5. Biru-5
Catatan:
Nama jurus (moves) di bab ini ditulis dalam versi bahasa Inggris karena s̶e̶l̶a̶i̶n̶ a̶k̶u̶ m̶a̶g̶e̶r̶ c̶a̶r̶i̶ y̶ang̶ v̶e̶r̶s̶i̶ I̶n̶d̶o̶n̶e̶s̶i̶a̶ supaya kosakatanya satu istilah, dan memang aku mainnya yang gim versi bahasa Inggris
Awrait, let's go~
###
Aku pasti mampu memenangkannya.
"Kuterima tantanganmu!"
Berlatar medan pegunungan, cuaca gelap, turun hujan es disertai badai salju. Tercipta garis khayal di atas kepala, membentuk pola serupa PokéBall—lingkaran yang terbelah sama bagian dengan titik di tengah. Atmosfer ketegangan pun seketika menyeruak masa kedua belah pihak saling hadap, bersiap di posisi.
Aku bersandar pada dinding batu, menyugar rambut, sedang tangan satunya berkacak pinggang. Tak gentar, kutentang mantap lawan di seberang sana yang siap sedia mengeluarkan PokéBall. Kulihat tangan mekaniknya mementalkan bola yang kemudian terbuka.
Muncul seekor Pokémon tipe listrik, berwujud tikus rambut kuning, telinganya panjang dan ekornya berbentuk petir.
"Pika ... !" seru Pokémon yang menggenggam Light Ball itu. Dalam sekejap, kekuatan spesialnya meningkat.
Ia bergerak lincah ke sana kemari, mengitari tempat berdiri si sosok berjubah dan bertopeng sembari menghindari hujan es.
"Sepertinya level kita seimbang, ya." Tanganku berkial, percaya diri menunjuk lawan. "Bersiaplah untuk terkejut! Maju, Machamp!"
Machamp, Pokémon tipe petarung yang unggul dalam hal menyerang, menggangguk paham. Namun, Pokémon lawan langsung melancarkan gempuran ketika kulihat si pemilik mengacungkan telunjuk. Terjadi aliran listrik kuning yang menyelimuti tubuh Pikachu, terjangan 'Volt Tackle' memelesat kuat. Untungnya, Machamp berhasil menghindar berkat King's Rock yang ia pegang.
Di waktu yang sempit, kulihat celah. "Machamp, gunakan Earthquake!"
Tanah pun berguncang, kaki Machamp mengentak dan keempat lengannya terulur ke atas. Daratan mendadak tidak stabil, batu-batu menggelinding, getaran menyebar ke segala penjuru. Aku pun harus berpegangan kuat selagi memastikan serangan terkena musuh. Di sana, Pikachu hilang keseimbangan, listrik di sekujur tubuhnya mengacau. Ia mendongak dan menjerit kesakitan. Ini adalah jurus yang super-efektif melawan tipe listrik.
"Pi-ka ...," erangnya, lemah. Pokémon yang belum ber-evolusi itu terhuyung-huyung, hilang kesadaran lalu kembali kepada si sosok berjubah yang menggenggam PokéBall.
"Bagus, Machamp! Aku tahu kau bisa melakukannya!" seruku. Machamp pun berbalik dan menganggut bangga.
Lawan kemudian mengeluarkan Pokémon berwujud binatang melata raksasa, berleher panjang, warna kulitnya biru sedangkan perut krem. Empat kaki mirip sirip ia gunakan untuk menapak tanah. Punggung yang bercangkang karang melindunginya dari benturan kritis. Itulah Lapras, Pokémon dengan pertahanan yang kuat.
Aku termangu, mencermati tindakan lawan. Mengapa dia memilih Lapras? Pasti ada jurus rahasia yang disembunyikan. Bakal bahaya jika aku tak mengganti Pokémon.
"Machamp, kembali! Kalahkan dia, Alakazam!" Kukeluarkan Pokémon menyerupai manusia dengan telinga dan kumis panjang, rambutnya emas, serta ada dua buah sendok di genggaman.
Alakazam tampak diam di tempat, tetapi setelah kulancarkan perintah, dalam sekejap ia bergerak gesit.
"Lakukan Psychic!"
Alakazam mengangkat kedua tangan, aura misterius menyelubungi tubuhnya. Kekuatan supernatural mengisi atmosfer sekitar. Musuh pun terkena syok, kemudian psikisnya seakan meledak.
Namun, serangan barusan tak membuat lawan tumbang. Aku pun mendongak, lantas mengutuki diri ketika menyadari kebodohanku. Sosok berjubah menunjuk, Lapras bereaksi dengan menjulurkan kepala dan membuka mulut. Ia mengundang badai salju 'Blizzard' yang ganas, makin kuat bilamana hujan es berlangsung, menerbangkan serpihan es runcing, membawa angin setajam pisau serta hawa dingin yang membekukan. Alakazam pun hilang kesadaran.
"Kembali, Alakazam! Machamp, tinggal sedikit lagi, Bung!" Machamp kukeluarkan kedua kalinya. Kukomando ia agar melancarkan Dynamic Punch.
Pokémon petarung itu memelesat, meninju tubuh lawan dengan serbuan pukulan yang amat cepat. Terjadi ledakan berulang-ulang yang melantak Lapras hingga ia tak sadarkan diri. Super-efektif, musuh pun kalah dan kembali ke PokéTrainer-nya.
"Kerja bagus, Machamp!" Aku bersorak. Machamp menyahut girang, tetapi mengaduh karena terkena hujan es bertubi-tubi.
Aku meringis sedikit. Kuamati musuh di seberang yang tampak kewalahan.
Sikap bersedekap yang tak tenang, pundaknya naik turun kacau, berdiri hampir limbung, sepatu runcing terpeleset sedikit.
"Ada apa? Dari tadi kau menahan diri, kan! Ayo, berikan serangan terkuatmu! Sebegitu tidak inginnya bertarung denganku, hah?"
Si sosok berjubah mematung, bergeming saja di posisi.
Tawa congkak keluar dariku. "Aku tahu aku memang hebat!"
Musuh melempar PokéBall, keluar Pokémon hijau berkaki empat dengan punggung ditumbuhi bunga merah motif polkadot dan dedaunan palem. Itu Venusaur, tipe rumput-racun. Jurus-jurusnya bisa jadi berbahaya.
"Machamp, kembali! Serang dia, Arcanine!"
Kupanggil keluar anjing raksasa berambut oranye dengan loreng hitam. Arcanine mengintimidasi lawan hingga daya serangnya turun.
"Arcanine, bakar dia dengan Flare Blitz!" Nyala api menyembur dari badannya. Pokémon itu bergerak secepat kilat, menabrak musuh yang kewalahan terkena serangan super-efektif. Venusaur pun hilang kesadaran seketika. Sebagai konsekuensinya, nyawa Arcanine berkurang setengah. Ia juga terluka akibat hujan es.
Venusaur kemudian diambil oleh pemiliknya menggunakan PokéBall.
Pokémon selanjutnya yang dipanggil keluar adalah kura-kura biru yang familier.
"Heh? Yang satu itu aku pertama kali yang punya, lo. Yah, aku yakin punyaku jauh lebih kuat," ujarku, menepuk dada.
Blastoise milik musuh berbalik kepada si sosok berjubah, terang-terangan tidak percaya, lalu kembali fokus menentangku.
Aku pun sadar harus serius dalam pertarungan ini. "Tapi, aku tak akan ambil risiko. Maju, Exeggutor!"
Pokémon pohon kelapa yang kupanggil berteriak nyaring. Kepala-kepala kelapanya tertawa seakan mengejek lawan. Aku mungkin bakal ikut meremehkan jika tidak paham bahwa PokéTrainer yang kuhadapi sekarang amatlah kuat. Dalam model tanding semacam ini, ada pola paling sering kutemui: Pokémon tipe air (Blastoise) yang melawan Pokémon tipe rumput (Exeggutor*) pasti mengetahui gerakan tipe es.
(*Exeggutor bertipe rumput dan psikis)
"Exeggutor, hati-hati dengan Blizzard! Gunakan Hypnosis sekarang!"
Namun, sayang tampaknya musuh lebih cepat sedikit, ia memanggil badai es berkekuatan ekstrem yang mengamuk serta menerjang apa saja. Aku dan Exeggutor begitu kewalahan menghadapinya, menghindar pun tak mampu. Serangan super-efektif menyisakan sedikit nyawa bagi Pokémon-ku.
Pesimis sempat menggoyahkan batin. Namun, kutepis perasaan itu, yakin bahwa ini pasti berhasil.
Tangan mengepal dan kuteriakkan, "Exeggutor, berjuanglah! Aku tahu kau pasti bisa!"
Exeggutor bangkit, menentang lawan. Gelombang mirip sugesti meluncur dari wajah kepalanya, tepat mengenai Blastoise musuh. Jurus Hipnosis berhasil membuat kura-kura biru tertidur. Kemudian hujan es menghantam kedua Pokémon.
Sekarang kesempatanku!
"Leaf Storm! Kalahkan lawan dengan itu, Exeggutor!"
Lawan masih terlelap, sosok berjubah kebingungan. Exeggutor memekik, mulai memanggil siklon berkecepatan sangat tinggi. Daun-daun setajam pisau beterbangan, lalu memelesat ke satu arah. Blastoise milik musuh terkena sayatan bertubi-tubi sampai ia terluka parah.
Di babak berikutnya, terjadi hal yang sama. Musuh masih tertidur. Tak akan kulewatkan kesempatan ini. Aku pun segera menunjuk lawan.
"Gunakan Leaf Storm! Satu kali lagi!"
Dalam sekejap, daun-daun tajam beterbangan dan mengamuk. Musuh pun tumbang. Di sisi lain, Exeggutor terkena hujan es. Ia turut tak sadarkan diri.
Sosok berjubah tampak kewalahan. Pokémon-ku tersisa empat, sedangkan dia dua. Kami sama-sama menarik Pokémon dan memanggil Pokémon lain. Sepertinya kelemahan PokéTrainer yang hanya fokus ke serangan sepertinya adalah jurus semacam Hipnosis yang memberikan status problem, yakni keadaan ketika Pokémon terkena masalah yang mengganggu pertarungan, di antaranya tertidur, teracuni, paralisis, terbakar, membeku, atau pusing. Sayang hanya Exeggutor yang punya jurus itu.
Namun, tak apa. Pertarungan ini belum berakhir, aku harus terus berkonsentrasi. Kulihat sosok berjubah mengeluarkan Pokémon gendut yang mencerminkan kemalasan, Snorlax. Aku berdecih, menatap sesal lawan.
"Hei, hei! Serius? Aku bisa mengalahkannya dalam sekali serang, lo!" Namun, musuh tak menggubris.
Machamp pun kupanggil. Dengan sigap ia melayangkan Dynamic Punch, memukul perut berlemak tebal lawan sampai meledak-ledak. Serangan yang super-efektif membuat musuh hilang kesadaran.
Sosok berjubah menarik Snorlax, kemudian dia memanggil Pokémon terkuatnya. Aku berseru mantap, menegakkan punggung dan bersiap-siap.
"Akhirnya datang juga!" Adrenalin serasa mengalir ke peredaran darah, semangatku memuncak. "Perlukah aku ulangi dialog ketika pertarungan terakhir kita dulu?"
Charizard, Pokémon bentuk perwujudan naga dengan sepasang sayap lebar, ekor panjang berujung api, dan memiliki kepala serupa ular bertaring. Teriakannya melengking menyaingi bising badai salju. Pokémon itu terbang mengitari tebing, sesekali hinggap pada dinding batu.
Ini nostalgia yang meremangkan bulu kuduk.
Kukeluarkan Pokémon andalan. Yang tangguh serta hebat, telah melalui berbagai pertarungan sengit. "Blastoise, aku mengandalkanmu!"
Blastoise yang berdiri pun saling tatap tajam dengan Charizard, menggeram, mengembus napas kuat-kuat. Aku pun tak kalah berdebar-debarnya. Sementara sosok berjubah tampak bergeming di atas batu salju, ditemani hujan es yang mengamuk.
Inilah babak terakhir!
"Ayo kita tunjukkan siapa pelatih Pokémon yang terkuat di antara kita!"
Charizard terlepas cepat, dengan sayapnya ia menciptakan satu gerakan tajam 'Air Slash'. Blastoise terkena serangan yang amat mengejutkan itu. Pokémon-ku tersentak hingga tak dapat bergerak. Keduanya kemudian terjatuhi hujan es.
"Sial!" umpatku.
Lawan lekas terbang memutar, lagi-lagi melayangkan gempuran yang sama. Dua 'Air Slash' berhasil menyentak Blastoise hingga nyawanya menipis.
"Blastoise! Jangan menyerah! Kau pasti bisa melakukannya!"
Blastoise menoleh dan memberi anggukan. Aku mengamati penuh keyakinan, berharap kepadanya, memercayakan segalanya.
Charizard melayangkan 'Air Slash' sekali lagi. Nyawa Blastoise tinggal sedikit. Pokémon kura-kura itu terdiam, memicing mata, lalu menatap amat tajam. Konsentrasinya terpusat pada lawan yang terbang, dan ia bersiap memberi serangan balasan.
Kuacung jempol, kutunjuk wajah. "Akulah PokéTrainer yang paling kuat!" Aku sangat bangga dengan Pokémon-ku. "Blastoise, kalahkan dia ... !"
Dari sepasang meriam di tempurung, terbentuk pusaran air bersama udara, diliputi aura putih kebiru-biruan. Terdengar sesuatu mengalir dari dalamnya, bertekanan tinggi hendak menyembur keluar. Jurus 'Hydro Cannon' ditembakkan begitu bertenaga, menargetkan lawan yang kemudian tak keruan terbang, terdorong lalu terpental. Charizard jatuh menghantam daratan salju tepat di depan sosok berjubah. Mereka kini bermandikan air yang mengkristal bersama hujan es.
"Yeah! Aku memang hebat atau apa?"
Lututku refleks berjingkrak, lalu terkilir akibat banyak tingkah. Setelah mengaduh dan memeriksa tungkai kanan, aku bangkit melihat Pokémon kebanggaanku terbirit-birit kemari.
Tertawa kecil, kuangkat lengan, kami mengadu telapak tangan di udara. Blastoise pun berseru riang.
Kami berhasil memenangkan pertarungan ini!
Puas merayakan kemenangan, kupandang agak ragu kondisi lawan di tengah sana. Bersama Blastoise, kuhampiri mereka. Di bawah hujan salju, Charizard terkapar, melindungi tubuh pemiliknya. Beberapa saat kemudian, Pokémon tersebut kembali ke dalam PokéBall, meninggalkan seonggok pemuda yang terbaring serta seekor Pokémon burung gagak bertopi hitam yang menari-nari menyebar asap kelabu.
"Kuak, kuak! Kupikir acaranya sudah selesai, kuak! Baiklah, kalau begitu aku pergi saja, kuak!" Ia mengepakkan sayap, terbang menuju salah satu liang dinding gua dan lenyap setelahnya.
Si pemuda membuka mata perlahan, lalu duduk bersila, menunduk. Dia berpakaian kaus hitam lengan pendek berbalut jaket merah, celana jin biru, dan sepatu merah-putih. Dia juga mengenakan topi merah-putih dengan logo PokéBall, yang membuat wajahnya tak begitu tampak.
Sebenarnya ada alasan tersendiri sedari tadi dia tak kupanggil "Bogey Mask". Itu karena aku sudah tahu siapa sebenarnya dia, bahkan nama aslinya pun aku hafal betul.
"Sungguh menggelikan ketika kau bahkan tidak punya dialog setelah dikalahkan, huh?"
Pemuda itu mematung beberapa detik, kemudian mendongak dan menatap ke arahku. Ekspresinya begitu serius, dengan bibir yang melengkung ke bawah dan alis tebal yang saling menukik. Ada pancaran aura misterius dari mata cokelat hazelnya.
"Kau akan menepati janjimu."
Aku mengerising senang, mengulur tangan. "Iya, kan, Redo?"
###
Klaten, 28 Desember 2021
Catatan penulis:
Omaigat bab ini bener-bener part favoritku :""
Aku bahkan sampai berkali-kali buka catatan untuk membuat battle scene yang bagus.
Semoga kalian enjoy, pembaca tersayangu~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top