartment ku.
Setelah Tiff berkata akan membantuku, dengan sigap ia mengambil buku yang hanya ia lihat sampulnya, lalu menarik kami keluar dari ruangan itu dan mengusir Kazu dan Brad. Kemudian membawaku kembali ke apartment ku setelah menghubungi seseorang.
"Lalu?" Aku bertanya pada Tiff, yang sekarang memutar bola matanya.
"Duh, tell me what you see, what color of my aura." Jelas Tiff. Aku tertawa kecil menatapnya menggerutu.
"Merah muda. Auramu berwarna merah muda dan bersinar." Jawabku. Tiff kemudian membuka beberapa lembar untuk mencari arti dari aura miliknya.
"Well, biar aku membacakannya. Aura merah muda mengartikan aura jatuh cinta, dan bersinar mengartikan sesuatu yang bersifat permanen. Tapi, disini juga menjelaskan auraku mengartikan cinta sejati. Wow, cool!" Aku tertawa mendengar celotehan Tiff. Dia paling bisa membuat moodku kembali. Kemudian ku dengar suara bel, pasti tamu Tiff yang tadi ia hubungi. Aku berjalan dan membuka pintu lalu melihat Flo dengan wajah terkejutnya.
"Bilang padaku bahwa apa yang di ucapkan oleh putri gila itu hanya bercanda!" Ucap Flo tiba tiba.
"Last time i checked, you still a princess too, dumbass." Ku dengar suara Tiff dari dalam. Aku membiarkan Flo masuk dan bergabung dengan Tiff sementara aku berjalan menuju dapur.
Eomma berada disana melihatku. Aku tersenyum padanya. "Eomma... Mianhae, aku baru menemukannya sekarang..." Ucapku berbisik. Eomma tersenyum lalu mengangguk. Membiarkanku melakukan apa yang tadi ingin ku lakukan.
"Mommy mu mengenal Rosie?" Tanya Flo begitu aku kembali dari dapur membawa segelas smoothie untuknya.
"Siapa Rosie?" Tanyaku bingung.
"Sudah kubilang, Hyora tak mengenalnya. Duchess Rosaline, kau tahu, yang berada di pesta Dean beberapa bulan yang lalu." Aku berpikir sejenak untuk mengingatnya. Dan mengangguk saat berhasil mengingatnya.
"Wanita yang amat mirip dengan Flo?" Ucapku, dan mereka berdua mengangguk membenarkan.
"Anyway, Kevin kembali besok..." Ucap Flo pada Tiff. Aku mengerutkan dahiku. Kevin???
"Biarkan saja si bodoh itu." Tiffany terlihat kesal, kemudian kembali memfokuskan diri pada buku aura yang sedari tadi dibacanya.
"Kevin itu... Nate's oppa bukan?" tanyaku. Flo mengangguk, lalu aku mengambil satu buku dari tumpukan buku itu.
---
Lelaki itu membuka matanya, kemudian bangkit dari tidurnya. Tubuhnya dipenuhi oleh bulir keringat dingin. Dengan segera ia meminum segelas air yang ada di nakasnya.
"Siapa gadis itu?" Gumamnya.
Lelaki itu melihat jam yang berada di layar ponselnya. Masih menunjukan pukul satu pagi.
Lelaki itu menghela napas dan kembali membaringkan dirinya lagi. Mencoba mengingat siapa gadis yang belakangan ini sering menghantui mimpinya. Hingga tak sadar ia kembali tertidur dengan bayangan gadis itu di pikirannya.
---
Hayooo siapa itu... Eke lagi kehabisan ide, tapi karena heavenly masih bersisa setidaknya 12+1 chapter lagi eke selalu dapet ide. Maaf ya chapter ini i put a little but fantasy.
Wait for the next chapter ya
Xoxo,
4th of February 2017
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top