pt.12
Untukmu yang pernah tidak diinginkan untuk kembali,
dan kini silauan bahagia wanita hidupku telah membawamu
Menerima?Memahami bahkan juga harus berusaha..
<adikku>
☘️☘️
••••
"Appa...sekarang aku berlari sampai puas disini,lalu aku akan melempar semua mainan dari ujung itu ke ujung yang itu".
Senyuman Park Dongwook mengutas senyumnya melihat foto demi foto masa kecil Jay.
Sangat membahagiakan jika mengingat momen ketika putra pertamanya bahagia menempati rumah yang begitu mewah.
Jay adalah pria yang sangat dilahirkan dalam keberuntungan.Bahkan seperti apapun sifatnya,orang tua tidak akan melarangnya.Karena Park Dongwook lah yang akan melarang siapapun menekan Jay membatasi waktu dewasanya.
"Terlahir sempurna,tampan,manis dan juga sangat tidak mudah ditebak.Itulah putraku".
Gumamnya menyandarkan tubuh gagah yang berkemeja di kursi meja kerja.
Hhhhh...
Raut wajah yang bahagia begitu cepat memudar,ketika menatap sosok pria tua sedikit membuatnya berpura-pura menyambut kedatangan.
"Kamu menatap indahnya cucuku".
Park Dongwook tidak mengalihkan tatapannya pada saat ini.
Geram juga muak berusaha ditahan untuk tidak merusak momen bersantainya.
"Ahhh..sudah lama aku tidak main di perusahaan yang dibesarkan menantuku,bagaimana?".
Senyuman sinis Park Dongwook,pria tua yang duduk di hadapannya sama sekali tak membuat suasana hatinya memanas seperti biasa.
"Lebih tepatnya ini adalah perusahaan yang aku kelola untuk anakku,tidak ada campur tanganmu".
Jawab sinis Park Dongwook.
Tepuk tangan terdengar dari pria tua dihadapannya,yakni sebagai mertua.
"Bagus sekali...anakmu memang sangat layak mendapatkan kekayaan dari kecil.Tapi jika anak itu di hadirkan kemungkinan besar Jay hanya sebagian memiliki".
Kakek yang begitu antusias mendidik cucu kesayangan dengan kekayaan.
Memanjakan dengan berpikir bahwa tindakannya benar.Bahkan melarang siapapun menggantikan hak yang semestinya diniliki Jay,terutama jika itu anak kedua.
"Kamu tau dimana anak itu?".
Lanjutnya bicara.
Park Dongwook hanya terdiam,menahan emosi dengan berusaha menghargai mertuanya.
S
udah lama untuk dirinya tidak berurusan dalam situasi ego seperti ini.Dan sekarang kembali
"Dia sudah besar sekarang bukan..jadi ketika dia hadir nanti.Maka hanya sebagai orang biasa,aku tidak akan menyukai itu...aku past".
"Pastikan sesukamu Appa".
Park MinYeong memotong kalimat yang di ucapkan Appanya.
Kedatangan yang secara tiba-tiba tanpa di ketahui siapapun.
"Putraku tidak memiliki sifat rakus dan mementingkan kekayaan.Dia berbeda,dia yang dingin dan terlalu liar..Sekarang dirinya sudah menemukan apa itu peduli?".
Ucapnya dengan langkah kaki menghadap Appanya yang duduk di kursi.
Park Dongwook suaminya menatap secara diam,tidak ikut campur bahkan melanjutkan kalimat istrinya.
"Jay akan menerima kehadiran seseorang dengan sangat antusias,menanti bahkan memperlakukannya penuh kasih sayang lebih dari Appanya.
Seharusnya Appa bangga,cucu kesayangan yang dididik untuk mengikuti sifatmu sekarang sudah berbeda".
Appa Park MinYeok beranjak dari kursinya dan menatap Paek MinYeong.
"Yakinkah kamu jika Jay nanti tidak dibaluti kemarahan,kalian berdua membohonginya sama seperti kamu membohongi eommamu dulu.
Ingat itu,jangan kamu merasa aman ketika Jay cucuku sudah menemukan jati dirinya.Apa kamu tau semuanya yang dia simpan?Apa kamu paham Jay melakukan semua untuk siapa?Bahkan Jay sudah bisa menebak kalian ini seperti apa?
Jangan sepelekan sifat darinya,jiwa emosional nya kemungkinan hilang.Tapi tingkat egoisnya belum sama sekali".
Park MinYeong terdiam mendengar ungkapan panjang penuh penekanan dari Appanya.
Tidak ada lawanan,hanya diam dan menatap pada satu arah.
Brkk..
Suara pintu tertutup dengan keras,
Menyisakan Park MinYeong dan Park Dongwook di dalam ruangan.
Keduanya saling menukar tatapan diiringi senyuman manis dari istri tercinta Park Dongwook.
"Terkadang menikmati seseorang bicara tanpa harus menimpanya dengan keberanian itu perlu".
Park MinYeong menunjukkan foto di ponselnya,senyum manis tergambar begitu saja.
"Kita akan segera bertemu dengannya".
Antusias seorang ibu menunggu kedatangan pria manis untuk berada di pelukannya.
"Tidak akan terjadi sesuatu nantinya,aku sangat menyayangi kedua putraku".ucap Park MinYeong.
Lagi-lagi dari keduanya membenarkan bahwa tidak ada namanya anak tunggal bagi Park Family.Bukankah pernah terdengar berulang kali jika diantara mereka berdua terus menyatakan kedua putra ataupun anak kedua.
Benar-benar masih belum di pastikan mengenai hal yang pasti.
Alasan yang begitu kuat ketika Jay sudah bosan berada di dalam rumah,selalu berusaha menghindari halusinanasi perkataan eommanya berbicara tentang adik.
•••
"Huftt...semua sudah tuntas dan aku sedikit lega sekarang".
Menuruni tangga sekolah dengan mencari seseuatu.
Jaket yang tetap berada di tangannya berlagak keren seolah sesuatu tidak pernah terjadi.
"Jay ah".
Panggil Sunghoon membuat langkahnya terhenti,berbalik arah dan menyambut kehadiran temannya.
"Mianhae".
Jay menghampiri Sunghoon dan langsung memeluk sembari mengucapkan kata maaf.
Raut wajah Sunghoon yang kebingungan dengan sifat temannya.
Hanya senyum membalas pelukan Jay saat ini.
"Hampir saja aku membuatmu terlibat dalam masalah ini,dan untungnya semua sudah tuntas.Hee hyung menyukai caraku dewasa terhadapnya".penjelasan panjang Jay yang tidak akan pernah berhenti,jika itu Sunghoon tidak diam saja.
"Jay..kita sebelumnya juga menebak pasti semuanya terjadi.Benar bukan?".
Jawab Sunghoon.
"Tapi ada seseuatu yang membuatku tiba-tiba begitu was-was denganmu Sunghoon ah".Gumam Jay menatap temannya.
"Apa kamu akan disini?".
Sunghoon meninggalkan Jay jalan begitu saja.
"Emmm jungwon dimana?".
Hanya gelengan yang didapatkan Jay.
"Kamu duluan ke mobil,aku akan menemuinya sebentar".Jay
"Dia sudah bersama Jake lebih dulu,aku rasa sudah pulang bersama".
Jay mengangguk paham,kini keduanya berjalan bersama menuju parkiran mobil.
Bercanda dan penuh tawa ketika Jay menjaili Sunghoon.
Sunghoon tipekal akan kesal jika candaan sudah membuatnya risih.
Kali ini dia diam saja,namun Jay tetap melanjutkan kejailannya.
"Kamu saja yang bawa mobilnya,aku capek".Ucap Sunghoon sembari melempar kunci mobil.
Jay yang sudah membuka pintu mobil di sebelah kanan kini membatalkan niatnya.
"Palli".
Mobil melaju meninggalkan sekolah dan menuju ke tempat yang akan Jay datangi yaitu taman.
Sebelum menuju ke tempat yang Jay inginkan,dia akan mengantar Sunghoon kembali ke rumah.
"Aku penasaran apa saja yang Hee hyung bicarakan di dalam Jay".
Jay membeku tidak ingin menjawab pertanyaan tiba-tiba itu,sikapnya terlihat tenang sembari mengendarai mobil.
Bahkan Sunghoon juga tidak begitu antusias dengan pertanyaan nya barusan.Hanya saja dia ingin penasaran.
"Sebenarnya aku percaya untuk siapa?"
Gumam Jay.
Flashback..
Ruangan latihan basket
Setelah semuanya pergi kini hanya ada dua orang.
"Begitu alasanmu ibah kepada Jungwon".Anggukan Jay menjadi jawaban untuk Heeseung.
"Bukankah dia sangat malang hyung,tapi aku juga tidak begitu mengenalnya..hanya saja tiba-tiba ada keterikatan dekat secara nyata."
Jelas Jay
Heeseung mendengarkan semua penjelasn Jay selama lebih dari 30 menit.Tidak ada kemarahan atauapun berdebatan di antara keduanya.
Pertemanan yang sangat lama hingga tidak akan ada yang kenggantikan posisi Heeseung untuk menjadi kakak laki-laki kepercayaan Jay.
"Kalimatmu melukai hatiku ketika lebih percaya Sunghoon daripada hyungmu".
Jay semakin menunduk merasa bersalah.
"Hyung kebanyakan nonton drama,maksudku aku percaya temanku untuk masalahku.Tapi aku selalu mempercayaimu sebagai hyungku".jawab Jay
"Untuk kehidupanmu".
Sahut Heeseung melanjutkan pernyataan Jay.Senyuman dari Heeseung terlukis.
"Lucukah?aku bahkan sangat tegang sekarang,hyung jangan membenciku juga Sunghoon".
Heeseung menepuk lembut kepala Jay.
"Tidak akan.Tapi aku akan mengatakan sesuatu jika itu membuatmu yakin berarti kamu sangat menyayangi hyungmu".
Semua berubah menjadi serius,
Jay siap mendengarkan setiap kalimat yang akan Heeseung ucapkan.Jiwa sebagai pendengar yang baik.
"Jangan begitu menaruh kepercayaan untuknya,ada begitu banyak hal yang belum kamu ketahui.Selama kamu koma begitu sangat lama,dia merasa ketakutan.Namun ada latar belakang belum sama sekali kamu ketahui".
Jay menyipitkan matanya tidak paham dengan kalimat Heeseung.
Siapa?Apa? Dan tentang apa dibalik ucapan hyungnya.
Heeseung begitu serius terlihat jelas dari matanya.
"Sunghoon".
Heeseung mengangguk mengisyaratkan bahwa benar jika maksud dari kalimatnya adalah Sunghoon.
"Jangan begitu dipikirkan,hyung tau kamu sudah dewasa dengan semuanya.Tapi bukan berarti hyung membuatmu membencinya".
Heeseung
"Yahh..hyung pergi setelah tidak mendengar apa yang akan aku tanyakan.Hyung..Hee hyung".
Jay berjalan cepat menyusul langkah kepergian Heeseung dari tempat obrolan.
"Hyung..bukankah hyung tau hidupku sudah penuh kebohongan,lalu sekarang hyung menambahkan kebohongan ini".
Heeseung terhenti dan menghadap ke arah Jay.
"Tidak.Selesaikan dan ungkap semua kebohongan menimpamu.Datang kerumahku jika kamu begitu lelah..tidak ada kebohongan selain kehidupanmu."
"Ok,bantu aku untuk ungkapkan kebenaran yang belum aku ketahui".
Penolakan yang didapat oleh Jay.
Heeseung sama sekali tidak menjawab pertanyaan jika itu mengenai Sunghoon.
Jay berusaha mendesak hyungnya begitu lucu seperti adik yang menginginkan sesuatu.
"Aku akan mengatakannya,tapi berjanjilah untuk satu hal".
Dengan cepat Jay menautkan jari kelingking nya dengan Heeseung untuk membuat janji.
"Selesaikan masalahmu dengan dirimu sendiri sepenuhnya,setelah semua selesai.Hyung akan berbicara kebenaran itu".
Raut wajah Jay datar sama sekali tidak ada perasaan melegakan.
Yang didapatkan dari Heeseung hanyalah teka teki dan itu membuatnya bosan.
Tangannya dilepaskan begitu cepat,
"Baiklah.Aku akan mengikuti semua jalanku,tapi hyung juga berjanji untuk tidak membenci Jungwon lagi.Kesalahan yang lama itu sudah semestinya terjadi".
Heeseung mengangguk.
"Jika aku melihat hyung membencinya,aku akan memberimu pembalasan di area pertandingan".ucap Jay penuh penekanan.
"Kamu mengancamku".
"Tidak,aku hanya bercanda".
Keduanya meninggalkan tempat latihan basket.
Heeseung merangkul Jay sembari saling bertukar obrolan.
.
.
.
.
"Hati-hati Jay".
Senyuman dari Jay setelah mengantarkan Sunghoon kembali ke rumah.
Waktu sudah menunjukkan sore hari,kini sendiri di dalam mobil.
Memakai kacamata hitam berpadu kaos hitam.
Begitu tenang menjalankan mobil,bukan menuju ke rumah ataupun tempat lain.Kejadian untuk hari ini cukup membuatnya paham akan situasi,sepertinya seseorang berusaha dia hubungi.
"Ahhh...ternyata tidak kembali".
Kembali melajukan mobil setelah membuka pesan di ponselnya.
Sampai di sebuah taman,angin yang menerpa rambutnya begitu elegan menyambut kedatangan seorang Park Jay.Dewasa serta terbiasa sendiri untuknya sudah sangat menyenangkan.
Begitu sunyi dan indah ketika hanya ada dirinya berjalan sendiri menelusuri setiap jalanan taman.
Daun kering menutupi setiap jalanan,jaket sama sekali tidak berfungsi untuknya.
"Yahh".
Sosok perempuan manis dan cantik mengarahkan pandangannya.
Tanpa butuh waktu lama Jay duduk di samping perempuan yang seumuran dengannya.
"Kenapa memanggilku kemari?bukankah tidak biasanya kamu mencoba menemuiku tanpa Maura".
Tanya Jay.
Sena..
Perempuan disampingnya saat ini adalah Sena.Teman satu kelasnya juga seseorang yang begitu dekat dengan Heeseung serta teman Jay lainnya.
"Pleasee Sena,jangan menatapnya".
Sena terus menatap begitu banyak pohon di depannya.
"Jay..aku menyuruhmu kesini karena ada sesuatu yang begitu penting.Bahkan aku memerlukan tempat yang aman".
Jawab Sena.
Matanya berbohong pada dirinya,dengan tegas menatap pria tampan di disampingnya.
Jay hanya mengaggukan kepalanya sembari memakai jaket.
"Ini tentang Jungwon".
Sena menghentikan langkah Jay yang hendak meninggalkan tempat.
"Baiklah hanya beberapa menit,kamu bisa mendengarkan aku dengan berjalan semaumu.Aku akan mengatakan begitu kamu bertahan sebentar disini".
Untuk pertama kalinya Jay begitu acuh terhadap Sena.Sifatnya yang setiap saat menggoda Sena bersama temannya sudah tidak ada.
Kala saat semua berubah tidak begitu mengherankan.Jay seseorang yang penuh rahasia dan teka-teki.
"Kamu harus secepatnya menelusuri penyebab kecelakaan Jungwon,itu sangat bukan tragedi kecelakaan biasa Jay.Kemungkinan seseorang berusaha membunuhnya".
Ucapan Sena membuat Jay berbalik dan menghadap dirinya.
"Apa yang membuatmu yakin?".
Penuh penasaran bagi Jay tentang informasi ini.
Sena menunduk begitu berat membuat temannya percaya.
"Ada kejanggalan sebenarnya,namun sayangnya CCTV rekaman kecelakaan Jungwon sedikit jauh dari area kafe".
Jay melihat video rekaman cctv begitu Sena memberikan ponselnya.
Sena menjelaskan dengan rinci maksud video tidak begitu jelas tersebut.
Terlihat hanya saat Jungwon terpental dari arah selatan,bahkan mobil yang menabraknya begitu melaju dengan cepat.Jay begitu intens tidak bergerak sama sekali,matanya terfokus pada video yang menimpa adik atau teman dekatnya.
"Aku dan Jake mengambil rekaman dari kafe itu.Sesaat setelah Jake memberiku informasi Jungwon adikmu memasuki rumah sakit".
Jelas Sena.
"Adik?bagaimana kamu tau aku memanggilnya adik".
Sena tersenyum,Jay menatapnya.
"Jungwon yang memberi tahuku,dia mengenalkan dirinya begitu sangat senang.Aku teringat keimutannya saat itu,Sunoo.Dia adalah pria manis yang begitu sopan.Dua-dua nya sangat berhati malaikat".
"Aku tidak menyuruhmu menjelaskan sifat keduanya".Jay memotong kalimat Sena.
"Aku Jungwon noona..kamu pasti baru mengenalku.Aku mempunyai teman yang baik seperti Jake hyung,Sunghoon hyung,Heeseung hyung dan juga Jay hyung".
Jungwon pertama kali berbicara dengan Sena dihadapan Jake.
Jake menepuk-nepuk pundak Sena berusaha menjahilinya,namun dengan cepat Sena memukul kasar tangan Jake.
"Kamu bilang dia baik,sama sekali tidak Jungwon".
Tunjuknya terhadap Jake,reaksi terkekeh dari Jake penuh candaan.
"Kamu salah pergaulan fiks,Jay apalagi.Bisa-bisanya dia dekat dengan pria mungil sesopan dirimu".
Jelas Sena.
"Sena ya..dia adiknya Jay.Kamu mencoba merusak nama baik seorang Park Jay".sahut Jake.
"Kakak laki-laki,Jay?".
Jungwon mengangguk sebagai jawaban,Sena menyatukan tangannya sebagai tanda permintaan maaf.
"Jadi ketika sebelumnya aku tau bahwa kamu menganggapnya seorang adik,aku terharu sekali".
Penjelasan panjang yang di dengar Jay dari Sena.Tersenyum sekarang melegakan Sena ketika menatap temannya disampinya.
Keduanya masih duduk bersama di taman yang begitu sunyi.
"Emm aku harus kembali Jay".
"Thanks Sena".
Anggukan terakhir Sena sebelum meninggalkan obrolan.
Jay mengacak rambutnya frustasi penuh pikiran.Hari-hari yang melelahkan untuknya,istirahat di tempat begitu sunyi membuatnya nyaman.Matanya terpejam sambil menunduk.
Sendiri duduk di kursi taman,langit terdiam mulai menyembunyikan sinar matahari.
"Kenyamanan yang sangat dicintai eomma".
Ucapnya pelan.
Jay menemukan kenyamanan denyan kebiasaan Park MinYeong untuk menuju taman saat terdapat masalah.
Pria yang introvert baginya baru pertama kali merasakan nikmat sendiri duduk di taman.
Lampu taman tepat di depannya menyala,menunjukkan waktu sudah berganti.
Langit sudah tidak terlihat cerah,berubah menjadi gelap menjadi atap pepohonan.
"Hyung".
Suara yang tidak asing membuatnya mengarah begitu cepat memalingkan pandangan.
Terlihat pria manis berjalan kearahnya,balutan perban sudah berubah menjadi hansaplas biasa menutup luka di kepala.
Jungwon berada di taman dan berjalan cepat menuju Jay.
"Apa aku tidak salah lihat?kamu sendiri di taman,bahkan bajumu masih sama".ucap Jungwon
"Kamu sendiri kenapa di taman di cuaca yang dingin ini.Bagaimana dengan perbanmu?".
Jay balik bertanya tanpa menjawab pertanyaan Jungwon.
"Hehe..aku selesai membeli obat untuk K hyung.Disana perbanku juga dilepas dan diganti oleh noona yang baik".jawab Jungwon tidak lupa senyuman ceriah mengiringi.
Tatapan Jay juga terlihat sangat ceria,ketika dirinya yang suntuk dengan pikiran pribadi.
Jungwon begitu muncul secara bersamaan dalam lingkupnya.
Seperti Tuhan memberikan hiburan tersendiri,Jay juga tersenyum berulang kali.
"Hyung pikir kamu akan merusak lampu taman lagi".ucap Jay menggoda Jungwon.
Jay menikmati raut wajah Jungwon berubah menjadi kesal dengan begitu cepat.
"Hyung tau tidak?saat aku pulang kerumah Eomma menyambutku,dia memelukku dan menanyakan apakah aku benar-benar pulih.Sebentar tetapi pertama kali untukku".
Jay mengangguk-anggukan kepalanya tanpa menatap ke arah Jungwon sama sekali.Kejanggalan pada dirinya diketahui oleh Jungwon.
"Apa ada masalah hyung??pasti karena tadi pagi,Heeseung hyung membencimu atau dia marah padamu?..tadi Sunghoon hyung menyuruhku pulang duluan,dia bilang semua sudah baik-baik saja".
Mendengar Jungwon mengatakan tentang Sunghoon menyuruhnya pulang berhasil membuat Jay menatapnya.
"Sunghoon?".
Jungwon hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Bahkan dia bilang tidak mengetahui Jungwon dimana tadi."gumam Jay.
"Ada yang aneh tidak hyung".
"Tidak,sekarang kamu kembali ke rumah.Ini begitu dingin".
Jay beranjak dari kursi taman diikuti oleh Jungwon.
Bersiap diri sebelum meninggalkan taman,jaket yang sebelumnya dia lepas kini menutupi badannya yang hanya mengenakan kaos hitam.
Jungwon masih belum meninggalkan taman,terus memperhatikan hyungnya di baluti rasa penasaran.
"Jungwon ah".panggil Jay dengan nada begitu lembut
"hmm"
Jay memeluk tubuh mungil secara tiba-tiba,tangannya mengusap rambut Jungwon penuh perhatian.
"Gomawo".bisiknya pelan.
Jungwon membalas pelukan Jay dengan senyuman.
"Kedatanganmu seketika membuatku merasa tenang tidak dengan suasana taman yang hanya sunyi".
Gumam Jay
"Wa-waeee Jay hyung tiba-tiba memelukku.Apa yang terjadi hyung??Apa kamu habis menangis disini sendiri?".Jungwon melepaskan pelukannya terhadap hyungnya,memastikan sesuatu tidak terjadi.
"Semuanya tidak buruk,hanya saja hyung ingin memelukmu.Karena untuk tiga hari ke depan aku tidak bisa menemuimu lagi,hyung akan fokus pada latihan basket menepati janji kepada yang lain".
Jelas Jay berbicara sesuai fakta,namun tidak dengan pikirannya.
Jungwon merasa lega tidak terjadi sesuatu dengan sifat yang tiba saja berbeda.
"Kalau begitu Jungwon kembali ke rumah yah,ini harus sampai ditangannya".tunjuknya pada bingkisan obat sedari tadi hanya dipegang saja oleh Jungwon.
"Hyungmu di rumah lebih penting,cepat kembali dan hati-hati".
Menatap langkah kepergian Jungwon,tidak akan beranjak dari tempat sebelum Jay melihatnya benar-benar meninggalkan taman di malam hari yang dingin.
Kini menuju ke mobil setelah memastikan Jungwon sudah kembali.
.
.
.
.
"Aishh..aku lupa memberitahu Jay hyung jika ada orang baru di rumah".
Membalikkan badannya menatap intens dari kejauhan,tidak terlihat lagi seorang Jay di tempat mereka berbicara tadi.
Kakinya berlari menuju ke tempat parkir mobil yang kemungkinan akan bertemu dengan Jay.
"Ahhh Jay hyung sudah pulang,lain kali saja".
Membalikkan badan dan berjalan meninggalkan tempat.
Pergerakan tangan yang cepat kini menghentikan mobil taksi begitu hendak melintas di hadapannya.
Sementara menikmati sisi jalanan di dalam mobil,pikirannya masih cemas akan suatu hal.
'Aku begitu takut dengan kondisinya,tapi aku lupa jika dia sosok dewasa penuh rahasia'
Terima Kasih Readers!!!
☺☺☺☺
Sudah meluangkan waktu membaca dan mampir sebentar di cerita yang aku buat ini.
Membosankan yah??pasti
Karena aku tidak tahu harus menikmati liburanku di kondisi pandemi kayak gini.
Mau pergi liburan hari raya juga sulit,tapi tetap bersyukur diberi kesehatan.
Kalian juga tetap jaga kesehatan yah,jangan acuh tentang pandemi.
Meskipun sebenarnya kita tahu pandemi ini hanya dapat hilang ketika kita mencegah.
Tetap ingat ada Tuhan yang selalu memberikan hikmah dari segala kejadian.
Jangan lupa vote dan komen jika menurut kalian ada hal yang buruk dalam cerita
(🦋)
Dia adalah oknum yang selalu meresahkan ketika saya mulai menyukainya di masa I-land.
Dan benar!!
Sampai debut hingga comeback saat ini,dia begitu sangat meresahkan😂
Bagaimana dengan mv fever??
~Don't stop~...
Terus terngiang di kepalaku,hanya karena part seorang Jay.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top