02 - Tawar Menawar


Halo semuanya, salam untuk semua pembaca baru cerita Heart Like Yours ^^ semoga kalian suka dengan cerita ini ya, untuk kalian yang mau ikutan PO dari cerita Heart Like Yours, kalian boleh DM aku langsung ya, nanti gue kasih tau caranya untuk ikutan PO, terima kasih! ^^

Terima Kasih untuk pembaca cerita HLY, judul sebelumnya KETOS, terima kasih banyak untuk 197K nya, te amo mi amor

Njutt.. enjoy semua!

[ Repost! ]

-------


Azahra duduk diam di kursinya, tangan kanan nya memegang pensil mekanik, diatas meja nya terdapat buku gambar A4 yang masih kosong. Tania yang berada disebelah nya pun mencubit pipi Azahra agar teman baru nya itu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru seni budaya.

"Ish!" Tania tertawa tanpa suara melihat raut wajah kesal Azahra yang merasa terganggu oleh nya.

"Kerjain! Bengong mulu, nanti kesambet!"

Azahra memutar bola mata malas, menyendarkan kepala pada bahu Tania, "Gak ada ide nih, badmood juga." Tania tersenyum geli melihat tingkah Azahra yang berubah manja padanya, padahal beberapa jam yang lalu Azahra lebih memperlihat kan sifat jutek dan angkuh pada Tania, tetapi setelah mereka mengobrol dan bertukar nomor sifat angkuh itu hilang ditelan waktu.

"Lo mau dengar lagu?" Tawar Tania membuat Azahra menjauhkan kepala nya dari bahu Tania dan mengangguk lucu, "eleh, tadi siapa ya yang sok-sok jutek gitu ke gue?"

"Tania mah... Tania cantik deh, katanya mau dengerin lagu! Buruan ih!" Tania sukses dibuat gemas oleh tingkah Azahra yang memang benar-benar ajaib, melepas salah satu headset yang dipakai lalu memberikan sebelah headset ke Azahra lalu dipakai oleh perempuan itu.

Azahra mendengarkan lagu yang diputar oleh Tania. Azahra tau lagu ini, lagu dari salah satu band yang terkenal karena lagu - lagu dari band tersebut sering diputar oleh Riad, kakak laki-laki nya. Jadi ia kurang lebih tau tentang lagu yang sedang ia dengarkan bersama Tania saat ini.

Disaat kita bersama,
Diwaktu kita tertawa menangis merenung,
Oleh cinta,
Kau coba hapuskan rasa,
Rasa yang dimana kau melayang jauh dari jiwaku dan juga mimpi ku.

Tania tersenyum penuh arti diwajah nya, banyak hal yang ia suka pada diri Azahra dan cocok untuk satu orang yang memang sudah memulai langkah awal untuk meminjamkan Azahra baju tadi saat istirahat, ia tau kalau orang itu memang sudah tertarik dari awal namun dengan sifat nya yang seolah tidak perduli dengan sekitar membut orang itu menjadi orang yang sulit di tebak, kecuali oleh nya

****

Frega duduk tenang di hadapan guru yang terkenal killer dengan pembina osis yang duduk disebelah nya. Sejak tadi mereka bertiga sibuk berdebat tentang siapa yang akan menjadi Ketua Osis utuk tahun ini, Frega jelas menolak keinginan dari pak Sofyan dan bu Ratna yang ngotot ingin ia masuk kedalam kandidat Ketua Osis tahun ini bersama kandidat yang lain.

"Pak! Jangan saya yang jadi Ketua Osis tahun ini, saya sibuk pake banget duh," Tolak Frega lagi dan lagi, pak Sofyan mengambil ponsel nya dan membuka Sound Recorder lalu membuka Recording file list dan menekan salah satu rekaman yang ada disana.

"Badboy gini juga bisa jadi Ketos, lihat aja nanti. Lo jadi pacar gue, pacar dari Ketua Osis." Frega mendesis kesal mendengar ucapan nya sendiri saat meledek teman baru Tania, sedangkan pak Sofyan dan bu Ratna memperlihatkan senyum kemenangan saat menatap Frega yang saat ini masih mengutuk dirinya sendiri karena mengucapkan itu saat akan berurusan dengan pak Sofyan yang notaben nya adalah Kepala Sekolah yang merangkap menjadi guru Fisika disekolah nya. "Kalau saya sih ya.. Malu ga, karena seorang laki-laki yang dipegang itu perkataan nya, masa kalah sama perempuan terus anak baru lagi."

Iya elah, lo menang pak. Iya gue setuju, ribet nih pake segala keceplosan lagi ngomong begitu. Tapi ada bener nya juga sih, masa gue kalah sama anak baru itu.

"Oke, jadi karena Ega sudah setuju kita tulis nama Frega paling akhir, yang pertama dari kelas XI-MIPA1 Wahyu Chandra Wibowo, lalu Sherly Utinaya dari kelas XI-IPS2, Nadhira Syanaroh dari XI-MIPA3, dan-," pak Sofyan menjeda. Kepalanya menengok kearah pintu yang diketuk dari luar, "Masuk!" kata nya dengan suara yang lumayan keras.

"Dan yang terakhir, Dio Regard Gionino dari XI-MIPA1." Ucap pak Sofyan menyelesaikan pembicaraan saat orang-orang yang nama nya disebutkan tadi masuk kedalam ruangan. "Wah kalian semua sudah datang, silahkan duduk disebelah Frega yang wajah nya sejak tadi sudah masam seperti jeruk nipis." Kata pak Sofyan mempersilahkan ke-empat orang yang baru datang untuk duduk disofa panjang yang ditempati oleh Frega sekarang, sedangkan bu Ratna sudah pindah untuk duduk disebelah pak Sofyan yang sedang meminum teh hijau.

"Saya mulu dah yang kena pak," Sungut Frega yang sejak tadi kalah berdebat dengan dua orang yang berada dihadapan nya saat ini, bu Ratna yang tadi nya diam pun dibuat tertawa oleh Frega yang wajah nya sudah mesem tambah kesal karena menjadi bulan-bulanan Kepala Sekolah mereka. "Gak usah ketawa bu, entar laba-laba masuk kedalam mulut tau rasa!"

Dio berdeham pelan, mengembalikan suasana seriusan diantara mereka ber-tujuh, "Jadi ada apa bapak memanggil kami semua nya?" tanya Dio Regard Gionino dengan wajah tenang.

Yaelah, sok-sokan formal padahal mah kalo lagi nyebat dibelakang sekolah ngomongin Kepsek mulu. Tampang nya doang nih kalem, aslinya mah buruk. Eh, Astagfirullah... maafin Frega ya Allah, maen asal nuduh aja, eh tapi ini ada buktinya jadi gak asal nuduh.

"Ah.. Karena kalian semua sudah datang saya ingin bertanya, apa kalian tau kenapa saya menyuruh kalian datang kesini untuk bertatap muka dengan saya dan ibu Ratna?" Semua menggeleng, kecuali Frega dan Chandra yang memiliki ciri khas pembawaan yang tenang dan tidak perduli. "Baik, kalau begitu biar ibu Ratna yang memberi tau alasan mengapa kalian dikumpulkan diruangan saya ha-,"

"Pak, saya gak akan dikeluarin dari sekolah kan ya? saya kan rajin pak walaupun badung-badung gini juga." Celetuk Dio membuat ke-enam orang yang berada didalam ruangan terdiam dan menatap Dio heran sekaligus malas karena pertanyaan yang tidak bermutu.

"Bukan, ini tentang pemilihan Ketua Osis untuk tahun ini." Ujar bu Ratna mendahului pak Sofyan yang sudah menghela napas sejak tadi.

"Jadi kita ber-lima yang bakalan di jadikan kandidat osis tahun ini?" Tanya Chandra dengan to the point, membuat pak Sofyan spontan mengangguk membenarkan pertanyaan Chandra yang sejak tadi diam dan mengamati pembicaraan dari awal.

"Benar, Jadi kalian semua yang akan saya calonkan sebagai kandidat untuk menjadi Ketua Osis. Jadi mohoon kerja sama nya untuk membuat seluruh siswa-siswi disekolah ini lebih berkembang lagi, lebih maju lagi dalam akademik maupun non-akademik. Siapkan Visi-misi yang akan kalian bacakan besok, kita cukupkan pertemuan hari ini dan persiapkan diri kalian masing-masing untuk besok. Jam 8 pagi di Aula sekolah."

**

Bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, semua murid mulai berhamburan keluar dari dalam kelas, tanpa terkecuali Tania dan Azahra yang saat ini sedang berjalan di koridor yang mulai sepi karena semua murid sudah pergi ketempat penitipan motor maupun mobil yang dekat dengan sekolah mereka.

"Ta, pulang sama siapa?" tanya Azahra saat mereka berdua berada didepan ruang Kepala Sekolah, Tania terdiam beberapa saat. "Ta?" Panggil Azahra lagi karena tak kunjung mendapat jawaban dari Tania.

"Gue balik sama Gilang, lo di jemput ra?"

Azahra mengangguk, "iya dong! Gue hari ini di jemput sama papa gue," Iya, kalo dia ingat ada janji mau jemput gue, dia kan sibuk sama urusan kantor dan kantor. Lanjut Azahra dalam hati.

"Lo serius ra? Bareng gue aja sama Gilang, kebetulan dia ba,-"

"TANIA! SAYANG KU!" Teriak seseorang dari belakang sontak membuat langkah mereka berdua terhenti.

"Ciye... Tata pacarnya Gilang toh.." Goda Azahra dengan mencolek dagu Tania yang sukses membuat wajah Tania merona, "ah suka malu gitu deh kamu.. sudah ya, gue kedepan duluan! Sampai ketemu besok ta!" Azahra berlari menuju gerbang sekolah nya, dalam hati ia berharap - harap kalau papa nya akan menjemputnya sesuai dengan janji yang diucapkan oleh papa nya saat Azahra baru sampai di Jakarta.

Pa... Papa gak lupa kan, kalo hari ini janji mau jemput Rara disekolah.

Bbrrmm!

Tin!

Azahra menengok kearah suara, ia melihat Tania yang berada didalam mobil bersama Gilang, "Eh ada si eneng geulis, ketemu lagi kita." Sapa Gilang dengan cengiran diwajanya.

Kaca mobil memang sengaja dibuka oleh Tania karena melihat Azahra berdiri tepat disebelah gerbang masuk sekolah, Azahra tersenyum tipis lalu mendekatkan dirinya ke sisi mobil, "Eh ada si mamang yang dicakar maung, makasih ya mang udah nolongin tadi! Tania nya dianterin pulang dulu loh mang, jangan langsung diculik buat jalan ke mall nanti dimarahin bunda nya!"

Gilang mengacungkan kedua ibu jari nya dengan di iringi tawa kearah Azahara membuat perempuan itu tersenyum lebar, "Siap itu mah, lo nunggu siapa? Mau bareng aja gak? udah mendung loh ini." Tawar Gilang yang diangguki oleh Tania karena cuaca sore ini memang mendung.

Azahra mengusap punggung lehernya tidak enak, "Em, gimana ya? mau sih, tapi takut nanti papa datang terus gue gak disini. Em.. lain kali ya? Gak apa kan mang? Ta?"

Gilang dan Tania mengangguk pelan dengan senyum yang selalu menghias diwajah kedua orang itu, Tania mengusap punggung tangan Azahra pelan. "Kalo gitu gue pulang duluan ya ra, lo hati-hati ya? Nanti kalo gerimis neduh di post satpam atau gak lo hubungin gue, nanti gue sama Gilang jemput lo disini."

"Yes Mom!" Seru Azahra dengan menirukan gerakan hormat membuat kedua pasangan itu tertawa didalam mobil, "Udah sana pulang! Hati-hati ya mang! Kalo bensin nya habis panggil nama gue tiga kali, gue jamin,-"

"Lo bakalan dateng?"

"Enggak lah! Kan gue jauh. Aku disini dan kalian disana, hanya berjumpa disekolah.." Kata Azahra dengan mengubah lirik lagu yang dinyanyikan. Gilang tertawa semakin kencang, membuat Tania mendelik kesal lalu mencubit pinggang Gilang agar memelankan tawa nya membuat Azahra tertawa diatas penderitaan Gilang.

"Dasar edan, yaudah kita duluan ya? see you neng geulis, jangan lupa pesan nya cewek gue tadi, kalo lo belum dijemput hubungin Tania biar nanti gue jemput terus antar lo pulang." Azahra mengangguk dengan mengacungkan ibu jari nya, ia mundur beberapa langkah agar mobil itu keluar dari area sekolah. Disekolah memang tidak menganjurkan murid nya membawa kendaraan pribadi, kecuali untuk beberapa murid tertentu yang boleh memarkirkan mobilnya disekolah.

Tania melambaikan tangan nya saat mobil mulai menjauh dari Azahra, padahal ia baru bertemu dengan Azahra hari ini, tetapi sudah seperti mengenal perempuan itu sejak lama dan enggan membuatnya meninggalkan Azahra sendirian disekolah dengan cuaca yang mendung seperti saat ini.

Azahra terdiam cukup lama saat melihat mobil itu sudah berbelok kearah kanan dan menghilang dari jangkauan pandang nya, senyum yang sejak tadi mengihas diwajah nya pun sudah menghilang entah kemana, pandangan nya kini terfokus pada ujung sepatu putih nya dengan mata yang berkaca-kaca seperti anak hilang pikirknya saat ini.

Papa lupa lagi kan sama janji nya! Rara gak butuh harta yang banyak, Rara sama bang Riad sama mama cuma butuh waktu kosong papa seperti dulu, bukan uang, uang, uang, uang, dan uang yang selalu papa transfer buat kita bertiga. Uang emang penting, tapi Rara butuh papa juga.

Tin!

Tin!

"Woi! Pulang ayok! Kasian tuh cewek gue khawatir dari tadi. Katanya gak tega ninggalin anak nya sendirian disekolah." Teriak orang dari dalam mobil membuat Azahra buru-buru mengelap air matanya dengan punggung tangan, saat menyadari mobil Pajero terhenti tepat didepan nya.

"Lah, kok lo nangis? Lo kenapa! Siapa yang gangguin lo?! Bilang sama gue, macem-macem aja sama anak gue nih." tanya Gilang dengan panik dari dalam mobil.

Azahra menggeleng dengan tertawa "Yehh! Emang gue mau jadi anak lo?"

"Emang nggak mau? Lumayan loh jadi anak gue sama Tania bisa ma,-"

"MAU LAH!"

"Dasar lo, buruan masuk." Perintah Gilang karena melihat rintikan hujan mulai turun. Azahra masuk kedalam mobil, lalu memasang sabuk pengaman.

"Lo kenapa nangis?"

"Enggak nangis elah, ini tuh kelalapan tadi ada debu wuushh gitu." Jawab Azahra dengan sesekali tertawa. "Oh iya, kenapa lo puter balik? Terus yang nganterin Tania pulang siapa mang?"

"Kelilipan neng, bukan kelalapan! Halah, gak usah sok mengalihkan pembicaraan. Lo sms atau telepon papa lo aja bilang kalo udah arah pulang diantar mamang kasep gitu."

Azahra mengangguk. Tangan nya sejak tadi sibuk dengan ponsel nya, guna mengirimkan pesan singkat untuk papa nya yang entah sekarang sedang melakukan apa sampai lupa menjemput nya disekolah.

To : Papa

Pa, Rara sudah didalam mobil mau pulang. Jadi papa nggak usah jemput hari ini, dan seterusnya. Jangan lupa makan pa, Rara sayang papa.

Gilang melirik Azahra yang sejak tadi diam setelah mengirim pesan ke papa nya, "Oh iya, tadi lo tanya Tania ya?" Ucap Gilang membuka pembicaraan. Diluar hujan deras mengguyur ibu kota lagi hari ini, banyak pengguna motor memilih menepikan kendaraan nya dan berteduh dirumah makan, atau dihalte pemberhentian bus.

"Iya, Tata kemana?"

Gilang tersenyum geli mengingat pacarnya tadi khawatir, bahkan sampai menangis karena meninggalkan Azahra sendirian dan menyuruh Gilang putar balik setelah pacarnya pulang bersama Iqbal yang berada tepat dibelakang mobilnya.

"Dia udah balik bareng sahabat gue, dia nyuruh gue putar balik buat nganterin lo pulang. Tadinya gue maksa dia buat ikut, tapi ya gitu.. abang nya lagi marah - marah mulu kayak cewek lagi pms dan nyuruh dia buat cepet - cepet pulang."

Gilang tertawa pelan, untuk memberi jeda. "Cewek gue itu... gimana ya, dia itu tipe orang yang gampang nangis, pekaan, lucu, ceroboh juga. Jadi ya gitu deh, dia tadi nangis mikirin keadaan lo yang nunggu sendirian disekolah yang udah sepi, tapi jangan mikir lo nyusahin gue ya? soalnya gue seneng akhirnya cewek gue nemu temen yang bener - bener tulus temenan sama dia."

Azahra diam, mendengarkan penjelasan dari Gilang. Tania pasti merasa beruntung karena memiliki pacar seperti Gilang yang sangat mengenal teman baru nya itu. "Makasih ya mang, gue juga seneng kok bisa punya teman yang o te we jadi sahabat gue kayak cewek lo itu, oh iya! Gue Azahra Septi Ananto, lo?"

"Gue.. Gue siapa ya?" Tanya Gilang pada dirinya sendiri membuat Azahra mendelik kesal. Gilang tertawa melihat ekspresi Azahra yang seperti itu, mengingatkan ia dengan ekspresi sang kekasih dulu saat pertama kali mereka berkenalan, saat pertama kali Gilang main dirumah sahabatnya itu lalu berkenalan dengan Tania yang ternyata berbeda satu tahun darinya. Tangan kirinya mengusap kepala Azahra gemas, "hahaha, bercanda gue. Gue Gilang Pangestu, pacarnya Tania Lianeta."

"Yeuu, sombong banget mentang-mentang punya pacar!"

"Aduduh, neng geulis ngegas pisan.. bensin nya full tank tah?" Azahra memukul-mukul lengan Gilang yang tertawa kencang karena sukses mengerjainya, "Ampun atuh neng! Atulah kita lagi naik mobil ini bukan gerobak dorong, entar nabrak!"

"Habisnya lo sih nyebelin! Awas aja nanti kalo gue punya pacar, kaget entar lo! Oh iya, dan ini bakalan gue aduin ke Tata nanti biar lo kena omelan nyaii!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top