26. Pertemuan Dengan Mantan
Dewa mengancingkan lengan kemeja batiknya sambil berseru, "Far...aku udah selesai yaa..."
Dari dalam kamar mandi, Fara yang tengah menatap kaca sambil menorehkan lipstik ke bibir memutar bola mata.
Ada apa dengan laki-laki dan kebiasaan memburu perempuan berdandan? Mereka seperti tidak tahu saja bagaimana ritual yang satu itu berjalan. Apalagi laki-laki seumuran Dewa, seharusnya paham bahwa perempuan butuh waktu lebih untuk penampilan mereka.
"Ini udah selesai," beruntung Fara juga tipe perempuan yang suka berdandan praktis. Saat ini pun ia hanya tinggal memakai lipstiknya.
Dewa yang tengah bercermin di cermin kamar merapikan penampilannya, tapi gerakannya terhenti saat melihat Fara keluar dari kamar mandi. Sementara perempuan itu ke sisinya, merapikan peralatan make up, memasukkan ponsel ke dalam tas kecilnya, lalu kembali bercermin merapikan gelungan rambutnya.
Saat itulah Fara sadar bahwa sejak tadi Dewa tak berhenti menatapnya.
"Gimana? Bagus nggak?" tanya Fara pada pantulan bayangan Dewa di cermin. Laki-laki itu masih terpaku pada sosok di sebelahnya sehingga tidak tidak membalas tatapan Fara lewat cermin. Hal ini membuat Fara sangat puas.
Mata Dewa berubah sayu, membuat debaran di jantung Fara semakin cepat. Pria itu merangkul pinggang istrinya sambil berdeham singkat.
"Silly banget pertanyaan kamu," ucap Dewa di dekat telinga Fara. Setelah itu, dia menyentuh belakang telinga Fara dengan hidung sebelum mengecupnya.
Lutut Fara langsung lemas. Ia meraih bahu Dewa untuk menopang dirinya sementara sang suami mempererat rangkulannya agar Fara tidak ambruk.
"Dewa..." Fara mendesah. Nafasnya sesak. Ia merasa malu dengan reaksinya, bagaimana mungkin Dewa membuatnya nyaris tergulai semudah ini??
Dewa begitu puas melihat rona alami wajah Fara. Meskipun sempat menimbulkan kekacauan, kini belakang telinga Fara menjadi mainan paling menyenangkan baginya.
"Yuk, biar nggak kesiangan," Dewa menepuk pinggang yang dirangkulnya dan mengangkat sedikit tubuh Fara agar dapat tegak dan berdiri sendiri.
Fara pun langsung tersadar dan mendeham salah tingkah. Ia mengecek kembali penampilannya, awas saja kalau dandanannya sampai luntur karena wajahnya menghangat!
Dewa begitu gemas melihat wajah cemberut Fara. Ia mencium lembut dahi perempuan itu, "Maaf... kamu masih cantik banget kok."
"Jahat kamu sekarang, mainannya mancing-mancing," keluh Fara.
"Kalo kamu mau, kita juga bisa langsung main sekarang. Gimana?" tawar Dewa. Fara lalu mencebik, dan menengokbke arah Dewa.
"Jangan gila deh... masa udah cakep gini diacak-acak. Udah yuk..." kata Fara sambil buru-buru keluar kamar agar tidak tergoda.
Fara pun buru-buru menuruni tangga. Tapi ia terpekik ketika ada yang menariknya kuat dan menempelkan tubuhnya di tembok.
Bahu Fara ditahan kuat oleh dua telapak tangan yang begitu kokoh. Perempuan itu memelototi sosok penyerang yang segera mendekat dan meraup bibirnya.
"Dewa ngeseliiinnn," keluh Fara dalam hati yang keluar dalam bentuk desahan tak jelas karena mulutnya sedang tersumpal.
Desahan itu pun membuat Dewa semakin bersemangat. Ia menangkup rahang Fara sambil menciumnya lebih dalam.
Perempuan yang awalnya sempat berontak itu pun lama-lama limbung dan menikmati serangan suaminya.
Setelah puas membuat istrinya mabuk kepayang, Dewa melepaskan bibirnya perlahan, "Kamu emang udah bikin aku gila sama kecantikan kamu."
Fara mensyukuri ketiadaan Nara dan Bu Farida yang sudah berangkat karyawisata sejak pukul setengah tujuh pagi tadi. Mungkin karena itu juga Dewa bisa seberani ini.
"Ehm... rambut aku berantakan..." ucap Fara lemah. Tenggorokannya kering dan matanya terpejam, menikmati sisa jejak Dewa dalam mulutnya.
"Take all the time you need. Kita berangkat waktu kamu siap," kata Dewa sambil mencium pipi Fara.
Perempuan itu pun kembali ke kamar sambil tersenyum malu. Ia sempat mendengar Dewa berseru bahwa laki-laki itu akan menunggu di bawah. Dalam hati Fara merasa lega. Kalau Dewa mengikutinya ke kamar, bisa-bisa mereka tidak jadi pergi ke acara pernikahan kerabat Dewa.
Tidak sampai semenit kemudian, Fara turun. Ia langsung menjaga jarak dengan Dewa yang menunggunya di ruang utama.
"Aku udah dandan dua kali, kalo kamu berantakin lagi bakalan aku hajar!" ancam Fara. Dewa tersenyum lebar dan mengangkat kedua tangannya sebagai isyarat menyerah.
Keduanya pun segera berangkat sebelum pagi berubah menjadi siang.
***
"Wa... keren banget nikahan anaknya bos kamu," kata Fara sambil merangkul lengan Dewa.
Dewa menatap istrinya tanpa sanggup menyembunyikan senyumnya. Kewajaran Fara dalam memperlakukannya sebagai suami tak pernah gagal membuat hati Dewa.
Mereka masuk, menyalami pengantin dan keluarga, lalu mengambil makanan.
Dalam waktu singkat, mereka bertemu dengan para rekan kerja Dewa yang lainnya. Banyak yang telah Fara kenal saking seringnya Fara menjemput dan menunggu Dewa di kantornya sehingga perempuan itu pun bisa masuk ke dalam percakapan mereka.
Saat sedang asyik bercengkrama, Dewa merasakan ada yang menepuk bahunya. Setelah ia berbalik, Dewa pun terkejut bukan main.
"Pak Gatot!!" seru Dewa sambil tertawa dan memeluk erat seorang pria berusia sekitar 50 tahunan. Tentu saja perhatian Fara langsung tertuju kepada Bapak tersebut, apalagi kerabat-kerabat kerja Dewa pun bergeser menjauh.
"Bagaimana kabar kamu?? Maaf saya berhalangan hadir di acara pernikahanmu!" ucap laki-laki berumur itu tampak sangat bahagianya dengan Dewa.
Fara tersenyum di sebelah Dewa, tapi ia tidak bersuara. Ia memilih untuk memperhatikan percakapan suaminya dan laki-laki tua itu.
"Sehat-sehat... nggak apa-apa, Pak. Oh iya kenalin, ini Fara istri saya. Far, ini Pak Gatot Soedibyo..." Dewa menarik Fara masuk ke dalam percakapan mereka. Fara berjabat tangan dengan pria tua itu sebelum Dewa melanjutkan kalimatnya yang ternyata belum selesai, "...ini Bapak angkatku."
Fara yang tadinya memberi senyum sopan langsung menatap terkejut ke arah Dewa. Ia lalu kembali menatap Pak Gatot dengan ekspresi sama. Tanpa diduga, Fara langsung menjabat erat tangan itu dengan kedua tangannya sambil sedikit membungkuk hormat.
"Terima kasih banyak atas bantuan Bapak kepada Dewa selama ini..." kata Fara.
Ia selalu teringat cerita-cerita Dewa tentang Pak Gatot baik di saat ini maupun saat mereka kuliah dulu. Saat pernikahan mereka, Fara harus menelan kecewa karena Pak Gatot masih harus mengurusi bisnisnya di London.
"Hahaha... kamu cerita toh, Wa?" kata Pak Gatot. Pengusaha senior yang sudah beromset triliunan itu terlihat sangat sederhana dan membumi. Fara tidak menyangka orang seperti inilah yang telah menjadi malaikat bagi hidup Dewa.
"Mana mungkin nggak kan, Pak?" jawab Dewa.
"Tanpa Bapak Dewa nggak mungkin kayak sekarang," tambah Fara.
"Ah, Dewa itu dengan atau tanpa saya pasti sukses! Udah keliatan bakatnya dari kecil..."
"Pak Gatot gitu, suka merendah. Kalau nggak ada beliau aku udah nggak tahu lah jadi apa."
"Tuh, ngomongnya gitu tapi tetep nggak mau kerja di perusahaan Bapak."
Dewa menunduk sambil tersenyum malu. Fara tidak mengerti, bagian ini belum Dewa ceritakan sama sekali kepadanya.
"Arini apa kabar, Pak?" tanya Dewa.
"Loh, tanya saja sendiri... dia datang juga kok. Mana dia... ah itu dia! Rin! Sini!" Pak Gatot memanggil seseorang dan Fara berbalik melihat siapa yang tengah dipanggilnya.
Seorang perempuan yang terlihat seumuran Dewa dan Fara datang. Perutnya sudah sangat besar dan Dewa terlihat terkejut akan hal itu.
"Hai, Rin..." ucap Dewa ramah sambil tak bisa melepaskan matanya dari perut perempuan itu.
"Hai, Wa!" Mereka saling mencium pipi kanan-kiri. Fara memandang heran melihat keakraban itu.
Dewa bukan tipe laki-laki yang mudah bersentuhan dengan orang lain itu bisa dengan nyaman berinteraksi dengan Arini. Semakin mereka berinteraksi, Fara semakin merasa penasaran.
"Gimana kabar kamu?" tanya perempuan bernama Arini itu.
"Kabar? Nih," jawab Dewa sambil menunjuk Fara.
"Haiii... so good to see you!" seru Arini ramah sambil menarik Fara yang tadinya hanya ingin berjabat tangan. Ia pun mencium pipi kanan-kiri Fara juga.
Fara hanya tersenyum menerima perlakuan itu. Dewa melihat sekilas perut Arini dengan senyum yang sangat lebar.
"Wow... finally," kata Dewa sambil tertawa. Ada nada kikuk yang Fara tangkap di sana.
"Ya... finally," balas Arini mengangguk-angguk.
"Rin, pulang yuk. Istirahat, nanti Papa dimarahin Sakha," Pak Gatot memotong reuni singkat Arini dan Dewa.
"Bentar, Pap. Wa, minta nomor dong. Sama nomor kamu juga ya, Far. Kita harus meet up lain waktu. Aku mau kenalin kamu ke suamiku, Sakha," kata Arini cepat.
Dewa menggelengkan kepalanya dan untuk beberapa saat ia, Fara dan Arini saling bertukar kontak. Arini dan Pak Gatot pun pergi.
Dewa dan Fara pun tidak berlama-lama di sana. Setelah mereka mengambil minuman, mereka pamit pada rekan-rekan kerja Dewa dan segera menuju ke parkiran.
"Arini tuh ramah banget ya," kata Fara ketika mereka sudah masuk ke dalam mobil.
"Iya dia tuh baik banget..." kata Dewa sambil menyalakan mesin. Ada rasa keruh di dada Fara ketika melihat senyum Dewa saat membicarakan perempuan itu. Fara pikir hanya dirinyalah yang dapat membuat Dewa tersenyum demikian.
"Kamu tuh deket banget ya sama dia?" pancing Fara.
"Hmm..." Dewa menjawab asal dan tak jelas. Ia segera melajukan mobil menuju jalanan. Waktu sudah menunjukkan lewat tengah hari. Meskipun AC dalam mobil sudah terpasang, Dewa tetap merasa gerah.
"Jangan-jangan... kalian ada sejarah ya?" tanya Fara.
"Ya, bisa dibilang gitu."
"Gitu gimana?! Kok nggak pernah cerita?!"
"Ya ini lagi cerita."
"Ya iyalah cerita, aku kan tanya!"
"Ya kemarin-kemarin kita tuh hectic banget, aku nggak kepikiran."
"Yaudah cerita yang bener! Arini itu siapa?!"
Fara kehilangan kesabaran dan ketenangannya. Ia tak nyaman membayangkan ada hubungan yang tak ia ketahui. Sementara itu, Dewa melihat resah ke arah Fara.
"Dia mantan aku," ucap Dewa.
"Mantan pacar kamu?! Kamu pernah pacaran?!?!" amuk Fara. Dewa tahu tentang sejarah hubungan istrinya dengan laki-laki lain. Wajar kan kalau Fara juga ingin perlakuan yang sama?
Dewa kembali melihat Fara sekilas dengan tatapan resah.
"Mantan istri aku," kata Dewa.
Fara diam. Sedetik... dua detik... ia memutuskan kalau baru saja salah dengar.
"Gimana gimana?" tanya Fara dengan ekspresi syok. Wajah malu dan tidak nyaman Dewa membuat Fara semakin tidak percaya.
"You heard me the first time," ucap Dewa, membuat mata Fara nyaris keluar saking lebarnya ia membelalakkan mata.
"HAH?!?!"
Seruan Fara membahana di dalam mobil.
***
Silakaaann... buat bahan bacaan pas jam makan siang 😁
Yang ikut-ikutan Fara terkedjoet, nih dikasih foto kondangan dulu, siapa tau adem...
Nggak sempet foto bareng mereka. Hahahaaa... lu banget aku 🤣
Dah ah, see you on next chapter gaes ❤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top