The Finally


Pagi hari masih terlihat cukup petang dilangit,persiapan yang dilakukan sunghoon sudah dikerjakan.
Berolahraga sedikit ditepi kolam renang rumahnya,wajah bersinar dan tampan.Aura sembabnya masih belum hilang,dan ternyata musik mengiringi setiap peregangan itu.

Mengangkat kepala keatas menyangga dagu dengan kedua tangan,kaki berjinjit dan mulai berhitung didalam hati.

"sunghoon ah,putraku".

Suara yang mungkin dia kenal langsung membuat matanya terbuka pada hitungan ke 20.

"Appa"

Matanya berlirik dari setiap arah,tidak ada orangpun baginya.

"Ini mungkin firasatku,aku terlalu rindu padanya".

Karena pikirannya yang mulai tidak fokus,sunghoon memiliki rencana duduk dipinggiran kolam mencelupkan kedua kaki kedalam air yang sedikit dingin.

"nak"

Bayangan appanya tersamarkan di air seperti bayangan.Sunghoon menatap sendu,tanpa menyahuti.

"ap appaaa"

Ucapnya senang,

"kamu memiliki segalanya,tapi kamu belum mampu merasakan apa kekurangan pada setiap orang.Jangan pernah memalingkan baikmu pada orang yang tidak sekali menyentuh hidupmu,itu membuatmu tidak akan merasa kenyamanan".

Setelah suara pesan moral yang dia dapatkan,bayangan itu tidak ada.
Sunghoon membersihkan wajahnya dengan air pun masih sama.

"Ayola sunghoon ah,kamu fokus jangan berpikir aneh dan terus halusinasi.Tunjukkan pada appa bahwa kamu anak yang bisa diandalkan".
Tepuk sunghoon memberi semangat pada dirinya.

"Sayang".

"HAHH".
sunghoon hampir memukul eommanya yang disamping kanannya.

"Kenapa,eomma bisa terjatuh tadi.Kamu melamun yah".
Tanya eomma sunghoon

"Aku sedang fokus ma,tapi kedatangan mendadak seperti tadi jelas aku terkejut".
Jawab sunghoon

"Eomma sengaja bangun awal pagi,memasak masakan sehat ini.Serta susu,pasti nanti kamu terburu-buru jadi tidak sempat sarapan".

Sunghoon menjawab dengan senyuman,

"Hmmmm wangi aromanya,aku langsung lapar".

Sunghoon membenarkan duduknya,diapun siap menyantap sarapan dipagi hari.

"Berarti nanti park family ada disana".

Sunghoon mengangguk,

"Tenang,kakek jay tidak hadir.Ini acara recehan baginya eomma".

Eomma sunghoon mulai tersenyum karena mulut putranya sangat cepat mengunyah sarapannya.

"Kalau jay menginap disini,akan aku buatkan juga.Dia sangat suka masakan eomma,sudah lama tidak pernah menginap dirumah"

Sunghoon meminum air putih sedikit hendak berbicara,

"Dia sudah tidak kesepian,intinya sudah bisa berdamai dengan hidupnya.Jay menganggap adik kelas kami sebagai adiknya,mereka bertemu secara tidak sengaja".

"Benarkah,jay kulkas yang dingin langsung mencair"
Sunghoon mengangguk

"Memang imut pintar dan sopan,namanya jungwon.Anak orang kaya tapi sengsara".

Sunghoon menceritakan kepada eommanya dengan sarapan.
Sesekali wajah sang eomma memberikan simpati lebih,mata berkaca-kaca mendengar cerita sunghoon

"Aku penasaran ,besok kasih tau eomma yah."
Sunghoon mengangguk menuruti kekepoan sang mama.

Sunghoon merasa sangat deg-deg an sekali,dia cukup merasa tidak percaya diri akan kemampuan bermain basket ini.Masuk kembali kedalam rumah,mempersiapkan dirinya dan berangkat ke sekolah.

•••

Dwigh School Seoul

Suasana luar sekolah sampai halaman tertata sangat indah,seperti memasuki acara pertandingan besar sekali.Dari depan disambut beberapa logo masing-masing sekolah.

Di halamam depan,ada foto team basket angkatan 12.
Beberapa wanita menjadikannya spot foto,ketampanan setiap anggota mampu mencuri perhatian.

Di tengah ada Heeseung menjadi kapten.

Meskipun terbilang sangat pagi,namun sekolah sudah ramai siswa/i yang berdatangan.
Menyapa tamu dari sekolah lain dengan ramah.

Sunoo datang dan telah bersiap memakai baju taekwondo,dia tidak sendiri.Ada teman satu kelasnya menemani.

Nicholas datang lebih awal untuk menyiapkan barang-barang yang lain.

Heeseung datang bersamaan dengan Sunghoon menaiki mobil pribadi heeseung.

Diparkiran selalu tidak terlihat mobil Jay datang,

"Tidak bisakah dia datang tepat waktu hyung".

Sunghoon berharap di hari ini menjadi hari tanpa penantian sama sekali.

Mereka berdua akhirnya menuju ke lapangan basket yang disiapkan oleh panitia pembuat acara.
Menenteng tas dan sepatu.Itu sudah mampu membuat ketertarikan wanita dari sekolah lainnya.

Di jalan menuju ke sekolah Jay mengendarai dengan santai.
Masih belum terbiasa berangkat pagi,

Tinttt...

Mobil Jake mengejutkan Jay yang sedikit melamun,jake pun mendahului Jay menuju ke sekolah.

Duk.

Di depan pagar sekolah Jay tidak sengaja menabrak pejalan kaki.
Sepertinya seorang pria yang hendak masuk ke dalam sekolah.
Tanpa menunggu waktu lama Jay langsung keluar mobil dan melihat kondisi seseorang yang terjatuh.

"Gwaenchana?".
Tanya Jay sedikit khawatir.

"Ne,aku baik-baik saja".
Tidak.begitu terlihat jelas wajahnya karena memakai masker dan topi berwarna hitam.
Dari seragamnya menandakan siswa sekolah lain.

Jay kemudian melajukan mobilnya menuju ke parkiran.
Disana sudah ada Jake yang menunggu,

"wae?".
Tanya Jake saat jay keluar mobil langsung memastikan kondisi mobil bagian depan baik-baik saja.

"Untungnya masih bagus."
Ocehan Jay sendiri

"Yahh.Ada apa?".

Jake bertanya kembali karena tadi masih belum ada jawaban.

"Aku tidak sengaja menabrak siswa lain di depan,dia baik-baik saja.Makanya aku mengkhawatirkan mobil saat ini".

Sudah tidak ada pembahasan lain lagi,Jake dan jay langsung menuju ke lapangan basket melakukan pemanasan.

"Hyung".
Sapa Sunoo ketika berpas-pasan dengan keduanya.

"Hei..wah keren sekali.Semoga nanti kamu menang yah".
Jake memuji penampilan gagah Sunoo.

"Semoga sukses".
Singkat Jay sembari menepuk pundak Sunoo.

Di lapangan basket sendiri sudah ada pelatih.Sunghoon melakukan peregangan kaki dan badannya.Sedangkan heeseung memilih untuk sarapan.

"Sekarang kalian sudah berkumpul,mari sama-sama mempersiapkan diri sebaik mungkin".

Kursi penonton dipisah antara sekolah Dwigh SS dan sekolah lawan dari Kyunggi high school.
Satu hari menjadi penentu kemenangan final antara dua sekolah.Bisa dibilang puncak kemenangan Basketball antar sekolah.

Perasaan antusias dari sang kapten ketika melihat banyaknya siswa mulai naik ke kursi penonton untuk mendukung sekolag masing-masing.
Nicholas memberikan minuman hangat untuk timnya.

Jay memilih untuk mematikan data di handphonenya.

"Jay ah,itu eomma dan appa kamu sudah datang".
Jake menghampiri Jay dan memberitahu informasi kedatangan orang tuanya.

Lambaian tangan dari Park minYeong membuat Jay juga tersenyum riang.
Ini pertama kali dalam waktu yang cukup lama.

"Dimana eomma,tadi dia berangkat bersamaku keluar dari rumah.Apa eomma kerumah temannya dulu?".
Gumam Sunghoon.
Mata cantiknya terus mencari di sekeliling.

Akhirnya tim lawan memasuki lapangan,itu tandanya pertandingan akan segera dimulai.
Sebelumnya mereka akan melakukan salam persahabatan terlebih dahulu.
.
.
.

Berpindah dari pertandingan basket angkatan 12.
Di ruangan yang tidak kalah meriah justru sedang ada pertandingan taekwondo,The Final.

Sena meskipun satu kelas bersama Jay dan yang lain,sekarang mendukung Sunoo di kelasnya.
Adik kelas yang lain menyambut Sena dengan ramah.

"Jujur aku sedikit takut Noona".

Sunoo mulai gerogi dan ketakutan,sebelumnya dia menjadi pemain cadangan saja.Karena Jungwon mengundurkan diri,akhirnya Sunoo menjadi tim inti di pertandingan ini.

"Kabari nanti jika Jungwon datang ke sekolah noona".

"Iyah,sudah jangan pikirkan yah.Sebentar lagi kamu akan bertanding.Ini terakhir,kamu harus menjadi pemenang".

•••

Kediaman Jungwon,

Pukul 07.00 mata yang terpejam mulai terbangun.
Pengaruh meminum obat dipagi hari membuat Jungwon tidur kembali.

Sarapan sudah tersedia di meja belajar kamar Jungwon.Sepertinya sang asisten yang menyiapkan.

Menepati janji kepada Jay untuk tidak datang lebih awal menuju ke sekolah.
Jungwon juga sudah tau jadwal mainnya dari Sena.
Baek In hyung pamannya mengirimkan pesan sudah ada di perjalanan.

Tanpa membalas pesan,langsung beranjak dari kasur dan bersiap diri.
Memakai hoodie berwarna hitam,dengan celana yang sedikit cocok dipadukan dengan hoodinya.
Wajahnya semakin berisi,pipinya kembali seperti dulu.Mulai menikmati kehidupan sendiri dan mandiri membuat Jungwon menjadi anak yang siap menghadapi setiap masalah.

Sederhana tapi terlihat sangat tampan,
Ada wibawa keturunan orang besar dalam diri Jungwon.
Namun kembali lagi,mendiang appa nya hanya karyawan biasa di kantor J2 WW dan juga eommanya mantan asisten pribadi perusahaan lain.

"Tok tok tok".

Pintu kamar berbunyi,ada seseorang mengetuk dari luar.
Perlahan Jungwon melangkah untuk membuka pintu,kaki sedikit sakit bagian kiri.Itulah mengapa Jay meminta Jungwon tetap memakai kursi roda ketika bepergian.

"Hyung".

Baek In telah sampai dan bergaya sekali menjemput Jungwon.

Tawa pria imut itu mampu membuat Baek In tidak percaya diri,

"Apa hyung berlebihan,ini sangat keren.Nanti disana akan ada banyak wanita cantik".

"Bagus hyung.Itu sangat keren sekali".

Kursi roda diminta untuk dibawa ke depan terlebih dahulu.
Jungwon berjalan sendiri perlahan menuju ke depan,sudah tidak sabar sekali menonton pertandingan teman-teman dekatnya.
Buket bunga matahari kesukaan Sunoo juga tidak dilupa.
Asisten rumah membantu Jungwon meletakkan buket di bagasi mobil.

Setelah kursi roda masuk ke dalam mobil,Baek In meminta Jungwon naik ke atas punggungnya.
Tidak biasanya moment ini terjadi,

"Ternyata kamu bertambah berat badan sekarang yah".

Jungwon diturunkan disamping mobil,
Ejekan Baek In membuat Jungwon tersenyum saja.

Melihat waktu di jam tangan,

"Sepertinya Jay dan timnya sudah bertanding.Kita berangkat sekarang".

Mobil pun dilajukan menuju langsung ke sekolah.Menepati janji untuk menemani Jungwon menonton,dengan alasan berangkat terakhir.Suasana lingkungan masih belum aman bagi Jungwon,jadi butuh orang dewasa yang menemani.

•••

Park MinYeong membawa kamera pribadi untuk mengabadikan moment setiap putra nya bermain.
Appa jay justru lebih fokus melihat pertandingan.

Score di quarter pertama masih 0 tim sekolah Jay.
Sedangkan tim lawan sudah mencetak 3 point.

Meskipun datang kedalam lapangan basket hanya berdua,tetapi di halaman sekolah ada bodyguard perusahaan untuk tetap sigap melindungi Park Lee Dongwook.

Jake mencetak 1 score untuk timnya.
Tidak lupa suara teriakan pendukung yang begitu mengisi satu ruangan.

Rambut yang sudah basah karena keringat,masih menginginkan kemenangan ada di tangan mereka.

Sunghoon melempar bole kearah Nicholas,kini harus berhadapan dengan lawan.
Jay bergeser kedepan memberi kode kepada Nicholas untuk diumpan kepadanya.

Bola basket ditangan Jay dan..

1 score kembali didapatkan berkat Jay.

"woahhhh".
Teriak Jay

Emosional mulai terasa di menit yang hampir berakhir pada pertandingan pertama.Heeseung menjadi semakin bersemangat,skill yang dimiliki mampu membuat anggota timnya lebih mudah.Paling kuat dan paling berpengalaman.

Sunghoon membawa bola,mencari temannya dengan terus mendrible bola.Namun dia ingin langsung melemparkan bola basket ke keranjang.

Dan terjadi lagi,3 point langsung didapatkan.Three point berhasil dicetak Sunghoon karena mampu memberikan lemparan jauh keluar dari garis luar dan garis pinalti. Sunghoon membuat pendukung sekolahnya sampai berdiri karena bangga.

Jake memeluk Sunghoon,mendapat usapan dari Jay juga.
Kebanggan ada pada diri Sunghoon karena bisa menaikkan kemampuan tanpa takut.

Score unggul dimiliki Dwight School Seoul.

Pertandingan kembali dimulai,berjalan 12 menit ternyata quarter  pertama telah selesai.Wasit meniup peluit menandakan untuk istirahat terlebih dahulu.

Nafas tersenggal dari semuanya,

"Sunghoon kali ini saya bangga sama kamu.Tingkatkan lagi,sebentar lagi kalian harus bisa tunjukkan dan menjadi pemenang di angkatan terakhir".Pelatih memberikan semangat membara untuk Sunghoon dan lainnya.

Tujuan utama tidak pernah dilupakan,semua siswa/i yang menonton pertandingan dari sekolah Dwigh School seoul harus memvoting member paling favorite.Karena foto Jungwon masih terpajang di halaman,menjadi siswa paling favorite cabang beladiri dengan prestasi yang juga disebutkan.

Heeseung menginginkan itu,cita-cita yang sangat besar.
Ketika lulus sekolah nanti,akan menjadi legend basket untuk tahun berikutnya.

Awalnya heeseung merasa jika Sunghoon akan mengganti posisi yang dia inginkan.Namun mengingat kembali,basket adalah kegemaran mendiang appa Sunghoon.

"Hebat sekali.Hyung sangat terharu tadi ketika wajah kamu tersorot di layar".
Ucap Heeseung menepuk lembut kepala Sunghoon.

"Tampan kan hyung".
Candaan Sunghoon membuat yang lain tertawa dan tersenyum.

Siswa satu kelas dengan jay dan yang lain menghampiri ke lapangan.
Sebelumnya dia bertugas sebagai konsumsi.

"Ada kabar,taekwondo dimenangkan tim lawan dari sekolah Dwigh school seoul.Sekolah kita kalah".

Informasi yang mengejutkan,sedih tapi ada senangnya juga.

"Bagaimana jika Jungwon tau taekwondo gagal mengungguli score".
Ucap Jake.

"Tidak apa-apa.Basket kali ini akan menang tanpa hambatan sedikitpun".
Semangat kembali membara.

Jay menatap ambang pintu dan sesekali melihat kursi penonton.
Belum terlihat kedatangan Jungwon dan Baek In teman akrabnya.

.
.
.
.

Meskipun terjatuh,namun Sunoo bangkit kembali memberi tendangan yang tentunya menambah scorenya.

Sangat disayangkan sekali,waktu telah selesai dalam pertandingan.
Dinyatakan bahwa tim Sunoo kalah dan dimenangkan oleh tim lawan.

Keringat dan nafas yang tersenggal.
Teman yang lain memberi semangat kepada Sunoo ketika turun dari ring tanding.
Sudah bisa menerima tidak adanya kehadiran Jungwon di tim.

"Tidak apa-apa,tadi sudah bagus.Kita kalah tapi kita menang untuk kedepannya.SEMANGAT".

ucap Sungchul yang ditunjuk sebagai leader.

Tim lawan telah merayakan kemenangan,penonton taekwondo juga ada yang keluar berpindah mendukung basket dari sekolah.

Ada seseorang menanti diluar ruangan,membawa buket matahari dengan kursi roda yang dipakai.

Siswi yang berpas-pasan menyapa kedatangan Jungwon.
Mereka senang dan terkejut Jungwon datang ke sekolah.

Senyuman dan tos dibalaskan oleh Jungwon.Baek In mendapat senyuman dan sapaan juga dari siswi-siswi.

Sampai di ambang pintu,
Jungwon melihat anggotanya dulu sedang beristirahat.Dilihatnya juga tim lawan bersorak dan berfoto bersama.

Sunoo bermain handphone harus terhenti karena buket tepat di depan matanya.

"Jungwon".

Sunoo memeluk kedatangan temannya.
Teman yang lain menyadari kedatangan Jungwon juga ikut berpelukan.

Sena mengambil foto atas moment ini,matanya berkaca-kaca.
Dimana mengingat seharusnya ini pertandingan menang di tangan Jungwon kembali.
Pelatih juga menghampiri Jungwon,menanyakan kabar dan ingin mendengar cerita kenapa bisa sampai seperti ini??

Sungchul merasa terharu,sudah lama mengikuti taekwondo bersama.Bahkan tanding selalu saling menyemangati.

"Maafkan aku.Sekali lagi aku meminta maaf,tidak bisa menjadi salah satu bagian dari tim kita.Tapi kalian hebat,meskipun aku terlambat datang.Aku cukup merasakan taekwondo yang kuat dipimpin oleh kawanku".
Jungwon meminta maaf sangat dalam sekali.

Tangis pun pecah ketika mendengar permintaan maaf Jungwon.

"Semoga kamu cepat membaik,dan yang bersalah mendapat hukumannya."

"Iyah Jungwon,foto kamu masih terpajang.Tadi aku sangat semangat sekali ketika memasuki halaman dan bersiap diri".

Sunoo tertawa mendengarnya.

"Kalau begitu nanti kita bertemu di kelas yah."

Jungwon mengangguk.
Tim taekwondo masih harus melanjutkan kegiatan pertemuan persahabatan dan menutup kegiatan bersama pelatih.

Sena akan mengantarkan Jungwon dan sepupunya ke lapangan basket.

"Bagaimana rasanya memasuki sekolah kembali?".
Tanya Sena sembari berjalan menuju ke lapangan basket.

"Senang.Sedikit merasa berbeda karena sudah lama tidak sekolah".
Jawab Jungwon

"Bagaimana pertandingan basket Jay?".

Baek In hyung cukup merasa antusias dengan pertandingan basket.Dulu ketika masih sekolah pernah menjadi kapten pertandingan.

"Aku dengar babak pertama score sekolah kita unggul".

Suara teriakan bergemuruh di dalam lapangan.Dari luar pintu ruangan sudah membuat merinding.

"akh".
Jungwon merasa pusing di bagian kiri,sebelum berangkat ke sekolah.Jungwon lupa meminum obat pusing dari rumah sakit.

"Kamu tidak apa-apa?sakit lagi".
Baek In panik sepupunya menggeram kesakitan sebentar.

"Iya hyung,aku baik-baik saja.Hanya sekilas sakit tadi".

Langkah kaki mulai memasuki lapangan basket,tidak ada yang menyadari kedatangan Jungwon dan juga Baek In.

Sena pergi sebentar untuk mengambil tas yang dititipkan bersama temannya tadi.

"woahh score tim Jay unggul 6 point".
Baek In menikmati asiknya permainan.
Berulang kali tim Heeseung hampir mencetak point.

Sena bergeser pindah duduk di depan menemani Jungwon dan pamannya.

"Itu eomma Jay hyung,tapi aku tidak asing laki-laki di sebelahnya".
Gumam Jungwon bukan menatap lapangan pertandingan.

"Woaahhhh".
Teriak Sena membuyarkan lamunan Jungwon.

Jay mencetak score akhir menjadi tanda kemenangan di quarter kedua.Babak kedua unggul,tentunya dinyatakan tim basket sekolah Dwigh School seoul angkatan 12 dimenangkan Heeseung dan tim.

Sorak serta loncatan begitu meriah,Baek In berdiri memberikan tepuk tangan bangga.

Semua nya tidak kondusif mencoba untuk turun ke lapangan merayakan kemenangan yang ditunggu-tunggu.
Sena membantu membawakan tas Jungwon,Baek In masih berminat mendorong kursi roda Jungwon.

Sena akhirnya tidak jadi mendorongnya,karena sudah ada yang menjaga.

Bersiap menuju ke tengah lapangan memberikan ucapan selamat,Jay juga belum tau jika Jungwon jadi datang.

And...

Darrr...

Akhhh...

Brukkk...

Suara pistol tiba-tiba menggema di satu ruangan yang tidak sepi.
Jenis pistol api jika terkena lawan,mampu membunuh dalam sekejap.

Keheningan yang cukup sebentar,hingaa...

Semua siswa/i berhamburan berlarian ketakutan keluar dari lapangan.

Di tengah Jungwon terjatuh dari kursi rodanya.Menahan sakit kaki yang tertindih,

"Hyunggg".

Jungwon menatap ke samping kanannya darah bercucuran dari tubuh Baek In.
Tangannya berusaha meraih wajah sepupunya,tangisan pun pecah.

"JUNGWON AH".

Jay berlari menghampiri adik kelas kesayangannya tergeletak di lantai.

Sena terduduk karena lemas suara tembakan tepat di belakangnya tidak jauh.
Dia pikir Jungwonlah yang tertembak,
Jake berlari menghampiri Jungwon,sedikit menangis melihat kondisi Baek In dengan darahnya.

Pelatih dan guru bahkan stuff di dalam,mencoba menghubungi polisis secepat mungkin.Membantu evakuasi siswa yang ketakutan di dalam baik diluaran.

"akh..akhh...HYONGGGGG".
Tangis rintihan Jungwon berteriak melihat pamannya tertembak.

Jay menahan Jungwon mendekat kepada tubuh Baek In.

"Ani...ani...dia masih hidup cepat selamatkan dia".
Ucap Jungwon memberontak,

Jake menutupkan tubuh Baek In dengan jaket yang tadi sempat dia ambil,Nicholas memberikan jaketnya juga.

Heeseung dan Sunghoon menyusul memberika jaket.
Untuk menutupi tubuh korban,supaya tidak ada sidik jari sama sekali.

Jay membantu Jungwon berdiri menjauhkan dari mayat yang bersimbah darah.

Mata Jungwon terpejam karena tangis yang sakit sekali.
Sunoo dari luar berlari cukup kencang,bukan seperti yang lain mencoba menyelamatkan diri.
Sunoo menghampiri Jungwon memeluknya dengan erat.Seringkali mengusap wajah Jungwon,memastikan kecemasannya.

"Kamu tidak apa-apa kan,bukan kamu yang tertembak".

"Jay,kamu mau kemana?".
Cegah Heeseung.

"Menyusul Appa,pelakunya harus benar-benar dibantai".

Jay keluar dari lapangan mencari pelaku yang lebih awal kabur setelah membuat nyawa orang melayang.
Jake berlari menyusul Jay,keduanya memiliki daya insting yang kuat dalam sebuah permasalahan.

Sunghoon meneteskan air mata tanpa sadar,mengingat moment dimana dia melihat jasad Appanya dulu dalam keadaan tertembak.

Menangis di pelukan Heeseung,
Hyung yang jelas paham trauma akan kematian.
Sesekali Heeseung menatap Jungwon,wajah mulai pucat dan tangisan.

"Tenangkan hatimu sayang,semua akan segera membaik".
Wanita dewasa datang langsung memeluk tubuh mungil Jungwon dari samping.

Mendengar kalimat lembut dari seorang wanita,Jungwon menatapnya dengan intens.

Park MinYeong tersenyum,

Eomma Jay yang pernah bertemu dan selalu ingin bertemu dengan Jungwon.

"Jangan takut,ada eomma Jay yang melindungi orang spesial di kehidupan putra tunggal saya".

Jungwon terjatuh pingsan di pelukan Park MinYeong.
Sunoo semakin panik,membangunkan tubuh Jungwon

Sena masih menangis di belakang,

.

.

.

.

pv,

Ketika peluit dibunyikan menjadikan tanda pertandingan telah selesai.
Kemenangan diiringi sekian banyak dukungan dan sorakan.

Kesempatan bagi laki-laki misterius berseragam sekolah lain.
Ternyata kantong belanja yang dia bawa dari luar kenuju ke lapangan berisikan pistol.

Sedari kedatangan Jungwon di lapangan,target sudah diincar sejak pagi.Mendapat informasi bahwa akan datang ke sekolah,

Berpindah posisi dari tengah sampai kepaling ujung.Jarak yang tidak jauh dari Jungwon.
Berpura-pura masih menikmati pertandingan.

Sampai akhirnya,

"Kini saatnya dia mati".
Ucapnya mengeluarkan pistol ketika yang lain mulai sibuk berlarian menuju ke tengah lapangan.

Pistol posisi sudah tepat kearah kepala Jungwon,namun ada satu siswa berlari dari samping kanan yang menggeser kursi laki-laki misterius itu.

Alhasil badannya sedikit tergoyang hingga peluru mengenai leher orang lain,yang sedang mendorong kursi roda Jungwon.

"HEIII".

Wajahnya panik karena Appa Jay mulai mengetahui pembunuhan yang dilakukan.
Berlari segera kabur dari ruangan,

Park Lee Dongwook yakni appa jay tanpa syarat mengejar keluar mengeluarkan handphone  nya memandu seluruh bodyguard di depan bersiap menangkap.

.

.

.

.

Jake berhenti karena nafasnya mulai terasa sangat sesak.Mengatur sedikit nafas dan juga tenaga.
Jay berlari begitu cukup jauh sampai kedepan sekolah,

"Huff..eh hah huh hah."

Menyandarkan tubuh di dinding dekat kamar mandi wanita angkatan 11.

Matanya teralihkan kepada sosok perempuan berjalan santai dari kamar mandi samping,Jake segera bersembunyi sebelum wanita itu melewati posisi Jake.

Mengintip penasaran siapa wanita yang tetap tenang di suasana cukup mencekam saat ini.
Meskipun ada keramaian di halaman,namun masih berjalan cukup santai.

"Tante Park Boo".sedikit terkejut kemunculan yang tiba-tiba.

Eomma Sunghoon keluar dari kamar mandi wanita.Jake kembali melanjutkan perjalanannya,tidak menghiraukan eomma Sunghoon yang datang.

"Jay ah".

Teriak Jake menghampiri Jay di parkiran mobil.

"Dia cepat sekali,sampai bodyguard Appa tidak menemukannya".

Park Lee Dongwook mondar mandir menghubungi seseorang.Pastinya keadaan sekolah berbahaya bagi keselamatan putra tunggalnya,bahkan teman yang lain.

Appa Jay tidak akan membiarkan kejadian ini terulang kembali,

"Siapa tadi yang tertembak?".
Tanya Appa jay

"Paman dari temanku,aku juga kenal akrab dengannya".
Jawab Jay singkat.

"Ini pasti karena Appa datang ke sekolah,kemudian kalek membuat drama seolah dia berhalangan hadir.Dimana merencanakan sesuatu untuk menembak Jungwon.Pasti ini perbuatan kakek"
Emosional Jay tidak tertahankan lagi.

Appa nya menjadi sasaran puncak kemarahan,

"Tidak.Ini tidak ada sangkut pautnya dengan kakekmu.Mana mungkin dua melukai anak sekolah.Jika memang tujuannya membunuh Appa.Itu bisa dia lakukan kapanpun,bukan seperti ini".

Jake menenangkan Jay.

"Pertama,ketika temanku berusaha dibunuh kala itu.Jay melihat sendiri sapu tangan J2 WorldWide terjatuh di lokasi,cafe korban ini".

Kembali memutar kejadian lama.

"Ternyata apa sekarang??masih ada yang mengincar bahkan berani hendak menembakkan senjata tajam.Lalu dimana kesalahanku Appa ketika menuduh sosok licik seperti kakek".Jay mulai geram,perasaan bencinya semakin besar dengan dunia bisnis terselubung.

"jika menang kakek yang terbukti dalang dibalik semua ini,aku yang akan membunuhnya dengan tanganku".

Tegas Jay kepada Appanya.
Jake menunduk panik,merasa cukup lelah dan juga ibah atas kejadian yang menewaskan satu orang.

Mobil polisi datang ke dalam sekolah,siswa/i berada di sebuah aula besar.Tidak ada yang boleh keluar bahkan pulang terlebih dahulu sebelum dilakukannya penyelidikan.

"Appa akan mengurus masalah ini,bagaimananpun Appa tadi yang melihat pertama kali tembakan itu."

Jay meluapkan amarahnya memukul keras mobil bagian depan miliknya sendiri.Membekas pukulan tangan,bahkan tangan juga memerah.

"Jake..jika tadi Jungwon terbunuh entah apa yang akan aku lakukan.Aku bisa saja menembaki semua yang memakai seragam disini...akhhhhhh".

Emosi Jay semakin tidak terkontrol.

"Tenanglah,kita kembali dan membawa Jungwon menjauhi tempat ini.Kita harus bisa menyelidiki ini semua dengan kemampuan kita.Dengar aku,Lihat aku Jay ah.Aku bersamamu,tidak akan terlewatkan satupun hal-hal mencurigakan".
Jake meredakan emosi Jay,menggoyang tubuh Jay supaya kembali semangat.

"Baiklah".
Jawab Jay.

"Pertama,kita ke aula.Mencari siapa yang mencurigakan".

"Tunggu".
Jake manarik tangan Jungwon.

"Kamu harus memastikan kondisi Jungwon di dalam.Dia begitu lemah memucat Jay ah.Selamatkan kesehatannya paling utama".

Mendengar pernyataan dari Jake,akhirnya Jay berlari kembali menuju ke lapangan basket.
Jake juga ikut berlarian,menjadi teman setia bagi Jay yang akan sigap membantu dalam hal kebenaran.

Garis tanda polisi melintang menutupi pintu depan menuju ke lapangan basket.Jasad Baek In juga di evakuasi dan hendak dibawah kerumah sakit.
Jay berhenti melihat mayat temannya,bahkan dia yang meminta untuk menemani Jungwon datang ke sekolah.

Perasaan menyesal sangat dalam,meminta polisi berhenti membawa mayat kedalam mobil.

Jay melihat wajah orang yang tulus untuk terakhir kalinya.

"Aku berjanji akan mencari keadilan untukmu,dan akan menjadi yang terdepan untuk Jungwon".
Gumam Jay.

Mayat pun dibawa menuju ke rumah sakit.

Tatapan Jay tertuju kepada keberadaan Heeseung dan yang lain di depan kantor sekolah.

Juga Jungwon disana diatas kursi roda.

Tidak ada yang tidak menangis disini,bahkan Sunoo bersedih sejadi jadinya.

Jake menarik Jay untuk bergabung dengan yang lain.

"Dimana eomma hyung".
Tanya Jay.

"Eomma kamu membuat laporan ditemani eomma sunghoon di dalam.Kepala kepolisian meminta saksi,karena kondisi Jungwon tidak baik mama Eomma kamu memberi saksi sementara".

Jelas Heeseung.

Tatapan Jungwon kosong,tangisan telah berhenti.Namun tidak dengan air mata,membasahi pipi cabinya terus menerus.

Bungkam,
Diam,

Jay duduk di depan Jungwon,

Menyeka air mata penderitaan yang kembali tumpah.
Suasana duka mendalam,tidak ada yang tidak menangis lagi.
Sunghoon menguatkan Jay untuk tidak ikut larut.Karena dia yakin,hanya Jay yang paling kuat disini.

"Jungwon,hyung menang.Tapi maaf jika kemanangan ini membuatmu kalah".
Gumam Jay,

"Jay hyung".
Suara panggilan lemah,

"Baek In hyung mati karena aku".
Pernyataan Jungwon membuat yang lain terkejut.

"Tidak..bukan Jungwon.Ini semua kesalahan orang yang didasari kejahatan dalam hidupnya".
Jay menenangkan kesedihan pada Jungwon.Cukup berat baginya,hampir menjadi korban kembali.

"Sena,kamu diminta masuk kedalam.Polisi ingin kamu memberikan kesaksian sebagai orang yang datang bersama dengan korban".

Kepala sekolah memanggil Sena,

"Kamu jangan panik.Berikan semua yang kamu tau".
Heeseung menenangkan Sena.
Hanya sebuah anggukan sebagai jawaban,tidak lupa tangan Sena sempat mengusap lembut pipi Jungwon.

"Hyung,kita diminta ke aula oleh pelatih bergabung dengan yang lain."
Nicholas datang memberi kabar bahwa Heeseung,Sunghoon dan lainnya harus bergabung kedalam aula.

Semuanya berangkat menuju aula,Sunoo juga dirangkul oleh Nicholas.

Jake masih ditempat,
Terpukul masih sama.Sengaja meneteskan air mata menjauh dari Jungwon.Melihat mobil yang membawa jasad Baek In telah pergi menuju ke rumah sakit.

"Jake,kamu ke aula saja.Aku akan menemaninya disini.Tidak lupa,rekam semua murid yang berkumpul di aula.Kemungkinan kita bisa tau ada yang menjanggal nantinya".
Pinta Jay kepada Jake.

Sebelum menyusul ke aula,Jake mencoba bicara kepada Jungwon.

"Hyung berjanji,akan selalu tidak merasa takut menjadi terdepan untuk Jungwon".

Jungwon melirik dimana Jake mendekat dengannya.Tanpa bicara dan hanya tatapan kosong.

"Hidupku hancur..aku menjadi manusia paling menderita.Setiap ada yang dekat denganku pasti selalu menderita.Jika aku boleh meminta,biarkan aku yang tertembak bukan kamu hyung".
Gumam Jungwon di dalam pikirannya.

"Apa kamu merasa kesakitan atau pusing?".
Tanya Jay.

"Tidak hyung.Aku baik-baik saja".

"Coba ceritakan sedikit saja kepadaku tadi apa yang terjadi,jika Jungwon tidak bisa.Hyung tidak memaksa juga".

Jay bukan memaksa Jungwon memberi kesaksian,namun berharap Jungwon untuk tidak bungkam.Mencoba memperkuat mental dan tidak terlalu larut dalam duka.Karena kesembuhan belum cukup sempurna,masih dalam awasan dokter.

"Baek In hyung antusias melihat tim hyung menang.Kemudian saat kami ingin ke tengah,aku terjatuh begitu saja.Setelah aku lihat,Baek In lah yang tumbang".

Jungwon mulai bercerita secara perlahan kepada Jay,itupun karena diminta.

"Hyung janji akan mengurus pemakaman Baek In hyung.Disini aku yang akan bertanggung jawab Jungwon ah,jadi kamu jangan takut dan lemah.Andalkan siapapun yang selalu bersamamu".

"Hyung berjanjilah denganku untuk segera menyelesaikan semua masalah ini,aku tidak mau satu persatu orang yang aku sayangi pergi karena aku.Sunoo hyung,lainnya,dan juga Jay hyung".
Pinta Jungwon memohon dengan kedua tangannya.

Jay mengangguk,
Mereka berdua saling berpelukan.Tidak akan ada lagi rasa ketakutan yang berlebihan selagi saling menguatkan.Jay melepas jam tangan yang cukup mahal,dipakaikan ketangan Jungwon.

Moment indah bagi seorang laki-laki dibawah remaja seperti Jungwon,dan juga laki-laki dewasa karena pemikirannya.Tangisan harus berhenti jika menginginkan sebuah akhir yang indah.Siapapun akan pergi,siapapun juga akan terpuruk.Namun soal bahagia juga berhak untuk siapapun.








________

"Dalam diriku memang terdapat kerasnya sebuah batu.Keadilan harus ditegakkan,bahkan jika aku harus membunuh leluhurku sendiri.Demi memecahkan kebencian dan misteri keluarga,aku rela untuk turun tangan dalam sebuah teka teki.Akulah yang akan memulai permainan ini".

Park Jeongsong

Adikku

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top