Kutuliskan surat ini kepada sang Terkasih, seseorang yang pernah kucintai.

Tanpa kita sadari, kita berkenalan secara tak sengaja melalui sebuah pertemuan yang tak direncanakan dan waktu berlalu begitu cepat dan kita telah menjalin hubungan pertemanan selama 16 tahun.

Dan selama itu pulalah aku memendam perasaan ini padamu.

Adalah sebuah surat yang kutuliskan ini tak akan pernah kuberikan padamu karena ku tak ingin kau mengetahui perasaan ini. Karena ku tahu perasaanku tak pernah terbalas karena kau sampai akhir hayat pun akan, selalu, pasti, mencintai kekasihmu yang pergi meninggalkan dirimu.

Tapi andai saja ku menyatakan perasaan ini lebih cepat ... mungkin kita akan berakhir dengan jalinan penuh kasih.

Tapi itu hanyalah sebuah andai-andai, keinginan yang tak akan bisa terpenuhi.

Tak kunyatakan perasaan ini sebab kikuknya hatiku, sebab keberanian ini hanyalah sebesar 0,1%.

Diri ini dibelenggu oleh perasaan yang tak bisa dihancurkan begitu saja, harus dengan seseorang yang tepat dan aku sedang mencari seseorang itu.

Kutuliskan surat ini agar menjadi bukti bahwa aku pernah mencintai seseorang selama 16 tahun lamanya, bahwa aku pernah menjadi sosok yang egois untuk menginginkan dirinya, bahwa surat ini merupakan bukti bahwa cinta pertamaku adalah sahabat terkasihku.

Masih ingat aku di mana kau datang ke padaku untuk meminta solusi atas hubungan kalian. 

Masih ingat aku di mana kau menjadikan perasaan hati menjadi sebuah candaan.

Terima kasih.

Untuk torehan cinta dalam hatiku yang kau ukir tanpa kau sadari, untuk segala memori kita, untuk segala kerinduan yang kurasakan saat kau tidak ada, untuk senyum damaimu yang selalu menenangkan hatiku.

Kata yang sungguh jelas ini sebenarnya ingin kucari yang lebih baik, yang lebih indah, namun aku takut kau tidak mengerti.

Terima kasih,

karena telah mengajarkanku apa arti dari cinta.

-END-