1). Anthony Siblings

Semua sepakat kalau hari Senin adalah hari sibuk. Bagaimana tidak? Selain menjadi hari pertama dalam satu minggu, Senin selalu menjadi awal untuk permulaan. Maka tidak heran, banyak yang suka mengeluh setiap hari Minggu mau berakhir sebab perjalanan dari Minggu ke Senin begitu cepat, sebaliknya memerlukan waktu enam hari untuk kembali ke tanggal merah tersebut.

Berasa tidak adil, tetapi faktanya demikian.

SMA Berdikari juga ramai pagi ini. Sebenarnya lebih tepat disebut ramai yang berat sebelah karena populasi murid baru kian bertambah hingga dua kali lipat setiap tahunnya. Beruntung Rio Harvey selaku Kepala Sekolah selalu cepat tanggap dan gesit dalam mengambil keputusan, sehingga proyek gedung baru di tanah lapang bagian Barat sudah masuk dalam progres.

Namanya juga sekolah swasta pionir yang sudah populer di kalangan konglomerasi, SMA Berdikari memang semakin wow saja. Selain biaya SPP yang tidak membludak walau sudah masuk dalam most wanted list (padahal sudah terkenal sejak tiga tahun terakhir), rupanya sekolah tersebut secara konsisten menunjukkan bagaimana karakternya berperilaku sesuai nama; berdikari.

Sudah bukan rumor kalau semua pelajar SMA Berdikari seolah-olah dilatih untuk mandiri dan tunduk pada semua aturan yang berlaku. Apakah ini karena banyak guru killer? Apakah ini karena belum ada siswa yang mencoba melawan? Atau... apakah ini karena banyak yang bersyukur bisa menjadi murid di sana hingga tidak berani bertingkah?

Entahlah, semua kemungkinan bisa saja terjadi. Yang jelas, belum ada satu pun yang benar-benar melanggar peraturan hingga berpotensi dikeluarkan atau minimal dipindahkan ke sekolah lain, meski terdapat banyak siswa laknat dan minus akhlak. Namanya juga remaja yang sedang dalam proses pencarian jati diri, para guru juga berusaha memberikan toleransi asalkan tidak berlebihan dan tidak melanggar norma yang seharusnya ditaati.

Baskara Anthony termasuk dari sekian jumlah murid nakal yang setia bolak-balik Ruang BK. Percayalah meski dijuluki perundung ulung, dia masih memiliki sejumlah attitude untuk menjawab guru dengan sopan. Tingkah semena-mena yang dia lakukan hanyalah sebatas ketengilan yang bermakna caper.

Dengan kata lain, Baskara tipikal usil. Ditambah fakta sekarang dia berada di tahun terakhir SMA, lantas menjadikannya senior yang semakin melonjak dan berkuasa saja.

Bukti konkretnya seperti sekarang ini.

Baskara menghentikan motor ninjanya asal saja di depan tangga kecil yang merujuk ke koridor. Ditilik dari caranya melempar kunci ke siswa random yang lewat, sudah jelas dia memberi perintah untuk memarkir motornya ke area basement khusus parkir.

Bisa disimpulkan sebesar apa pengaruhnya di sekolah hingga tidak ada yang protes, bahkan sepaket dengan para pengamat yang tidak pernah bosan memperhatikan dan menjadikan Baskara bahan julid-an di manapun dia berada.

Para angkatan junior yang baru memulai hari sebagai murid SMA tentu sangat kepo dengan situasi ini. Biasanya jika sudah demikian, mereka semua akan berkumpul dalam satu kerumunan besar untuk bertanya-tanya dan ngerumpi.

Jika situasi ini dikonversikan ke dunia komik, akan ada cahaya ilahi yang menyorot Baskara tepat di puncak kepala, melengkapi visualnya.

"Eh-eh-eh, siapa dia?"

"Ganteng, sih, tapi gayanya belagu banget."

"Kok pada mau, sih, jadi babunya dia?"

"Lo nggak tau, ya, siapa dia?"

"Ya, makanya gue nanya! Ya kali, udah tau, tapi masih nanya."

"Gue jadi merasa tertampar soalnya walau udah ngenal Baskara, gue masih belum puas julid-in dia."

"Oh... namanya Baskara, ya? Kayak nama sepupu gue, Baskara juga namanya cuman gantengan dia."

"Nama Baskara emang pasaran, kali. Percaya deh... kalian bakal makin penasaran soalnya dia selalu punya cara sendiri yang bikin kita berasa mau pedekate, tapi nggak pernah ada yang bener-bener deket sama dia."

"Loh, kenapa emang? Tipikal player cap kaleng kalo menurut gue."

"Hahaha... kita sepemikiran. Dari penampilannya aja gue punya firasat dia jago gonta-ganti cewek kayak ngoleksi jilbab; warna-warni trus dipadankan sama warna baju sesuka dia."

"Hmm... bener. Sama pengertiannya kayak ngoleksi action figure atau lego, 'kan?"

"Nah. You know what I mean."

"Kembali lagi ke yang tadi, dong. Jadi gimana ceritanya, sih? Kok, semua pada nurut sama si Baskara ini?"

"Gini, loh. Rumor yang gue denger, dia punya geng preman yang nggak main-main. Jadi, ya... udah pada takut duluan makanya nurut sama Baskara. Lagian keluarganya makin tajir sejak punya papa baru. Saudara tirinya juga bikin semuanya jadi lebih mudah."

"Lebih mudah?"

"Iya. Tuh-tuh-tuh, itu dia yang gue maksud."

Siswi yang terakhir berbicara lantas mengendikkan dagunya ke ujung koridor yang baru saja dilewati oleh Baskara lima menit yang lalu. Kemudian seolah-olah diiringi cahaya silau untuk yang kedua kalinya, seorang pelajar melangkah dengan gerakan lambat. Berawal dari siluet gelap yang menutupi sebelum visualnya terungkap secara dramatis.

"Ya ampun... kalo Baskara tipikal playboy-playboy-an, nih cowok tipikal angel-angel-an, Miskah! Namanya siapa, sih? Jadi kepo!"

"ASTAGA! Boyfriend-able banget!"

"Kalian ngerasa, nggak, sih? Kalo jadi pacarnya, kita bakal diperlakuin kayak princess?"

"Namanya Dave. Dave Anthony, tapi beda kelas sama Baskara."

"Jadi maksud lo... apanya yang bikin Baskara lebih mudah dari Dave?"

"Yaaa... katanya sih, berkat Dave si murid teladan sekaligus anak emasnya SMA Berdikari, Baskara jadi kecipratan oleh kebaikan saudara tirinya. Berasa dibela gitu, lah!"

"Pantes, ya. Baskara bisa leluasa di sekolah. Ah, tapi... pernah pacaran nggak sih—–si Baskara itu?"

"Boro-boro punya pacar, deket sama cewek aja nggak ada. Kecuali...."

"Kecuali?"

"Kecuali... Mira Lesmana. Tapi itu juga sengaja dilakuin biar perasaan Dave diobrak-abrik, sih. Denger-denger dia pernah suka sama Mira."

"Mira Lesmana? Satu keluarga sama Indra Lesmana yang pernah terkenal pada masanya itu?"

"Entah. Kayaknya bukan, deh. Baskara aja pasaran, kan, namanya? Mana tau nama belakang Lesmana juga nggak ada kaitannya sama dunia hiburan."

"Iya, ya. Muehehe...."

Begitulah percakapan yang terjadi setiap ada beberapa siswa yang belum tahu-menahu tentang Baskara dan auto menggali informasi karenanya.

Itulah sebabnya, topik berkaitan tentang Baskara Anthony tidak pernah bosan untuk dibahas. Keterkaitannya dengan Dave Anthony memberikan keuntungan atas kelakuan minus akhlaknya yang senang menindas dan merundung murid-murid di sekolah.

Alih-alih merasa terganggu, Baskara malah menyeringai puas setiap mendengar namanya diungkit-ungkit dari balik punggungnya. Baginya, itu memberikan sensasi yang menyenangkan karena berasa menjadi idol.

Benar. Selayaknya idola yang selalu menjadi buah bibir para fans, tetapi tidak gampang didekati dan digapai.

Mungkin... tidak akan pernah bisa dimiliki.

Terkesan lebay—–memang, tetapi Baskara merasa faktanya memang demikian. Visualnya jelas tak terbantahkan; tampan, berkulit sawo matang yang memberi kesan macho, tatapan mata teduh yang membuat lutut para kaum hawa auto berubah menjadi jeli setiap ditatap lebih dari satu menit, berhidung mancung, serta memiliki garis rahang yang setajam karakter tampan dalam dunia komik.

Intinya, Baskara layak masuk dalam daftar cowok idaman yang ingin dimiliki oleh cewek jomlo.

Sedangkan Dave, visualnya berbanding terbalik dengan Baskara meski ketampanannya juga layak masuk dalam daftar. Daya tariknya terletak pada senyuman malaikat yang akan membuat siapa saja otomatis terenyuh hingga lupa diri.

Lihat saja, banyak di antara mereka yang auto senyam-senyum tidak jelas setelah dihadiahi cengiran oleh Dave.

Termasuk salah seorang siswi yang tersenyum malu-malu di antara kerumunan saat ekor matanya tidak sengaja menangkap 'hadiah' dari Dave. Bahkan netranya tidak lepas hingga cowok itu menghilang di balik belokan koridor.

Name tag seragamnya terbordir nama Yana.

Bersambung

Rio Harvey adalah Kepala Sekolah SMA Berdikari. Peran beliau lebih banyak diceritakan dalam karya lain berjudul My Zone is You. Bagi yang kepo, dari sana kalian akan mengenal seperti apa karakter beliau—–tenang saja, antara cerita yang satu dengan yang lain bisa dibaca terpisah. Namanya juga sekolah sama, gurunya tentu sama.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top