34. Kejutan Ulang Tahun

Oh ya tentu saja aku tidak akan membiarkan akhir pekan kalian dihabiskan hanya untuk melihat bagaimana Fara bekerja.

Di bab ini, mari kita unyu-unyuan! Muehehehee...

Selamat membaca ❤

***

[Saat Ini]

Hari Senin biasanya membawa aura berat bagi penduduk urban. Setelah menyegarkan jiwa dan raga di akhir pekan, Senin siap menguras kembali kesegaran itu.

Tapi dalam rumah keluarga Fara, Senin ini menjadi Senin yang sangat penuh semangat. Apalagi sang ibu rumah tangga-nya tak berhenti tersenyum dan bergerak gesit pagi itu.

Dewa tak berhenti memperhatikan bagaimana istrinya itu bergerak dari bangun tidur, beraktivitas pagi, sampai akhirnya sarapan bersama sekeluarga.

"Selamat makaaannn..." seru Fara dengan senyum yang lebar.

"Ngeliat Ibu pagi ini kayak ibu-ibu di iklan vitamin ya, Nar," kata Dewa pada Nara.

Fara langsung menatap Dewa sambil memajukan bibirnya, membuat Nara terkikik.

"Ayah..." panggil Nara.

"Iya?"

"Ibu Sabtu ini ulang tahun loooh..."

Dewa melebarkan bola matanya dan menatap Fara tak percaya.

"Oh yaa??" seru Dewa. Bibir Fara pun makin maju dan alisnya sudah sangat mengkerut.

"Ih, ngeselin banget sih! Emang lupa beneran??" tanya Fara tak rela.

"Hayooo Dewa, jangan-jangan belum siapin kado ya buat Fara?" goda Bu Farida.

"Wah... ibu Nara marah, ayah harus gimana nih?" ujar Dewa panik sambil menatap Nara, mencari bantuan. Tapi anak berusia delapan tahun itu membuang muka sambil menahan senyum.

"Nggak tanggung, Nara sih udah punya kado buat ibu," kata Nara yang setengah geli karena sikap Dewa.

"Anak manisnya ibu emang paling baiiiikkk..." ucap Fara dengan nada terharu. Fara memang paling lemah kalau Nara sudah manis padanya. Ia adalah tipe orang tua yang tegas dan disiplin sehingga selalu ada ketakutan bahwa anaknya tidak menyukainya.

"Nara, Ayah Dewa patungan dong," Dewa berkompromi dengan seorang anak kecil sambil membuka dompetnya. Fara spontan memelototi.

"Ih, Ayah Dewa! Cari kado sendiri! Nara bikin sendiri kadonya, nggak beli," tolak Nara mentah-mentah. Fara tersenyum puas.

Anak gue lo kadalin, gagal lah!

"Tau nih Ayah Dewa, ngeselin emang. Udah kalo nggak niat ngadoin nggak usah!" seru Fara sambil menyelesaikan makannya dan bersiap berangkat.

Dewa menggaruk-garuk kepala, lalu mengikuti gerakan Fara.

***

Hari Jumat malam mood Fara sudah rusak habis-habisan karena Dewa tidak menunjukkan tanda-tanda telah menyiapkan hadiah untuknya.

Boro-boro hadiah, perhatian saja jadi irit sekali dalam lima hari terakhir ini. Kini ia di kamar berbaring sendirian karena Dewa semedi di ruang kerja.

Belum pernah Fara merasa sekesal ini perihal ulang tahun. Ia bahkan merasa dadanya panas dan sesak. Apakah dirinya bersikap berlebihan? Atau berharap berlebihan pada laki-laki itu??

Saat Dewa ulang tahun beberapa waktu lalu, Fara sudah memberinya hadiah. Bahkan dalam nyaris enam tahun terakhir, ia selalu memberi Dewa hadiah setiap tahunnya.

Apakah ia meminta balasan? Tidak. Apakah saat menjadi sahabat ia menuntut hadiah balik? Tidak.

Tapi sekarang mereka kan sudah menjadi suami-istri. Mereka saling mengurus kebutuhan masing-masing...

"Apa karena Dewa kesel ya karena sampe sekarang kita nggak pernah..."

Fara menggelengkan kepalanya untuk membuyarkan pikiran itu. Tidak mungkin. Toh kesempatan sudah sempat ia buka, tapi Dewa sendiri yang menolak. Fara sampai ragu, dia itu betulan laki-laki atau bukan sih?

"Far... udah tidur?" suara Dewa mengejutkan Fara dari balik punggungnya. Tapi Fara tak bergerak. Ia pura-pura terlelap. Suaminya itu pasti baru selesai bekerja di ruang kerja. Fara tak bisa melihat jam, tapi ia menebak saat ini pasti sudah masuk tengah malam.

"Far?" Dewa mengecek Fara yang kini sudah terpejam. Ia tersenyum melihat wajah pulas Fara.

Perempuan itu dapat merasakan hangat nafas Dewa saat mengecup pelipisnya dan mengusap rambutnya lembut. Jantungnya berdesir saat ia mendengar suara berat Dewa berkata dalam, "Selamat ulang tahun, Sayang..."

Dewa langsung menuju ke sisi tidurnya dan bersiap menyusul Fara. Tanpa ia ketahui, istrinya itu menyunggingkan senyum yang sangat lebar.

Ucapan tengah malam itu sudah Fara anggap sebagai hadiahnya dari Dewa dan tanpa diduga, rasanya begitu memuaskan dan membahagiakan.

***

Sabtu pagi datang dan Fara merasa hatinya secerah mentari. Ucapan diam-diam dari Dewa semalam benar-benar membuat perasaannya terbang.

"Enak banget Si Dewa, bikin istri seneng modalnya ngomong doang," pikir Fara. Tapi bahkan dengan pikiran seperti itu, Perempuan itu tetap merasa senang bukan main. Untuk ukuran Dewa, mengucapkan ulang tahun di tengah malam sudah sebuah pencapaian tersendiri pastinya.

Ulang tahun Fara dirayakan sederhana dengan Dewa, Nara dan Bu Farida di ruang utama. Pukul sepuluh pagi mereka berkumpul mengelilingi sebuah cake kecil dengan lilin di atasnya siap Fara tiup.

Seluruh anggota keluarga bernyanyi lagu ulang tahun, lalu Fara meniup lilin. Mereka berdoa bersama. Fara pribadi sedang memanjatkan syukur karena masih dapat merasakan indahnya kebersamaan dengan keluarga.

Tuhan mengambil satu, tapi memberikan Fara segunung hal yang membuatnya tak habis bersyukur. Ia pun sempat mendoakan satu hal penting dalam hidupnya yang Tuhan ambil dalam doa bersama pagi itu.

"Waktunya buka kado!!" seru Nara bersemangat sambil bertepuk tangan. Fara lebih bersemangat lagi, ia bertepuk tangan sambil menggoyangkan tubuhnya ke kiri dan kanan.

Semua orang yang mengenal Fara tahu bahwa perempuan itu suka hadiah. Menurutnya, dalam hadiah itu ada usaha orang lain untuk memahaminya dan hal itu selalu sukses menghangatkan hatinya.

Bahwa dirinya dipikirkan dan berusaha dipahami orang lain...

Tentu saja ia tidak menjadi kecewa dengan mereka yang memilih tidak memberi hadiah. Ia tidak ingin hal yang disukainya membebani orang lain. Bagi Fara, hal yang terpenting adalah keberadaan dan kepedulian orang terdekat. Buktinya Dewa yang hanya memberi ucapan saja mampu membuat dirinya senang bukan kepalang.

Fara membuka hadiah pertamanya dari Bu Farida. Isinya peralatan memasak baru karena Fara semakin hobi memasak. Dengan senang Fara mengucapkan terima kasih kepada ibunya.

"Nanti Ibu kalah jago nih dari kamu kalo semakin semangat gini masaknya," kata Bu Farida.

"Loh, emang udah lebih jago aku tuh..." jawaban Fara mengundang tawa semua orang. Ia pun langsung mengecup pipi dan menyalami ibunya sambil berkata, "Bercanda ya, Buu..."

Selanjutnya Fara membuka kado dari Nara. Kado itu berbentuk kotak kecil yang sangat manis. Setelah dibuka, Fara terkagum melihat sebuah pin rajutan buatan tangan berbentuk hati berwarna merah muda.

"Bagus nggak, Bu? Nara bikin sendiri loooh..." kata Nara bangga. Mata Fara membesar

"Nara bikin sendiri?? Yang bener??" tanya Fara nyaris tak percaya. Membuat rajutan berbentuk seperti itu tidaklah mudah, bahkan orang dewasa sepertinya banyak yang tidak bisa melakukannya.

"Bener... latihan dari setahun lalu. Sama Eyang nontonin video tutorial," jelas Nara.

Air mata Fara sampai menetes. Ia lalu memeluk anaknya erat-erat dan mengucapkan terima kasih.

"Nara jago banget ya?" ucap Bu Farida dengan nada bangga. Proyek rahasia Nara selama setahun akhirnya sukses membuat sang ibu mengalirkan air mata di usianya yang melewati pertengahan 30 itu.

"Eyang yang ajarin, Bu. Eyang yang jago berarti," kata Nara sambil menepuk-nepuk pundak Bu Farida.

Semua tertawa melihat gelagat Nara yang sok dewasa itu.

"Sekarang dari aku dong," kata Dewa sambil memberi Fara sebuah kotak persegi panjang.

Fara terbelalak. Ia bolak-balik mengalihkan pandangannya dari kotak yang sedang ia pegang ke wajah Dewa.

"Masa' kamu...?!" tanya Fara dengan mulut menganga. Ia benar-benar tidak berharap Dewa sempat berpikir untuk membelikan dirinya hadiah, mengingat kesibukannya minggu ini.

"Kamu nggak pikir aku nggak nyiapin kado kan?" Dewa menaikkan alisnya.

"Aku..." Fara kehilangan kata-kata.

"This present will blow your mind then," Dewa tak ingij Fara berlama-lama dengan keterkejutan itu. Ia sudah tak sabar melihat ekspresi istrinya setelah membuka hadiah darinya.

Fara menelan ludah. Belum pernah ia merasa segugup ini membuka hadiah dari seseorang. Dia pun membuka kotak itu perlahan. Sekilas ia pikir isinya adalah kalung perhiasan. Tapi ternyata di dalamnya ada lembaran kertas tebal, seperti sebuah voucher.

Fara membaca kalimat yang tertulis di Voucher itu,

"Exclusive, Private, and Romantic Dinner at Marion Hotel for Two."

Mata Fara mengerjap melihat nama hotel bintang lima termahal seantero kota. Ia menatap Dewa, mencari penjelasan. Pria itu tersenyum padanya.

"Get pampered and dressed for tonight," alih-alih menjelaskan, Dewa malah memberi instruksi yang membuat Fara berada di antara semangat dan gugup.

"Maksudnya?" tanya Fara.

"Kamu sekarang ke spa dan salon langganan kamu. Massage, treatment dan dandan sampai nanti sore kujemput buat ke hotel Marion," jelas Dewa.

Nara dan Bu Farida saling tatap. Dari ekspresi Fara, jelas sudah siapa pemenang dari pemberian hadiah pagi itu. Siapa lagi kalau bukan si kuda hitam; Dewa.

"Ini... serius?" tanya Fara lagi. Dewa pun tak kuat ingin menjahili istrinya tersebut.

"Kalo bercanda kesel nggak?" tanya Dewa.

"DEWA!" seru Fara. Kalau bercanda, ini tidak lucu baginya.

"Aku serius, Farasya," Dewa menjawab cepat.

"Tapi rumah nanti..."

"Ada aku, ibu sama Nara. Kami nggak akan bakar rumah. Sekarang buruan, siap-siap. Aku anter kamu ke spa langganan kamu," kata Dewa.

"Selamat ulang tahun, ibunya Nara. Seneng-seneng yaa hari ini," ucap Nara riang.

Fara tertawa. Ia bertanya dalam hati kepada Tuhan, apakah ungkapan syukurnya begitu menyenangkan sampai-sampai Tuhan tak bosan membuatnya terus-terusan merasa bahagia seperti ini?

"Jangan bengong, buruan," kata Dewa. Fara oun langsung mengangguk dan bergegas mandi.

Aneh, tiba-tiba ia mengingat kotak persegi yang menjadi kotak hadiah Dewa tadi. Untuk beberapa saat, entah kenapa ia merasa yakin bahwa isinya adalah sebuah kalung...

Ingatannya yang acak tidak mampu memberitahu mengapa ia dapat merasa demikian, jadi ia memutuskan untuk tak terlalu memikirkannya dan bergegas mandi.

Hari ini, Fara siap jadi Ratu sehari!

***

Semoga suka dengan bab ini yaa... semoga bisa membuat harimu semakin manis juga.

See you on next chapter ❤

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top