penghormatan terakhir

Rumah sakit elit begitu terlihat tenang,dimana hanya keluarga dan orang tertentu yang bisa akses dirawat di rumah sakit tersebut.

Masih dibawah naungan kakek Jay.

Di lantai 3 hanya ada tiga kamar pasien.
Jungwon menempati salah satunya,untuk kesekian kalinya kembali tinggal di rumah sakit berasalan kondisi diluar masih tidak aman.

Seorang pria memakai sepatu hitam berbaju formal begitu rapi.
Membuka pintu ruangan Jungwon dengan satu pria dibelakangnya.

Perawat juga datang bersama dengan keduanya.

Jake datang lebih pagi bersama dengan satu pria yakni pengacara dari keluarga Baek In.

Pemakaman siap dimulai nanti siang.

"Sepertinya pasien dalam pengaruh obat.Semalam tidak bisa tidur karena terus terbayang kejadian yang menimpanya di sekolah.Saya diperintahkan oleh Jay untuk memberi obat penenang demi kesehatan mental dan juga pikiran".

Perawat kepercayaan Jay menjelaskan secara rinci.Jungwon matanya terpejam cukup letih,bibirnya pucat dan wajahnya begitu cerah.

"Hyung saya tahu tujuan anda datang kesini hanya untuk mencari data lengkapnya.Namun,jika hal itu dibicarakan setelah pemakaman jauh lebih bagus".
Saran Jake

"Sebenarnya,keluarga sudah ikhlas dengan pembunuhan ini.Mendengar keponakan sering mengalami masa buruk,jadi saya diminta untuk mendampingi segala kasus teror sampai kemeja pengadilan".

"Tidak".

Suara sahutan dari ambang pintu ketika pengacara membicarakan informasi penting dengan Jake dan perawat.

Jay datang diwaktu yang tidak bisa ditebak.Meminta Jake untuk datang ke rumah sakit terlebih dahulu karena akan ada tamu.

Mungkin hatinya tidak tenang,terlalu banyak orang baru yang berbahaya.
Mengingat setiap janjinya melindungi orang terdekat.

"Selamat pagi Tn.Jin wook".
Sapa Jay yang mendapat balasan senyuman.

"Melihat kembali kondisi Jungwon masih dalam keadaan trauma,saya tidak mengizinkan pihak lain untuk mengganggu masa tenangnya".

Jay mendengar ucapan pengacara tadi.
Kini dia tegas menjelaskan,jake hanya diam tanpa ikut campur.Dia percaya temannya tahu mana yang terbaik.

"Mungkin kita berdua bisa berbicara serius di ruangan dokter,pasien masih istirahat".

Jay keluar kamar terlebih dahulu dan diikuti pengacara keluarga Baek In.

Perawat melanjutkan tugas menyuntikkan cairan ... kedalam infus.

"Ada rasa kebanggan dalam diriku untuk temanku.Jay,kini bukan Park jay yang aku kenal."
Batin Jake tersenyum sendiri.

Setelah perawat menyelesaikan tugasnya,kini meninggalkan Jake sendiri.

"Ahhh..aku mau menunjukkan informasi penting.Kenapa semalam aku lupa?hampir saja".
Jake membuka hp mencari dan meneliti video yang dia rekam di aula kemarin.

Mengedit ulang menambahkan sedikit sentuhan pada video sehingga terlihat sangat HD.

Jay membuka pintu.

"Jay ah".

Jake melirik ke arah temannya,namun Jay masih disamping ranjang melihat kondisi Jungwon.

Merapikan rambut yang menutupi mata cantik milik Jungwon.
Semakin sering mendapatkan infus,semakin mengembang pipi Jungwon.Kekenyalan itulah yang Jay suka sampai dicubit hingga merah dulu.

Kini tidak bisa mencubit.Mengusap lembut saja akan membuat Jungwon terbangun.

"Jay ah,kemarilah".

Video diberikan kepada Jay.
Melihat dengan seksama,mereka duduk di sofa dengan seksama memantau setiap video.

"Tidak ada apapun,semua hanya duduk dengan rapi.Lalu apa pentingnya?".
Jay melempar hp ke meja.

"Sebentar lagi kamu akan tahu jawabannya".

Jake terlalu berbelit-belit membuat teka teki.
Hanya tatapan tajam diberikan oleh Jay.Disitu senyuman puas Jake keluar.

"Pertama,memang video ini tidak ada apa-apanya.Tetapi Jay!!sekolah kita begitu ketat dengan pengawasan,aku tidak menyangka ada seseorang masuk dengan membawa senjata tajam".

Pernyataan yang diberikan oleh Jake sangat masuk akal.

"Tunggu.Sebelum aku...Jake.Ada seseorang yang aku tabrak didepan memakai atribut masker hitam dan topi hitam".

Jay kembali mengambil Hp Jake yang dilempar tadi.Melihat kembali video di aula,meneliti dengan seksama setiap sudut.
Jake membantu Jay mengamati video.

Semua siswa berada di dalam aula.
Hanya Heeseung,Sunghoon,Jay,Sena dan Jungwon tidak ada dikarenakan sebagai saksi.

"aghhhh".
Kesal Jay.

"Jangan berisik,dia masih istirahat".
Jake memukul pelan pundak jay

"Kenapa tidak ada?".

Cukup merasakan kecewa

"Ada lagi.Kamu tahu tidak.Sewaktu aku mengejarmu untuk menangkap pelaku,aku tidak sengaja berhenti di kamar mandi wanita.Kemudian ada suara datang,aku sengaja bersembunyi di dalam kamar mandi lainnya.Setelahnya yang datang adalah eomma Sunghoon".

Terlalu menakut-nakuti Jay.

Mereka berdua saling bertatapan setelah kembali berpikir masing-masing.

"Bukankah eomma Sunghoon tidak ada dilapangan."

"Tadi juga aku sempat dengar Sunghoon bilang dia keluar dari rumah bersama dengan eommanya".

Perut Jay berbunyi ditengah keseriusan.Dua pemuda tampan ini juga manusia dan masih seorang siswa yang akan lulus,namun pemikiran yang kuat bisa memberanikan mengusut kasus sendiri.

"Pesankan sarapan Jake.Kita belum makan dipagi hari disuruh mikir terus".
Ucap Jay sembari rebahan di sofa

Jake memesan makan dan minum melalui seluler kantin rumah sakit.
Setelah selesai nanti akan diantarkan ke ruangan Jungwon.

"Apa aku bangunkan saja yah dia?khawatir juga tidurnya lama.Ini sudah pukul 09.00 pagi loh menjelang siang."
Jake mendekat keranjang Jungwon

Perlahan menggoyang lengan Jungwon,berusaha membangunkannya.Efek obat tenang juga dikhawatirkan,mengingat Jungwon sering pingsan.

"Aku tidak mau mencurigai siapapun sebenarnya,selain kakekku sendiri.Setelah informasi darimu mengenai eomma sunghoon mengapa hatiku gelisah yah?".
Ucap Jay

"Lupakanlah jay.Bisa saja memang eommanya dari kamar mandi".

Sembari memunggu makanan datang,keduanya melanjutkan obrolan singkat di sofa.

"Tadi Sunghoon tidak bicara apapun padaku,dari tatapannya bisa menandakan bahwa dia tidak mau melihatku".
Jay menyadari sikap yang berbeda dari Sunghoon.Meskipun itu aneh,nyatanya sejak kecil selalu bersama bahkan lebih dari kata saudara.

"Tidak.Coba saja kamu hubungi dia,moodnya selalu berubah.Mungkin karena pengaruh usia".
Jawab Jake santai.

"Apa kita libatkan dia?aku tau pasti dia akan kecewa lagi terhadapku".

"emmmm no no,aku tidak setuju.Selain dirinya yang mudah emosi,Sunghoon mudah sekali dengan rayuan".
Tolak mentah-mentah oleh Jake.

•••

Untaian duka dari beberapa kerabat,rekan bisnis dan juga universitas yang diambil oleh Baek In.

Semua tertata rapi di depan gedung.
Satu gedung disewa oleh pihak yang bertanggung jawab dan tidak ingin disebut namanya.Keluarga juga menyepakati untuk menyerahkan proses pemakaman kepada yang bertanggung jawab.

Mayat korban belum sampai dan masih ada dirumah sakit.

Orang tua serta saudara yang lain sudah ada di gedung sejak pagi,menyambut siapapun yang datang.Sebelum proses pemakaman masih ada proses penghormatan terakhir di dalam gedung.
Hanya bisa dihadiri oleh keluarga saja.

Selang lebih dari 1 jam.
Mobil ambulance dari rumah sakit datang,anak buah dari Park Dongwook juga hadir sebagai rasa tanggung jawab dan perwakilan.

Tangis haru sangat pecah seketika.Semua sepupu juga hadir kecuali Yang Jungwon.
Kebaradaan yang tidak diketahui oleh semua saudara.Hanya eomma dan appa dari mendiang yang tau.Itupun perintah untuk merahasiakannya dari Jay sendiri.

"Putraku...hiks hiks."

Hati ibu yang terus menjerit kesakitan,tangisan tidak pernah berhenti menghadap peti jenazah anaknya.

Usia cukup muda,masih dalam pengembangan karir dan juga berstatus sebagai mahasiswa.

Appa dari Baek In terdiam dengan memandang bingkai foto putranya,manis dan tampan.

"Tega sekali dia yang merenggut nyawamu."

.
.
.
.

Di tempat pemakaman sendiri lubang galian tanah sudah disiapkan beserta bunga-bunga segar berwarna putih.

Appa dan eomma Jay datang ditempat tidak ikut menganggu penghormatan terakhir dari keluarga.

Eomma Sunghoon ikut hadir mengingat Baek In berteman juga dengan putranya.

"Kamu datang sendirian?".
Tanya Park MinYeong

"Iyah,Sunghoon tidak enak badan.Mungkin dia ada trauma dan perasaan syok kejadian kemarin.Semenjak pulang dari sekolah tidak ada bicara sama sekali".
Jawab Park Boyoung.

"Anak kita masih dalam lindungan Tuhan".

"Anakku jelas terlindungi hehe".

Park MinYeong hanya tersenyum.
Sama-sama menanti kehadiran jenazah dan keluarga.

Dari arah kanan juga ada Heeseung dan Sena datang bersamaan.
Memakai baju serba hitam dan juga kacamata.

Tidak lama banyaknya mobil datang mengiringi mobil jenazah.
Semua bersiap.
Petugas pemakaman juga sedang bersiap.

"Sunoo sedih dirumahnya sampai sakit.Jungwon juga tidak tau ada diaman,nanti akan aku intimidasi Jay dan Jake".

Gumam Sena.

Acara pemakaman berlangsung,tangis keluarga,sahabat bahkan kerabata masih tetap sama.
Sosok pria matang mandiri serta bertanggung jawab ada pada diri Baek In.
Bingkai foto yang dibawa pun melukiskan senyuman setiap harinya.

Tidak ada yang menyangka pemilik cafe cukup terkenal ini pergi begitu cepat secara tragis.

Bahkan musuh pun dia tidak punya.
Orang tua memaklumi kejadian ini tanpa amarah,bisa saja ada latar belakangnya.

Namun saudara masih juga tidak terima,berusaha menuntut siapapun yang terlibat.Termasuk Jungwon.

Jenazah hendak dimakamkan kedalam tanah yang disiapkan.
Turut berduka mendalam bagi yang hadir.

Mobil bmw berwarna hitam datang sedikit terlambat.

Semua mata tertuju dengan kedatangan Jay.
Memakai jas hitam kacamata bitam dengan rambut yang sangat rapi.
Mobil belakang ada Jake dan tentunya ada Jungwon juga datang sudah tidak memakai infus.

Jay berjalan paling belakang sendiri,

Langkah Jungwon terhenti,ada wanita menghadang untuk tidak mendekat.

"Jangan langkahkan kakimu untuk mengikuti proses pemakaman sodaraku".
Ucap wanita tersebut masih sepupu Baek In.

Tanpa ada jawaban sama sekali dari Jungwon.Justru wanita itu semakin menunjuk-nunjuk dengan mencaci.

"Pergi dari sini segera mungkin.Nikmati hidupmu tanpa melibatkan diri kepada keluarga kami,dimana kami tidak tahu kamu itu siapa?".

Ucapnya lumayan keras.Pemakaman sampai tertunda karena situasi.

"Tolong saya mohon untuk menjaga etika di suasana duka.Jangan ada perdebatan lagi".
Park Dongwook berusaha melerai dari tempatnya yang cukup jauh.

"Bisa dilanjutkan jika dia tidak ada disini".
Tubuh Jungwon di dorong-dorong untuk kembali mundur.

Jay menghempas tangan wanita tersebut.

"Saya cukup diam ketika anda mulai menunjuk orang yang sakit tanpa jeda.Hingga mencoba untuk mengusirnya.Kamu boleh lakukan apapun kepadanya setelah pemakaman nanti".
Ucap Jay menekan.

"Hyung aku kembali kemobil saja".

Jake menahan Jungwon.

Pemakaman kembali dilanjutkan,Jay memeluk Heeseung yang bisa hadir.Namun tatapannya terus mencari keberadaan Sunghoon.

"Sungguh aku tidak bisa membiarkan kesalah pahaman ini.Sejak kecil dia bersamaku".
Gumam Jay

Air mata mulai terjatuh di pipi Jungwon.Sena mengusap lembut punggung adik kelas imutnya tersebut.Sembari menguatkan dan mensupport selalu.

Banyak yang peduli dengan Jungwon.

Sesi pelemparan bunga putih dilakukan sebelum ditutup oleh tanah.

"Terima kasih hyung telah menemani masa sulitku.Dimana dulu aku dipukul oleh Appa dan dihukum eomma.Baek In hyung membiarkanku kabur dan tinggal di cafe.Hingga sampai aku kesulitan keuangan juga cafelah yang menerimaku.Sekarang bagaimana cafe tanpamu hyung,aku tidak mau terbayang-bayang keberadaan dan kebaikanmu".
Gumam Jungwon memejamkan mat berdoa yang terbaik.

Dibalik kacamata hitam yang dikenakan Jay,dia juga meneteskan air mata.Bertujuan tidak melepasnya bukan karena gengsi.Namun sesekali masih memantau situasi,kamera ada pada kacamata Jay.Kakeknya pernah memberikan kado canggih ini di usia 19tahunnya.

Akhirnya selesai lah proses pemakaman terakhir mendiang Baek In.Park family beserta anak buahnya kembali terlebih dahulu.
Eomma Sunghoon juga ikut kembali.

Teman-teman Baek In juga kembali meninggalkan pemakaman.
Hanya ada keluarga Baek In dan saudara ditempat.

Heeseung dan Sena menunggu Jay diparkiran.

Jungwon duduk disamping makam menaburkan bunga,bentuk rasa duka.

Jake menaburkan bunga juga,begitu lama mengenal sosok periang Baek In.
Memberikan tempat untuk mengerjakan tugas serta membantu menyelesaikan tugas di cafe.

"Emmm tuan muda Park."
Panggil eomma mendiang Baek In kepada Jay.

"Terima kasih kembali segala tanggung jawab pemakaman putraku".

Jay melepas kacamatanya,tersenyum kepada eomma baek in.

"Aku meminta maaf kembali.Saat itu akulah yang memberikan undangan terbuka untuk beliau datang ke sekolah bersama Jungwon".
Jay menjelaskan kejadian sebenarnya 

"Putraku memang orang baik.Makanya tuhan sayang kepadanya sampai dia harus sebentar berada di dunia ini".

Baek In yang baik,bahkan kematiannya terlalu banyak pujian untuknya.Tidak ada yang tau kejelekan beliau,sehingga hanya kebaikan yang diingat.

"Tidak perlu khawatir untuk segala kejadian yang menimpa Jungwon.Dia bersama denganku,semuanya akan baik-baik saja".

"Memangnya dia siapa bagimu?kamu anak tunggal park family,mengapa membuang waktu hanya untuk menampung anak ini".
Saudara Baek In masih belum bisa menerima duka mendalam.Dimaklumi karena suasana masih panas.

"Tidak ada anak tunggal lagi.Di dalam diri saya,Jungwon adalah adikku.Semua temanku juga saudara bagiku.Mungkin di Park Family akulah tunggal,tapi tidak bagi Park Jay".

Kalimat tegas yang singkat.

"Selebihnya paman,bibi,aku minta maaf apa yang telah terjadi.Semoga Baek In hyung berada ditempat yang indah bersama Tuhan".

"Tidak apa-apa nak.Kamu jaga diri baik-baik.Sekarang sudah banyak yang membantu kamu".

Jungwon mengangguk.

"Kami pergi terlebih dahulu,mengingat kondisinya masih dalam perawatan".

Beramai-ramai pulang dari pemakaman menuju kemobil pribadi masing-masing.
Jungwon berada di dalam mobil Jake.
Dia menatap makam dari luar jendela.
Kejadian cukup datang secara cepat,

"Pagi itu hyung datang ke kamarku,merasakan senang karena mau menonton pertandingan Jay hyung.Dia membanggakan diri pernah menjadi pemain basket yang hebat.Kini tim Jay hyung menang,namun baek in hyung harus kalah".
Gumam Jungwon

Mobil dikendarai cukup santai dan tenang.Tidak ada pembicaraan sama sekali,sepertinya Jake juga masih merasa berduka mendalam.

Paling tidak dinantikan ketika harus merasakan duka yang cukup fatal.Melihat sendiri adanya darah yang begitu banyak,bahkan hampir dirinya yang menjadi korban.

Air mata Jungwon kembali jatuh,dia tidak kuat lagi.

Jake menghentikan mobil di bawah pohon dekat dengan taman.
Dia mendengar sedikit isakan tangis di belakang.Tadinya dia meminta waktu sendiri,ternyata memang setenang itu.

Jake keluar dari mobil dan membuka pintu kursi belakang.

"It's okay.It's okay jungwon ah..tidak apa-apa kamu menangis seperti ini".
Pelukan Jake berusaha menenangkan pria mungil tersebut.

Tangisan yang tidak ada suaranya begitu menandakan rasa sakit dalam hatinya.Tangan kanan mereman paha kaki sendiri,berusaha melukai dirinya sendiri.

Jake masih mencoba menenangkan Jungwon meskipun dirinya sendiri menyimpan air mata yang tidak ingin terjatuh.

"mianhae hyung,aku masih belum bisa ikhlas menerima kepergian Baek In hyung".

Jake yang sangat khawatir,kembali tersenyum ketika melihat Jungwon bisa menghapus air matanya sendiri.

"emmm..kita makan dulu yah.Hyung akan mentraktir Jungwon di cafe favoriteku".
Ajakan Jake disetujui oleh jungwon

.

.

.

.

Di sisi lain,keberadaan rumah Park family diselimuti suasana tegang.

Beberapa anak buah Park Jaewook berada di ruang tamu.

Park MinYeong mengambil hari libur mengajar di campus.
Suaminya berbicara cukup serius dengan semuanya.

Setelah kejadian pembunuhan di sekolah Jay,sebagai orang tua mengatur keamanan untuk putranya.

"Saya sebagai appanya tidak ingin sampai dia menjadi sasaran juga.Motif pembunuhan yang dilakukan ini tidak begitu jelas.Setelah informasi yang aku terima dari wali kelasnya,Jungwon anak yang pendiam namun appanya meninggal diluar negeri."

Jelas Park Dongwook sangat rinci dan panjang.

Meminta dua bodyguard yang selalu memantau aktifitas Jay dari pergi sekolah sampai dia kembali tidur.

"Bagaimana jika dipindahkan sekolah lain saja?".
Salah satu anak buah perusahaan mengusulkan pendapatnya.

Ada satu wanita yang berprofesi sebagai asisten baru Park MinYeong hadir dalam pembicaraan serius ini.

"Betul sekali pak.Tuan muda akan aman dan terjamin di sekolah yang sempat saya lihat dengan ibu".

"Pria ini cukup berbahaya.Dia tidak pernah menjadi korban,namun siapapun yang didekatkan bisa menjadi korban secepat itu".

Pendapat yang saling bersahutan.

Park Dongwook sebagai appa merasa memang suasana sekolah dan lingkungan Jay bisa terancam.

"Setelah kelulusan nanti,tuan muda Jay harus diberangkatkan ke luar negeri".

"Siapa dirimu berani menentukan pilihan untukku".

Sahut seseorang dari ambang pintu.

Jay.

Matanya begitu tajam menatap semua orang di ruang tamu.

"Aku bertanya kembali.Siapa dirimu?".
Tegas Jay tidak menghiraukan keberadaan appa dan eommanya.

"Mianhae tuan muda Jay".

Asisten Park MinYeong menunduk dan meminta maaf atas ucapannya sendiri.

"Aku meminta appa untuk membantu mengulik kasus besar ini.Bukan sibuk memikirkan diriku dengan mengarang aku korban berikutnya ataupun lainnya".

Amarah Jay tidak tertahankan.
Dia berbicara tegas didepan banyak orang,didepan eommanya sendiri.

Park MinYeong diam tanpa berkata apapun,dia melihat putranya.

"Jika appa tidak bisa juga aku tidak memaksa.Aku bisa melakukannya sendiri".
Tambah Jay

"Kita semua ini ingin melindungimu dari bahaya.Usia kamu masih terbilang muda untuk terjun dalam sebuah kasus besar seperti pembunuhan".
Jawab park Dongwook

Jay mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Sudah..tidak usah diperdebatkan lagi.Jay akan tetap melanjutkan pendidikan di luar negeri".
Park MinYeong mengambil jawaban cukup tegas.

"Lalu tanggung jawab Appa sebagai orang tua mana?pembunuhan ini sudah sangat jelas bisa membahayakan anaknya sendiri.Tapi malah berusaha kabur dalam permintaanku".

Semua orang bertanya-tanya dengan kalimat yang Jay berikan.

"Aku anak tunggal bukan.Pewaris besar perusahaan appa.Tapi eomma juga lupa,aku pewaris tunggal perusahaan kakek.Bahayaku dimana?jika kakek saja yang menyebabkan ini semua."

Hening...

Tidak ada suara apapun,

"Appa.Aku hanya seorang remaja cukup kesepian,semua temanku saudara bagiku.Disaat sibuknya appa dan eomma,mereka lah tempatku merasakan kesenangan.Lalu disaat aku bertemu dengan Jungwon,perasaan saudara justru semakin kuat.Aku merasakan bahwa aku bukan anak tunggal lagi,adik.Aku berharap besar dia adalah adikku.Hingga semua masalah yang ada dari dia ditinggal oleh eommanya.Kesempatan besar untukku menjadi kakak baginya juga besar.Aku bahagia,kali ini aku merasa bahagia".

Jelas Jay di depan appanya sendiri.

Park MinYeong sedikit terkejut mendengar pernyataan putranya.

Jay mengeluarkan kertas putih dari dalam jasnya,pakaian yang masih sama ketika dipakai ke pemakaman tadi.

Diberikanlah kepada Park .... untuk membaca dan meneliti isi dari surat tersebut.

"Jadi aku bukan anak tunggal".

Park MinYeong membulatkan matanya dan mendekat ke suaminya.Mengecek isi dari surat tersebut.

Beberapa orang di ruang tamu juga terlihat cukup terkejut,bahkan saling menatap satu sama lain

"Mengapa eomma terkejut?".
Tanya Jay,

"Itu hanya surat permintaan adopsi.Bukan bukti".
Lanjut Jay

"Kamu.Apa yang sebenarnya kamu pikirkan sayang?jangan terlalu jauh.Fokus dulu dengan pendidikan kamu yang paling penting.Eomma tidak setuju dengan kamu mengambil langkah mengangkat Jungwon sebagai adik".
Bantah Park MinYeong menolak rencana Jay

"Tuan muda.Park family ini tidak sebegitu mudah menerima kedatangan orang baru".
Sahut asisten pribadi park Dongwook.

"Dia bukan orang baru.Dia lama bagiku,aku cukup jauh mengenalnya."
Bantah Jay lagi masih kekeh pada pendiriannya.

"Tuan".

Appa Jay  mengambil bolpoin dari Hanna selaku asisten pribadinya secara cepat dan menandatangani surat adopsi milik Jay.
Park MinYeong tidak mengerti dengan maksud suaminya.

"Gomawo appa".

Jay merasa senang dan tersenyum lebar setelah surat tersebut disetujui oleh Appanya.
Dia meninggalkan ruang tamu dan hendak menuju ke kamarnya.

"Apa yang kamu lakukan??kamu tidak melihat disini aku sebagai ibunya".
Park MinYeong tidak paham dan tidak terima.

"Kamu tidak lihat putra kita sebahagia itu tadi.Dia menginginkan hal sepele,di dalam isi suratnya ada beberapa penjanjian.Jungwon tidak akan terlibat dalam harta,dia cukup menjadi adikku.Bisa dilihat memang putra kita bahagia dengan pilihannya memiliki adik.Kita harus membiasakan itu,membiasakan perasaan persaudaraan dalam dirinya".
Park Dongwook menjelaskan secara detail.
Dan istrinya hanya diam pasrah jika itu tentang kebahagiaan jay.

Asisten pun akan membantu proses adopsi yang diperintahkan oleh Park Dongwook

Kembali berbicara serius di ruang tamu untuk segera menyelesaikan kasus pembunuhan di sekolah Jay.

Park MinYeong tidak mau berdebat dan memperpanjang masalah.Meskipun ada rasa kecewa kepada sang suami,dia memilih kembali ke dalam kamarnya.










•••





"Dia adikku."

Gumam Jay.Tatapan tajamnya dari lantai atas,menatap suasana diruang tamu.Berdiri sejak lama di atas,berbohong untuk masuk kedalam kamar.

Bukan orang tuanya saja yang misterius.Kini Jay juga mulai menjadi sosok misterius,ada beberapa kenyataan yang dia ketahui tanpa seorangpun tau.

Mengeluarkan foto dari dalam sakunya.

"Memang semua ini harus aku yang melakukannya sendiri".
Ucapnya berbicara dengan foto yang dia pegang.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top