01 - Menolong dengan caranya
[Repost!]
-----
Frega berdecak kesal, pandangan nya melihat keluar jendela yang memperlihatkan kumpulan awan putih dengan langit biru yang membuat pandangan matanya lebih tenang. Kedua sahabat nya sudah pergi terlebih dahulu keluar kelas dengan alasan sakit perut, sedangkan dirinya masih terkurung di dalam kelas dengan pelajaran yang membuat nya mengantuk.
Tuk!
Frega mengambil kertas yang ada dimeja nya, membaca gumpalan kertas yang sengaja dilemparkan kearah nya agar tidak ketahuan oleh guru yang tengah mengajar. Ia membaca deretan tulisan tanpa bersuara,
"Kata Iqbal disuruh nyusul ke kantin, kata Gilang disuruh cek line."
Baru ia ingin merobek kertas yang ada ditangan nya, kertas itu sudah diambil secara paksa dan membuat kertas itu berpindah tangan ke orang yang ada didepan nya.
"Anj-"
"Ohh... Jadi mereka berdua ada dikantin, cepat kamu panggil Iqbal dan Gilang lalu bawa mereka berdua keruangan saya."
Semua murid menahan napas, beberapa dari mereka merasa kasihan pada kedua teman nya yang akan terkena hukuman yang tidak main - main dari guru killer disekolah, kecuali Frega saat mendengar warning dari pak Sofyan dengan nada berbicara yang datar berbeda dari biasanya.
"Pelajaran hari ini cukup sampai disini. Dan Frega, tolong bawa kedua sahabat sepercabutan kamu keruangan saya." Setelah mengucapkan hal itu, pak Sofyan keluar dari kelas XI-IPS 1 membuat Frega mau tidak mau membawa kedua sahabatnya keruangan guru killer. Frega mengeluarkan ponsel dari dalam saku celana, mengetik pesan disalah satu roomchat Fregilma, dan mengirimkan pesan ke kedua sahabatnya yang ia pastikan masih bersantai - santai di kantin.
Redinan : Temuin gue depan kantor, buruan.
Iqtam : Ngapain lo disana?
Lastu : Tau, tumbenan. Insap lu?
Redinan : Bri6, balik gue bayarin makan kalo 3 menit lo berdua sampe didepan kantor.
Lastu : 2menit
Iqtam : Persahabatan kita sebatas makan Lastu kampret!
Frega mematikan ponsel lalu memasukan benda itu ke dalam saku celana dan bangkit dari duduk nya lalu pergi menyusul kedua sahabatnya yang ia perkirakan sudah sampai di depan kantor saat ini, atau yang lebih baik lagi sudah bertatap muka dengan kepala sekolah yang merangkap sebagai guru killer yang ingin memakan mereka berdua.
Frega duduk di kantin seorang diri setelah melihat kedua sahabatnya yang telah bertemu dengan pak Sofyan. Setibanya tadi dikantin ia sudah memesan makanan dan minta diantarkan, jujur saja Frega tidak terlalu suka makan sendirian, tetapi mau bagiamana lagi, kedua sahabatnya mencari masalah dengan guru yang salah disekolah.
Prang!
"SIALAN!! LO KALO JALAN PAKAI MATA DONG! GILA SERAGAM GUE KOTOR KARENA LO!! ISSH!! LO ANAK BARU ITUKAN!!"
Frega memicingkan matanya, menatap ke kerumunan murid - murid yang berkumpul untuk menyaksikan tontonan gratis di kantin sekolah.
"Wey brader! Ada apaan tuh?" Tanya Gilang yang baru saja duduk disebelah Frega, sedangkan yang ditanya malah menggeleng dan sibuk memakan bakso pesanan nya. Iqbal yang baru datang dari kamar mandi pun dibuat diam karena mendengar ucapan murid - murid tentang 'ribut'
"Eh ada apaan sih itu, ayo kesono!" kata Iqbal yang sudah pergi menghampiri kerumunan bahkan sampai naik keatas meja kantin karena tidak bisa melihat pemeran utama dari keributan itu sendiri.
"Lo... Gak ma,-"
Frega menggeleng, "Bukan urusan gue." potong Frega cepat, Gilang mengangguk lalu menyusul sahabat nya yang sudah sibuk melerai kedua orang yang bertengkar dengan menyerukan nama mereka berdua.
"Cari sensasi, basi." Dengus Frega yang kembali sibuk dengan makanan nya.
*****
Azahra melihat penampilannya dipermukaan cermin yang berada di kamar mandi sekolah nya. Seragam nya kotor karena terkena bumbu siomay saat tadi tidak sengaja menabrak kakak kelas nya. Jujur saja, rasanya saat ini juga ia ingin pulang kerumah nya lalu mengadu ke kakak laki - laki nya agar memarahai kakak kelas yang berani mempermalukan nya di kantin sekolah.
"Hei, lo gak pa-pa?" Sapa seorang yang gadis yang baru saja masuk kedalam kamar mandi.
"Ya, seperti yang lo lihat. Gue baik,"
Gadis itu tersenyum maklum saat melihat reaksi yang diberikan oleh Azahra saat ini. "Gue lihat kejadian dikantin tadi, lo hebat berani ngelawan ka Elisa dan anak buah nya."
"Ya..Ya.. Gue anggap itu pujian."
"Oh iya, gue Tania Lianeta! Dan... lo?" tanya gadis yang sempat memuji nya barusan karena berani melawan kakak kelasnya.
Mendengar pertanyaan tersebut, membuat dirinya terpanggil untuk memperkenalkan dirinya. Azahra tersenyum senang karena akhirnya ada yang tahan dengan sikap ketusnya. "Azahra Septi Ananto."
Setelah mengenalkan diri, Tania menyodorkan sergam putih kepadanya, membuat dahi Azahra mengernyit heran karena Tania berbaik hati meminjamkan seragam putih kepadanya.
"Pakai baju gue aja dulu, walaupun kegedean tapi itu lebih baik." Tania tersenyum lembut, "tenang aja, gue gak ada maksud apapun kok! Gue harap kita bisa jadi teman yang baik." Azahra mengambil seragam itu dengan senyum diwajah nya. "Buruan gih sana ganti baju nya!"
"Oke - oke, tunggu ya!"
Ponselnya bergetar, ia pun mengeluarkan ponsel nya untuk mengecek ponselnya
From : Bang Bos
Seragam nya udah lo kasih? Kalo udah, buruan ke ruang musik. Belum makan kan lo? Udah gue beliin batagor siomay nih buat lo berdua, tapi air nya beli sendiri.
Tania mencebikkan bibirnya kesal, dengan cepat ia membalas pesan agar orang itu tidak banyak bicara.
To : Bang Bos
Udah, dia lagi pake seragam lo hhh. Orang tuh beliin sekalian sama air nya, kenapa gak lo kasih sendiri sih seragam nya? Nyusahin aja lo mah!
"Tania? Baju nya kegedean banget ini mah, lihat deh." Tania menoleh ke arah Azahra yang baru keluar dari salah satu pintu kamar mandi dengan baju yang terlihat terlalu besar di tubuh nya yang kecil. "Lo yakin ini baju lo? Ini baju anak cowok tau!"
Tania tertawa lepas saat melihat badan Azahra hampir tenggelam dengan seragam yang dikenakan saat ini, "IIIHHH!!! TANIA!!!!"
"Hahaha, oke-oke.. maaf gue kelepasan ketawa, udah gak apa lo kayak gitu. Lagipula lucu ra, yaudah yuk ke ruangan musik! Gue mau ngambil batagor sama siomay titipan gue,"
*****
Frega duduk disebelah kedua sahabat nya yang tengah sibuk menata ulang semua buku-buku yang ada di perpustakaan, Frega melihat wajah Iqbal dan Gilang yang penuh dengan plaster luka. "Abis berantem sama macan mana lo berdua?" Tanya Frega yang memulai pembicaraan terlebih dahulu,
"Mantan lo tuh macan!" Saut Iqbal kesal karena wajah tampan nya tergores disana - sini karena ulah mantan dari Frega yang brutal.
"Elisa?" tanya Frega lagi dan diangguki oleh kedua sahabatnya, ia tertawa pelan di dalam hatinya, ia sangat bersyukur karena tidak masuk kedalam kerumunan. Frega tidak membayangkan bagaimana kalau tadi ia ikut masuk kedalam kerumunan untuk melerai keributan malah menjadi bahan tontonan karena mantan nya itu akan lebih mendramatisir keadaan.
"Kok lo malah ketawa sih! Bukan nya kasihan sama kembaran nya Adipati Dolken!" protes Iqbal sambil meletakan buku - buku ke tempat yang sesuai.
"Untung gue yang kembaran nya Irwansyah diem - diem aja, gak selebay lo bal." Mendengar hal itu Iqbal mendelik tajam ke arah Gilang yang malah bertosan dengan Frega yang diselingi tawa tanpa suara karena mengingat mereka bertiga berada didalam perpustakaan sekolah.
"Sialan lo berdua!"
"Iya, kita juga sayang lo bal!"
Tiba-tiba saja Frega teringat sesuatu dan segera berpamitan ke kedua sahabat nya untuk pergi terlebih dahulu membuat kedua sahabatnya kebingungan dengan Frega, padahal baru sebentar ia sampai di perpustakaan dan sudah pergi lagi meninggalkan mereka berdua.
Frega berjalan menyusuri lorong sekolah dengan headset yang terpasang ditelinga nya 'tak jarang juga ia bersenandung kecil mengikuti lirik - lirik lagu yang sudah ia hafal diluar kepala, tujuan nya saat ini adalah rooftop sekolah yang sepi.
Disaat kakinya menyentuh anak tangga pertama, pergerakan nya terhenti karena mendengar suara yang menyerukan namanya agar berhenti ditempat. Frega berbalik badan dan melihat pak Sofyan berdiri beberapa langkah dari tempat nya, tahun ajaran baru memang baru dimulai dan beberapa guru membebaskan murid - murid nya dengan tidak melaksanakan pelajaran efektif seperti biasanya. Dan artinya pemilihan OSIS sudah berada didepan mata.
Frega berjalan menghampiri pak Sofyan yang masih berdiri ditempat nya seolah enggan beranjak untuk menghampiri nya, "Ada apa pak?"
"Ikut saya, dan jangan coba - coba untuk kabur."
Frega tak henti - henti nya mengutuki guru yang ada dihadapan nya dalam hati, ketika ingin berbelok keruang guru ia melihat Tania dan perempuan disebelahnya yang menggunakan baju kebesaran. Tania melemparkan tatapan sinis kearah nya, sedangkan gadis yang berada disebelah Tania memasang wajah jutek yang membuat nya sampai mengertukan dahi heran.
"Skors aja si Frega pak! Skors!" Pak Sofyan pun menolehkan kepalanya ke belakang dan mendapati dua orang muridnya sedang meledek Frega yang saat ini sedang mentoyor kepala salah satu murid nya untuk menjauh dari mereka berdua. Pak Sofyan dengan spontan menggelengkan kepala nya, berjalan masuk kedalam ruangan dan meninggalkan Frega, Tania dan salah satu murid baru didepan ruangan.
"Sono lo! Bau tau gak lo!"
"Lo tuh bau! Gak mandi kalo sekolah!" saut Tania tidak mau kalah, sedangkan gadis yang berdiri disebelah Tania menajamkan indra penciuman nya dan mencium wangi parfum yang sama seperti wangi seragam yang di pakai.
"Yeeh, berisik aja lo mbing! Udah sana lo pergi, kasihan tuh temen lo mirip kambing conge diem aja dari tadi!"
Azahra menaikan sebelah alisnya, "Ngomong apaan lo barusan?"
"Kan, bener kayak kambing conge. Udahlah sana lo berdua ganggu urusan gue aja!"
"Yeh! Awas lo nanti! Badboy kayak lo, gue doain gak bakal jadi Ketos tahun ini!!" Kata Azahra, Frega tertawa nyaring mendengar ucapan yang ia dengar barusan.
"Badboy gini juga bisa jadi Ketos, lihat aja nanti. Lo jadi pacar gue, pacar dari Ketua Osis." Jawab Frega dengan percaya diri tingkat tinggi membuat Azahra memutar mata nya malas, menarik tangan Tania menjauh dari Frega dan segera pergi ke kelas mereka yang ternyata sama.
"Dalam mimpi lo, sialan!"
"YAH.. DI MIMPI GUE, LO JADI PACAR GUE. GIMANA DONG?!"
"MATI AJA LO SANA! DASAR BADBOY MENJEREMUS KARDUS!" Teriak Azahra tak kalah kencang membuat Tania menutup telinga nya karena tidak kuat mendengar teriakan dari kedua orang tersebut.
Frega tertawa melihat respon yang diberikan oleh gadis itu, "Lucu juga." baru Frega inginmengikuti kedua perempuan itu pergi, suara panggilan dari dalam kantor membuatnya sadar jika harus berurusan dengan pak Sofyan yang sudah menunggu nya sejak tadi.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top