Chapter X

.
.
.

〔 ❁ —; ʜᴇ's ᴀɴ ᴀʀᴛ

.
.
.

Seongwoo mengerjap, membiasakan diri dengan cahaya yang langsung memenuhi netranya. Hal pertama yang ia tangkap adalah rasa sakit dan berdentam di kepalanya, diikuti pula dengan rasa perih dan panas di lengannya. Seongwoo mengerang, melawan rasa sakit yang memenuhinya.

Ketika maniknya mulai fokus, ia menangkap warna putih dimana–mana. Suara derit pelan di sisi kanan berhasil memaksa kepalanya untuk menoleh.

"Kau sudah sadar?"

"B–bagaimana k–au–"

Pria di sisi kanan ranjang menarik sebuah senyum tulus. Dentum jantung Seongwoo yang berpacu perlahan kembali normal.

Entah kenapa, senyum itu terlihat sangat tulus. Dan Seongwoo merasa tenang karenanya.

"Mereka menghubungiku karena pesan singkat dariku yang tertera paling jelas di layar ponselmu."

Seongwoo bungkam. Maniknya turun pada lengan bawahnya sendiri yang terbalut banyak kasa.

Apa Jaehwan melihatnya? Hal paling rahasia dari si konyol Seongwoo?

Jaehwan turut melirik lengan Seongwoo sekilas karena sang lawan bicara mengalihkan perhatiannya.

"Tidak apa," Jaehwan berujar lembut. "Setiap orang memiliki rahasianya sendiri."

Seongwoo kembali menatap Jaehwan dengan tatapan menjaga jarak yang kentara. Jelas sekali pemuda surai hitam itu menolak untuk membicarakan kenyataan di balik balutan kain kasa yang menghias lengannya.

Jaehwan tetap tersenyum lembut.

"Aku harap kau cepat pulih, Seongwoo. Secepatnya dan seutuhnya."

"T–tolong jangan–"

"Oh tidak," Jaehwan memutus seakan mengerti apa yang hendak Seongwoo sampaikan. "Aku tidak akan memberitahu siapapun soal ini. Cukup kita, aku tau itu."

"B–bahkan D–aniel?"

Sudut bibir Jaehwan sempat turun sepersekian detik. Begitu menyadari bahwa Seongwoo terus menatapnya, Jaehwan buru–buru memperbaiki ekspresinya.

"Daniel akan menjadi orang nomor satu yang takkan kuberitahu."

"K–enapa b–begitu?"

Kenapa?

Tenggorokan Jaehwan kering mendadak. Bibirnya membuka, hendak menjawab, namun kembali menutup setelahnya. Wajahnya jelas menyiratkan keraguan yang mendalam.

Sebuah persimpangan tipis terbentuk di kening Seongwoo.

"Ada– yang sa–lah?"

Jaehwan nyaris meloloskan sebuah tawa sarkas atas pertanyaan Seongwoo. Kalau boleh, ia ingin membentak sosok lemah di atas ranjang rumah sakit, juga Daniel yang sekarang ada di apartementnya... Sepertinya.

"Lupakan saja, aku hanya– yah lupakan," balas Jaehwan setengah berbisik juga setengah bergumam.

"Ada sangkut– p–paut dengan D–aniel?"

Jaehwan mengalihkan maniknya dari wajah Seongwoo. Menghindari kontak mata dengan Seongwoo adalah pilihan terbaik untuk saat ini –mungkin.

"Sangkut paut? Apa maksudmu?"

Kernyitan di kening Seongwoo semakin dalam mendengar keraguan di sela kaliat Jaehwan.

"Dan–iel marah deng–anku?"

"Tidak!" Jaehwan membalas tepat setelah Seongwoo melontarkan pertanyaannya. "Daniel tidak mungkin marah denganmu–"

"Kenapa?" tuntut Seongwoo pada pria di sisi kanannya. "Kenapa D–Daniel tidak mung–kin marah denganku?"

'Karena Daniel menyayangimu lebih dari jiwa dan raganya sendiri!'

"Kurasa aku harus pulang," putus Jaehwan. Ia berdiri tergesa dari bangku yang sudah ia duduki sejak beberapa jam tadi. Ia sempat membungkuk sejenak pada Seongwoo.

Baru ia hendak membuka pintu ruang rawat Seongwoo, pria di atas ranjang sudah memanggil dirinya. Jaehwan menoleh kaku pada Seongwoo.

"Berhenti membuatku depresi!" jerit Seongwoo.

"Apa yang– tidak, aku tidak bermaksud–"

"Ya! Kau melakukannya!" nada suara Seongwoo meninggi. Genangan bening tampak menghias kelopaknya secara pasti. "Kau pun sama saja!"

"Baik! Cukup, Seongwoo. Baik, aku akan duduk kembali disana."

"Apa yang terjadi? Kenapa kau tak mau menceritakan uhuk! uhuk!" Seongwoo menepuk dada bidangnya. Jaehwan kembali mendekat dengan raut cemas. Tangannya di tepis oleh Seongwoo ketika ia hendak menyentuh pundak Seongwoo.

Jaehwan terdiam. Ia mematung hingga Seongwoo menghentikan batuknya. Hening yang canggung langsung mengisi disana.

Seongwoo menarik nafas putus–putus, antara sesak dan emosi.

"Apa ada sangkut pautnya denganku?"

Jaehwan melirik ragu. Bibirnya yang terbuka, hendak melontarkan sebuah sangkalan, kembali terkatup karena tatapan memohon Seongwoo.

Jaehwan menghela nafas panjang. "Ya, ada," jawabnya mantap.

"Apa itu?"

"Seongwoo," kali ini Seongwoo tak menepis atau menolak tangan Jaehwan untuk bertengger di bahunya. Remasan dan tepukan ringan mendarat disana.

Seongwoo mengerjap keheranan atas sikap Jaehwan. Terlebih, senyum tulus pria itu kembali terlukis di wajahnya.

"Aku akan mengatakannya setelah kau pulih. Kau bisa memegang janjiku."

Seongwoo menunduk dalam beberapa saat.

"Pria tidak melanggar janjinya."

"Tentu Seongwoo," jawab Jaehwan tanpa keraguan di sela kalimatnya.

Bagaimana pun, serapat apapun, Daniel tidak bisa menyembunyikan segala rasa takut selamanya.

Jaehwan yakin, sangat yakin, bahwa Seongwoo adalah kunci atas perubahan Daniel untuk menjadi lebih baik.

Begitu pula sebaliknya.

[SEONGWOO's FOCUS]
[Stat: Ended]

.
.
.

* . · . ✧ ˚ ✦ . · . *
.
.
.


[DANIEL's FOCUS]
[Stat: Started]

Daniel masih bergelung di balik selimutnya meski bel apartementnya tak berhenti bebunyi sejak tadi.

"Daniel!"

Punggung Daniel menegang mendengar sebuah suara yang sangat ia kenali berteriak dari luar apartementnya cukup keras.

Ponsel Daniel kembali bergetar panjang. Sebuah panggilan masuk. Layarnya berkedip dengan tombol berwarna hijau dan merah di layarnya.

Daniel menyerah.

Tangannya bergerak meraih ponsel yang terus berbunyi di meja nakas. Ibu jarinya menggeser warna hijau ke tengah.

Panggilan itu tersambung, tapi tak ada suara keluar dari sana. Hanya ada hembusan nafas antara Daniel dan sang penelpon yang saling bersautan.

"Aku diluar."

PIIP

Panggilan diputus secara sepihak oleh sang penelpon.

Daniel menyibak selimutnya dan beranjak dari kasur menuju pintu apartement. Daniel sempat menghela nafas sebelum mendorong gagang pintu kebawah dan membukanya. Sosok di depan pintu mematung menatap Daniel.

"Masuklah," ucap Daniel dengan suara huskynya.

"Kau mengganti passwordmu," sosok itu langsung melenggang masuk melewati Daniel. Tubuhnya ia hempas pada sofa apartement.

"Sementara–"

"Kau menghindariku," pria di atas sofa memadang Daniel dalam. "Haruskah aku bersyukur tidak menemukanmu dalam kondisi overdosis?"

Telapak Daniel mengepal. Ia menunduk, tak mau membalas menatap sosok di atas sofa miliknya. Daniel memilih untuk bungkam.

"Obati traumamu secepatnya, Danik," Jaehwan menghela nafas. Tak lagi ia menatap Daniel dalam. Yang ada hanya pancaran sendu darinya.

"Aku berusaha–"

"Tidak!" potong Jaehwan dengan nada tinggi. "Kau tidak berusaha selama kau belum membuang obatmu, Daniel!"

"Lalu apa hah?! Aku lebih baik mati daripada menjadi lemah–"

BUAGH

Daniel terhempas ke belakang dan terjatuh. Rasa anyir di sudut bibirnya terasa begitu menyakitkan. Daniel mengusap luka di sudut bibirnya tanpa memandang balik Jaehwan.

"Kau bukan Daniel yang ku kenal."

"Danielmu sudah mati, bangsat."

Jaehwan menyeringai sarkas. "Kau adalah Kang Daniel, dan selamanya kau akan menjadi Kang Daniel."

Jaehwan berbalik. Tungkainya melangkah cepat menuju pintu apartement Daniel dengan kernyitan di dahi.

Tepat saat ia mencapai bibir pintu apartement, Jaehwan berbalik dan memperhatikan Daniel.

"Kau lemah karena tidak bisa melawan gelapmu sendiri."

BLAM

Pintu apartement Daniel terbanting menutup. Jaehwan berlalu begitu saja meninggalkan Daniel yang masih tersungkur di lantai.

Daniel mengerjap, menahan genangan yang siap meluncur dari ekor matanya. Tidak, ia tidak boleh menangis. Daniel tidak boleh lemah.

Daniel melirik botol obat di atas mejanya.

Daniel ingin.

Pria Busan itu berjalan tertatih menuju kamarnya. Kembali ia meringkuk di balik selimut guna menenangkan diri.

Daniel ingin obatnya.

Tapi ia tidak boleh.

[DANIEL's FOCUS]
[Stat: Ended]

.
.
.

* . · . ✧ ˚ ✦ . · . *
To be continue
* . · . ✧ ˚ ✦ . · . *
.
.
.
.
.
.
.
.

a/n: Apa ini apa;_; Sebelumnya, maaf sekali saya jarang apdet terus minggu kemarin. Saya janji untuk berusaha apdet secara rutin lagi, harap ditunggu ya;)

Maafkan kalau chap ini gaje. Saya nulisnya pas jamkos ini;_;

P.S
UDAH PADA LIAT MV ENERGETIC????
FIX SAIA UDAH NGAMBANG DI RAWA.

SEMUANYA BIAS SAIA TITIK BHAY:")))

XOXO,
Jinny Seo [JY]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top