Chapter. 12

Ch. 12

°


Menjelaskan bagaimana seorang Duta memasuki rumah mereka bukanlah hal yang mudah. Bagi Proda, sosok Duta tidak begitu berarti. Sebab perannya sebagai kakek juga tak ada. Sedangkan bagi Umay, sosok Duta benar-benar tidak dia mengerti apa kedudukannya. Sontak saja tugas kedua orangtua itu menjadi ganda. Oh, bukan ganda lagi. Melainkan bertumpuk dengan dugaan Hayana yang mengarah pada mereka.

Saat membawa Umay untuk keluar dari kamar dengan penjelasan super mengenai 'ciuman' serta siapa orang asing yang masuk ke rumah mereka dan berakhir dengan kata-kata 'aduh, pusing' dari Umay, kini mereka semua berkumpul menjadi satu.

Hayana memilih tidak membahas apa pun bersama Duta. Jadi, yang dilakukan keluarga itu adalah tidak benar-benar menganggap Duta ada.

"Kak Oda napa ndak au ke rumah cakit, sih?" tanya Umay dengan mudahnya.

Dave dan Karyna melihat bagaimana ekspresi Proda yang kebingungan. Ya, benar. Jika saja yang menanyakannya adalah Dave atau Karyna maka jawaban Proda adalah gelengan. Sedangkan berbeda kasus dengan Umay yang bertanya. Jawabannya tidak akan bisa sesingkat gelengan saja.

Semua mata tertuju pada kedua anak itu. Jika Proda bingung menjawab, maka Umay sibuk menjahili celana Proda yang berwarna putih. Entah itu diwarnai krayon atau spidol milik sang kakak. Karyna dan Dave jelas tidak mempermasalahkannya, jika memang cara Umay mengeluarkan kreatifitas adalah dengan cara seperti itu, maka keduanya akan membiarkan saja.

"Kak Oda kok iyem aja?"

Umay memang selalu pandai membuat lawan bicaranya kebingungan untuk mencari alasan. Anak itu akan memaksa terus menerus hingga pertanyaannya terjawab.

"Ngapain ke rumah sakit?" balas Proda.

"Kak Oda, kan cakit. Kemalen, tuh papi malah gala-gala Kak Oda cakit." Jelas anak itu, lalu menoleh menatap papinya. "Iya, kan, Pi?"

Dave mengangguk. Tidak menjawab dengan kata, hanya anggukan saja yang diberikannya.

"Kan kemaren. Sekarang udah nggak."

Umay memberengut. "Olang belum peliksa kemalennya, peliksa cekalang-lah! Bial mami cama papi ndak malah lagi."

Mereka semua takjub dengan kemampuan Umay. Anak itu bisa sekali menunjukkan rasa sayangnya tanpa cara yang biasa. Umay selalu bisa mengucapkan kalimat sayang dengan gayanya sendiri, dengan bentuk kepedulian yang tidak disangka kapan waktunya. Sama seperti sekarang, Umay memedulikan Proda agar mau ke rumah sakit sekaligus menunjukkan keinginannya supaya Karyna dan Dave tidak terlalu panik menghadapi Proda yang sakit.

"Baru kali ini aku lihat interaksi antar sepupu yang melebihi kakak beradik." Duta berkomentar dengan gamblangnya, membuat kedua anak itu menatap dan mencerna ucapan Duta.

Dave yang langsung naik darah berdiri dari tempatnya duduk dan menarik Duta dengan cara tak sopan hingga papanya berada di teras luar.

"Aku udah bilang ke papa, berhenti untuk ikut campur masalah keluargaku. Jangan sembarangan bicara di depan anak-anak. Mereka nggak paham apa yang papa omongin. Udah bagus aku biarin papa tetap di sini dari tadi. Kali ini aku nggak akan tinggal diam. Pergi dari sini dan berhenti untuk bersikap seolah ingin memperbaiki hubungan keluarga!"

Dave benar-benar marah sekarang ini. Duta yang lebih tua benar-benar tidak menghargai apa pun di dalam rumah anaknya. Sudah lelah dia mengikuti keinginan Karyna supaya tidak memperpanjang dendam yang terjadi di masa lalu. Namun, pada dasarnya Duta memang tukang pembuat onar.

"Dave, papa hanya bilang apa yang papa tahu. Apa masalahnya kalo papa bilang begitu? Kamu memang harus membiasakan anak-anak itu untuk tahu porsi mereka masing-masing—"

"Pergi dari sini!" Itu adalah balasan Dave. Dia tak mau mendengarkan apa pun lagi yang keluar dari mulut Duta.

"Oke. Oke. Papa akan pergi dari sini, tapi papa nggak akan berhenti berusaha menyatukan keluarga kita kembali."

Muak, Dave meneriakan suara memanggil satpam yang bertugas di rumahnya. Dia minta satpam itu untuk memaksa Duta pergi dari rumahnya.

Sedangkan anggota keluarga yang lainnya berusaha untuk tidak keluar supaya tidak ikut campur dengan cekcok kedua pria dewasa itu.

"Papi malah lagi, Mi." Kata Umay yang kini mendekati sang mami.

Karyna mengangguk pada pernyataan anaknya. Lalu pandangannya beralih pada Proda. Nampaknya anak itu memikirkan ucapan Duta.

Kalau sudah begini, Karyna menyesali kesempatan yang dia berikan untuk Duta. Pria tua itu ternyata belum benar-benar pulih dari kegilaannya dengan merusak sebuah keluarga.

"Da, lagi mikirin apa? Mau ke rumah sakit sekarang?" tanya Dion yang mencoba untuk mengalihkan pikiran anak itu.

"Om, boleh anterin aku ke kamar?" pinta Proda tiba-tiba.

Dion beringsut, tapi Karyna menyela.

"Mama aja yang anterin, ya?"

Proda menggeleng. "Om Dion aja."

Dan Karyna tahu bagaimana rasanya menjadi ibu yang tidak selalu dibutuhkan oleh anaknya. Karyna mulai panik. Proda bisa saja sakit hati dan menjauh kembali.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top