11. Sekertaris Sangat Pribadi
[Saat Ini]
Fara terbangun lebih pagi dari biasa. Dia mematikan alarm-nya yang berbunyi tepat pukul setengah enam.
"Far... kok tumben alarm-nya jam segini?" suara bariton yang lembut itu membuat kesadaran Fara ingin bergegas muncul. Fara membuka matanya.
"Dewa?!" mata Fara terbelalak menatap pria yang berdiri dekat sisi ranjang tempat ia berbaring. Ia dapat merasakan wajahnya memanas sementara matanya tak bisa berpaling dari sosok yang tengah berkeringat dan hanya mengenakan celana olahraga pendek tersebut.
Fara tahu bahwa Dewa memang rajin bangun pagi untuk berolahraga karena pria itu yang bercerita.
Ia juga pernah diberitahu Dewa bahwa suaminya itu biasanya melakukan gerakan-gerakan workout selama kurang lebih satu jam di dalam kamar.
Kamar mereka yang cukup luas memang memungkinkan Dewa melakukan push-up, sit-up, dan gerakan pembentuk otot lainnya tanpa mengganggu tidur Fara.
Kini Fara baru melihat hasil olahraga Dewa yang ternyata bukan main seriusnya.
"Hey, kamu kenapa?" Dewa yang khawatir bergerak mendekati Fara, membuat perempuan itu makin panik.
"K- kamu mandi dulu, Wa! Keringetan gitu..." kata Fara sambil mengangkat selimutnya untuk membatasi dirinya dengan Dewa.
"... Okay," jawab Dewa dengan raut kecewa. Ia masih merasa bahwa Fara belum menerima keberadaannya. Bahkan setelah pembicaraan terakhir mereka di apartemen, Fara masih bersikap segan.
Dewa menuju kamar mandi, memberi jarak yang dibutuhkan Fara sambil bertekad untuk berusaha mendekatkan kembali dirinya dan perempuan itu nanti.
Fara langsung mendesah lega setelah pintu kamar mandi tertutup. Ia langsung membuka selimutnya. Perempuan itu merasa seperti habis dipanggang; gerah dan butuh udara segar.
Ia nyaris kehilangan akal sehat ketika melihat tubuh kencang, proporsional dan penuh otot barusan.
"Dewa... kamu bener-bener penuh kejutan," ucap Fara geli saat mengingat dirinya sempat membayangkan untuk menerkam Dewa beberapa menit lalu saking tergiur dengan tubuh itu.
***
Dewa tidak menemukan Fara ketika ia selesai mandi. Dengan sedikit khawatir, ia pun turun mencari istrinya itu. Saat turun, ia sudah melihat Bu Farida dan Fara sudah sibuk di dalam dapur.
"Wah... bangun-bangun langsung masak nih ceritanya?" goda Dewa.
"Mau olah raga kayak kamu masih jet lag. Biar belajar bangun pagi dulu sambil masak. Bu, biar aku aja. Udah ibu istirahat dulu aja yaa..." Fara yang terlihat sibuk menggiring ibunya sampai keluar dapur.
Fara tidak bermaksud tidak sopan. Setiap orang memang memiliki sistem tersendiri dalam memasak. Cara kerja Bu Farida dan Fara tentulah beda sehingga untuk mengurangi kerumitan, perempuan itu meminta ibunya agar membiarkannya sendiri di dapur.
Bu Farida menahan geli sambil berbisik pada Dewa, "Biasanya juga sehari-hari minta ibu yang masakin. Tumben banget tuh hari ini..."
"Kesambet jin rajin tuh, Bu," balas Dewa.
"Hus, kamu tuh... udah ah, ibu mau nyapu ngepel dulu," kata Bu Farida.
"Eh, aku aja, Bu..." ujar Dewa cepat.
"Udah kamu urus ruang kerja sama kamar kamu sendiri aja udah cukup bantu ibu. Tapi ingat ya, buku-buku di ruang kerja diurus semua jangan sampai berdebu dan bau apek," balas Bu Farida sambil mengacungkan jari telunjuknya.
"Oke, Buuu..." balas Dewa dengan mengangkat ibu jarinya. Bu Farida tersenyum dan beranjak.
"Far... ada yang mau aku bantu?" tanya Dewa.
"Nggak usah. Kerjaan kamu udah aku rapihin di ruang kerja. Masih numpuk kan? Cicil gih... aku bisa kok sendiri," kata Fara. Dewa mengernyit.
Memang sebenarnya Dewa berencana untuk bekerja pagi ini, tapi melihat Fara bangun dan beraktivitas membuatnya ingin mencoba mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan sang istri.
"Oke..." Dewa memilih menurut dan kembali ke lantai dua. Di ruang kerja, ia dikejutkan dengan berkas-berkas yang sudah tertata rapi di atas meja. Ia periksa dan semua berkas itu sudah diurutkan dari tanggal masuk yang terdahulu.
Di sebelah laptop terdapat air putih dan teh hangat dan di atas laptop terdapat note tempel bertuliskan,
"Semoga meringankan pekerjaan kamu ya..."
Dewa tersenyum, dadanya langsung penuh dengan kebahagiaan.
Pagi itu, Dewa bekerja berkali-kali lipat lebih cepat dari biasanya. Setelah waktu menunjukkan pukul tujuh tepat, ia beranjak dari ruang kerja untuk berganti pakaian.
Dewa masuk ke kamarnya dan hendak menuju ke lemari ketika ia melihat sesosok perempuan yang hanya memakai pakaian dalam tengah terkejut karena kedatangannya.
"So- sorry, Far!" Dewa langsung berbalik.
Tapi terlambat. Bayangan akan tubuh perempuan itu sudah melekat di kepala Dewa. Lengkingan panik Fara hanya menambah parah imajinasi yang tak bisa ia kendalikan lagi.
"A- aku ganti baju dulu sebentar ya, Wa," ucap Fara sambil bersembunyi di balik pintu lemari.
Gelagapan, Dewa mengangkat tangannya sebagai tanda setuju dan berjalan keluar kamar. Ia pun langsung menutup pintu dan bersender di pintu kamar itu.
"Damn, she's hot," ucap Dewa sambil menepukkan kepalan tangannya berkali-kali ke dahinya. Ia merasa tubuhnya memanas dalam sekejap hanya karena melihat tubuh yang nyaris polos itu.
Dewa tertawa, menikmati sensasi baru yang telah lama tidak ia rasakan itu sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali mandi karena cukup banyak berkeringat.
Pagi Dewa jadi begitu berwarna karena Fara...
***
Setelah memulai pagi dengan sensasi pedas, Dewa dan Fara sudah berkumpul bersama Nara dan Bu Farida di meja makan.
Nasi goreng dan telur dadar hangat menjadi santapan yang mereka makan dengan lahap.
"Enak banget masakan ibu!" seru Nara puas.
"Suka?" tanya Fara senang. Ia memang tidak pernah lagi memasak setelah Rai wafat. Tak heran anaknya terlihat begitu bahagia.
"Suka! Nggak nyangka ibu ternyata jago masak..." ucap Nara. Komentar polos itu membuat Fara yang tadinya senang jadi merasa salah tingkah.
Tidak salah sih, Nara mungkin masih terlalu kecil untuk ingat bahwa dulu Fara lah yang memasak untuk keluarga setiap hari.
"Nih, ibu masakin makan siang juga. Untuk Nara satu, untuk Ayah Dewa satu," ucap Fara sambil membagikan kotak bekal.
"Mulai sekarang, sarapan dan makan siang biar Fara yang bikin ya, Bu. Ibu udah banyak kerjaan rumah, biar ada istirahat dikit."
Saat di mobil, Dewa tak henti memandangi istrinya.
"Kenapa? Kok tiba-tiba berubah?" tanya Dewa yang tak kuat menahan rasa penasaran. Senyum lebar di wajah Dewa membuat Fara yakin bahwa perubahan tersebut disukai suaminya.
"Aku mau ikutin ritme hidup kamu," jawab Fara.
"Hah?"
"Kalau aku mau ngedampingin kamu, aku harus terbiasa sama ritme hidup kamu. Kerjaan kamu banyak, biarin aku bantu ngeringanin sedikit beban kamu juga ya?" jelas Fara.
Dewa tak tahu Fara memperhatikan dan memikirkannya sebegitu detail.
"Far..."
"Hm?"
"Kamu masih ada di sebelahku tiap pagi itu udah ngeringanin beban aku kok," kata Dewa.
"Ngeringanin sebelah mananya?" Fara tidak mengerti, membuat Dewa yang tadinya ingin bersikap manis malah tergoda untuk mengerjai.
"Ya ngehibur aja. Kadang lagi mangap lah, kadang ileran lah, aku bangun langsung seger ngeliat kam-, aduh!"
"Kalo bawel aku tumpahin bubuk cabe ya di bekel kamu besok!" amuk Fara setelah menjambak sejumput rambut tebal Dewa.
Suaminya itu hanya tertawa seiring dengan dijalankannya mobil mereka.
***
Sepanjang hari itu Dewa tersenyum. Kejutan-kejutan pagi dari Fara telah membuatnya begitu bersemangat menyelesaikan sisa harinya. Ia melihat jam tangannya. Pukul empat sore, sebentar lagi ia harus pulang dan menjemput istrinya.
Jarak antara kantor mereka memang cukup dekat. Bahkan dengan kemacetan kota, Dewa bisa sampai dalam waktu lima belas menit saja.
Tapi saat ini pikiran Dewa tak bisa lepas dari istrinya. Ia bahkan tak dapat menahan dirinya untuk tidak mengirim pesan kepada Fara,
"Dear my very-personal-secretary, kalo besok mau rapihin berkas-berkasku, tolong sekalian disusun berdasarkan brand-nya ya.
Sincerely, your very-personal-boss."
Dewa menunggu jawaban dengan hati berdebar. Ia malu sendiri saat menyadari bahwa sikapnya saat ini tak beda dengan anak sekolahan. Tapi rasa malu itu segera berubah menjadi semangat yang meluap saat Fara membalas pesannya dengan cepat.
"Tiap hari aku nge-handle direktur, nyaris semua dewan direksi pernah kuurus, nggak ada yang senyebelin kamu.
Noted, btw."
Dewa tertawa puas membaca balasan Fara. Demi apapun, ia tidak menyangka pernikahannya dengan Fara bisa jadi semenyenangkan ini.
***
Eits!! Double up!!
Semoga dapat menghibur malam minggu kamu~
See you on next chapter ❤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top