Chapter. 7

Ch. 7

°

Kelakuan Umay memang berbeda. Meski begitu Karyna menyadari betul kecerdasan putranya yang satu itu. Cara Umay menunjukkan keinginan, mengucapkan sesuatu dengan tepat dan tegas memang hadir karena kesiapan mental orangtuanya ketika memiliki Umay untuk hadir di dunia ini. Kedewasaan anak itu hadir karena kedewasaan kedua orangtuanya juga. Itu sebabnya, Karyna tidak pernah khawatir dengan bagaimana masa depan anak itu atau apa pun yang diucapkan oleh para nenek sihir di keluarga Mahendra. Yang dia dan Dave fokuskan adalah dengan Dion dan Hayana serta orangtua Karyna, anak itu akan bersikap sopan.

Salah satunya pagi ini, dimana Dave sibuk bekerja dan Dion membawa serta Hayana yang tinggal bersamanya menyambangi rumah Karyna dengan banyak hadiah.

"Om Yon!!!" seru anak itu senang sekali.

Proda sendiri sedang demam, tidak tahu apa yang membuat anak itu kembali drop, Karyna merawatnya sebisa mungkin di rumah. Meski beberapa kali mencoba menekan perasaan cemasnya karena kondisi seperti ini sudah terlalu sering. Fisik Proda memang tidak baik-baik saja. Demam adalah teman anak itu. Jika sudah sakit begini, maka Karyna meminta izin kepada sekolah. Entah berapa kali Karyna meminta izin kepada pihak sekolah, tidak terhitung.

Proda yang sudah berada di kelas satu sekolah menengah harus menghadapi tantangan dari dirinya sendiri yang suka tiba-tiba drop. Itulah mengapa semalam Umay bangun dan mengganggu sesi kedua orangtuanya. Umay yang begitu peka dengan suhu langsung terbangun karena merasakan panas menyerang begitu tubuhnya hendak memeluk Proda.

Untungnya Karyna dan Dave tidak dibuat senewen karena sesi mereka tanggung, anak-anak sepertinya paham untuk memberikan waktu bagi kedua orangtuanya. Maka dari itu, meski dengan penampilan berantakan Karyna dan Dave langsung mengurus putra pertama mereka dengan memanggil dokter pribadi.

Sudah berkali-kali dokter yang menangani Proda mengatakan agar anak itu dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan intensif, bukan hanya pada saat sakit, tetapi juga saat Proda dalam keadaan yang terlihat sehat. Hanya saja... Proda sudah lebih dari kata takut dengan rumah sakit hingga menyulitkan Karyna dan Dave untuk membawa anak itu guna pemeriksaan yang lebih dalam.

"Uh, ponakan Om makin gendut aja, nih!" Sambut Dion yang langsung menggendong Umay begitu diserukan namanya.

Sedangkan Hayana langsung disambut Karyna dengan dipeluk oleh menantunya tersebut.

"Ma," ucap Karyna.

"Proda sakit lagi?" tanya Hayana.

"Iya, Ma. Demam."

Hayana mengusapi bahu menantunya. "Apa nggak sebaiknya segera diperiksakan? Sepertinya kondisi Proda memang lain, Ryn." Kata Hayana mencoba membujuk Karyna.

"Aku juga maunya gitu, Ma. Tapi Proda selalu nangis kenceng dan beneran nggak mau dibawa ke rumah sakit. Dia kayaknya trauma, Ma. Dulu, kan sering banget di bawa sama kakek buyutnya ke rumah sakit."

Kedua wanita itu hanya bisa meratapi. Sudah dalam fase genting karena semakin hari Proda semakin sering demam.

"Beberapa hari lalu dia ngeluh, katanya pusing karena pelajaran matematika. Aku nggak tahu dia pusing yang gimana, anaknya nggak pernah mau cerita detil soal sakit yang dirasa. Itu aja, tadi malem kalo bukan Umay yang laporan, aku nggak tahu dia demam sehabis jenguk kakek Dave."

Hayana dan Dion mendengarkan. "Kamu datang? Baik hati sekali, sih, kalian. Mama aja malas sekali berkumpul di sana. Udah bukan ranah kita lagi buat buang-buang waktu peduli, Ryn."

Tidak salah memang mertuanya sakit hati, tapi Karyna memang tidak mau semakin memberikan praktik yang salah pada Umay dan Proda. Menunjukkan rasa dendam kepada anak-anak hanya akan membuat mereka semakin mudah membenci seseorang. Dikenalkan saja Umay sudah menunjukkan ketidaksukaan, apalagi jika tidak dikenalkan sama sekali.

"Mungkin Proda takut kemarin kamu bawa jenguk Dirgahayu. Makanya malemnya langsung demam. Sawan dia ketemu kakek itu." Celetukan Dion yang didengar oleh Umay membuat anak itu menirukan.

"Sawan, Om? Sawan yang bibilnya melah cakit, ya? Kak Oda sawan gala-gala olang matik, ya?"

Karyna menepuk jidatnya sendiri. Pembahasan ini akan kembali dikuak.

"Orang mati?" tanya Hayana.

"Kakek buyutnya, Ma. Kan, masih koma, tapi Umay ngiranya udah meninggal dan serem bagi dia. Pulangnya emang Umay yang langsung nangis, Proda-nya diem aja."

Dion terkekeh. "Sadis emang bahasanya anakmu, Ryn—aw!"

"Mbak! Kamu ini manggil kakak ipar pake nama terus, Yon!"

Dion langsung diam, omelan dari Hayana memang tidak pernah Dion bantah. Berbeda dengan Dave yang sukanya membalas terus.

"Om Yon, Om Yon, cemalem mami cama papi lucuk." Mulai Umay mengalihkan pembicaraan.

Karyna sudah ketar ketir sendiri.

"Lucu kenapa, May?" tanya Dion pada ponakan tergemasnya itu.

"Mami cama papi lucuk, mami pake celana papi telus papi nggak pake celana." Lalu anak itu tertawa dengan kerasnya tanpa ragu sama sekali.

"Umayyyy... udah, Nak—"

"Kalian emang lebih sadis. Anak sekecil ini dikasih tontonan begitu." Lalu Dion ikut menertawakan. Dan mau tak mau Hayana juga ikut menertawakan ulah mantu dan anaknya.

Duh, kok jadi gini?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top