᭝ּ໋᳝݊Angel's Suffering
Mori tidak percaya. Ia tidak bisa percaya jika ia sudah banyak kehilangan hanya dalam sekejap mata. Kenapa ia tidak berkata jujur saja? Apakah karma akan memberikannya cinta, keluarga, dan ... Arina?
Sudah cukup jauh jaraknya dari sosok Mori Ougai. Ryuuro Hirotsu dapat bernapas dengan lega, karena telah membawa Arina jauh dari Mori dengan selamat. Ia harus sangat berterima kasih kepada para mafia lainnya yang bersedia menentang bos hanya demi menyelamatkan satu orang wanita yang jarang berperan penting dalam kelangsungan hidup Port Mafia. Nyatanya, hanya beberapa saja.
Meski Hirotsu berani melakukannya seorang diri, ia tak bisa memikirkan cara bagaimana membawa Arina menghilang dari organisasi tanpa bisa dilacak dengan mudah oleh Mori. Bagaimanapun, dia tetaplah ayah angkat bagi seorang putri semata wayang sangat bos Port Mafia sebelumnya.
Namun, untuk sekarang, pria itu harus fokus pada keadaan mental Arina. Yang bahkan lebih buruk dari tidak baik-baik saja.
Terpancar sendu dari manik ungu Arina yang anggun, pun tubuhnya lesu, rambutnya kusut, terlebih hatinya telah hancur. Menciptakan rasa sakit yang luar biasa sampai-sampai rasanya diambang mati rasa. Bahkan Arina tak merasakan sakit pada luka lubang yang ada di kedua telapak tangannya. Wanita itu benar-benar tak berdaya, setelah semua yang terjadi antara dia dengan sosok yang lama dia cinta.
Bahkan sampai detik ini, mengapa cinta itu masih ada? Cukup sudah dengan cinta yang hanya membuatnya muak. Cinta itu sudah seperti omong kosong belaka bagi Arina.
"Arina-san ... L-lukamu ... " Seorang wanita yang sempat membantunya, yakni Nakahara Akila itu mencoba meraih salah satu telapak tangan Arina untuk ia obati lukanya.
Arina menyingkirkan tangannya dari Akila. "Aku baik-baik saja ... " katanya setengah berbisik yang membuat Akila makin khawatir.
"Tapi, Arina-san-"
"Diamlah ... ! Menjauh dariku saja! Jangan buat aku merasakan sakit lebih dari ini!" Nampaknya Arina trauma. Ia mulai gemetar ketakutan saking lamanya merasakan lara yang tak terkira.
Akila yang tak bisa melakukan apapun selain bersimpati pun menatap Hirotsu seolah meminta bantuannya.
Pria tua itu menghela napas. Berusaha untuk tidak larut dalam sedih sang anak angkat. "Biarkan Akila-san mengobatimu, Nak. Dan setelah itu aku akan mengabulkan permintaan terdalammu, semustahil apapun itu," katanya kemudian mencoba tenang.
Sesaat Arina masih gemetar, kemudian berusaha mengeluarkan suara sejelas yang ia bisa saking lamanya menangis barusan pun Arina mulai berkata, "Bawa aku lari. Bawa aku pergi, Hirotsu-san. Jangan sampai dia menemukanku. Jangan biarkan dia menyentuhku ... Aku tidak ingin melihat wajahnya lagi seumur hidup ... ! Hiks ... Aku takut ... " Arina tak bisa untuk tidak terisak.
" ... Sesuai permintaanmu."
Meski begitu, tercipta luka baru, setiap kali Arina berkata buruk tentang sosok yang telah menghina kehidupan, cinta, serta dirinya tersebut.
Dan saat itulah mereka sampai di kediaman Arina. Dan ada Nakahara Chuuya juga yang sudah stand by sedari tadi di sana, yaitu sebuah mansion besar yang ditinggalkan sang ayah untuknya. Benar-benar seperti taman yang ada dalam dongeng saja. Meski indah pun tempat ini membuat Arina tidak betah.
Ah, sudahlah. Akila harus membawa Arina cepat-cepat masuk untuk segera diobati lukanya. Sekarang, mereka berada di ruang utama mansion Arina dengan berbagai peralatan medis yang ada di meja.
Sementara Akila mengobati luka Arina pun Chuuya menjaga mansionnya. Berjaga-jaga jika terjadi gencatan senjata dengan anak buah Mori yang tak ikut menentang.
Hening yang melanda kala pengobatan pun terasa suram saja. Apalagi wajah Arina yang benar-benar menyerah pada hidupnya. Seolah wanita itu menginginkan kematian secepatnya. Akila makin tak kuat melihat wajah Arina yang mengatakan berbagai macam luka karena bosnya.
Akila bertekad berkata, " ... Arina-san." Berharap Arina meresponnya.
" ... Ya?"
Nada sendu itu cukup membuat Akila memberanikan diri untuk lanjut pada ucapan berikutnya. "Apakah kau mau berjanji padaku ... untuk tidak kembali lagi ke Port Mafia?" tanyanya yang perlahan tapi pasti mulai menatap Arina sambil mengenggam kecil kedua tangan Arina yang telah selesai ia obati.
Netra Arina sempat melebar, namun kembali sendu, dan menunduk perlahan.
"Ayolah, Arina-san. Boss tidak menghargaimu ... Biarkan saja dia ... " Akila bersikeras membuat Arina benar-benar melepaskan Mori yang tak menghargai sedikit pun tentang dia.
"Aku tahu," jawab Arina. Tiba-tiba terukir senyum tipis yang masih terkesan sendu di wajahnya. "Setidaknya aku tahu pengorbanan diri itu indah," tambahnya kemudian yang membuat lidah Akila kelu seketika.
Bagaimana bisa Arina masih berpikir demikian, padahal luka yang ditorehkan begitu besar?
" ... Souka ... " Mau bagaimanapun, ketika seseorang jatuh cinta, semua akan terlihat indah, termasuk tindakan bodoh sekalipun.
"Aku benci keyakinan itu," ucap Chuuya yang tiba-tiba datang dengan membawakan dua cangkir teh untuk Arina dan istrinya, kemudian mulai membereskan alat-alat medis di meja. " 'Pengorbanan diri itu indah' dan keyakinan seperti itu hanyalah alasan lemah bagi orang-orang tanpa kekuatan," tambahnya.
Sc: Pinterest.
(Dari komen yang saya baca ini tuh salah satu kutipan Chuuya di CD Drama)
"Kau paham, 'kan, Arina-san?" Meski kesannya tidak sopan.
Ucapan Chuuya hanya dibalas dengan tundukan kepala dari Arina.
Akila yang mendengar ucapan blak-blakan suaminya pun segera menatapnya tajam. "Chuuya ... !" Takut kalau-kalau ucapan Chuuya menyinggung perasaan Arina. "T-tidak, maksud Chuuya-"
"Tidak apa. Ada benarnya." Arina segera memotong ucapan Akila. "Maka dari itu aku memilih pergi sejauh mungkin darinya," tambahnya seraya mengepalkan kedua tangannya yang berada di atas paha. Rasa sakit dari luka akibat pisau bedah Mori tak ada apa-apanya dibanding luka di hati.
"Dan sepertinya kalian membutuhkan bantuanku~"
Tiba-tiba terdengar suara alay yang tak terdengar asing di antara para mafia di sana. Arina, Akila, dan Chuuya mengarahkan tatapannya pada pintu mansion Arina dan mendapati seorang Dazai Osamu berdiri dengan senyum sejuta makna.
"Kau ... !" Chuuya mulai geram sedaya melempar tatapan tajam. "Apa yang kau lakukan di sini, hah?!" Selain karena Dazai adalah sosok rekan kerja yang menyebalkan, dia merupakan mantan tangan kanan Mori Ougai. Patut dicurigai kehadirannya.
"Ooh~ Kowai~" Lagi-lagi Dazai bertingkah alay.
"Maaf, Chuuya-san. Aku yang memanggil Dazai-san kemari untuk meminta bantuannya dalam rencana kabur Arina ini," ucap Hirotsu menengahi secara baik-baik.
Chuuya hanya berdecak, kemudian mendecih kesal. "Terserah."
Sementara pria bernama Dazai Osamu sang mantan Port Mafia yang telah bergabung menjadi Armed Detectice Agency itu hanya mengeluarkan kekehan, seolah menganggap semua adalah permainan. "Bagaimanapun, Mori-san itu mengerikan, loh. Jadi, berterima kasihlah padaku yang telah memiliki pengalaman kabur dari Port Mafia juga," katanya.
" ... Mohon bantuannya, Dazai." Arina benar-benar ingin bebas dan memulai hal baru tanpa ada nama Mori Ougai yang terukir dalam lembaran barunya.
Di rumah sakit, Kouyou dan Mori masih dalam posisi yang sama selama setengah jam. Meski melelahkan, Kouyou harus tetap siaga, karena Mori merupakan salah satu pria yang mengerikan. Berbeda dengan Mori yang sibuk merenungi saat-saat terakhir ia bisa melihat, mendengar, merasakan Arina hanya dengan menatang ranjangnya.
Tiba-tiba Mori membuat pergerakan. Pria itu mulai berjalan mendekati jendela. Menatap pemandangan Yokohama dengan cuaca cerah.
Pun Kouyou tetap siaga sampai mengikuti Mori dengan mata katana yang terus menempel di leher sang bos Port Mafia.
" ... Kouyou-kun," panggil Mori.
Sementara Kouyou tak menjawab. Enggan basa-basi dengan Mori sekarang.
Toh Mori juga tak terlalu peduli terhadap respon yang diberikan. Maka, ia kembali berkata, "Apakah penderitaan malaikat telah berakhir?*"
"Apa maksudmu?" ketus Kouyou yang siap menebas leher Mori.
Sesaat hanya hening, sebelum akhirnya Mori berbalik dengan senyum tipis. "Aku lega dia tidak lagi di sini," katanya dengan setitik air mata mulai menuruni pipi.
Kouyou menggertakkan gigi. " ... Apa maumu, Mori-san."
To Be Continued
Story By LadyIruma
Authors Note:
* Apakah penderitaan malaikat telah berakhir? = Apakah Arina berhasil lari?
Heyya, maaf kalau chapter ini mengecewakan sekali:')
Please don't hujat Mori, meski asik /he
Canda hujat:(
Gapapa hujat. Asal dia, jangan saya.
/kabur
Bye, bye! See ya in the last (?) chapter!
Gimana, ya, endingnya? 👀
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top