31. Friends-6

Pertarungan tidak serumit yang penonton bayangkan.

Biru memekau ke udara, “Sial! Hanya Raticate kenapa bisa sekuat ini?”

Serangan ‘Super Fang’ mengenai Blastoise, terkaman taring yang memotong nyawa jadi separuh. Raticate si Pokémon tikus mondok berwarna cokelat dengan rambut lebat bergerak lebih gesit. Blastoise pun berang, membalas dengan gelombang air ‘Water Pulse’, tetapi hanya berdampak sedikit.

Lagi-lagi Blastoise terkena gempuran, kini terkena ‘Hyper Fang’ hingga batang nyawanya merah. Pokémon kura-kura biru itu pun melayangkan ‘Water Pulse’ sekali lagi, sayang musuh masih berdiri tegap.

Biru mengernyih gelisah.

“ ‘hanya’, huh? Aku memang tidak boleh meremehkan yang satu ini!” Tangannya mengacung PokéBall, menarik Pokémon-nya. “Blastoise, kembali!”

Akan tetapi, Raticate mendadak memelesat maju, dengan jurus ‘Pursuit’ secepat kilat menendang Blastoise.

“Apa?” Biru tercengang bukan main. Blastoise kalah dan tumbang. “Boleh juga ….”

Lelaki itu menggeram kepada lawan di seberang. Dore terlihat siaga memasang kuda-kuda. Benar-benar lawan yang sulit.

“Arcanine, maju!”

Biru memanggil keluar Pokémon kanina raksasa warna oranye loreng hitam. Arcanine memberi ‘intimidate’ yang menurunkan daya serang musuh.

Arcanine melaju kencang dengan kilatan cahaya ‘Flare Blitz’. Terjangan berapi-api yang memberikan kerusakan. Raticate diam di tempat dan tak sadarkan diri. Biru berseru senang.

Dore menarik Raticate, selanjutnya mengundang Pokémon badak, Rhyhorn.

“Hah! Lemah!” Biru buru-buru memerintahkan serangan.

Arcanine mengangguk, melakukan ‘Flare Blitz’ lagi. Namun, serangan itu tidak terlalu efektif, hanya sedikit mengurangi nyawa musuh.

Defense-nya tinggi … !” Biru merutuki kesalahannya yang fatal, dan tidak siap untuk adegan berikutnya. 

Rhyhorn melakukan ‘Earthquake’, menggetarkan daratan sekitar dengan magnitudo tinggi. Seketika Arcanine terkena serangan super-efektif hingga tak sadarkan diri.

“Apa … !”

Biru benar-benar terpojokkan. Mau tak mau dia mengeluarkan kartu asnya.

“Machoke, maju!”

Keluarlah Pokémon berwujud manusia berotot dengan wajah reptilia dan mengenakan sabuk petarung. Sesaat mengumpulkan kekuatan, Machoke melayangkan pukulan bertubi-tubi ‘Dynamic Punch’. Rhyhorn pun kalah.

Dore selanjutnya mengeluarkan Pokémon burung bersayap lebar dan berparuh bor, Fearow. Biru menyungging seringai. Machoke dengan kedua tangannya menggebrak tanah, kemudian batu-batu beterbangan melawan gravitasi. Serangan ‘Stone Edge’ yang super-efektif mengenai musuh.

Sayangnya, Fearow bertahan berkat ‘focus sash’, menyisakan hanya satu poin nyawa.

“Sial!”

Di seberang, Dore merapikan posisi topinya. Fearow memekik, serangan ‘Mirror Move’ dilayangkan. Jurus ‘Stone Edge’ disalin kemudian dilemparkan kepada Machoke. Beruntung itu tidak terlalu efektif, tetapi nyawanya tinggal separuh.

Biru menggeram. Ini kesempatannya.

“Machoke, ‘Stone Edge'! Habisi dia!”

Dalam sekali hentakan, batu-batu melayang ke udara dan menghabisi musuh. Fearow terjatuh ke tanah sampai sekujur sayapnya lemah. Dore tergemap. Biru berteriak tinggi hati, menghampiri Machoke lalu beradu telapak tangan di udara. Machoke pun ditarik kembali ke PokéBall.

Musik kemenangan menggema dari penjuru lapangan. Wara-wara pun dengan bangga mengumumukan Biru Oak sebagai pihak yang unggul. Para penonton bersorak ria menyambut sang juara.

Biru berseru lega. Dia seka peluh dengan meraup wajah, kering berkat kain gelang di pergelangan. Dia kemudian berjalan maju ke tengah bersamaan lawan. Tangan itu terangkat ke udara, bermaksud menyapa. Biru mengukir senyum sebagai tanda hormat.

“Tadi nyaris saja …,” ucapnya, agak terkesan. “Hei, kau kuat sekali!”

Biru mengulur lengan seraya mengernyih. Namun, lelaki bermasker dan bertopi yang disalam tidak merespons, membatu dengan tatapan mata lekat. Biru tak habis pikir, memilih mengurungkannya.

Pelantang suara memberitahukan bahwa kegiatan ujian di kelas ini telah usai. Mendengar itu, rombongan penonton pun membubarkan diri. Meski begitu, beberapa masih tinggal dan asyik mengadakan pesta selamat yang terpisah-pisah. Biru tidak diajak meski dia pemenangnya.

Oleh karena itu, lelaki tersebut menuju tribune, barisan kursi yang tiada seorang pun menempati. Di sela langkahnya sebagai jawara, atas jerih payahnya menumbangkan semua lawan. Biru merayakan kemenangan.

Lalu seorang laki-laki tahu-tahu berada di situ.

Remaja yang tampak sengaja menyendiri, menyembunyikan eksistensinya dari keramaian. Topi dan masker yang bagus, pikirnya. Maka Biru pun menghampiri. Dia sapa orang itu, kemudian duduk di sebelah.

Setelah merencanakan urutan topik yang sesuai, Biru mulai ajak mengobrol.

“Kau kuat, ya? padahal dengan Pokémon yang tampak biasa begitu, aku sudah kewalahan,” tuturnya seolah-olah ingin akrab.

Kemudian Biru mendapat informasi bahwa laki-laki itu, Dore, baru-baru ini direkrut PokéTrainer. Jadi dia yang tidak punya pun memesan tiga Pokémon rental.

“Apa? Rental? Bohong!”

Ya, itu benar. Dore melatih tim Pokémon-nya dari awal hingga menjadi sekuat tadi. Meski demikian, yang namanya rental pastilah tidak sekuat Pokémon yang dirawat sejak belia. Makanya Dore tetap bisa dikalahkan oleh Biru.

“Wow ….” Biru amat tersanjung.

Mendengar pengakuan yang kian panjang kian mengejutkan Biru, membuatnya geleng-geleng kepala. Walhasil sebuah ide tercetus di benaknya.

“Kau benar-benar luar biasa! Hei, jadilah riv--”

Namun, lagi-lagi keinginan itu terurungkan. Entah atas dasar apa, sebuah memori asing, tetapi akrab terlintas. Masa itu, di sebuah ruangan pertarungan berdinding cat emas serta langit-langit tinggi, Biru yang masih anak-anak dengan penuh tekad melempar PokéBall ke tengah aula. Di belakangnya terdapat tahkta yang biasa berada di Liga Sang Kampiun. Di hadapannya, seorang anak laki-laki sebaya dengan wajah dan perawakan hitam buram. 

“Ah, tidak. Tidak jadi.” Biru tertawa kikuk mengusap tengkuknya.

Mereka berdua pun berdiri saling hadap, bersiap untuk perpisahan dan memastikan tidak ada yang terlewat ataupun tertinggal.

“Kapan-kapan kita battle lagi, ya!”

Biru melambai tangan, lalu berbalik dengan masih menatap lelaki itu sekilas.

Ketika sudah berjalan jauh ke pinggir tribune, tiga kawan Biru pun datang. Akhirnya mereka menunjukkan batang hidung setelah diharapkan kehadirannya sedari tadi.  

“Ke mana saja kalian?” tanya Biru cukup gusar.

Trio itu saling pandang dan senyum-senyum ke Biru. Masing-masing beralasan yang sama: sibuk habis dari pertarungan dan tidak menang. Biru mendesah pelan, sia-sia rasanya dia bersama mereka selama ini.

Meski begitu, tiga remaja itu tetap memamerkan Pokémon masing-masing yang telah bekerja keras. Pengakuan bahwa Pokémon pendamping yang paling berjasa dalam pertarungan serta sering diajak latihan walau tak pernah ditunjukkan.

Brendan dengan Pokémon tipe psikis yang mirip pantomimer, Mr. Mime.

Hum-um, sangat cocok menggambarkanmu,” puji Biru yang dihadiahi pukulan pelan di bahu kiri.

Lyra bersama Pokémon kelinci jambon bermata bulat serta berambut super-halus, Wigglytuff.

“Wah, tidak disangka kau suka yang imut-imut juga.” Biru hampir mendapat ‘Mega Kick’ lagi jika tidak segera meminta maaf.

Kemudian May berpose di samping Pokémon yang katanya juga imut, tetapi aslinya seram karena berwujud araknida raksasa, Ariados.

Yah .… Boleh juga ….”

Setelah itu, mereka berempat meninggalkan lapangan bersama keheningan dan kenangan. Pada cuaca yang cerah, awan-awan bergetar, matahari bersinar. Semua orang bersenda gurau memakai topeng masing-masing.

###

Kudus, 7 Februari 2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top