13: Jonathan... The Sparks is Not Here No More.
SAY HELLO TO JONATHAN NICHOLAS KENNEDY EVERYONE!!!
Heavenly feels 13: Jonathan, The Sparks is not here anymore.
Lee Hyo Ra berlari secepat mungkin menyusuri lorong Kennedy Medical Centre, tak memperdulikan Joanna yang berusaha menyusulnya, juga teguran yang didapatnya dari staff rumah sakit tersebut.
Yang ada dalam pikirannya hanya satu, memastikan ucapan Joanna bukan hanya bualan belaka.
Tiba di lantai 5, lantai khusus yang di sediakan rumah sakit itu untuk para kerabat pemilik rumah sakit, atau para pasien yang dirahasiakan keberadaannya untuk publik, yang biasanya para selebriti atau pebisnis viral yang sering muncul di media.
Hyora menatap pintu 512 yang dibawahnya tertulis nama seseorang yang ditunggunya selama ini. Mr. Jonathan N. Kennedy.
"See, aku tak berbohong padamu." Ucap Joanna yang entah sejak kapan sudah berada di belakangnya. "Brain death. Itu yang para dokter sialan itu ucapkan pada kami. But we didnt lose hope. Setidaknya, Aku dan kakaknya, Kevin, tetap bersikeras mempertahankannya."
Hyora tetap terdiam, namun meresapi setiap perkataan yang diucapkan Joanna Wilson. Gadis itu tetap terdiam didepan pintu geser tersebut, menimbang nimbang dan memberanikan diri untuk memasuki ruangan yang berisi orang yang paling di tunggunya. Dan akhirnya dengan bergetar, Hyora menggeser pintu itu lalu melangkah masuk kedalam ruangan itu.
Kamar rumah sakit itu telah diubah menjadi ruangan yang dikenalinya. Kamar pribadi Jonathan. Keluarganya benar benar membuat dekorasi kamar ini persis seperti kamar lelaki itu di mansionnya. Yang membedakannya hanyalah ranjangnya yang sedikit lebih kecil dibanding aslinya.
Hyora memfokuskan diri kearah ranjang yang berisi lelaki yang setengah duduk dengan bertumpu bantal. Menatap kearah jendela yang sengaja dibuka agar ia mendapatkan sedikit cahaya matahari. Gadis itu membeku sambil bertanya tanya dalam hati apakah ini nyata atau hanya bayangan tentang masa depan yang biasanya ia dapatkan? Bahkan ia bertanya tanya bukankah Joanna berkata Jonathan belum sadarkan diri?
Tak sadar bahwa Joanna sudah berada di belakangnya, Hyora tersentak begitu Joanna memekik dan menghamburkan diri memeluk Jonathan.
"YA TUHAN NICK!!! Kapan kau sadar?" Pekik Joanna yang sudah mulai menangis. Jonathan masih terdiam namun membalas pelukan sahabatnya itu dan mengalihkan perhatiannya untuk menatap Joanna.
Aneh. Rasanya tak sesakit saat dulu aku melihat keakraban Nate dan Joanna. Yang lebih aneh lagi rasanya biasa saja, there's no butteflies gone mad in my stomach. Hyora berkata dalam hati, masih sibuk berkutat dengan hati dan pikirannya. Namun ia tetap membeku menatap sepasang sahabat berbeda jenis kelamin dari lorong pintu.
Jonathan yang tersadar bahwa Joanna tak sendiri pun akhirnya menoleh kearah pintu masuk, dan melihat gadis pujaannya mematung menatapnya kosong. Ekspresi wajah yang tadinya hanya tersenyum tipispun berubah menjadi senyuman lebar yang penuh dengan kelegaan.
"Im waiting for you, you know..." Ujar Jonathan dengan terbata. Enam tahun bukan waktu sebentar untuk membiasakan diri dengan tubuhnya yang lama kaku. Hyora yang mendengar suara yang dirindukannya lagi akhirnya tak bisa menahan air matanya. Dengan perlahan melangkah mendekati Jonathan saat Joanna sudah mulai menjauh dari tubuh sahabatnya, membiarkan airmatanya mengalir. Jonathan membuka lebar kedua tangannya menunggu Hyora memeluknya.
Hyora pun mengerti dan mulai memeluk Jonathan dengan erat dan tentunya dibalas tak kalah erat oleh lelaki itu. Tak ada kata terucap dari mereka berdua, Joanna yang sadar bahwa mereka membutuhkan waktu berdua pun akhirnya bangkit dan keluar dari ruangan Jonathan.
---
Nicholas masih terdiam sambil sesekali menatap gadis remaja yang di bawa oleh Hyora seminggu yang lalu, yang sedang duduk menangis sambil menatap layar iphone nya.
Nicholas memang mulai merasakan bahwa kondisinya semakin hari mulai melemah, dan terus memikirkan apa yang harus ia lakukan agar Hyora tak melakukan hal bodoh saat ia menghilang nanti. Namun saat semalam Joanna muncul di Heavenly Feels, ia sedikit bersyukur saat mengetahui bahwa Nicholas yang asli masih hidup yang artinya Hyora tak sendirian saat nanti ia harus pergi dari kehidupan gadis korea itu. Masih ada Bradden, Kazu, Gia... Juga... Jonathan.
"Kau bisa merasakanku, tapi kau tak bisa melihatku." Ujar Nicholas saat melihat gadis itu mulai berhenti menangis lalu tersenyum tipis. "Jika saja kau bisa berbicara denganku, pasti aku akan mendengarkan semua keluh kesahmu." Bisiknya di telinga Gianna.
"What happened? what i should've do? Want to moved on, but i'm scared of losing you. I can't seem to master the art of letting you go..." Nicholas mendengar Gianna menggumamkan sebait lagu disela sela tangisannya yang sudah mereda, menyisakan napas yang tersenggal senggal yang didapatnya sehabis menangis. "No, I can't seem to master the art of letting you go..."
Tak lama, Nicholas sudah melihat gadis itu meringkuk disofa, memejamkan matanya dan terdengar dengkuran halus dari napas teratur gadis itu. Entahlah, ada sesuatu yang berbeda saat menatap gadis gemuk ini. Yang pasti bukan perasaan cinta yang melimpah yang dirasakannya pada Hyora, perasaan yang mengarah ke keinginan untuk melindungi seorang adik? Nicholas mengabaikan pemikirannya. Dilihatnya tangan Gianna menggenggam erat iphone yang masih menunjukkan sebuah gambar dari aplikasi instagram.
Seorang lelaki yang tersenyum bahagia memeluk seorang gadis. Dengan caption.
@ClaubreynaH the key of my happiness...
"Dylon Mahendra?" Gumamnya. Kemudian mengangguk mengerti. "So you fall in love with someone else's man, kiddo? If i survive, i will make sure that you deserve someone better. Seseorang yang mencintaimu lebih dari kau mencintai lelaki yang ada di layar iphone mu." Nicholas tersenyum lalu berpindah ke balkon apartemen Hyora.
"Apakah kau akan menjadi sepertinya jika aku menghilang? Aku tak pernah mengira bahwa seseorang dapat mencintai hingga sesakit itu..." Ucap Nicholas entah pada siapa. Lelaki itu tersenyum miris lalu menatap langit yang cukup cerah siang ini.
"Ya Tuhan, jika memang aku harus pergi darinya... Izinkanlah aku meninggalkan Lee Hyo Ra dan Giavanna berjuta-juta kebahagiaan hingga ia tak sanggup lagi untuk menunjukkan air matanya." Kali ini, Nicholas benar benar berdoa dan berharap Tuhan mengabulkan doa-Nya. Mungkin ia melupakan kehidupan lamanya, namun ia yakin inilah kali pertamanya berdoa pada tuhan. Doa yang dipanjatkan untuk kedua gadis yang hanya menginginkan sebuah kebahagiaan dalam hidupnya.
---
"Jadi... Apa yang terjadi selama aku tak berada didekatmu?" Tanya Jonathan pada gadis yang saat ini sudah berbaring di sampingnya, di pelukannya.
Gadis yang sejak tadi terdiampun menoleh kearah sahabatnya. Jika dulu saat ia berada dalam pelukan Jonathan ia merasakan jutaan kupu kupu berterbangan di dalam perutnya, susah bernapas dan jantungnya yang berbeda. Saat ini ia tak merasakan apapun selain perasaan lega bisa melihat dan berbicara dengan Jonathan lagi. Hyora mengambil senyum tipis, sedikit memberi jarak pada mereka sebelum membuka mulutnya untuk pertama kalinya ia memasuki ruangan itu.
"Kazuomi masuk sekolah bisnis dan menghasilkan gadis kecil yang cantik dari kecelakaan kecil saat berumur 20 tahun yang kami beri nama Yumika Clarissa Matsumoto, kami memanggilnya Mikan. Lalu, Bradden saat ini menjadi seorang pengacara lalu berkencan dengan Putri Kerajaan Hagreba dan aku sedang bertengkar dengan bajingan sialan itu sejak beberapa minggu lalu. Floretta Smith adalah Putri Mahkota Trodisa dan aku..." Hyora menggantungkan ucapannya saat melihat Jonathan yang ternganga mencerna berbagai ucapan singkat Hyora yang tentunya mengejutkan Jonathan.
"Aku menghabiskan 6 tahun untuk melakukan therapy dengan psikolog, berkali kali hampir overdosis obat penenang, hampir berpikiran untuk bunuh diri saat semua orang berkata kau meninggal. Namun aku teringat tentang impianku membangun sebuah toko, dan janjiku pada orang tuaku untuk meneruskan management nya." Hyora menghentikan ucapannya sejenak untuk mengambil napas.
"Dan akhirnya aku mengambil jurusan perhotelan concern di cooking dan bisnis secara bersamaan. Lalu aku membangun sebuah toko kecil yang menyajikan cupcake dan jasa merangkai bunga secara bersamaan. Dan tentunya ku beri nama 'heavenly feels' seperti yang selalu ku ucapkan padamu, dulu." Hyora mengakhiri ucapannya dengan senyuman, bukan tangisan. Entah mengapa kali ini ia benar benar lega karena pada akhirnya berhasil mengucapkan bebannya selama beberapa tahun belakangan.
Belum sempat Jonathan membalas ucapan Hyora, pintu ruangannya kembali terbuka. Kali ini, menunjukkan dua orang lelaki dan gadis yang rambutnya diikat dua dalam gendongan salah satu lelaki tersebut. Berwajah pucat, namun tak menghilangkan kesan panik.
"Kupikir jala-- umm... Maksudku, Joanna Wilson hanya membual." Ujar Bradden yang membeku, entah berbicara pada siapa. Sementara gadis di gendongannya mengernyit bingung.
"Ya Tuhan... Jonathan, kau hidup?!" Tanpa menunggu lama, Kazuomi langsung menghampiri ranjang Jonathan dan memeluknya erat.
"Dan aku akan benar benar mati jika kau memelukku terlalu erat seperti ini, Kazu!" Ucap Jonathan terkekeh. Kazuomi melepas pelukannya dan meninju pelan bahu sahabatnya itu.
Lain halnya dengan Bradden, ia hanya menurunkan Mika yang sekarang berusaha naik ke ranjang meronta ronta ingin memeluk Hyora, lalu menghampiri Jonathan.
"Kenapa kau baru muncul sekarang? Ahh, tepatnya, kenapa kau baru sadar sekarang?" Bradden berucap dengan dingin. "Aku akan membunuh Kevin karena merahasiakan hal sepenting ini padaku." Gumamnya.
"Enam tahun tak melihatmu, kau berubah menjadi lelaki serius, huh?" Jonathan berucap dengan sarkas, namun tak menghilangkan kekehannya. Kemudian menoleh kearah Mika yang bergelut nyaman di dalam pelukan Hyora. "Dan siapa gadis kecil ini?" Mika yang merasa terpanggil, menoleh dengan malu malu.
"You my new papa?" Cicit Mika, masih membenamkan wajahnya di ceruk leher Hyora. Jonathan tertawa kecil dan mengangguk. "Me is Yumika. But papa call me Mika." Kali ini Mika mencoba memberanikan diri.
"Hello, Mika-chan. Kau bisa memanggilku Papa Jona. So, come here give your papa hug." Yumika langsung melepas pelukannya di tubuh Hyora dan dengan ragu memeluk Jonathan. Hyora bangkit dari ranjang besar itu lalu berdiri disamping Bradden dengan canggung. Sudah sebulan mereka tak saling berbicara, bahkan ketika di group chat pun mereka hanya berinteraksi dengan Kazuomi, atau hanya sekedar mengirimkan gambar tak penting yang mereka dapat dari IG ataupun 9gag di group chat itu.
"Becca..." Hyora menoleh kearah Bradden, sedikit terkejut. Lelaki itu akhirnya menyapa Hyora, dan perlahan senyum Hyora mengembang.
"Can we talk for a second?"
---
Yeayyy!!! DUA CHAPTER MENUJU FIRST CLIMAX!!!
See you next week, dude!
Aku merindukan Floretta :( cepet selesai ya Hyora!
Xoxo,
2nd of November 2016
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top