11 - kemenangan telak.
Frega tengah sibuk berkutat dengan laptop yang tersedia di ruangan osis. Ia terus memantau perlombaan melalui ponsel, laptop, bahkan 'tak jarang ia juga menghadiri perlombaan dari masing-masing cabor yang sekolah kirim perwakilan nya. Hari ini sudah masuk hari ke empat perlombaan dari semua cabor, namun sayang nya basket harus terhenti pada hari ke dua. Frega tau, pasti sahabatnya yang merangkap sebagai wakil nya marah-marah karena tidak mendapatkan hasil yang memuaskan. Di saat pertandingan akhir, Bayu mendapatkan cidera di bagian kaki.
Chandra bersikeras agar ekskul basket di hapus saja dari sekolah, karena membuat anggaran sekolah berkurang tanpa ada prestasi, namun Frega belum memberikan jawaban sampai hari ini. Ia berpikir, mungkin satu kesempatan lagi akan membuat mereka belajar kalau sebuah olahraga atau ekskul bukan hanya tempat sebagai ajang mencari fans, tetapi memiliki nilai yang lebih dari itu.
Pintu terbuka lebar menampilkan wajah kusut Chandra yang jarang terlihat. Sebelah alisnya terangkat, melipat kedua tangan nya di depan dada. Frega menyandarkan punggung nya pada sandaran kursi empuk yang di tempati nya. Chandra duduk tidak jauh dari tempat nya. Mengusap wajah kasar, Chandra tiba-tiba menggebrak meja kencang membuat Frega terkekeh pelan.
"Wush..! Kalem lah, kenapa lagi lo?" tanya Frega dengan tenang. menarik napas panjang, Chandra menatap laki-laki yang berada 'tak jauh darinya dengan pandangan tajam. "Ah.., biar gue tebak, ekskul basket?"
"Lo kenapa gak bubarin aja sih ekskul itu! lo lihat sendiri kan gimana hasilnya, mereka gak bisa menyabet juara apapun! kalau lo kemarin lihat permainan mereka di lapangan lo pasti udah marah-marah sama kayak gue sekarang!”
Chandra yang terkenal dengan sikap dingin dan tenang nya menguap, menyisakan Chandra yang emosi dan keras kepala, kalau Frega bilang Chandra itu orang yang berkepala batu setelah Gilang. Jika maunya A ya harus di turuti, kalau tidak di turuti ya seperti sekarang ini, bawaan nya selalu emosi dan tidak ingin mendengar orang lain.
Frega terkekeh pelan, beranjak dari tempat nya duduk, ia mengambil satu botol air mineral dari kardus yang memang di siapkan kalau-kalau ada rapat osis. Meletak kan botol air di hadapan Chandra, laki-laki itu menepuk-nepuk bahu kanan Chandra agar emosinya sedikit menurun.
"Tenang.. lo tenang dulu." Frega membuka lemari kaca, mengambil satu buku besar berisikan agenda tahun Dua Ribu Tujuh Belas. Membuka label huruf Bas pada buku itu. matanya menatap seluruh catatan yang memperlihatkan grafik naik-turun nya perkembangan di dalam ekskul basket sendiri. "Turun drastis, tapi di awal bulan kemarin mulai ada peningkatan, walaupun gak sebesar dulu." Gumam Frega mengetuk-ketuk buku yang ia pegang.
"Gue sudah ambil keputusan untuk ekskul basket." Ujar Frega membuat Chandra yang sedang meneguk air dari botol menyemburkan air yang ada di dalam mulutnya kesamping. "Jorok banget lo!! Nyebar kuman aja si badak!" Chandra mengelap bibirnya menggunakan punggung tangan, lalu memeperkan ke seragam Frega membuat laki-laki itu menutup buku tebalnya lalu memukulkan buku ke kepala Chandra. "Mamam!"
"Sakit woe! Gila lo ya, sini gue pinjem buku nya terus gue tabok ke kepala lo."
"O.. tidak bisa!" jari telunjuknya bergerak ke kanan-kiri memberi tanda kalau Chandra tidak boleh melakukan hal itu padanya. "Jadi keputusan gue buat ekskul ba,-" ponselnya berdering, membuat Frega menghentikan ucapan nya dan langsung bergerak cepat mengangkat panggilan yang masuk.
"Assalamualaikum, Ega!"
"Halo, iya Waalaikumssalam. Ada apa ka?"
"Lo harus ke sini secepatnya Ga, keadaan gak kondusif banget asli. Pihak lawan enggak terima kalau sekolah kita lanjut ke QF mereka tuding kita sogok panitia. Pokoknya lo kesini ajak Chandra atau pak Sofyan, biar ada yang nengahin mereka semua."
Frega berjalan mondar mandir mendengar penjelasan dari kak Anggita yang di temani oleh Vino mengawasi perlombaan cabor badminton. "Memang nya coach gak bisa nanganin masalah itu? sekolah mana yang bilang kita sogok panitia? Gue kesana sekitar dua puluh menit lagi."
"Sma Bason, mereka yang nuduh kita sogok panitia. Coach gak bisa bergerak banyak disini, anak-anak juga mulai emosi karena tuduhan Sma Bason, gue harap lo lebih cepat dari itu, gue tutup dulu. Assalamualaikum!"
"Waalaikumssalam." Mematikan laptop, Frega cepat-cepat memasuk kan laptop kedalam tas. Melirik Chandra sebentar, "Lo ikut gue keruangan pak Sofyan, habis itu kita berangkat ke tempat perlombaan. Lo bawa mobil kan?"
Chandra mengangguk, melemparkan kunci mobil yang sebelumnya tersimpan di dalam kantung celana nya. Menangkap kunci mobil, Frega berjalan cepat menuju ruangan kepala sekolah dengan Chandra yang mengikutinya tepat dibelakang. Sesampainya mereka berdua di depan ruangan pak Sofyan, Frega mengetuk pintu yang ada dihadapan nya beberapa kali, setelah terdengar perintah masuk kedalam ruangan Frega beserta Chandra masuk kedalam ruangan.
"Assalamualaikum, Pak."
"Waalaikumssalam, ada apa Frega, Chandra?"
"Kita harus ke perlombaan bulutangkis Pak, pihak sekolah lain tidak terima kalau sekolah kita sebagian besar masuk ke Quater Finall untuk besok." Jelas Frega dengan raut wajah serius. Pak Sofyan duduk tenang di balik meja kerjanya, menunggu jawaban dari kepala sekolah, Frega dan Chandra menatap satu sama lain, takut-takut kepala sekolah nya tidak mendengarkan ia saat berbicara. "Pak?"
"Kalian berangkat, saya berikan surat pernyataan kalau sekolah tidak memberikan sepeser uang pun pada pihak panitia kecuali pembayaran administrasi." Pak Sofyan membuatkan surat pernyataan dengan bukti pembayaran administrasi untuk cabor bulutangkis sendiri.
Memasukan surat pernyataan kedalam amplop, sedangkan bukti pembayaran ia masuk kan kedalam tas hitam kecil lalu diberikan pada Frega. "Ingat pesan saya, jangan sampai ada keributan diluar perlombaan. Di tas hitam yang kamu pegang ada bukti pembayaran administrasi lengkap, sekaligus uang transport untuk kalian."
Frega, Chandra mengangguk paham. Keduanya berpamitan pada pak Sofyan lalu pergi meninggalkan ruang kepala sekolah dengan raut wajah serius. Menuju area parkir, Chandra menyuruh pak Burdin membuka gerbang karena mobil miliknya ingin keluar, sekaligus memberikan surat izin untuk mereka berdua pergi menuju tempat perlombaan.
Menekan Klakson dua kali, Frega menyuruh Chandra agar cepat masuk kedalam mobil. Pak Burdin yang biasanya melihat wajah meledek dari Frega hari ini tidak ada sapaan, atau gurauan yang biasanya di cletukkan oleh laki-laki itu. wajah nya terlihat sangat serius, pegangan nya pada kemudi terlihat seperti menahan amarah yang siap di ledakan kapan saja.
"Duluan pak!" Ujar Chandra yang di iringin suara klakson mobil yang diberikan oleh Frega. Keluar dari gerbang sekolah, mobil itu melaju dengan cepat meninggalkan sekolah dan menghilang di belokan.
**
Tania yang baru kembali dari kamar mandi melihat jelas kakak nya dan Chandra sedang berlari terburu-buru menuju ruangan kepala sekolah. Melihat itu Tania mengikuti kakaknya yang sudah menghilang ke dalam ruangan kepala sekolah, ia menempelkan telinga nya pada daun pintu. Ia mendengar jelas suara Frega yang mengatakan ada masalah dalam perlombaan cabor bulutangkis. Setelah menunggu lama, Tania cepat-cepat bersembunyi di balik tembok dekat ruangan kepala sekolah, Frega dan Chandra melewatinya begitu saja membuatnya bernapas lega karena tidak ketahuan kalau menguping pembicaraan mereka.
"Jadi.. cabor bulutangkis masuk ke quater finall? Kereeeen.!" Gumam Tania yang merasa bangga pada teman-teman nya. "Ah Bayu payah sih, coba dia ikut bulutangkis, pasti menang tuh, kan bocahnya petakilan, tengil pula."
Tania berjalan meninggalkan ruang kepala sekolah menuju kelas. Berjalan dikoridor, ia berpapasan dengan Harris, salah satu orang yang mengetahui kalau dirinya adalah adik dari Frega. Harris menahan bahu Tania agar gadis itu tidak melanjutkan perjalanan nya. Menatap sengit, Tania menepis pegangan Harris pada bahunya membuat Harris tidak percaya dengan tindakan dari adik kecil yang dulu selalu menempel padanya.
"Ta,-"
"Udah lah bang Aris, Tania gak mau dengar apapun." tolak Tania dengan meninggalkan Harris, namun langkah kaki laki-laki itu lebih lebar, membuat Tania tertahan lagi dengan dua bahu yang di cengkram oleh Harris.
"Dengerin gue dulu Tqa, semua ini gak seperti yang kalian tau. Semua ini gak murni kesalahan gue."
"Terus salah siapa! Frega?!" bentak Tania dengan air mata yang mengalir. Membuat Harris 'tak tega, menarik gadis itu kedalam pelukan nya. "Kenapa jahat banget Kak.. kenapa!!" mengusap rambut Tania dengan membisikkan kata-kata penenang.
"Maafin gue, Ta. Tapi lo harus percaya kalo bukan gue yang rencanain itu semua. please Ta, percaya sama gue."
"Terus siapa?" Tanya Tania yang mendongakkan kepalanya menatap kedua mata Harris yang saat ini juga menatapnya.
"Belum saatnya, gue bakal ngebuktiin kalau gue dan Frega gak bersalah dalam hal ini."
Melepas pelukan, Tania tertawa lirih. "Tania gak mau percaya dulu sama kakak sampai ada satu bukti yang sampai ke tangan Tania." Melirik jam tangan nya, "Tania pergi dulu, takut di cariin Azahra."
Tania meninggalkan Harris seorang diri, laki-laki itu memukul tembok yang berada di dekatnya dengan kencang. Mengusap wajahnya kasar, Harris tidak berniat masuk kedalam kelas untuk hari ini, ia ingin pergi menenangkan diri sampai dirinya benar-benar bisa tenang.
"Akan gue tunjukin siapa dalang di balik itu semua, yang jelas baik Frega maupun gue, kami berdua gak salah dalam masalah ini."
**
Frega sampai di dalam ruangan indoor yang di gunakan untuk perlombaan selama seminggu. Ia bersama Chandra berjalan melewati panitia-panitia yang mengatur perlombaan sejak hari pertama. Beberapa panitia menunduk kan kepala di saat Frega dan Chandra berjalan melewati mereka semua. dengan rahang yang mengeras, laki-laki itu mengedarkan pandangan nya keseluruh stadion mencari keberadaan salah satu coach, Ka Anggit dan, Vino yang pasti sedang membuat keadaan menjadi lebih kondusif.
Chandra menepuk bahu Frega. Membuat laki-laki itu menengok ke araha Chandra yang menunjuk ke tempat seperti ruang kesehatan khusus untuk peserta, di depan sana terlihat Vino bersama salah satu coach saling berbincang satu sama lain. Frega dan Chandra sudah mengganti seragam mereka dengan pakaian yang sedikit formal, dimana Frega mengenakan celana jeans hitam yang tingginya sampai batas mata kaki, sepatu hitam, kemeja putih dengan jas yang melekat di tubuhnya. Tidak jauh berbeda dengan Frega, Chandra juga melakukan hal yang sama karena mereka berdua adalah dua dari empat donatur terbesar di sekolah.
Jadi menurut mereka satu cara menyelesaikan masalah ini, Frega harus turun tangan dengan melakukan hal ini. Tentu semua murid tidak mengetahui hal ini karena keluarga Frega, Iqbal, Chandra, dan Gilang meminta untuk menyembunyikan hal ini dari semua orang termasuk dari beberapa donatur yang juga memberikan beberapa saham yang mereka punya pada sekolah. Vino melihat Frega dengan kepala yang menggeleng takjub, maju selangkah laki-laki itu mendorong Frega mundur beberapa langkah kebelakang.
"Lo! Lo kira lucu tiba-tiba lo dateng pakai baju kayak gini? Woi! Sadar, ini di stadion bulutangkis, bukan restoran mahal buat ngomongin saham!" Mendorong tubuh Vino kesamping, Frega mengabaikan umpatan laki-laki yang berstatus sebagai kakak kelasnya. Menghampiri coach Frega bertanya dimana pihak sekolah yang menuding mereka melakukan sogok ke panitia.
Frega pergi bersama coach menuju salah satu ruangan, meninggalkan Chandra bersama Vino. Vino menatap Chandra dengan pandangan sengit, menatap adik kelas nya itu dari ujung kepala sampai ujung kaki lalu seperti itu terus menerus membuat Chandra jengah sendiri. Baru ingin Vino bertanya pada Chandra, adik kelasnya itu sudah terlebih dahulu di panggil oleh Frega untuk ikut masuk ke dalam ruangan.
"Sorry, pertanyaan yang seharusnya lo tanya ke gue lebih baik di simpen dulu. Karena ada hal penting dari pertanyaan lo." Ujar Chandra saat melewati Vino yang di buat melongo dengan sikap adik kelas yang terkenal tenang, dan dingin. Sama seperti pembawaan Frega, walaupun tidak semua.
Chandra masuk ke dalam ruangan, kedua matanya menemukan satu orang yang benar-benar ia kenal. Melangkah masuk, ia duduk tepat di salah satu kursi yang kosong, kaki kanan nya bertumpu di atas kaki kiri. Menarik napas panjang, ia melihat beberapa panitia yang orang itu kira sekolah mereka memberikan uang agar mudah dengan menang.
"Jadi.. atas alasan apa anda mengatakan hal itu, tuan Keel?" tanya Frega dengan aura seolah mengancam bagi pihak penuduh. Wajah nya terlihat menahan amarah, terlihat dari rahang yang mengeras.
"Perlombaan ini untuk menunjuk kan prestasi antar sekolah, bukan untuk menjadi pemenang tanpa usaha." Tuan Keel menatap Frega dengan bibir yang menyunggingkan seringai. Laki-laki itu mengeluarkan beberapa bukti foto orang yang terlihat dari belakang. Melihat itu Chandra telihat tenang, begitu juga dengan Frega. Namun tidak dengan coach yang melotot kaget.
Mengambil foto yang tergeletak di atas meja, Frega memang mengakui itu dirinya, namun bukan di tempat itu dan bukan berbincang dengan orang yang berada di dalam foto.
"Ya, ini memang saya." Tuan Keel tersenyum lebar merasa dirinya benar dan akan memenangkan pertemuan ini. Coach yang mendengar itu menggeleng tidak percaya dengan tindakan Frega.
"Periksa cctv pada hari Senin tanggal dua puluh enam, November." Perintah Frega yang langsung di laksanakan oleh panitia yang memang berjaga diruangan itu, di sana juga ada dua polisi yang mengamankan pertemuan itu.
"Tuan Keel, lebih baik anda berkata jujur sebelum.." Chandra menggantungkan perkataan nya membuat nyali Tuan Keel menciut. Tetapi laki-laki yang berumur lebih tua itu merasa ia akan memenangkan masalah ini, dengan Frega dan Chandra salah satu putra pengusaha yang di permalukan di depan orang banyak.
"Saya tau, anda menantang kami sejak awal. Permainan yang terlalu buruk untuk orang tua seperti anda." Sindir Chandra dengan seringaian di wajah.
Sementara itu, Anggit, Vino dan peserta yang sudah selesai berlomba berharap-harap cemas kalau Frega atau sekolah nya tidak melakukan hal kotor seperti yang di tuduhkan oleh sekolah lain kepada mereka. Mereka memenangkan perlombaan ini karena kemampuan mereka sendiri.
"Mereka udah dateng kan, Vin?" Vino mengangguk dengan raut wajah tidak enak, membuat Anggit semakin mempunyai firasat tidak mengenak kan. "Kenapa vin? Apa ada yang salah?"
"Bukan, gue cuma heran dengan pakaian yang di pakai kedua adik kelas kita itu. penampilan nya seperti ingin bertemu dengan client sama seperti papa kalau sudah buat janji dengan orang penting." Terang Vino dengan menghela napas panjang. Anggit yang mendengar itu di buat tidak percaya dengan apa yang Vino katakan.
"Enggak, gue gak bercanda dan gak main-main tentang hal ini." Mengalihkan pandangan, Vino menatap seluruh peserta dengan senyum yang mengembang di wajahnya. "Kalian pada lapar kan? Siapa yang masih tanding sekarang?"
"Mario, Kepan di MD." Jawab Alvin yang baru kembali dari kamar mandi untuk mengganti pakaian. Mengerutkan dahi, Vino menatap Anggit meminta penjelasan, karena laki-laki itu memang tidak begitu paham bahasa bulutangkis. Alvin dan teman-teman nya tertawa geli melihat wajah Vino yang terlihat sangat pasrah karena tidak tau arti MD.
"MD atau, putra beregu. Men's Double, bahasa inggrisnya. Kalo Bahasa Indonesia nya, Beregu Putra atau dua laki-laki yang ada di pasangkan untuk menjadi partner di lapangan." Jelas salah satu teman sekelasnya yang memiliki postur tubuh tinggi yang hampir menyamai Vino, nama laki-laki itu Dika.
"Ya.. apapun itu, gue tau kalian lapar, jadi gue sudah pesan makanan dari tadi semoga aja udah jadi, kalian duduk dulu di tribun. Dik, Vin, Jo, ikut gue bantu bawa makanan buat mereka semua."
"Ya kok gue sih, cape nih gue abis main juga tadi." tolak Jojo dengan wajah yang di tekuk. Vino yang melihat itu menjitak kepala teman nya itu dengan keras, membuat Jojo mengaduh kesakitan.
"Yaudah kalo gak mau mah, Jojo gak usah makan aja, gimana setuju wan kawan?!" tanya Vino seperti meminta jawaban, dan di jawab kata 'Ya' membuat Jojo semakin memanyunkan bibirnya kedepan.
"Ah kebanyakan drama lo, disini gak ada fans lo. Buruan ah, gue laper!" sewot Alvin dengan melemparkan handuk basah ke wajah Jojo membuat laki-laki itu merutuki Alvin yang sudah pergi meninggalkan dirinya sendiri.
Tuan Keel mengusap keringat yang membanjiri wajah menggunakan sapu tangan. Frega menatap serius setiap pergerakan yang dilakukan oleh dirinya sendiri, Chandra menatap layar monitor yang berada disebelahnya, yang memperlihatkan keluar-masuk nya orang, kendaraan dan segala macam makanan yang masuk. sedangakan coach melakukan hal yang sama mempelihatkan monitor yang besar dengan satu camera yang berfokus pada setiap orang yang melakukan administrasi.
"Kenapa kita melakukan hal yang sudah jelas menghabiskan waktu seperti ini? Mereka bersalah!" Tuan Keel tetap dengan jawaban yang sama. Frega mengangkat telepon masuk.
"Assalamualaikum,"
"Waalaikumssalam, Tn. Ega saya sudah menemukan orang suruhan Tn. Keel."
"Kau memang yang paling bisa diandalkan dalam hal ini, kirimkan buktinya melalui e-mail, dan urus masalah ini sampai selesai."
"Baik, akan segera saya kirimkan. Assalamualaikum!"
"Waalaikumssalam."
Sambungan ponsel terputus. Seringaian di wajah Frega semakin terlihat jelas dimana Tuan Keel yang mulai ketakutan terlihat dari pergerakan nya yang mulai gelisah di tempat duduk. Ia juga sudah menemukan beberapa bukti lain nya dari layar cctv yang ia pantau.
"Jadi.. Tn. Keel, kau ingin mengakui perbuatan mu atau melanjutkan masalah ini dan kehilangan seluruh aset yang kau punya dalam.."
Frega menjentik kan kedua jarinya dengan seringaian yang terlihat jelas di wajah nya. Chandra tertawa geli dengan kedua tangan yang bertepuk riuh, menertawakan kecerobohan Tn. Keel. "Seharusnya.." Frega bangkit dari tempatnya duduk, melangkah mendekat kearah Tn. Keel dengan aura mengintimidasi yang kuat membuat Tn. Kleen menahan napas dalam-dalam.
"Kau seharusnya belajar, tidak mudah mengalahkan kami. Ya, kami masih muda, bahkan terlalu muda untuk kau lawan menggunakan cara kotor seperti ini, mengaku saja dan akan kami anggap selesai.
Beruntung, Gilang dan Iqbal tidak berada di sini. Mungkin jika mereka ada disini, kau sudah tidak memiliki apapun." Menepuk-tepuk pipi kanan Tn. Keel, Frega berjalan menjauh dari orang yang menuduh sekolah mereka melakukan sogok kepada panitia, padahal yang melakukan dari Tn. Keel sendiri.
"Jadi.. semua masalah selesai? Apa ada yang ingin kalian bahas lagi selama kami masih ada disini, kami harap tidak ada hal seperti ini lagi karena kami tidak main-main dalam menyelesaikan sesuatu, bukan begitu Tn. Keel?" Tanya Chandra.
Seluruh panitia dan coach dari SMA BASON menggeleng bersamaan membuat Chandra tersenyum puas, setidaknya dengan Frega dan dirinya turun langsung untuk menyelesaikan masalah, semua orang mendapat pelajaran untuk tidak main-main dengan sekolahnya, dan satu hal yang paling menarik adalah, Tn. keel yang membuat masalah ini semakin rumit, namun Tn. keel sendiri yang mendapatkan akibatnya. Setidaknya itu salah satu hiburan tersendiri untuk Chandra.
"Urus orang itu!" Kata Frega tegas pada pihak panitia dan polisi.
Frega berjalan keluar di ikuti Chandra dan coach yang masih tidak percaya melihat sosok lain dari orang yang kemarin Senin mengantar dirinya berserta anak didik nya berangkat lomba, orang yang sebelumnya ia nilai dengan anak yang brandal, mendapatkan jabatan sebagai ketua osis karena wajah tampan, ternyata berbeda dari pemikiran nya. Chandra menepuk bahu coach yang berada di sebelahnya, laki-laki itu mengingatkan untuk tetap tutup mulut dan jika ada yang bertanya untuk menjawab tentang salah lihat dan salah paham.
"Coach! Gimana hasilnya?" tanya Anggit yang langsung mengahmpiri mereka bertiga dengan pandangan gelisah.
"Semua selesai, sekolah kita tidak bersalah.."
"Karena masalahnya udah selesai, dankalian tetap melaju ke QF, fokus dan fokus sampai menang, apapun hasilnya nanti gue bangga dengan apa yang kalian raih selama seminggu ini." Jelas Frega dengan senyum di wajahnya. Chandra terkekeh pelan, adiknya itu memang paling bisa menenangkan suasana hati orang lain.
Namun, terlalu bodoh untuk menyembuhkan luka yang semakin membesar di dalam diri. Melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanan nya, Frega memilih pamit lebih dahulu karena harus menyelesaikan proposal untuk ulangtahun sekolah sekaligus hadiah untuk mereka yang berprestasi.
"Gue balik duluan, kalian jangan lupa makan terlebih lo Jo! Kepan! Jangan keseringan buat wasit ngeluarin kartu kuning apalagi ngeledek lawan terlalu serius, santai aja ngeledekinnya tapi di luar lapangan harus tetap temenan." Peringat Chandra.
"Siap Kak!"
"Oke, gue balik duluan ya semua.. coach! Jangan lupa yang saya bilang tadi. bye-bye semuaa!!" heboh Chandra yang langsung mengejar Frega yang sudah pergi jauh menghilang dari pandangan nya.
**
Jam pulang sekolah berbunyi beberapa menit yang lalu, Tania dan yang lainya berhamburan keluar dari dalam kelas menuju rumah masing-masing. Gilang, Iqbal menghampiri Tania dan Azahra ke kelas. Dengan senyum bahagia, Gilang merangkul bahu kekasihnya melupakan dua orang yang berada 'tak jauh darinya. Azahra yang melihat Gilang dan Tania sibuk berpacaran di buat kesal, karena ia merasa sebagai nyamuk-nyamuk yang berkeliaran bersama Iqbal. Menyikut lengan Iqbal, Azahra menunjuk Gilang-Tania yang sekarang malah sedang bercanda membuat orang-orang iri melihat kedua orang itu.
Tertawa, Iqbal mengacak-acak rambut Azahra pelan. "Hahahaha, lo itu kenapa sedih kayak gitu... makanya cari pacar gih biar bisa kayak Gilang-Tania." Mendengar hal itu membuat Azahra semakin memanyunkan bibirnya kedepan. Membuat Iqbal gemas sendiri lalu mencubiti kedua pipi Azahra.
"Eh, makan nasi padang enak ini kayaknya." Cletuk Gilang yang di setujui oleh Tania, Azahra, dan Iqbal. "Yaudah makan itu aja yuk! Jangan langsung pulang, gue laper banget ini asli abis ngerjain tugas Geografi yang ngitung skala." Curhat Gilang dengan gaya yang dibuat imut.
"Apasih lang, jijik banget gue lihat nya!" Protes Iqbal dengan menabok lengan Gilang kencang. membuat Tania dan Azahra terkikik geli.
Mengapit lengan Azahra, Tania memilih meninggalkan Iqbal dan Gilang dibelakang. Tujuan terakhir mereka adalah parkiran sebelum pergi menuju tempat makan yang menyediakan nasi padang. Baru Tania membuka pintu mobil Gilang, suara klakson mobil terdengar menyapa indra pendengaran Gilang, Azahra, Tania, dan Iqbal. Menengok kearah samping, mereka menemukan Chandra dan Frega yang berada di dalam mobil dengan pakaian sangat formal jika dilihat dari luar mobil, ditambah kacamata yang mereka pakai semakin memperlihatkan betapa formalnya acara yang baru saja mereka berdua hadiri.
"Darimana lo berdua, gitu ya.. kita semua belajar kalian jelong-jelong, ih suka gak ngajak gue deh heraaan." Ejek Gilang dengan tangan nya mencubit pipi Frega –ralat- menarik pipi Frega sampai laki-laki itu marah.
"Kalian mau kemana? Ikut dong gue." kata Chandra.
"Mau nyari makan nasi padang nih, gue satu mobil sama lo pada ya." Kata Iqbal memohon pada Frega dan Chandra. Kedua orang yang berada di dalam mobil mengangguk, membuat Iqbal berteriak 'yes' dengan semangat, tangan nya menarik Azhra agar ikut masuk kedalam mobil CR-V putih. "Udah gue sama Azahra di mobil ini aja, kalo disana jadi obat nyamukk."
"Yaudah, temuan di nasi padang biasa aja lur! Kita duluan, yang dateng terakhir bayar makanan. See you Gilang!"
Frega melajukan mobilnya menuju tempat makan langganan mereka. Perjalanan yang di butuhkan dari sekolah menuju tempat makan hanya memerlukan lima belas menit perjalanan. Azahra, Iqbal tertidur selama perjalanan. Setibanya mereka di tempat makan, Chandra membangunkan Iqbal, Azahra dengan mengetuk-ketuk kaca mobil dari luar, sedangkan Frega sudah pergi memesan tempat sekaligus makanan untuk dirinya sendiri.
"Ayo buruan turun, udah sampai."
"Okey.."
Azahra keluar dari dalam mobil dengan Iqbal yang mengikutinya. Mereka bertiga bisa lihat mobil Gilang yang sudah masuk kedalam parkiran tempat makan ini. Tania berlari menghampiri Azahra lalu mengapit lengan Azahra dengan erat, membuat tiga orang laki-laki yang berada di belakang nya menggeleng pelan.
"Gilang yang bayar!"
"Iya gue mulu, gue ganteng jadi gue baik." Kata Gilang yang memilih mengalah.
*****
Hai!!!!!
Selamat malam, selamat membaca! maaf postnya selalu malam.. bukan karena paketan malam, bukan, tapi karena hp gue gak nyala-nyala dong_-
Oke itu aja, semoga suka!
Psssst! Jangan lupa untuk vote, votmen, tambahkan ke reading list kalian, dan.. jangan lupa untuk follow jugaaaa!!
Love!
Yun.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top