HIM~5

Prilly berjalan beriringan dengan Ebie masuk ke dalam kelas. Dengan keceriaan, mereka menghampiri Lika dan Rahayu yang sedang bercanda.

"Selamat pagi," seru Prilly dan Ebie kepada Rahayu dan Lika.

"Pagiiiii," jawab Rahayu dan Lika heboh.

"Lagi ngobrolin apaan sih rame banget," tegur Ebie sambil menaruh tasnya di atas meja tempatnya.

"Ini, Lika ngajakin nonton film AADC 2. Ikut nggak kalian?" sahut Rahayu.

Prilly dan Ebie saling pandang, mengingat pesan Neneng tadi pagi membuat mereka berpikir dua kali jika ingin ikut Rahayu dan Lika.

"Lihat entar ajalah, kita belum izin sama orang rumah," jawab Ebie lalu duduk di kursinya.

Kelas yang tadinya gaduh seketika menjadi hening saat salah seorang murid masuk ke dalam kelas memberitahu bahwa ibu guru Vini sudah sampai di dekat kelas mereka. Semua murid menyiapkan diri duduk di kursinya masing-masing.

"Selamat pagiiiii ...." Suara nyaring menguasai ruang kelas tersebut.

Seorang wanita cantik, rambut hitam legam panjang tergerai indah, dengan kacamata yang bertengger di hidung menunjang penampilannya, rapi sepantasnya seorang guru.

"Pagi Buuuuu," jawab setentak semua siswa di dalam kelas itu.

"Keluarkan buku paket biologi kalian. Hari ini kita akan belajar tentang ...."

REPRODUKSI

Vini menulis tulisan 'Reproduksi' dengan jelas di papan tulis. Semua siswa menyambut bahagia dengan pelajaran itu.

"Nah, apa sih tujuan utama mahkluk hidup melakukan reproduksi?" seru Vini memutar tubuhnya menyapu pandangannya keseluruh ruang kelas tersebut.

Semua siswa terdiam, Vini tersenyum sangat manis dan memakluminya, karena materi ini baru akan dia jelaskan. Wajar saja jika siswa hanya terdiam dan justru saling memandang dengan teman satu meja mereka.

"Tujuan utama mahkluk hidup melakukan reproduksi adalah untuk melestarikan jenisnya agar tidak punah.  Sistem reproduksi ada 2, siapa yang tahu?" Vini sengaja diam sejenak menunggu siswa yang akan menjawabnya.

"Saya Bu," seru Prilly mengangkat tangannya ke udara.

"Baik Prilly, apa jawaban kamu," ujar Vini menunjuk Prilly dengan spidol.

"Reproduksi pada pria dan reproduksi pada wanita," jawab Prilly lalu sebagian teman-temannya menyorakinya hingga suasana di dalam kelas menjadi gaduh.

"Sudah ... cukup," pekik Vini menenangkan para siswa.

Seluruh siswa terdiam, Prilly menunduk merasa malu karena dia takut jawabannya keliru.

"Prilly, apa alasan kamu bisa menjawab itu?" tanya Vini mendekati Prilly yang masih menunduk malu.

"Maaf Bu, saya baca di buku ini," jawab Prilly menunjuk tulisan yang ada di dalam buku paket Biologi.

Vini tersenyum penuh arti, lalu dia berjalan ke depan bersiap menjelaskan atas jawaban Prilly tadi.

"Jawaban Prilly tadi tepat. Jadi sistem reproduksi ada 2 yaitu reproduksi pada pria dan reproduksi pada wanita. Pada pria meliputi organ reproduksi, spermatogenensis, dan hormone-hormon. Sedangkan pada wanita meliputi organ reproduksi dan proses oogenesis, fertilisasi, kehamilan, dan persalinan. Sampai di sini jelas?" tanya Vini memastikan bahwa penjelasannya tadi dapat dipahami.

"Jelas Buuuu," sahut seluruh siswa serentak.

Vini menyalakan sebuah alat pendukung untuk belajar, sebuah LCD, laptop dan layar yang menampilkan sebuah gambar reproduksi pria.

"Perhatikan gambar di depan, organ kelamin pria dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian luar dan dalam. Nah, lihat gambar ini." Vini menunjuk sebuah gambar.

"Organ reproduksi dalam terdiri dari terstis, saluran pengeluaran, dan kelenjar asesoris. Testis atau gonad jantan berbentuk oval dan terletak di dalam skrotum atau kantung pelir. Berjumlah sepasang, dan terdapat di bagian tubuh kiri dan kanan. Testis kiri dan kanan dibatasi oleh suatu sekat yang terdiri dari serat jaringan ikat dan otot polos." Vini berhenti menjelaskan saat sebagian siswa asyik mengobrol sendiri.

"Silakan yang lain baca di buku paket," seru Vini merasa sebal.

"Yaaahhhh ibuuuu, kan kita belum paham," desah sebagian siswa termasuk Prilly, Ebie, Lika dan Rahayu.

"Ibu tidak suka kalau sedang menjelaskan kalian asyik mengobrol sendiri," tegur Vini meninggikan suaranya.

Semua siswa terdiam, menunduk takut karena Vini menatap mereka tajam. Vini menekan enter di laptop, secara otomatis gambar berganti dengan organ reproduksi wanira.

"Ini organ reproduksi wanita, sama seperti organ reproduksi pria, organ reproduksi wanita dibagi menjadi dua. Kalian pelajari sendiri selanjutnya, cari di artikel dan google. Kerjakan tugas halaman 58 sampai selesai." Vini mematikan laptop beserta alat yang lainnya.

Para siswa mendesah kecewa karena Vini tak menjelaskan secara detail. Vini melakukan hal tersebut karena ingin menguji kreatifitas dan seberapa jauh para siswa aktif dalam belajar.

"Yaaaahhhh kok gitu sih Bu," protes Rahayu setelah Vini selesai merapikan alat bantu belajar tadi.

"Tidak ada protes memprotes, kerjakan saja dulu dan besok tolong kumpulkan buku tugas kalian. Tidak ada bantahan dan alasan tidak mengerjakan, sampai ada yang tidak mengerjakan akan Ibu hukum kalian lari keliling lapangan 10 kali," ancam Vini serius agar para siswa tak meremehkan tugasnya.

"Baik Buuuu," jawab semua serentak dengan wajah tak ikhlas.

"Baiklah, kita akhir pertemuan hari ini, selamat siang," ujar Vini bersiap keluar kelas.

"Siang Buuuu," jawab semua siswa menutup buku pelajaran Biologi.

Vini ke luar kelas berjalan anggung dan berwibawa sebagai seorang guru yang harus pantas dicontoh dan ditiru.

"Eh, buset tuh guru, suka banget gantungin pelajaran," ujar Rahayu menoleh pada Ebie dan Prilly.

"Mungkin dia galau karena cintanya juga digantung kali," sahut Prilly asal mendapat pukulan buku dari Ebie di lengannya.

"Eh, sakit udang rebon!" ujar Prilly mengelus tangannya bekas pukulan Ebie tadi.

"Maaf, habis aku sebel banget kalau ngasih tugas nggak pernah main-main tuh guru. Soalnya sampai 50 terkadang," tukas Ebie mengeluh sebal.

"Mending kalau 50, paling kejam pernah kan dia ngasih PR kita 100 soal. Sampai kita nggak sempat main dan jalan-jalan," timpal Lika menyahut tak kalah sebalnya dengan Ebie.

Alasan Vini memberikan tugas sebanyak itu, hanya ingin mengetahui seberapa banyak siswa yang besungguh-sunggu belajar dan yang memiliki kesadaran bahwa menggali ilmu tak hanya dari sekolahan. Vini ingin anak didiknya memiliki pemikiran yang luas dan kreatif, tak hanya menggantungkan diri dari satu sumber saja.

***

Suasana kantor yang begitu sibuk membuat Al tak dapat berkutik dari tempat duduknya. Ini bukan kali pertamanya membantu Adel mengurus perusahaan. Karena Al memang sudah dilatih Adel sejak ia masih menjadi mahasiswa, agar semua ilmu yang sudah ia pelajari terserap lebih maksimal bila dipraktekkan secara langsung.

"Al, apa Mami boleh masuk?" seru Adel menyembulkan kepalanya di pintu ruang kerja Al.

"Iya Mi, silakan," sahut Al menutup map merah yang tadi sedang ia pelajari.

Adel berjalan menghampiri Al lalu duduk di kursi depan meja kerja Al.

"Al, apa kamu masih mengharapkan Ayu?" tanya Adel membuat Al langsung menatapnya heran.

"Memangnya kenapa Mi?" tanya Al sambil menautkan alisnya menatap Adel serius.

"Nggak papa, Mami cuma mau tanya aja," jawab Adel tersenyum sangat manis namun menyiratkan sesuatu entah apa itu.

"Kamu nanti jemput Ebie pulang sekolah ya? Mami ada meeting di luar," ujar Adel sambil membantu Al mengecek pekerjaannya.

"Iya Mi, nanti Al yang jemput Ebie," jawab Al patuh, memang sejak dulu Al tak bisa menolak permintaan Adel.

Bukannya Al takut, namun Al berbuat seperti itu karena bentuk rasa hormat dan sayangnya kepada orangtua tunggalnya. Al sangat menyadari bagaimana kerja kerasnya Adel selama ini.

"Ya udah Mami balik ke ruang kerja Mami sendiri. Oh iya, gimana kerja Corin sejauh ini?" tanya Adel mengembalikan map biru yang tadi sempat dia baca.

"Alhamdulilah, Al cocok dengan cara kerja dia. Orangnya nggak ribet dan kerjanya selalu beres. Makasih ya Mi udah cariin sekertaris yang sudah matang," ucap Al merayu maminya.

"Iya sama-sama, asal pekerjaan kamu lancar, Mami ikut senang, itu berarti Mami akan pensiun dini," ujar Adel menggoda anak sulungnya.

"Kalau Mami mau di rumah aja nggak papa, biar Al yang bekerja. Kasihan Mami bolak-balik meeting ke sana ke sini, di kejar waktu sampai lari-lari. Kadang Al lihat Mami kerja sampai begitu nggak tega,"seru Al merasa khawatir dengan kesehatan maminya.

"Udah, jangan dipikiran itu, yang penting sekarang kamu lihat Mami masih diberikan Allah kekuatan dan kesehatan sudah sangat amat bersyukur, karena modal ini semua adalah sehat," ujar Adel sambil beranjak dari duduknya.

"Mi, makan siang nanti Al makan di luar ya?" izin Al saat Adel ingin membuka pintu di ruangan itu.

Adel membalikan badan, dia hanya tersenyum sangat manis dan mengangguk menjawab Al. Adel keluar dari ruangan Al, menyapa Corin yang duduk di belakang mejanya. Setelah Adel keluar Al mengambil kunci mobilnya, senyum tak pudar dari bibir merahnya. Hatinya berbunga-bunga saat mengingat wajah pujaan hatinya, Ayu!

"Corin, saya keluar dulu. Kalau ada yang mencari, suruh menemui lagi setelah jam makan siang," ujar Al berpesan pada sekertarisnya.

"Baik Pak," sahut Corin sopan.

Al melenggang keluar gedung perkantoran dengan suasana hati bagaikan taman yang berbunga memekar indah. Sesampainya di rumah Ayu senyum semakin mengembang karena ternyata Ayu sudah menunggunya di sana.

"Hay, maaf nunggu lama ya?" ucap Al ketika Ayu menghampiri mobilnya.

"Nggak kok Al, baru saja tadi gue keluar," jawab Ayu sambil masuk ke dalam mobil.

Al segera melajukan mobilnya menuju ke butik Dinda. Di sepanjang jalan Ayu dan Al tak berhentinya tertawa bercerita masa kecil mereka dan kebadungan saat mereka remaja dulu.

"Turun yuk Al!" ajak Ayu setelah Al memarkirkan mobilnya.

"Okey." Al mengikuti Ayu berjalan mengekorinya.

Suasana butik yang tak begitu ramai membuat Ayu leluasa menemui Dinda.

"Hallo sayang, sama siapa datangnya?" tanya Dinda menyambut ramah Ayu dan mencium pipi kanan dan kirinya.

"Sama Al, Tan," jawab Ayu duduk di sofa diikuti Al dan Dinda.

"Oh Al anaknya Adel?" seru Dinda menatap Al tak percaya.

"Iya Tan," jawab Al sambil menjabat tangan Dinda.

"Ya ampun, aku sampai pangkling. Lama nggak ketemu, kemarin mamimu juga datang ke sini," ujar Dinda ceria.

"Iya Tante," jawab Al singkat dan sopan.

"Oh iya Tan, katanya aku suruh ke sini nyobain gaunnya," sela Ayu.

"Iya, gaun kamu sudah jadi. Ayo ikut ke dalam." Saat Dinda dan Ayu ingin beranjak dari duduknya iphone Al berdering, Al segera mengangkat panggilan itu.

"Ya Bie, ada apa?" sahut Al cepat setelah mengetahui kalau yang menghubunginya adalah Ebie.

"Kak, aku udah pulang awal. Kata Mami, Kak Al yang mau jemput," ujar Ebie dari seberang.

"Iya, tunggu sebentar, Kakak jalan ke sana," kata Al lalu memutuskan panggilannya sepihak.

"Yi, gue jemput Ebie dulu ya? Entar kalau lo udah selesai telepon aja, gue jemput lo," ujar Al beranjak dari duduknya.

"Okey, sip," ujar Ayu sambil melihat-lihat baju yang tergantung sembari menunggu Dinda yang sedang mengambilkan gaun pesanannya.

Al segera keluar dari butik, dengan kecepatan rata-rata Al melajukan mobilnya menuju ke sekolahan Ebie. Sesampainya di depan sekolahan Al melihat Prilly dan Ebie sudah berdiri sambil membaca buku, sabar menunggunya.

"Ayo masuk!" pekik Al membukakan pintu depan.

Ebie memilih duduk di belakang, mau tak mau Prilly lagi yang duduk di depan. Al sempat melihat Prilly yang terlihat sedang serius melanjutkan membacanya setelah dia duduk dan belum mengenakan safety blet. Tanpa memiliki rasa lebih sebagai seorang kakak, Al memasangkan safety blet kepada Prilly.

"Buat keamanan," seru Al mengunci safety blet membuat Prilly sedikit terkejut menatap wajah tampan Al yang sangat dekat dengan wajahnya.

Bagi Ebie itu hal yang wajar karena Al memang seperti itu, perhatian dan penyayang.

"Langsung pulang atau mau cari makan dulu, Bie?" tanya Al sebelum melajukan mobilnya.

"Pulang aja, Kak. Aku sama Prilly punya banyak PR," ujar Ebie malas menyandarkan tubuhnya pada sandaran jok.

Al segera melajukan mobilnya, sesekali dia melirik Prilly yang serius membaca, wajahnya yang ayu dan imut membuat Al merasa gemas ingin mencubit pipinya yang chubby.

"Ebie, kepala gue pusing," adu Prilly manja menutup bukunya kasar.

Tak ada sahutan dari Ebie, lalu Prilly menoleh ke belakang melihat Ebie sudah memejamkan mata.

"Eh dasar borok!" cerca Prilly sebal.

Al melihat wajah sebal Prilly yang terlihat lucu baginya hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

"Udah, belajarnya dilanjutin di rumah. Kamu terlalu memaksa matamu bekerja, jadi begitu syaraf otak juga ikut lelah," ujar Al penuh perhatian.

"Tapi Kak, aku sama Ebie itu punya PR banyak banget dari Bu Vini. Tadi cuma di jelasin dikit materinya, selebihnya suruh belajar sendiri," keluh Prilly manja membuat Al semakin merasa gemas dengannya.

"Pelajaran apa sih?" tanya Al menoleh pada Prilly sekilas lalu fokus kembali ke jalanan.

"Biologi," jawab Prilly menatap Al, kali ini tatapannya lebih jelas dan terfokus pada wajah tampan itu.

Prilly sedikit mengagumi ketampanan kakak kandung sahabatnya itu, namun hanya sekedar perasaan kagum dan tak lebih.

"Materinya apa?" tanya Al tanpa menoleh.

Prilly segera tersadar dari pandangannya yang tak fokus dengan obrolannya bersama Al.

"Mmmm reproduksi, Kak," jawab Prilly mengalihkan pandangannya dari Al.

"Oh, nanti malam pulang kerja Kak Al bantu ngerjain PR kalian," ujar Al melihat Prilly sekilas.

"Iya Kak, makasih," ucap Prilly merasa lega.

Akan kah dari rasa saling mengagumi, cinta akan datang? Semua akan terjawab dengan seiring berjalannya waktu.

########

No comment ....
Hahahhah
Makasih yang sudah mengikuti dan sukarela memberikan vote dan komennya. Semoga nggak garing ya ceritanya, sabar dulu, ini tahap awal, jadi ya begini. Semua butuh proses. Hihihihih
Cerita ini sudah terkonsep dan tidak bisa lagi diubah-ubah. Jadi, maaf jika kalian inginkan cerita sesuai dengan sudut pandang kalian, saya tidak bisa merubahnya. Makasih ya untuk semuanya?
Muuuuaaahhhh

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top