Ch. 3
Membutuhkan keberanian untuk pulang dan membawa Arro dalam gandengannya. Semua mata memandangnya dengan arti yang tak bisa dibaca Ery sepenuhnya. Tentu saja dia pulang dimana kedua orangtuanya berada. Seperti kata Isak, Ery memiliki keberanian itu, tapi ia hanya tak ingin menggunakannya karena lebih dulu memikirkan kemungkinan buruk dengan mengacaukan ekspektasi semua orang yang dicintainya.
Imagery Agave Mahadarya berdiri dan Karyna melepaskan genggamannya pada gelas yang dibawa untuk berlari memeluk putrinya yang ia rindukan. Ibu mana yang tak akan merindukan anaknya sendiri? Karyna membagi hidupnya selama kurang lebih sembilan bulan dengan Ery dan Opy. Dia tak baik-baik saja mendengar kekacauan terakhir kali yang mengubah segalanya.
"Sayang. Ery ... kenapa baru pulang sekarang?"
Ery yang semula tak melakukan apa-apa mendapatkan pelukan itu, mulai menggerakan tangannya untuk membalas eratnya Karyna merengkuhnya. Pelukan penuh kehangatan itu dirasakannya setelah bertahun-tahun Ery mencoba menjadi pribadi yang suka sekali menyangkal. Pribadi yang menyedihkan, karena merasa bahwa diam adalah emas. Nyatanya, diam bukanlah bagian dari emas untuknya. Melainkan kubangan hitam yang menjerumuskannya pada dunia kelam depresi dan kejiwaan yang tak stabil mengatasi emosi.
"Mami," panggil Ery.
Karyna menghirup aroma rambut Ery dan menyahut, "Hm?"
"Maafin aku. Maaf, Mi."
Karyna menggelengkan kepalanya. Dia bisa melihat Arro yang begitu erat menggenggam tangan kanan Ery, menatap Karyna yang tidak biasanya bersikap baik pada Ery. Terlalu banyak perdebatan yang terjadi antara Karyna dan Ery. Hingga bagi Arro, perilaku semacam ini mustahil dan membuat Arro menatap keduanya tanpa beralih.
Karyna melepaskan pelukannya untuk Ery, menangkup wajah putrinya dan mengatakan, "Mami maafkan semuanya. Segalanya. Tapi itu bukan karena kamu suka membantah dan mendebat mami. Mami maafkan kesalahan kamu karena nggak mau membagi sedikit saja keresahan dan kesakitan yang kamu rasakan selama ini. Mami juga meminta maaf karena nggak bisa menjadi mami yang baik buat kamu karena hanya mendengar satu versi cerita dan bukannya mencari tahu yang sebenarnya."
Ery tahu maminya adalah wanita yang sangat fair. Karyna adalah sosok yang tak malu atau ragu untuk mengatakan kesalahannya. Itulah yang membuat Ery terkadang merasa tertekan. Ia memang memiliki keberanian, tapi tidak ada keberanian untuk mengakui bahwa dirinya 'gila' di depan keluarganya.
"Bawa masuk mereka, Karyna. Kita makan bersama," ujar Dave yang sudah duduk dan meminta Arro untuk duduk di pangkuan pria itu.
Ery semula ingin menegur Arro yang menuruti perintah kakeknya dengan duduk di pangkuan Dave yang sudah sangat terlihat tua itu. Kerut di wajah dan rambut yang memutih adalah representasi dari kata tua. Namun, Dave yang menegaskan bahwa Arro harus duduk di pangkuan pria itu dengan balasan telak untuk Ery.
"Bagaimana kamu bisa setega ini sama papi, Imagery? Sudah beberapa bulan Arro nggak bersama kami, duduk di pangkuan papi masih nggak kamu izinkan?"
Ery mengalah dan memilih untuk fokus mengisi piringnya dengan menu makanan yang tersedia. Mencoba melupakan apa yang sedang menumpuk di kepalanya. Selalu ada cara paling buruk untuk membuat keadaan kembali stabil. Salah satu cara itu adalah dengan merusak hubungan dua belah keluarga. Keluarga Ery sendiri dan calon mantan suaminya.
"Aku nggak datang untuk liburan, Mi, Pi."
Sembari makan, Ery tetap menyicil pembicaraan. Karyna dan Dave tahu akan ada bencana lain yang terjadi setelah Opy dan Ardi terlihat bahagia dengan keluarga kecilnya. Bencana lain yang kini datangnya dari putri mereka yang lain.
"Mami dan papi nggak akan menghalangi langkah kamu, Ery. Kalo memang ada hal yang bisa membuat kamu bahagia dan bebas, kami akan mendukungnya."
Kembali terjeda dengan kegiatan makan mereka. Arro mengeluarkan suaranya dan membuat ketiga orang dewasa di sana tertegun.
"Aku kangen Esa," ucap Arro.
Hampir tiga bulan lamanya Ery kabur dan bersembunyi, membuat masalah menggantung dan tak terselesaikan. Tentu saja salah satu yang digantung adalah harapan Arro untuk bisa menghabiskan waktu bersama Musesa.
"Bunda, aku boleh main ke rumah Esa habis ini?" tanya Arro meminta izin pada Ery.
Karyna dan Dave menunggu reaksi serta jawaban apa yang akan Ery berikan untuk Arro. Hubungan Ery dan Opy masih belum jelas sepenuhnya. Meski kedua orangtua si kembar itu mendengar cerita versi Opy, tetap saja mereka perlu mendengarkan cerita versi Ery sendiri. Belum jelas juga apakah Ery bisa memaafkan kesalahan kembarannya itu. Padahal jelas, itu adalah bagian terpentingnya.
"Boleh. Rencananya bunda mau kamu nginep dulu sementara waktu di sana. Nggak apa, Ar?"
Karyna merasa begitu luar biasa mendapati kualitas hubungan antara Ery dan Arro. Tak akan pernah ada yang mengerti hubungan itu, kecuali Ery dan Arro sendiri. Sebab yang terlihat dari luar ibu dan anak itu sungguh kacau, tak pernah ada yang menyangka kadar pengertian diantara mereka begitu tinggi.
"Hm. Aku mau, Bunda. Tapi janji, ya, Bunda nggak boleh pergi tanpa aku?"
"Iya. Bunda akan selalu bersama kamu."
Ah, ini sungguh mengharukan hingga membuat Karyna menitikkan airmata.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top