35. Lyra-1
Berpindahnya karakter dari safir ke rubi menyekat napas para supervisor.
Bunyi dekut yang tertangkap liang pendengaran pun sudah tahu siapa gerangan. Lagi pula, tiga pilar menjulang tinggi, benda-benda ganjil beterbangan, suara bising serta cahaya silau jadi pertanda terang. Heal Order telah memanggil. Tuan Hoothoot menyambut di podium.
Redo kembali pada bayang-bayang masa kini dari bayang-bayang masa lampau, menginginkan keterangan dari sang pengurai. Matanya bersorot merah darah bagai batu delima paling langka. Atas sekian banyak pertanyaan yang memerangkap, Redo ingin bersoal satu hal.
"Huh? Apa yang terjadi dengan Biru setelah itu? Kenapa bertanya? Tidak penting," tampik Tuan Hoothoot.
Mengalihkan pertanyaan Redo, Tuan Hoothoot mencoba menjelaskan tentang kesimpulan dan ke depannya. Bahwa selama di sekolah PokéTrainer, Biru membohongi dirinya sendiri dengan menciptakan tiga teman imajinasi, dan baru menyadarinya ketika hari kelulusan tiba sehingga melepaskannya.
"Cepat atau lambat, kita semua harus melepaskan masa lalu," ujarnya.
Sementara yang harus Redo lakukan saat ini, tidak ada. Dia hanya perlu merawat bayi Biru seperti biasa sampai levelnya naik terus ke seratus.
Selain itu, sekarang PokéDex v2 memiliki fitur baru, yaitu telepon (sejenis PokéDevice). Redo bisa menghubungi setiap nomor yang didaftarkannya.
"Pertama-tama, Tuan Hoothoot ada di daftar paling atas, yei!"
Begitulah si Pokémon burung hantu mengotak-atik gawai milik Redo lalu berseru senang sendiri, sementara yang punya memperhatikan penasaran.
"Eh, tapi jangan sering-sering telepon karena aku aktif di jam-jam tertentu saja (dan, tidak mau kasih tau). Oke, terima kasih pengertiannya. Jangan lupa masukkan juga ya, Daisy dan ibu Biru. Siapa tau butuh?"
Tuan Hoothoot mengembalikan gawai serupa seorang ilusionis menerbangkan topi kelinci. Redo menerima kembali tanpa hilang rasa waswas.
"Oh, iya! Sementara tidak bisa ke Heal Order dulu, mau dilakukan maintenance sedikit. Alah, masalah sepele kok! Jangan dipikirkan!"
Seperti biasa, sebelum semuanya menggelap, Redo masuk ke air. Suatu kolam cairan ekstra luas yang membentang dari segala arah, melahap apa saja pada daratan tak berdaya, termasuk Redo yang menerima segala.
Sebaliknya dari Heal Order, lelaki itu kembali memperoleh iris cokelat hazel, kesadarannya, tetapi bukan hal-hal yang diinginkannya. Pertama-tama, kekhawatiran muncul manakala di kamar Biru tidak ditemukan seorang pun siang itu. Baru ketika terdengar gelak khas dari luar ruangan--mungkin berasal lorong rumah--wajahnya terlihat lega. Redo tak buang waktu bergegas menuju sumber suara. Meski tak ada kesadaran akan pemeriksaan diri.
Suara perempuan yang pertama menyambutnya, tetapi bergema dan bukan si pemilik yang bertemu. Sepasang kaki mungil bersetiwel melangkah, dan Redo harus menunduk guna memandang. Dari ruang tamu dia datang. Bayi Biru sudah bisa berjalan, agak tertatih dan langsung jatuh memang, tetapi gerakannya bagus. Badannya pun sedikit lebih besar.
Redo tersenyum, tetapi lalu kepalanya mendongak ketika tawa seseorang mengejek.
"Redo? Baju apa itu, haha?" ujar Daisy.
Redo sendiri terkejut dengan pakaian yang membungkus badannya. Kemeja putih berbalut blazer biru motif kotak-kotak, dasi merah, celana hitam kebiru-biruan dengan sabuk, juga kaus kaki putih. Topi merah dan sarung tangan jari terbuka.
"Kau ingin masuk sekolah PokéTrainer? Oke, tapi tunggu pendaftaran dibuka, ya?"
Redo buru-buru geleng-geleng, pipinya tersipu merah. Remaja tersebut kelimpungan berdiri, celingukan seperti mencari sesuatu, tetapi diurungkan dengan agak menenangkan diri. Lagi pula, bayi Biru sedang memperhatikannya lekat-lekat.
Ini berarti tidak ada masalah. Sepasang manik mata cokelat madu yang manis itu menatap, ingin mendapatkan perhatian--afeksi, barangkali--dari sosok yang membuatnya kagum.
Maka Redo sebisa mungkin memenuhi ekspektasi. Biar si bayi menentukan pilihan ikut. Sama seperti sebelum-sebelum, Redo agak membungkuk dan merentangkan tangan. Tepi blazer yang terbuka serta dasi merah pun menggantung di udara. Atas perangai hendak mendekap, lelaki itu menangkap bayi Biru dalam posisi tegaknya. Mereka berpelukan di depan Daisy yang senyum-senyum.
Perempuan yang mengaku kosong hari itu, yang Redo heran di mana sang suami, tetapi tidak bertanya. Yang dari memori Biru sebenarnya telah diketahui nasibnya.
"Mau mengajarinya berjalan?" tawar si perempuan dengan kial menyilakan. Tentu Redo bersedia berguna barang berkontribusi minim. Lelaki tersebut membantu persiapan, diiringi gelak khas.
Berikutnya Redo mengangkat kedua lengan mungil itu. Dia berdiri di belakangnya. Dia ikuti irama langkah kecilnya bergantian, kiri dan kanan, kiri dan kanan. Meja ruang tamu diputari, sofa-sofa, jalur persegi lantai yang potensial. Daisy menyoraki dengan semangat. Sinkronisasi yang bagus, pujinya.
Meski kaku, Redo tetap bisa menuntun bayi Biru. Fokusnya sangat serius pada penyesuaian jarak langkah yang pas, ayunan yang mulus, pemilihan waktu susul yang tepat. Tidak ada yang menyangka waktu berjalan cepat dan Redo hampir terayu oleh bunyi giring-giring yang samar dari kamar Biru.
Selepas Daisy berkata beres, latihan pun disudahi. Bisa jadi perempuan itu menyadari raut gelisah Redo, juga siku serta lutut yang gemetar. Lelaki yang malang. Redo tersipu-sipu menyerahkan bayi Biru ke wakil pemilik sah, hampir tersandung mata kaki sendiri ketika terburu meninggalkan tempat. Ternyata tujuannya memang kamar.
Ada jaket tanpa lengan warna merah yang menggantung di dinding. Itu punya Redo dan dia langsung tahu, merogoh saku bagian kanan bawah. Adalah gawai yang keluar, tergenggam layarnya menghadap muka.
###
Baby Blue (bayi Biru) ♂️
Lv. 35
PokéDex No.: #666
Name: Baby Blue
Type: Normal
OT: REDO
ID No.: 162915
Exp. Points: 35666
To Next Lv.: 334
Item: None
###
Bagus! Level 35! Pertanda baik, lainnya bisa diabaikan.
Jikalau dipikir-pikir, ada sesuatu yang kurang. Hal yang tidak diucapkan Tuan Hoothoot, tetapi tersirat dalam perkataan terakhir Biru dalam memori terbarunya. Apakah pesan itu? Apa yang dititipkan Biru? Selagi lelaki tersebut merenungkan pencarian terakhir, tatapannya tertuju pada supervisor, keinginan yang tak sempat terwujud oleh kelalaian. Ketika digali lebih lanjut lagi, raut Redo bisa tahu penyebabnya.
Remaja itu beralih menghampiri Daisy di ruang tamu, tertuju bayi Biru tepat. Dia tidak terlalu yakin, tetapi memercayakan harta berharga kepada orang terdekat lebih terjamin. Atas kerjapan dan anggukan, Redo tepuk pundak kecil si bayi. Tak masalah tanggapan yang didapat berupa tatapan melongo. Yang penting, benda yang dirogoh dari saku celana itu, telah diberikan.
Bayi Biru terpaku ketika benda balok panjang diarahkan kepadanya. Namun, hidung yang bereaksi, perangsang yang disukai, bayi tersebut riang gembira antusias menerima. Sebuah PokéBlock yang berisi beberapa potongan beri tumbuk aneka rona aneka rasa. Tak ada yang lebih disenangi anak-anak selain itu, terlebih PokéHuman. Bahkan Daisy menyanjungnya karena tahu favorit si bayi.
"Kau yakin?" Bukan pertanyaan yang tepat untuk diajukan. "Kalau ada apa-apa, telepon saja, oke? Seperti kamu biasa diandalkan saja?"
Redo menyahut dengan suara anggukan di kala mengganti atasan luar dengan jaket merahnya. Yang penting jika butuh sesuatu, dia tinggal menelepon. Setelan format wajib siap sudah, tinggal berangkat.
Mereka mengantar dari teras depan pintu, mengawai kepada laki-laki yang menumpangi Charizard si reptil oranye bersayap. Dari halaman rumah, Redo lepas landas. Tiupan angin meribut sejenak dan menerbangkan.
Remaja itu beserta ranselnya, terbang ke daerah luar Pallet Town, menuju kota yang lama tak dikunjungi. Dia melintasi awan-awan, bertemu Pokémon tipe terbang. Pengalaman yang hanya PokéTrainer legal dapatkan.
Dari kejadian di ingatan Biru, Redo bisa mengenali ciri-ciri tempatnya. Ramai, modern, lalu-lalang, dan banyak orang mampir. Nama kota yang dituju ialah Pewter City. Sebuah kota sibuk bahwa penduduk yang tinggal tak lebih dari motor mobil. Lagi pula misinya ke sana tak lain untuk menuntaskan pesan Biru.
Guna menemui Lyra.
###
Kudus, 23 Februari 2022
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top