pt.2
"YAHHH..jungwon ah.Apa yang kau lakukan di pagi hari ini,masih diam di dalam kamar,apa tugasmu sebagai pesuruh di sini tidak kau hargai hoh..lihat hyungmu saja dia sudah kuliah sejak pagi.Bisa-bisa anak muda sepertimu tetap merepotkanku".
Jungwon yang masih setengah sadar dari tidurnya kini harus mendengar cacian dari eommanya.Tanpa ada jawaban darinya,namun tubuh yang sedikit lemas masih dia usahakan untuk terbangun.
"Apa kamu menatapku dengan kebencian?pengecut".
Tatapan Jungwon hanya mengarah pada wanita yang berdiri tidak jauh dari ranjang tidurnya.
"Bisa tidak jangan menggangguku setiap pagi,aku masih sangat muda dan aku sedang libur hari ini".Jawab Jungwon
"Hohhh...apa yang kamu bicarakan?masih muda!!ingat yah jungwon,jangan pernah bertindak seolah kamu disini sedang sengsara.Apa kamu tidak ada perasaan sadar atas kehidupanmu hah?brengsek sekali".
Jungwon tertunduk dengan kalimat kasar yang terus dia terima dan dengat setiap harinya.
"Stopp!!berhenti membuatku muak dengan dirimu".Tegasnya..
"YAHHH".Suara teriakan dari ambang pintu yang menuju ke hadapan Jungwon saat ini.
"Beraninya kau berbicara sekarang..apa statusmu sebagai penumpang disini menaikkan derajatmu".
Jungwon merasa kesakitan dengan pipinya yang di cengkeram dengan kasar oleh appanya.
Matanya merasa lelah,penuh amarah,sangat pedih..namun hatinya harus mengatakan dia bahwa sebenarnya lelaki kuat itu ketika siap menerima penderitaan.
"Salah jika aku mengatakan pembelaan soal diriku.Aku laki-laki,dan berhak berbicara sesusaku.Bukankah kau bilang bahwa laki-laki adalah yang terkuat,tapi bukan dalam laki-laki sepertimu".
Bantahnya dengan mata yang berkaca-kaca.
"JUNGWONN".
"plaKkKkk"..
Lagi dan lagi..pria manis dan malang sepertinya menerima tamparan kasar itu.Senyum ringisnya menandakan bahwa dia sudah terbiasa dan menduga hal ini akan terjadi lagi.Tatapannya kini ia berusaha sembunyikan,hatinya sudah merasa ingin berteriak namun dia adalah pria paling kuat bagi pribadinya.
"Sekarang mau apa kau?".
Tanya perempuan itu yang kini sebagai eommanya.
Tanpa ada jawaban Jungwon meraih tas dan jaketnya kemudian dia meninggalkan kamar sangat buruk di pagi hari.
"Seharusnya cepat jauh lebih baik pecundang".
Langkahnya terhenti dengan mendengar kalimat yang ia benci.
.
.
.
.
Kakinya terus menelusuri jalanan kota seoul di saat pagi seperti ini.
Tanpa jungwon sadari tetesan yang dia tahan kini telah berkhianat,keluar tanpa ada rasa beban.
Topi yang menutupi sebagian matanya membuatnya semakin merasa kepuasan akan hatinya.
Tangisan adalah sebuah lukisan tentang suasana hati,bagaimanapun berusaha menahan perasaan sedih..ada kalanya hati berhasil membuat semua seoalah akan mengalir.Di umur yang masih 16tahun harus menampung segala derita,tanpa ada pendengar,tanpa ada sedikitpun yang bisa dia lakukan.
Masa libur kenikmatan bagi kalangan pelajar sepertinya,namun tidak dengan jungwon.Berada pada keluarga yang cukup mencukupi,namun dia di perlakukan seperti di luar kata keluarga.
Perlahan dia berhenti di tepi jalan dengan membuka ponselnya.
Salah satu nomor mencoba dia hubungi..namun tidak ada jawaban sama sekali.
"Benar-benar menyedihkan".
Batinnya dengan meremas ponselnya.Wajahnya memerah penuh dengan emosi,namun tubuhnya tidak ada perlawanan sama sekali.
Suasana jalanan yang sedikit sunyi dan tempat yang menenangkan dirinya hanya setiap dia merasa terluka.
Pandangan masih menyentuh kepada dunia..mata cantiknya terus menahan cairan yang ia bendung.
Pikirannya kalut tanpa berhenti..
"Ishhh".Lirihnya ketika tangannya menyentuh pipi yang memerah.
"Sungai Han..hanya satu-satunya tempat dimana aku bisa merasa tenang.Dulu aku di ajak eomma pergi kesana,katanya menenangkan diri adalah yang terbaik".
Jungwon teringat perkataan sunoo sahabatnya,salah satu solusi mengenai segalanya adalah sebuah ketenangan.
"Bagaimana bisa aku menuju sungai Han..dompet saja aku tidak membawanya.Perasaan lapar juga sudah aku tahan.Aishh...".
Sangat malang nasib pria mungil ini,harus merasakan derita yang ia terima.Tangannya terus mengelus perutnya yang merasakan lapar,menggembungkan pipinya dengan keimutannya.Mata yang nampak lelah,namun menahan genangan air mata yang siap mengalir sudah menjadi hal terbiasa bagi Jungwon.
"Ketika aku selalu diam bukan berarti aku melemah..namun menghargai adalah perihal dari diriku,tubuhku merasakan sakitnya,hariku mendapatkan buruknya." Batin Jungwon dengan menundukkan kepalanya.
Kini kakinya berhenti melangkah dan berada pada tempat andalannya.Duduk di bawah pohon taman yang begitu indah meskipun di pagi hari.Tatapannya mengarah pada pada sekian banyak lampu taman..
Klungg..
Suara pesan dari ponselnya..
K hyung
Yah paboya..kemana kau pergi pagi begini,apakah kau marah pada tempatmu.Ayolah..bukankah mendengar semua sudah terbiasa,jangan menyiksa dirimu dengan menuruti egomu.Kembalilah,aku tau kau sangat lapar.
Dilihat
Hanya membaca pesan dari hyungnya tanpa harus menjawab.
Mengabaikan segala omong kosong dari hyungnya,tidak peduli sebegitu egoisnya Jungwon pada diri sendiri untuk saat ini.
Klungg
"Aishh..bahkan orang bodoh ini tidak berhenti berpura-pura".
Ucap Jungwon kesal saat mendengar suara notif pesan dari ponselnya.
Namun yg ia lihat pesan masuk dari Sunoo.Sebelum membacanya,Jungwob beranjak pergi dari taman tempatnya bersantai.
•••
"Sekarang apakah kau siap untuk menantang dirimu Jay".
Senyum sinis yang selalu menjadi andalan seorang Jay.Memakai topi hitam dengan persiapan diri untuk melatih kekuatannya bermain basket,Jake kini tengah berada di sampingnya dengan mengeluarkan kata-kata sedikit kesombongan pada temannya.
"Anggap saja aku adalah pemula..aku tau kamu pasti bisa,tenanglah".
Perkataan Jake sebelum berlari menuju ke lapangan tengah.
Jay hanya meyakinkan dirinya bahwa ia kini akan menjadi Jay yang dulu.
"Yahh Jake,jika aku sekarang mendapatkan poin lebih banyak.Maka jangan salahkan aku jika kamu terlihat lemah sekarang".
Bermain basket di lapangan basket sekolah sudah di jadwalkan Jake.
Jay pertama kali bermain setelah sekian lama Jay hiatus dari dunia olahraga.Sakit yang di derita Jay dulu harus membuatnya berhenti dari dunia olahraga.
"Wahhh".Teriakan Jake saat temannya memasukkan bola basket ke ring untuk pertama kalinya.Senyumnya terukir sangat haru..sedangkan Jay sangat merasa senang sekarang.
"Aku merindukan momen ini Jay,welcome my friend".Batin Jake dengan menatap temannya yang bermain sendiri dengan bola basketnya.Dengan beberapa tepuk tangan yang di keluarkan Jake untuk Jay.Senyuman Jay terus bersinar dengan gaya andalannya mengibaskan rambut menawannya.
" Jay ah..aku ada panggilan telepon,aku keluar sebentar".
Hanya isyarat tanda OK dari tangan Jay.
"Wuh..Jay kau sangat gila".
Ucap kegembiraan Jay pada dirinya sendiri.Kini Jay menidurkan tubuhnya di lapangan basket,hoodie nya sedikit membuatnya gerah sampai berkeringat.Pandangannya menatap atap lapangan basket yang dulu membuatnya merasa sangat antusias untuk dirinya sendiri.
"Untuk pertama kalinya pria mudah ini tidak bisa mengikuti kegiatan basket terlebih dahulu.Dia harus istirahat dengan pulih..keadaan ini tidak berlangsung lama.Hanya saja Jay benar-benar butuh isturahat".
Ucap paman Jay yang bertanggung jawab sebagai pelatih basket di sekolah Jay.
Matanya terpejam dengan terus mengingat kejadian dulu,sangat disayangkan sudah hampir satu tahun dirinya tidak bermain dengan bola basket.
"Sunoo".
Matanya terbuka saat terdengar suara lembut dari pintu ruang latihan basket.
Matanya menangkap seorang pria mungil yang sedang mencari seseorang.
Jay terbangun dan mendudukkan tubuhnya dengan terus memperhaaatikan pria mungil itu.Tidak asing baginya saat melihat wajahnya,ingatannya terus berputar.
"Emm..ternyata kamu yang mengganggu waktu terpejamku".
Pernyataan Jay menghampiri pria mungil di depannya itu.
"Siapa?aku?".Jawab singkat seseorang di depannya dengan lagak bicara sedikit terlihat menyebalkan.
"Tidak..aku sedang berbicara dengan pria bodoh yang tidak sopan dengan kakak kelasnya di sekolah ini".
Jay menatap dengan tatapan tajamnya,tangan terus berada pada saku hoodienya.Seperti suasana mengintrogasi seseorang.Pasalnya,hanya mereka berdua di ruang lapangan basket ini.
Pria mungil itu menatap Jay dengan raut wajah yang penuh kemarahan.
Jay kemudian menuju kursi untuk istirahat sejenak.
Namun pria mungil itu mengikutinya.
"Emm..baiklah,hyung.Apa kau tau temanku Sunoo yang di ruangan ini tadi.Aku rasa kau tau karena berada di sini tadi.Jadi bisakah memberi tahuku dimana sekarang?".
Jay yang asik membuka ponselnya,kini harus merasa risih dengan pertanyaan yang dilontarkan pria mungil ini di depannya.
Tidak ada respon sama sekali dari Jay.
"Yah..apa aku berbicara dengan kursi sekarang".
Celoteh yang terus keluar.
"Jika kau bisa,bicaralah dengan kursi sekarang".Jawab Jay cuek.
"Jay ah..aku membawakanmu ayam,kau pasti lapar.Ini dari Sunghoon tadi".
Jake yang tiba-tiba masuk ruangan dengan membawa sekotak ayam kesukaan Jay,Jake dan Sunghoon.
Jay meresponnya dengan senyum,aroma ayam yang menjadi candu ketika sudah di hadapannya sekarang.
"Ohh Jungwon.Kamu ada di sini sejak kapan?".Tanya Jake.
"Tidak lama..aku kesini karena Sunoo mengirimkan pesan untukku datang kemari".Jawab Jungwon
Yah..benar jika Jungwon kini berada di sekolah dan menuju ruangan latihan basket karena pesan dari Sunoo.Bukannya bertemu dengan Sunoo,justru Jungwon bertemu dengan Jay yang baru ia ketahui bahwa Jay adalah kakak kelasnya.
Jake mengenal Jungwon karena komplek perumahan mereka sama..dan K dulu pernah menjadi senior Jake saat les pendidikan.
"Aku tidak melihat kehadiran Sunoo temanmu..hanya aku dan Jay sedari pagi.Kemungkinan di ruangan basket yang lain."Jawab Jake.
Jungwon hanya mengangguk paham.
"Jay ah..aku minta maaf,tapi aku harus menyusul Sunghoon dan juga Heeseung hyung ke ruang kelas".
"Iya iya..nanti aku juga kesana".
Jake meninggalkan tempat itu kembali,karena kemungkinan beberapa kesibukan dilakukan teman-teman Jay untuk menyiapkan persiapan menyambut kedatangan wali kelas yang sudah di rencanakan seluruh kelas.
"Ahhh".
Suara ringisan dari Jungwon berhasil membuat Jay menatapnya.
Tangan Jungwon memegangi perutnya yang sepertinya terasa sakit,matanya menahan rasa sakit itu.
"Duduklah dan makan ini".
Jay menarik Jungwon duduk di kursi dengan memberikan sekotak ayam untuk Jungwon.
Jungwon hanya menatap makanan itu di hadapannya..dengan sesekali melihat Jay yang duduk di sebelahnya.
"Aku memberi ini untuk perutmu..cepat makan".
Jungwon membuka kotak ayam.dan memakan ayam itu dengan nyaman.
Tanpa ia pedulikan dari siapa ayam yang ia makan.Perutnya sudah menahan sakit karena kosong belum makan dari rumahnya.
"Hyung..kamu tidak memakannya juga".Pertanyaan Jungwon dengan memberikan ayam pada Jay.Namun Jay hanya menggeleng.Mengisyaratkan untuk Jungwon tetap memakannya,tanpa ragu Jungwon memakan ayam itu dengan tenang dan lahap.
Klungg..
Suara notif pesan dari ponsel Jungwon membuatnya berhenti makan dan mengambil ponselnya dari saku hoodie birunya.
Terdapat pesan dari layar ponselnya yang membuat tatapannya merasa lemah dengan penuh emosi.
Eomma
Jungwon ah..jangan pulang ke rumah,hari ini dan besok berdiamlah di manapun.Karena aku sedikit kesal melihatmu,pagi ini tidak bisa aku lupakan.Urus dirimu..itu hukuman.
Jungwon membaca pesan itu dengan matanya yang memerah karena menahan amarah.
Jay yang bermain ponselnya merasa kesunyian kini ia rasa dari Jungwon di sampingnya.
Hanya wajah sedikit kesal ia lihat dari Jungwon sekarang.Matanya berkaca-kaca,dengan tangan yang sedikit meremas ponsel.
Jay terus memperhatikan suasana Jungwon yang sedikit kesal.
"YAHHHH".
Tangan Jungwon tertahan saat hendak melempar ponselnya.
Jay berhasil menghentikan aksi kemarahan pria mudah dengan mata yang menahan bendungan air mata.
Jungwon melepaskan tangannya dari genggaman Jay..kemudian mengusap air matanya yang tidak berhasil ia tahan.
"Jungwon ah..jika kau marah karena suatu hal jangan pernah melampiaskan pada sesuatu yang kau butuhkan".
Perkataan Jay berhasil membuat Jungwon tertunduk dengan kesedihannya.
Jay mengambil ponsel dari tangan Jungwon.Jay mengernyitkan alisnya ketika membaca pesan yang membuat Jungwon marah.
"Apakah pria ini lari dari rumahnya..jelas saja dia kesakitan karena belum makan."Batin Jay dengan tatapan lembutnya pada Jungwon.
Sunoo
Sunoo..aku di ruangan latihan basket milik angkatan 12 sekarang.Kemarilah,cepat
Tulis Jay mengirimkan pesan pada Sunoo teman Jungwon.Kemudian ponsel Jungwon ia letakkan di samping Jungwon..
Jay tidak tahu harus bertindak seperti,yang jelas kini ia sudah memberi pesan kepada Sunoo.
Tangannya mengacak rambut Jungwon yang sedang menangis mengeluarkan amarahnya.
Kemudian langkah Jay meninggalkan ruangan,tujuannya agar Jungwon merasa lega dengan emosinya.
Tangisan adalah suatu cara melepaskan segala permasalahan..
.
.
.
"Jungwon ah..apa yang terjadi,hei kenapa kamu menangis.Mianhae..aku tidak memberi tahumu secara detail,apa ada yang salah hah.Jungwon ah jangan menutupi wajahmu seperti ini,hei apa yang terjadi..berhentilah menangis".
Sunoo datang dengan terburu-buru,perasaan cemasnya terus tumbuh saat melihat temannya menangis dengan menunduk dan memeluk kakinya.Tanpa ada jawaban membuat Sunoo sedikit sedih..kemudia ia peluk Jungwon agar dia ikut merasakan sedihnya sekarang.
"Aku membencinya,dia terus membuatku merasa menyesal untuk memilikinya.Aku bukan Jungwon yang harus menerima ini semua".
Ucap Jungwon dengan di iringi tangisan..Sunoo meneteskan air matanya dengan mengusap punggung temannya ini.
Sunoo sangat paham keadaan Jungwon seperti apa tiap harinya.
Membiarkan Jungwon menangis adalah kebiasaan untuk Sunoo membuat semua tenang dan cepat kembali.
Jungwon mempunyai Eomma,Appa dan juga Hyung yang sangat jauh dengannya.Jungwon tidak mendapat rasa kasih sayang dalam keluarga.Hanya luka dan tangisan ia dapatkan,mampu melampiaskan semua saat benar-benar Jungwon merasa lemah.
"Apa kamu sudah tenang hem..ayo ikut aku,kita pulang ke rumah yah".
Tanpa ada jawaban dari Jungwon..Sunoo kembali menatap dan membiarkan Jungwon terdiam.
•••
Ruang kelas 12
Suasana sangat ramai dengan tawa yang terdengar dari setiap sudut.
Merancang untuk hari bahagia besok,kreativitas para siswa benar-benar sangat di perlukan.
Menyambut wali kelas yang sudah dipindahkan kembali,sangat di tunggu-tunggu.
Semua kini dengan dunia dan kegembiraan.
Sunghoon siswa paling rapih dan sangat cenderung mengurus kerapian dalam segala kegiatan.
Jake terus membantu temannya yang lain soal karakter dan suasan yang akan di tunjukkan.Kreatifitas dan ketelitian,ia keluarkan.
Semua percaya pada Jake..
Heeseung dan 3 temannya bermain gitar dan meyanyi di sudut ruangan.
Salah satu temannya menari dengan bobroknya,sehingga tawa sangat mengiringi.
Jay menata beberapa kursi dengan teman yang lain..semua mendapat bagian masing-masing.
Hanya siswa yang melakukan hari ini,siswi tidak di ijinkan datang.
Saat Jay menata riasan di jendela..ia melihat ke arah luar kelasnya yang terlihat dari jendelanya.
Jungwon dan Sunoo yang berjalan di halaman..tangan Jay yang berhenti melakukan aktifitas,dan mata yang tertuju pada 2 adik kelasnya kini.
Terlihat Jungwon sedikit tersenyum dengan Sunoo yang mengajak ngobrol di sampingnya.Tidak tahu kenapa?namun perasaan iba Jay kini tertuju pada Jungwon.
Sedikit pertemuan yang tidak di sengaja,bahkan Jay belum mengenal siapa adik kelasnya ini.
"Untuknya..dia sangat mungil jika mendapat kalimat kasar dari orang tercinta".Batin Jay dengan menatap luar.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top