09 - Satu persatu mulai membaik.
Terima Kasih untuk pembaca cerita HLY, judul sebelumnya KETOS, terima kasih banyak untuk 197K nya, te amo mi amor
Njutt.. enjoy semua!
[ Repost! ]
-----
Bayu membawa beberapa paperbag besar di kedua tangan nya. Berkali-kali Azahra menawarkan diri untuk membantu Bayu, namun di tolak mentah-mentah, dengan alasan.
"Yakan gue cowok, masa bawa beginian dua aja gak kuat, lemah."
Azahra bersama Bayu mencari beberapa pakaian dan sepatu olahraga yang khusus untuk basket, dan sebuah kebetulan ukuran kaki Azahra dengan Stevani itu sama, 40cm. Darimana mereka tau ukuran kaki gadis itu, ternyata sebelum bertemu dengan Azahra hari ini, Bayu sudah terlebih dahulu melihat sepatu kekasihnya sewaktu laki-laki itu berkunjung kerumah Stevani.
Bayu mengedarkan pandangan nya keseluruh rak sepatu yang menampilkan warna-warna mencolok di bagian sepatu olahraga. Azahra diam-diam meninggalkan laki-laki itu sendiri, dan menelusuri rak sepatu bagian ujung toko, karena ada yang menarik dirinya untuk sekedar melihat dan membantu Bayu mencari hadiah untuk kak Stevani. Mengambil salah satu sepatu yang di pamerkan, Azahra menghampiri penjualnya dan menanyakan ukuran sepatu dan sepatu yang baru, bukan yang ia pegang saat ini.
Setelah menunggu beberapa saat, Azahra mendapatkan sepatu yang ia inginkan. Sepatu dari salah satu merk terkenal dengan warna hitam, memiliki motif batik di sisi kanan dan kirinya, simple namun elegan. Azahra membawa satu kardus sepatu ke kasir, lalu membayarnya tanpa sepengetahuan Bayu. Karena sebelum mereka sampai di mall tadi, Bayu bilang akan membelikan ia sepatu jika ada satu yang ia inginkan.
"Tuh kan.., sudah gue duga!" Azahra berbalik badan, menemukan Bayu tengah menatapnya dengan kedua tangan yang dilipat di dada, membuat kedua paperbag yang laki-laki itu bawa berada di kanan kiri. "Namanya lo nolak rezeki tau ra, payah ah lo."
Azahra menggaruk punggung lehernya 'tak enak. "Sorry.. nanti deeh kalo gue mau barang lain gue bilang sama lo." Ia berusaha membujuk Bayu agar 'tak marah padanya, kan rugi juga kalo Bayu tidak mau berteman dengan nya nanti di sekolah.
"Yaudah, oke. disini ada gak sepatu buat pacar gue, kalo gak ada kita ke toko sebelah aja."
"Tadi sih gue lihat ada, tapi kita cek toko lain aja dulu."
"Yaudah ayo."
***
My Heart – Acha& Irwansyah.
***
Tania memeluk lengan Frega selama perjalanan menuju salah satu tempat untuk bermain Jet ski. Gilang yang notaben nya memiliki jabatan sebagai kekasih pun di abaikan membuat Iqbal, Monica, dan Chandra terkikik geli. Mereka sedang berada di dalam mobil Pajero milik Gilang, dan yang menyetir mobil selama perjalanan dari rumah pun, Gilang sendiri dengan Chandra di sebelah kemudi. Iqbal, Monica memilih duduk di tengah, sedangkan Frega dan Tania duduk di belakang dengan Frega yang tertidur.
Gilang berdecak pelan, matanya 'tak henti-hentinya melirik spion yang ada di dalam mobil melihat interaksi Iqbal dan Monica yang tidak ingin berjauhan walaup sedetik, Frega dan Tania malah asyik tertidur di kursi paling belakang dengan Tania yang bersandar di lengan laki-laki itu. Iqbal menendang kursi pengemudi dengan kaki kanan nya membuat Gilang menginjak rem dadakan. Membuat Frega reflek memeluk Tania yang masih tertidur.
"Bal, bahaya tau! Nanti kalo kenapa-napa gue yang kena!" Protes Gilang tidak terima. Iqbal yang di protes malah tertawa cekikikan dan di hadiahi cubitan oleh kekasihnya sendiri.
"Udah biarin Iqbal yang nyetir mobilnya, lo berdua pindah sini ke belakang biar gue duduk di sebelah Iqbal." Perintah Frega, membuat Iqbal melotot horror karena ia akan duduk di sebelah Frega, sungguh ia menyesal melakukan hal tadi. Frega membangunkan adiknya agar berpindah tempat duduk di sebelah Monica. Gilang dan Chandra sudah keluar dari mobil, berpindah ke tempat duduk yang di tempati oleh Frega dan Tania sebelumnya. Setelah merasa tidak ada yang tertinggal, Frega menyuruh Iqbal untuk melajukan mobilnya kembali.
Gilang tertawa geli melihati raut wajah Iqbal saat bertukar tempat tadi. sedangkan Chandra, laki-laki itu memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya, karena sudah pasti nanti perjalanan pulang ia akan bergantian dengan Frega dalam hal mengemudi. Tania yang tadinya dalam keadaan mengantuk malah jadi segar karena kakak nya tidak berada disebelahnya. Memainkan ponsel, Tania mengirim beberapa pesan pada Azahra.
"Dengerin lagu dong, sepi banget ini mobil. Kenapa kebiasaan banget kalo pergi satu mobil gak ada yang ngobrol." Gilang membuka suara, ia tidak tahan berteman dengan sepi di dalam mobil yang banyak orang namun 'tak mengeluarkan suara sama sekali. "Kan ada kabel tuh disitu, di dashboard juga ada speaker bluetooth." Frega membuka dashboard yang dikatakan Gilang, mengambil speaker bluetooth lalu memberikan nya pada Gilang lewat Monica.
"Nah gitu dong, lagunya terserah gue ya."
"Iya, terserah lo dah."
Suara petikan gitar terdengar memenuhi suara mobil, Tania menggerakan kepalanya ke kanan-kiri, menikmati lagu yang Gilang pilih selama di dalam mobil. Monica mencari lirik lagu di internet. Tania merapatkan tubuhnya mendekat ke arah Monica untuk melihat lirik dari ponsel Monica.
Disini.., kau dan aku..
Terbiasa bersama
Menjalani kasih sayang..
Bahagia, ku dengan mu..
Tania menyanyikan bagian pertama lagu itu, dengan ponsel nya sebagai mic. Gilang terkekeh melihat kekasihnya sangat menghayati lirik lagu yang sedang di nyanyikan. Chandra yang tadinya tertidur menjadi bangun dan menikmati lagu yang Gilang putar.
Pernahkah kau menguntai
Hari paling indah..
Ku ukir nama kita berdua,
Disini.. surga kita..
Monica menolehkan kepalanya ke arah Tania, seolah sedang berduet di atas panggung musik terkenal. Mendekati bagian Reff, Gilang, Iqbal dan Chandra ikut menyanyikan lagu yang mereka sudah hafal di luar kepala. Menyanyikan lagu ini, mengingatkan mereka dengan masa kecil, menonton salah satu film terkenal di televisi, yang selalu di putar dan menjadi sahabat mereka saat libur sekolah.
Bila kita mencintai yang lain..
Mungkin kah hati ini akan tegar
Sebisa mungkin 'tak akan pernah
Sayang ku akan hilang.
If you love somebody
Could we be this strong
I will fight to win
Our love will conquer all
Wouldn't risk my love
Even just one night
Our love will stay in my heart
My heart..
Lagu yang mereka nyanyikan masih berputar, menemani perjalanan mereka menuju tempat tujuan mereka. Disaat yang lain bernyanyi, Frega memilih diam memainkan ponsel. Ibu jarinya menekan salah satu kontak, lalu mengirimi orang itu pesan, entah kenapa Frega ingin tau bagaimana kabar gadis itu. Gadis yang selalu memperhatikan nya, walaupun tidak pernah secara langsung.
To : Z.
Oi.
Frega terkekeh pelan, kenapa ia mengirimkan pesan seperti itu. apa yang salah sebetulnya dengan nya. Banyak adik kelas maupun kakak kelas yang mengirimkan pesan padanya, bahkan 'tak jarang juga diantara mereka nekat menghubungi Frega untuk sekedar bertanya, apa ia sudah makan atau belum, mengajaknya pergi keluar, dan yang lain sebaginya.
From : Z.
Oi jga pak ketos!
Membaca pesan yang muncul dari layar ponselnya membuat Frega melotot. Ia pikir pesan nya tidak akan di balas oleh gadis itu karena tidak jelas, namun kenyataan nya berbeda dari pemikirannya. Pesan nya di balas, dibalas oleh Azahra. Senyum diwajahnya mengembang lebar, mata yang sebelumnya ingin terpejam mendadak segar, seperti mendapat asupan energi dari pesan yang Azahra jawab. Dengan cepat jari-jarinya menari-nari diatas kyeboard ponsel, namun saat sudah mengetik pertanyaan, teks itu ia hapus lagi karena ia merasa gengsi jika harus bertanya seperti itu.
To : Z.
Libur lo kemana?|
Libur lo|
Lib|
Elah, ngapa jd ke lo sih. -_-
Menggigit kuku ibu jarinya, mata Frega tidak bisa teralihkan dari layar ponselnya yang menggelap. Aduh, bego! Kenapa gue ngetik begitu ya, ahh helah jadi bete sendiri gue. rutuk Frega dalam hati. Berdecak kesal, "Woi lagunya ganti kek! Di ulang-ulang terus, lo gak punya lagu lain apa lang!" omel Frega membuat ke lima orang yang masih sibuk bernyanyi tiba-tiba hening. Gilang tidak mendengarkan perintah Frega, lagu nya tetap ia putar karena mereka seperti kembali ke masa-masa kecil mereka.
From : Z.
Bohong dosa tau!
Senyum yang sempat menghilang kini kembali lagi menghiasi wajah Frega. Iqbal yang berada di sebelahnya menggeleng-gelengkan kepala pelan melihat perubahan suasana hati sahabatnya itu.
To : Z.
Tau gue. lg apa lo?
Setelah mengetik pertanyaan itu, Frega buru-buru mematikan ponsel lalu menyimpan nya di dalam tas slempang kecil yang ia pakai. Hatinya berdegup cepat, wajahnya terasa sedikit memanas entah karena apa, yang jelas bertukar pesan dengan Azahra membuat nya salah tingkah, mati gaya, dan menjatuhkan lebel badboy yang ada pada dirinya sendiri.
***
From : F.
Tau gue. lg apa lo?
Azahra terdiam, membaca pesan yang baru masuk itu berkali-kali. Terdiam beberapa lama, ibu jarinya menelpon kontak Frega untuk menghubungi laki-laki itu. namun yang ia dapatakan, nomor itu sedang tidak aktif. Mengetahui hal itu, Azahra tertawa geli karena orang yang memiliki sorot mata tajam bisa juga salah tingkah setelah menanyakan aktivitasnya hari ini.
"Assalamualaikum!" Ia masuk kedalam rumah dengan tangan kiri yang membawa dua paperbag berwarna coklat yang berisi sepatu dan hoodie pemberian Bayu, atau bisa di bilang pemaksaan karena Bayu merasa hoodie itu memang cocok untuknya.
"Waalaikumssalam! Wihh.., abis borong toko mana nih?" ledek Riad yang sedang duduk bersantai menonton televisi. Membuat Azahra mendongakkan kepalanya menatap sang kakak yang sedang menatap nya dengan senyum.
"Hehehehe, bisa aja nih mas Riad! Tadi aku abis nemenin temen terus dibeliin jaket, eh pas ke toko sepatu aku lihat sepatu bagus yaudah aku beli sekalian solanya pas banget tinggal dua." Cerita Azahra seraya menghampiri kakaknya lalu duduk di sebelah Riad.
To : F.
Ciyee, tanya gue lg apa.
To : F.
Bru plng nih, abis nmenin Bayu.
sndirinya?
Azahra terkikik geli. Menyadari gerak-gerik adiknya sedikit aneh, Riad menengok ke arah adik nya, lalu membaca pesan yang memang sedang adiknya baca ulang. Membaca beberapa pesan, Riad pikir orang yang mendekati adiknya ini tidak pintar memulai percakapan, karena semuanya sudah terbaca dari pesan pertama.
"Ciyeee.., F. Siapa tuh F? Pacar ya?" goda Riad membuat Azahra buru-buru menonaktifkan ponsel lalu menyembunyikan nya dari Riad. Tertawa geli, Riad baru pertama kali melihat adik nya sampai panik seperti ini kalau ia membaca pesan antara Azahra dan teman nya.
"Maaass!! Ih apaan sih gak lucu ah, aku ngambek pokoknya!" Kata Azahra dengan bibir yang dimajukan, kedua tangan nya dilipat didepan dada dengan tubuh yang membelakangi Riad. "Dia tuh kakak nya temen aku! Bukan pacar aku! Aku gak mau pacaran, titik! Kalo temenan gak apa."
"Hiiih, emang siapa yang nyuruh kamu pacaran sama si F. Orang mas Cuma tanya kok, gak usah panik gitu kali hahahahahahaha."
"IIIHHH!!!!! MAAAS GAK LUCUUUU!!!"
Azahra memukul-mukul Riad sekuat tenaga, membuat Riad berusaha mengindar dan meminta ampun agar Azahra berhenti menyiksanya dengan di selingi tertawa geli membuat Azahra semakin gencar mengeluarkan jurusnya untuk menyiksa kakak satu-satunya itu.
"Udah ah, cape.., keluar yyuk! Kemana kek gitu, mobil di tinggal tuh sama ayah, bunda. Ayo pergi jalan-jalan, ke puncak gitu apa kemana kek yuk!" ajak Riad saat Azahra sudah kelelahan memukulinya.
"Ayo!!!! Azahra mau!"
"Okay, mas ganti baju dulu."
Riad beranjak dari tempat duduknya menuju kamar yang ada di lantai dua. Baru kakinya menginjak anak tangga pertama, suara Azahra menghentikan langkahnya.
"Emang nya mas tau jalan?" pertanyaan dari adiknya itu membuat nya menahan rasa ingin menjitak kepala Azahra sampai benjol. Azahra memperlihatkan cengiran di wajahnya. "Bercanda, ayo mas buruan! Hehehehe, asyiikk jalan-jalan bareng mas Riaad." Azahra membalikan tubuhnya menghadap televisi yang masih menyala, menghindari tatapan 'gue tampol sini dek.' Dari kakaknya itu.
Setelah menunggu beberapa menit, Azahra melihat Riad menuruni tangga dengan pakaian santai, celana jeans selutut, kaus putih, dan tas selempang berwarna hitam yang sudah tersampir di punggung laki-laki berumur 22tahun dengan status lajang. Di jari telunjuk kanan Riad terdapat kunci mobil, Azahra mengambil hoodie yang ada di dalam paperbag lalu membawanya ikut bersamanya.
Riad menunggu adiknya keluar dari rumah untuk mengunci pintu karena mbok Tiyem sedang izin untuk pulang kampung selama sebulan ada acara keluarga yang tidak bisa di tinggal. "Buruan deek, mas kunciin nih!" ancam Riad karena adiknya berjalan lama. Mendengar hal itu Azahra mempercepat langkahnya lalu buru-buru menunggu di depan garasi.
"Ayo mas buruan!"
"O okaay."
***
"Asyik! Ayo kita liat pemain jet ski andalan kita, masih bisa main gak nih dia setelah lama pensiun!" ejek Iqbal yang sudah duduk di atas jet ski lengkap dengan pelampung di tubuhnya. Frega yang mendengar itu tertawa dengan kepala yang menggeleng pelan. Chandra yang berada 'tak jauh dari tempat Frega menunjuk Iqbal dengan tawa yang meledek.
"Wah kaco ga, di remehin sama butiran pasir."
"Yahh kaco ga, kaco! Panasin panasin biar si Ega tunjukin kemampuan nya lur!"
Chandra dan Gilang sama-sama memanas-manasi Frega agar melajukan jet ski seperti dulu di saat Angel masih bersama-sama dengan mereka semua, di saat Angel mendukung Frega untuk menekuni olahraga air ini, namun setelah kepergian Angel, Frega memutuskan untuk berhenti sampai saat ini. Namun hari ini Monica datang memberitau nya tentang Angel yang selalu berharap kalau dirinya tetap menekuni cabor kesukaan nya sejak dulu, baik dengan adanya Angel maupun tidak.
Makanya, mulai saat ini Frega tengah meyakinkan diri untuk kembali menginjak kan kaki pada olahraga air yang sudah ia kenal sejak berumur 10 tahun. Cabor yang semasa sebelum kejadian itu hadir ia tekuni. Angel selalu tersenyum bahagia di saat ia mendapatkan mendali emas, piala, dan uang di saat ia memenangkan perlombaan jet ski.
"Yahh kalah udah dia sama gue, orang bengong gitu hahahahaha ayolah! Semangat!" teriak Iqbal membuyarkan lamunan Frega. Ia bisa lihat sahabatnya itu sudah melajukan jet ski nya menari-nari diatas air menggunakan jetski nya.
"AYO GA! SIKAT PAK EKO!" Teriak Gilang yang sudah mengikuti Iqbal memacu jet ski nya.
Monica dan Tania mungkin mereka yang paling bermain aman, tidak seperti tiga orang yang sudah memacu jet ski nya kencang. tinggal Frega yang masih memperhatikan ke tiga sahabatnya.
"Gue berharap Frega selalu nekunin olahraga kesukaan nya itu, ca. Gue gak mau dia patah semangat atau malah benci sama jet ski. Pokoknya kalo dia mulai melangkah mundur lo harus bantu gue nyemangatin dia ca, dia bocah yang punya bakat besar."
Frega tersenyum kecil, menatap kedua telapak tangan nya sejenak. Ia mengangguk kan kepala dengan senyum percaya diri Frega mulai melajukan jet ski nya menyusul ketiga sahabatnya, dan dua orang perempuan yang amat ia sayangi saat ini. Gilang, Chandra, Iqbal, dan Monica tersenyum bahagia melihat kepercayaan diri Frega kembali, Tania yang paling terharu karena kakak nya perlahan-lahan kembali seperti dirinya dulu. Gadis itu melemparkan tatapan nya pada Monica, bibirnya mengatakan 'terimakasih' dengan air mata yang meluncur begitu saja. Membuat dua sudut bibirnya terangkat membuat senyum, Monica bersyukur tidak menghapus pesan yang Angel kirim padanya dulu selama gadis itu berlibur ke Milan – Italia.
"Semuanya perlahan membaik, gue harap lo tenang disana Kio." Gumam Monica dengan menatap langit.
******
Eiyoo, chapter ini dan chapter sebelumnya sedikit lebih pendek dari yang lain. cerita ini cuma 2.318 words, sedangkan yang lain sampai 3.987 words. Wahh, oke. hari ini gue post satu ya, besok
Terimakasih untuk kalian yang sudah vote dan votmen,
Terimakasih juga untuk kalian yang sudah menambahkan cerita "Ketos" ke, Reading List kalian masing-masing.
Selamat membaca, semoga kalian suka.
ppsssstt! jangan lupa untuk vote dan votmen ya! mari berteman!
Love!
Yun.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top