08 : G e m a s.
Njutt.. enjoy semua!
[ Repost! ]
------
Hari ini adalah hari Minggu. Hari dimana hampir seluruh siswa menghabiskan waktu dengan berpergian bersama pacar, orangtua, atau berkumpul dengan teman di wahana bermain. Melepas penat dengan berbagi keluh kesah tanpa membahas pelajaran selama sehari. Lalu berfoto dan membagikan nya pada akun media sosial masing-masing. Alangkah baiknya jika seluruh orang merayakan hari ini dengan kebahagiaan, tidak seperti empat orang yang tertidur dengan keadaan yang tidak pantas di lihat. Iqbal yang tertidur dengan kaki yang naik ke atas meja, Gilang yang tertidur di atas sofa dengan posisi tengkurap, Chandra yang tidur berada di dekat Iqbal dengan kepala yang berada di atas perut laki-laki itu, sedangkan Frega, laki-laki itu tidur dengan posisi meniban Gilang yang tengkurap di atas sofa.
Iqbal menggaruk lehernya pelan, kepalanya menatap ke sekitar dan menemukan Chandra yang masih terlelap. Menguap lebar, Iqbal menepuk lengan Chandra agar memindahkan kepalanya dari atas perut Iqbal. Bukan nya berpindah ke bantal yang Iqbal siapkan, laki-laki itu malah menggunakan tangan nya sendiri sebagai bantalan. Mengedikkan bahu cuek, Iqbal memilih berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci muka, lalu menuju dapur untuk membuat kopi di minggu pagi ini.
Setelah selesai dengan kopi nya, Iqbal lebih memilih duduk di teras depan yang ada di rumah Frega. Dengan santai nya ia meminum kopi hitam yang baunya sungguh memikat indra penciuman Iqbal. Ia dan kopi memang tidak bisa di jauhkan, seperti seorang yang tengah jatuh cinta, ingin nya selalu berdua bersama.
"Kak iqbaaaaaal! HAI!"
Tubuhnya mendadak kaku. Gelas yang sebelumnya ia pegang mendadak jatuh bertabrakan dengan lantai putih, membuat ketiga orang yang tadi masih tertidur di buat bangun dan menghampiri Iqbal yang berada di teras depan.
"Woi bal! Lo gak apa?!" tanya Frega panik, sedangkan orang yang di tanya tetap diam dengan pandangan mata yang tidak bisa di alihkan dari depan nya. Frega yang melihat itu mengikuti arah pandangan Iqbal dan menemukan satu orang yang selama ini selalu Iqbal rindukan, Monica.
"WOI GILAAAAA, MONICA LO APA KABAARR ?! PULANG DARI LUAR NEGRI MAKIN BENING AJA GAK KAYAK GILANG. MASIH TETAP BULUKK" Teriak Frega yang langsung memeluk gadis yang berada di depan rumah nya.
"Bodo asli, bodo. Gue aja terus yang kena."
"Sabaaar, orang sabar di sayang Tuhan." Kata Chandra mengingatkan
"Iya, gue sabar Ndra."
"Gitu dong. Tapi emang bener sih, yang Frega bilang."
"BODOOOOOOO, KITA KEMUSUHAN!!!"
Mendengar teriakan Gilang, Iqbal berlari menuju Monica. Menarik kerah baju Frega agar menjauh dari kekasihnya. Dengan gerakan cepat, laki-laki itu merengkuh gadis yang berada di hadapan nya kedalam pelukan nya erat. Ia menggumamkan berkali-kali kata rindu pada gadis yang berada di dalam pelukan. Monica menepuk-tepuk punggung Iqbal, gadis itu bisa merasakan dahi nya di berikan kecupan berkali-kali oleh Iqbal. Frega, Gilang, dan Chandra yang melihat itu di buat gigit jari karena melihat adegan yang menurut mereka sangat lucu dan menggemaskan.
Gilang berlari masuk ke dalam rumah untuk mencari dimana ponselnya berada. Chandra menarik Frega yang masih bertahan melihat keromantisan Iqbal dengan Monica. Terdengar suara rengekan Gilang dengan seseorang di sebrang sana, sedangkan Frega malah terlihat marah-marah karena tidak bisa menyaksikan Iqbal yang melepas rindu dengan Monica.
"Udahlah, kalian itu kok norak banget sih kayak gak pernah ketemu sama cewek cantik." Ujar Chandra dengan berkacak pinggang melihat kelakuan kedua sahabatnya seperti korban sinetron.
"Ya habisnya lucu, kapan lagi yakan Iqbal sampai segitunya sama cewek, selama ini kan dia lempeng-lempeng aja, gak deng kemarin Kamis dia ngajakin gelut gue mulu." Jawab Frega dengan wajah betenya.
"Ya wajar lah, mereka udah gak ketemu lama, pasti kayak gitu kalo ketemu la..gi." Chandra menunduk kan kepalanya, menarik napas dalam-dalam lalu memasang tampang galak nya seperti semula. Frega mendekat ke arah Chandra dengan kepala yang tertunduk. "Laah, lo ngapain lagi di depan gue? jangan.., jangan...," Jari telunjuknya menunjuk-nunjuk Frega dengan mata yang di picingkan. "ENGGAK! GUE MASIH NORMAL SUMPAAH!" Teriak Chandra tiba-tiba membuat Frega yang berada di depan nya terkejut sampai terjungkal ke belakang.
Gilang yang melihat itu tertawa geli. Pasalnya, Frega terjatuh karena suara teriakan Chandra yang tidak terlalu keras namun cukup membuat oranglain terkejang di tempat masing-masing. "Aduuuh..," Frega mengusap-usap bagian bokong nya yang sakit. Menatap Gilang dengan pandangan galak, Frega bangkit dari duduknya lalu menjitak kedua sahabatnya itu dengan kencang. "Rasain tuh! Makan tuh jitakan!"
Frega pergi meninggalkan Gilang dan Chandra yang masih sibuk mengusap-usap kepala masing-masing bekas jitakan dari pelaku yang sudah berlari masuk ke dalam kamar. Iqbal masuk kedalam ruangan bersama Monica yang berada di sebelahnya. Chandra yang melihat kehadiran Monica tersenyum kecil.
"Gue ke kamar dulu." Chandra memilih meninggalkan Gilang, Iqbal, dan Monica masuk ke dalam kamar tamu yang ada di sebelah kamar Frega. Monica menengok ke arah Iqbal, ternyata laki-laki itu juga sedang menatap ke arahnya dengan pandangan sendu. Gilang menghela napas panjang, menarik kedua sudut bibirnya agar tersenyum.
"Kabar lo gimana nik? Lo pulang dari sana makin cantik aja, pantesan Iqbal tahan LDR-ran sama lo." Ledek Gilang dengan tangan yang sibuk menata bantal-bantal yang berserakan di lantai. "Eh duduk sini! Lo tuh bal, ceweknya dateng seharusnya lo buatin minum atau lo suruh duduk dulu gitu, malah berdiri aja kalian berdua kayak patung. Sorry ya nik, pada belum mandi nih baru pada bangun."
Monica duduk di sofa tunggal, menatap kesekeliling ruangan. "Ya begini aja lang kayak yang lo lihat, aah bisa aja lo! Gue bilangin Tania nih kalo lo muji-muji gue cantik." Monica memperlihatkan senyuman jahil di wajahnya. Sedetik kemudian ia tertawa geli, "Enggak lah lang, gue bercanda. Waaah pantesan aja kayak ada bau-bau gimanaa gitu, ternyata kalian belum pada mandi toh! Huuuu, jorok!" ejek Monica dengan menjepit hidung nya menggunakan ibu jari dan jari telunjuknya.
"Gaya kamu mah, dari tadi aku peluk juga gak protes bau-bau." Celetuk Iqbal dengan tangan kanan yang tergerak seolah menyapit kepala Monica. "Aku mah gak bau tuh."
"Ish!! Iqbal udah ah, kamu nih gak kasihan sama Gilang apa yang dari tadi udah gigitin bantal aja, kamu tuh ya dari dulu gak berubah!" Omel Monica dengan menepuk-nepuk paha Iqbal dengan kencang.
"HAHAHAHAHA, YA AMPUN LANG.., MENDING LO MANDI DULU GIDAAH!"
"BODO BAL!"
***
Ponsel Tania berdering. Pagi ini ia merasa sangat malas beranjak dari tempat tidur, karena tidak ada Frega yang berteriak-teriak membangunkan Tania seperti biasa. Menduduk kan diri, Tania menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kakinya di biarkan menyentuh lantai kamarnya. Merentangkan tangan dengan mulut yang menguap lebar, Tania beranjak dari tempat tidurnya, membuat tirai kamarnya, lalu membuka jendela nya agar udara dari luar dan cahayanya masuk ke dalam kamar.
Melangkah kan kaki ke meja yang berada dekat dengan tempat tidur. Ia menuangkan air dari teko kaca ke gelas kaca ukuran besar, menduduk kan diri di bangku belajar, Tania meminum air putih dengan mata terpejam, menikmati air yang masuk kedalam tenggorokan nya.
Ponselnya berdering lagi, tangan kirinya menggeser tombol hijau lalu mendekatkan nya pada telinga di sebelah kanan. "Halo, Assalamualaikum.., kenapa lang? Aku di rumah baru bangun, iya.. baru banget bangun, kak Ica di Jakarta?! Yang bener kamu!!! Oke-oke aku kesana, di rumah kak Iqbal kan? Oke, aku kesana nanti. Iyaa.., Waalaikumssalam."
Tania menyimpan gelas di atas meja. Melemparkan ponsel yang sebelumnya ia genggam ke atas kasur dengan senyum kebahagiaan. Mengambil beberapa pakaian di dalam lemari, lalu pergi menuju kamar mandi untuk mandi.
"Ketemu kak Mooonniiicccc, aku rinduuu."
***
"Frega yang lo kenal sekarang bukan dia yang benar-benar dia. Kecelakaan itu terjadi karena, Harris." Perkataan Chandra tempo hari terus terngiang-ngiang di benak nya. Jemari telunjuknya menggeser-geser beberapa foto dirinya bersama Tania yang ada di galeri ponselnya.
"Harris.., gue harus cari tau apa alasan yang sebenarnya! Gak mungkin alasan dia berbuat seperti itu hanya karena gak suka Frega bahagia bareng sahabat-sahabatnya." Mematikan layar ponsel, Azahra bangkit dari tempat nya bersandar, menyimpan ponsel di atas meja lalu mengganti pakaian nya dengan pakaian yang lebih enak di pandang sebelum bertemu dengan Tania dan yang lain nya.
Baru ia ingin masuk ke dalam kamar mandi, ponsel yang berada di atas meja berbunyi membuat Azahra menghampiri meja lalu membaca pesan dari Bayu.
From : Bayu
Ra, gue butuh bantuan lo nih. Tapi jangan ajak Tania, gue tunggu di taman deket rumah lo nanti jam sepuluh, thanks yo.
Jemarinya tergerak mengetik balasan pesan untuk Bayu.
To : Bayu
Sekarang aja bay, biar gue sekalian pergi keluar. Kalo nanti takut gak bisa
From : Bayu
Oke, gue meluncur.
Azahra mematikan ponsel, menyimpannya lagi diatas meja bergegas menuju kamar mandi untuk mengganti pakaian dan menuju tempat dimana Bayu menunggunya.
***
Tania membuka pintu mobil Honda Jazz berwarna abu-abu setelah memakirkan mobil itu tepat di depan sebuah rumah. Senyum di wajahnya tidak hilang-hilang semenjak keberangkatan sampai datang ketujuan. Rumah bercat putih abu-abu itu seolah menggambarkan seorang kakaknya yang terlihat bahagia namun terlihat menyembunyikan rahasia juga.
Kakinya melangkah masuk kedalam rumah. "Assalamualaikum!" Ucap Tania saat melihat seorang gadis tengah duduk di samping Iqbal yang sibuk bertanya-jawab.
"Waalaikumssalam, masuk sini ta!" jawab Iqbal yang sudah mengetahui perihal kedatangan Tania ke rumah Frega. "Ditungguin sama Monica nih, katanya udah kangen banget sama lo."
Mendengar hal itu, Tania berlari dari depan pintu menuju Monica lalu memeluk gadis yang sudah di anggap sebagai kakak nya dengan erat. "Ya ampuuun, adik aku makin sehat aja jadian sama Gilaaang. Kangen banget aku dek sama kamu, kamu apakabar? Gak ada yang ganggu kamu kan selama kakak pindah ke Toronto? Kalo ada siapa yang ganggu kamu, bilang ke kakak, biar kakak hajar dia sampai babak belur!" Tania yang di tanyai malah tertawa membuat Monica gemas sendiri. "aaaaahhhh aku kangen banget pokoknya sama kalian semuaaaa!! Ayo duduk dulu duduk, abang kamu lagi mandi kayaknya soalnya belum keluar dari kamar dari tadi."
Tania duduk disebelah Monica membuat Iqbal mau tidak mau mengalah. "Aku tinggal dulu ya, aku mau mandi. Ta, kalo mau makan atau apa di kulkas ada udah di siapin sama Ega." Kata Iqbal mengingatkan. Monica mengangguk kan kepala, Iqbal menarik pelan punggung leher Monica, lalu mengecup kening gadis itu lama. "Aku pulang dulu, kalo anak-anak tanya, aku lagi mandi, kalian makan aja, pesen-pesen nanti aku bayarin."
"TANIA KOK ENGGAK SIIII!!" Rengek Tania karena tidak diperlakukan sama seperti Monica. Iqbal dan Monica dibuat terkekeh karena kelakuan Tania, menatap Monica seolah meminta izin, Monica menganggukan kepala dengan senyum di wajahnya membuat Iqbal melakukan hal yang sama pada Tania. "Makasih abaaangg."
Iqbal mengangguk, berjalan ke arah pintu lalu pergi menuju rumah yang berada 'tak jauh dari tempatnya menginap semalam. Monica mencubit kedua pipi Tania gemas, membuat Tania memeluk Monica erat.
"Ka Ica, aku punya sahabat baru loh di SMA!" kata Tania bersemangat.
"Oh ya? siapa nama sahabat kamu? Hmm, kakak jadi penasaran nih. Dia orang nya gimana?"
"Pasti kakak gak akan percaya! Dia sifatnya hampir mirip sama kakak, dia suka makan pedes, terus dia juga bisa pukulin orang yang ngeliatin Tania pakai pandangan 'hewan lapar' sampai ngebuat orang-orang itu lari ketakutan."
Sebelah alisnya terangkat, senyum diwajahnya mengembang mendengar Tania bercerita dengan heboh, masih sama seperti dulu. Bedanya hanya, Angel tidak berada disini, namun tetap bersama mereka di dalam hati.
"Iih! Pasti kakak gak denger kan!" Rajuk Tania dengan wajah kesalnya. Monica tertawa pelan.
"Kakak denger, kok. Terus-terus gimana?" mendengar jawaban itu membuat senyum Tania kembali mengembang.
***
"Azahra! Disini!!"
Mendengar hal itu, Azahra berlari menuju tempat Bayu berada. Bayu tertawa pelan, "Ahh.., lebih seru seperti ini kan? Lebih baik berdua, karena kalo ada si nenek lampir itu pasti semakin menyulitkan rencana yang sudah gue buat." Azahra terngaga mendengar penjelas Bayu. Menepuk lengan laki-laki itu kencang membuat Bayu mengaduh kesakitan. "Aduh! Lo mah mukul-mukul mulu, kan sakitt."
"Ya habisnya lo kebiasaan, nanti kalo Tania lihat marah loh dia, bisa diambekin sebulan nanti."
Bayu tersenyum kecil, menatap tubuh gadis yang berada disebelahnya. "Tapi memang benar, kalo ada Tania disini pasti rencana gue bakalan gagal. Lo ingatkan kalo gue udah punya pacar? Nah, pacar gue tuh cemburu banget kalo gue dekat sama kalian berdua, terlebih sama Tania."
"Eh lo seriusan di terima sama Yerlin? Wah gila baay.., bay.., kak Yerlin lo kasih apa sampai luluh begitu? Wahh parah si lo bay, parah!"
"Hush! Ngawur lo ra. Gue mah gak usah pakai yang aneh-aneh, cukup jujur sama deketin aja terus, akhirnya jadian juga kan hahahaha."
Azahra terkekeh pelan. "Eh iya bay, lo mau minta bantuan apa?"
"Nah itu ra! Secara kan lo itu cewek yakan, gue mau minta pendapat ke lo tentang kado yang harus gue kasih ke pacar gue ini."
"Lho? Emang besok ulangtahun kak Yerlin sampai lo kasih kado segala?"
"Aduh, gini nih kalo masih menjomblo sampai SMA." Ledek Bayu membuat Azahra cemberut sendiri. "Bercanda, besok dia lomba gitu udah masuk final, kalo dia menang gue harus kadoin lah, ya gak pas menang doang sih.. yang penting dia gak patah semangat aja judulnya."
"Ooh gitu, emangnya kak Yerlin ikut lomba apa bay?"
"Dia ikut lomba basket antar sekolah yang khusus cewek, kalo yang buat cowok kan minggu depan deket-deket sama ulangtahun sekolah, eh lo nonton dong bareng Yerlin sama Tania biar gue semangat gitu."
"Emang lo ikut basket yang ada disekolah? Bukannya lo masih baru ya bay?"
"Iya lo benar, tapi gini-gini." Bayu memukul-mukul dadanya pelan. "Gue jago, di SMP kemarin gue jadi kapten basket weh, jangan salah."
"Somboong! Gue males nonton orang sombong."
"Bercanda raaa, udah ah ayok buruan temenin gue ke mall!"
Bayu menarik tangan Azahra agar menyamakan larinya menuju parkirkan. Menekan tombol yang ada diremot mobil, Bayu membuka pintu depan mobil. Tangan nya tergerak seolah menekan kepala Azahra agar menunduk lalu menyuruh gadis itu masuk ke dalam mobil. Berlari pelan, Bayu membuka pintu mobil, masuk kedalamnya lalu menutup pintu.
"Woi apa-apaan nih gue modelnya kayak di culik, gue teriak ya!" Omel Azahra tidak terima. Bayu yang sedang menyalakan mobil tertawa kecil membuat Azahra memalingkan wajah, melipat kedua tangan nya didepan dada dengan kedua alis yang menukik ke bawah. "Gue marah, bodo."
"Hahahahaha lo lucu amat si, mana ada orang marah ngomong hahahahhaha."
Melirik Bayu dari ujung matanya. "Yaudah anggap aja gue gak bilang, lo pura-pura gak denger aja!"
"Hahahahahaha udah ah, gak usah ngambek.. nanti gue beliin eskrim sama beliin makan buat lo."
"Oke, deal."
***
Harris melangkah kan kakinya menuju taman yang berada dekat dari rumahnya. Tujuan nya hari ini hanya menemani keponakan nya berjalan-jalan di sekitar taman karena keluarganya sedang menyiapkan pesta penyambutan untuk sahabat lama dari ayah-dan ibu nya. Marvin berlarian kesana kemari mengikuti anak-anak kecil yang berlarian, 'tak jarang Harris memotret aktivitas keponakan nya yang baru berumur lima tahun.
Baru ia ingin mengambil potret dari Marvin, keponakan nya sudah terlebih dahulu terhuyung kedepan. Harris berlari menuju keponakan nya yang berada sedikit jauh darinya, namun pergerakan nya kalah cepat dengan seorang gadis yang sudah terlebih dahulu menangkap Marvin kecil yang hampir mencium tanah.
"Ey.. kamu gak apa adik tampan?" Harris mendengar pertanyaan itu, di dalam hatinya terkekeh geli karena seorang gadis yang umurnya mungkin sama sepertinya mengajak bicara anak kecil.
"Gak pa?" celoteh Marvin dengan kepala yang di miringkan. Gadis itu terpekik tertahan. "Kaa..kak?"
"Iya, apa sayang? nama kamu siapa hm?"
"PIIIINN!"
"Kevin?"
"Kaaan!!!"
"Bukan? terus siapa dong.."
"Mapiiin!"
"Marvin? Anak kecil namanya Marvin?"
"Ya! Ya! Mapiiinn"
Hati Harris menghangat melihat interaksi keponakan nya bersama gadis yang berada di depan nya. Tanpa aba-aba, Marvin sudah memeluk kedua kakinya erat, membuat Harris dibuat kaget sendiri. Gadis yang tadi bersama Marvin tidak berada di sana, entah pergi kemana. Padahal ia belum sempat mengucapkan terimakasih dan menanyakan nama dari gadis itu sendiri.
"Hey, jagoaan! Sini om gendong." Harris mengangkat Marvin kedalam gendongan nya. "tadi ngobrol sama siapa hayoo."
"Ma Kaa!"
"Sama kakak?" Marvin menganggukkan kepalanya heboh, Harris menahan dagu keponakan nya menggunakan ibu jarinya. Ia takut kepala keponakan nya akan sakit lalu ia akan di marahi oleh ibu dan ayah nya.
"Yuk, kita pulang. Omma, udah telepon om nih." Harris menggendong Marvin menuju rumah mereka yang masih berada di satu komplek dengan taman yang mereka kunjungi.
Sepanjang perjalanan Marvin tidak henti-hentinya berceloteh tentang apa yang ia temui hari ini, melakukan apasaja bahkan 'tak jarang membuat ibu-ibu komplek yang baru pulang lari pagi berhenti sejenak untuk sekedar mencubit atau mengiming-imingi roti yang mereka bawa, pagi ini Marvin kebanjiran roti gratis dari ibu-ibu.
Marvin melihat sepeda berwarna putih pun langsung menunjuk sepeda yang terparkir di sebuah pekarangan rumah dengan pandangan yang mengarah pada Harris. "Tu apaa?"
"Se.. pe... da." Jawab Harris dengan mengeja.
"Sepeda?" Tanya Marvin balik dengan kedua mata yang dikerjap kan. Harris mengangguk, saking gemasnya dengan tingkah Marvin, Harris menggigit pipi tembam Marvin pelan membuat anak kecil itu berusaha menjauhkan wajahnya dari Harris.
"Lucu banget sih keponakan om nih! Om culik nih lama-lama gak mau om pulangin."
"Ngggaann! Paa! Paa!!!"
"Hahahahaha, iya.. om bercanda doang piiin."
"Belcanda?"
"Iya, bercanda. Udah ah, ayo kita buru-buru pulang nanti kamu kelamaan kena sinar matahari."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top