HIM~27

Pagi - pagi Prilly sudah berdiri di depan cermin. Dia memperhatikan wajahnya di pantulan cermin dan memainkan pipinya yang terlihat semakin chubby.

"Kok aku makin gendut sih? Harus diet nih kayaknya," seru Prilly pada dirinya sendiri.

Al yang memperhatikan istrinya sedari tadi, dari tempat tidur tanpa Prilly sadari, hanya tersenyum geli dan menahan gemasnya kepada Prilly.

"Ahhhh, ini kenapa berat badan aku bertambah sih? Apa karena aku sekarang keseringan ngemil ya?" gerutu Prilly yang mengomeli dirinya sendiri di depan kaca.

Al turun dari ranjang lalu memeluk Prilly dari belakang. Al membisikkan sesuatu kepada Prilly sambil mengusap - usap perut istrinya yang masih datar itu.

"Karena di dalam sini sedang ada calon individu baru, hasil reproduksi kita selama ini," ujar Al pelan dan lirih membuat Prilly seketika membekap mulutnya dan membuka matanya lebar.

Al tersenyum sangat manis melihat wajah shock Prilly dari pantulan cermin. Lalu Al mengangkat tubuh Prilly dan menidurkannya di atas ranjang.

"Makanya mulai sekarang kamu harus belajar menjadi sosok wanita yang lebih dewasa dan kurangi manjanya ya? Nggak malu sama anak kita nanti kalau dia udah lahir, mamanya masih manja sama papanya," ujar Al membuat Prilly terkekeh geli membayangkan jika hal itu benar terjadi.

"Aku beneran hamil, Om Jang?" tanya Prilly menyentuh perutnya tak percaya. Al hanya tersenyum dan mengelus rambut Prilly lembut.

"Nanti kita ke Dokter kandungan ya? Memastikan keadaanmu," seru Al sambil membaringkan tubuhnya di samping Prilly.

Prilly masih terdiam dan seperti tak percaya, kini di dalam perutnya ada anugerah Tuhan yang sangat berarti. Al mengelus pipi Prilly lembut dan memperhatikan bibir Prilly yang tersenyum - senyum sendiri sambil mengelus - elus perutnya.

"Om Jang, kita harus kasih tahu Mama dan Mami nih. Pasti mereka seneng," seru Prilly dengan wajah bahagia melupakan keinginannya dulu yang ingin menunda memiliki anak.

Al hanya tersenyum melihat wajah bahagia dan mata berbinar istrinya.

"Iya, habis kita pulang dari dokter ya?" kata Al mengeratkan pelukannya lagi dan memejamkan mata.

"Ihhh, Om Jaaaang, kok tidur lagi siiiihhhh. Kamu nggak ngantor?" ujar Prilly mencoba melepaskan tangan Al yang melingkar mengunci tubuh mungilnya.

"Libur dulu deh ngantornya. Mau manja - manjaan dulu sama kamu. Nanti kalau anak kita udah lahir pasti kamu jarang manjain aku." Prilly tersenyum sangat manis mendengar perkataan Al tadi.

***

Dengan perasaan bahagia Al dan Prilly berjalan di koridor rumah sakit. Tak henti - hentinya Prilly mengamati selembar kertas yang tadi Dokter berikan kepadanya. Prilly sampai saat ini masih belum percaya jika ada janin yang bersemayam dalam rahimnya.

"Udah, jangan dilihatin terus. Mau kamu pantengin sampai besok lebaran juga hasilnya positif," seru Al berjalan pelan mengimbangi langkah kaki istrinya.

"Om Jang, gimana kamu bisa bikin anak secepat ini?" tanya Prilly polos yang membuat Al tertawa terbahak.

Prilly berhenti berjalan memperhatikan Al yang masih tertawa geli mendengar pertanyaan istrinya.

"Ya ampuuun, punya istri begini amat ya?" ujar Al menghentikan tawanya karena merasa malu dilihat orang di sekeliling mereka.

Al lalu merangkul Prilly untuk melanjutkan berjalan menuju ke tempat parkiran.

"Ya bisa dong Emes, aku sudah planning semuanya. Kenapa aku menolak kamu, waktu meminta memakai pengaman saat berhubungan, karena aku mau cepet punya anak. Selisih 3 tahun ke depan kita harus kasih dia adik. Karena biar sekalian aku memikirkan pendidikan dan merencanakan masa depan kita," seru Al membuat Prilly tersenyum sangat manis.

Ternyata Al begitu dewasa menyikapi segala sesuatu dalam hidupnya. Prilly tak menyangka, suaminya sudah mempersiapkan segalanya untuk mereka dan keluarga kecilnya.

"Om Jang, makasih ya?" ucap Prilly tulus sambil menahan air matanya yang menggantung di pelupuk.

Al mengerutkan dahinya menatap Prilly heran.

"Makasih buat apa sih, Emes?" tanya Al sambil membukakan pintu mobil.

Prilly masuk ke dalam mobil lalu Al menyusul masuk di tempat mengemudi.

"Makasih karena kamu sudah memikirkan masa depan kami," seru Prilly merasa bangga dan bersyukur memiliki suami perfect seperti Al.

Al tersenyum sangat manis lalu mengelus kepala Prilly sangat lembut. Al mencium kening istrinya cukup lama, menyalurkan besarnya kasih sayang dia yang tercurah untuk keluarga kecil mereka.

"Itu sudah tanggung jawab dan kewajiban aku sebagai kepala rumah tangga. Aku harus menerima kenyataan, bahwa aku menikah dengan wanita yang jauh lebih muda dari aku. Dan aku nggak mau menutup jalanmu untuk meraih apa yang kamu impikan selama ini," jelas Al membuat perasaan Prilly terenyuh lalu memeluk suaminya dengan rasa bangga.

"Aku janji, akan berusaha menjadi istri dan seorang ibu yang baik di keluarga kita. Maafin aku yang selama ini masih manja dan egois," seru Prilly di pelukan Al.

Al tersenyum mendengar ucapan istrinya itu. Dia mengelus punggung Prilly lembut.

"Udah ya, kita ke rumah Mama dulu baru nanti ke rumah Mami." Al menegakkan tubuh Prilly.

Air mata haru yang mengalir di wajah Prilly, Al seka dengan telapak tangannya yang selama ini sudah ikhlas dan sabar mencari nafkah untuk keluarga mereka. Prilly bersandar pada sandaran jok, lalu Al mulai mengemudikan mobilnya menuju ke rumah Mona. Selama perjalanan Prilly lebih memilih memejamkan mata, karena merasa kepalanya pusing dan mual. Al tetap fokus pada jalanan yang mereka lewati, hingga mobil terparkir di pelataran rumah Mona.

"Hay, udah sampai." Al mengelus pipi Prilly sangat lembut.

Prilly perlahan membuka mata dan menatap Al dengan wajah malas dan manja.

"Gendong," seru Prilly yang merasa tubuhnya lemas.

Al menghela napas lalu keluar dari mobil dan membuka pintu untuk Prilly. Al setengah berjongkok memunggungi Prilly agar istrinya itu naik di punggungnya. Prilly tersenyum sangat manis lalu naik di atas punggung Al.

"Masih lemes ya?" tanya Al sambil menutup pintu mobil.

Prilly hanya menganggukkan kepalanya yang bersandar lemah di bahu kiri Al. Susah payah Al menekan bel rumah Mona, hingga seorang ART membukakan pintu.

"Eh, kenapa Mbak Prilly, Mas? Kok di gendong segala?" tegur ART yang melihat wajah Prilly sedikit pucat.

"Biasa Bi, manjanya kumat. Mama ada?" jawab Al sambil masuk ke dalam rumah.

"Ada di ruang tengah, sedang bersantai," jawab ART itu lalu Al menghampiri Mona.

"Assalamualaikum, Ma." Al mengucap salah saat sudah dekat dengan Mona.

"Waalaikumsalam," balas Mona menyambut Al dan Prilly dengan perasaan suka cita.

"Kenapa kok gendongan begitu?" tanya Mona melihat Prilly yang baru saja Al turunkan di sofa.

Al menghempaskan tubuhnya di samping Prilly, meluruskan ototnya yang terasa pegal karena tubuh Prilly kini kian berisi.

"Biasa Ma, kalau lagi males jalan ya begitu," jawab Al sambil melipat lengan banjunya.

"Kamu juga sih Pril, udah gede begini masih aja minta gendong. Kasihan Al capek," ujar Mona mengingatkan.

"Tapi Ma, badan aku tu lemes banget, berasa nggak punya tulang," bantah Prilly merengek sambil menguyel - nguyel lengan Al dengan wajahnya.

Mona yang melihat putrinya seperti itu hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya saja.

"Kamu tuh, masih aja manja. Kalau punya anak gimana nanti," ujar Mona yang belum mengetahui kabar bahagia dari mereka.

"Makanya itu Prilly lemes, Ma. Karena ada dedek bayi di perut Prilly," seru Prilly sambil mengelus perutnya, bersandar manja di dada Al dan menaikkan kakinya di atas sofa

"Apa?! Jadi, kamu hamil?" seru Mona terkejut namun matanya berbinar.

Prilly mengangguk cepat lalu Mona menghampiri Prilly yang bersandar malas di dada Al. Dia memeluk Prilly bahagia.

"Ya ampuuunnn, makasih Tuhan. Aku bentar lagi jadi Oma," pekik Mona heboh.

"Aduuuhhh, Mamaaaaa, sakit," ujar Prilly berusaha melepaskan pelukan Mona.

Al hanya terkekeh melihat betapa bahagianya Mona mendengar kabar itu.

"Kamu mau makan apa? Biar Mama masakin?" seru Mona bersemangat.

"Aku lagi nggak mau makan apa - apa, Ma. Mual perutnya, buat makan nggak enak " ujar Prilly sambil memainkan jemari Al di depan dadanya.

"Kamu harus makan, kasihan dedeknya kalau kurang nutrisi," bujuk Mona lalu ke dapur membuatkan sesuatu untuk Prilly.

"Mamaaaaa, nggak usah. Aku lagi nggak mau makan Ma," pekik Prilly keras hingga terdengar Mona yang ada di dapur.

"Jangan teriak - teriak, ini bukan di hutan," tegur Al menutup mulut Prilly.

Prilly menoleh ke belakang dengan bibir manyun ke depan, membuat Al gemas ingin menciumi istrinya itu.

"Minta di cium nih," kata Al menarik dagu Prilly dan melumat sebentar bibir ranum istrinya.

Sebelum menuntut lebih, Al melepaskan ciumannya. Namun sepertinya, Prilly tak rela Al melepaskan ciuman itu.

"Aaaaaaa, lagi," rajuk Prilly manja.

"Jangan ah, nanti kamu minta lebih," tolak Al yang takut jika Prilly tak bisa mengendalikan nafsunya.

"Ya nggak papa, kan kamu suami aku. Sah - sah aja dong," rayu Prilly memutar tubuhnya dan menaikan kakinya di pangkuan Al.

"Emes, jangan begitu. Nanti si unyil bangun," bisik Al pelan saat Prilly naik ke pangkuan Al, hingga pantatnya bergesekan denga kejantanan Al.

"Biarin, aku mau," rajuk Prilly semakin menjadi dan sudah membuka dua kancing baju Al.

"Ya Allah, ini kenapa jadi agresif begini sih bini gue. Salah minum obat kali ya? Sabar Al ... tahan Al ... bini lo lagi hamil muda. Mati gue nih si unyil ngapain lagi berdiri," seru Al dalam hati saat Prilly selalu menggerakkan pantatnya membuat kejantanannya secara otomatis eraksi..

"Emes, please sayang, hentikan. Kandungan kamu belum kuat. Ya Allah." Al mati - matian menahan nafsunya.

Al takut jika gairahnya bangkit akan tak terkontrol dan menusuk Prilly hingga bisa saja menyakiti janin yang ada di dalam kandungan Prilly.

"Aaaaaa, mauuuu, sebentar aja. Satu ronde," pinta Prilly membuat kepala Al semakin pusing dan berat.

"Sama aja, kan nusuk perut kamu itu nanti. Tunggu sampai kandungan kamu kuat ya?" kata Al memberi pengertian kepada Prilly.

Namun Prilly bukannya menerima namun justru cemberut dan menunduk kan kepalanya. Hal yang paling tak bisa bagi Al menolak keinginannya. Al selalu luluh kepada istrinya jika Prilly seperti itu dan menangis. Al menghela napas dalam lalu mengangkat tubuh Prilly naik ke kamarnya. Perlahan Al menurunkan Prilly di atas ranjang.

"Kamu kenapa sih? Kok tumben begini? Nggak bisa nahan gitu?" seru Al lembut setengah berjongkok di samping ranjang, mengelus rambut Prilly pelan. Al mencium kening Prilly yang sudah Al baringkan di atas ranjang.

"Nggak tahu, tapi aku pengen banget kamu masuki. Ayooo, Om Jang. Pelan - pelan aja. Satu ronde," rajuk Prilly masih kukuh pada keinginannya.

Al berdiri lalu mengunci pintu kamar, setelah itu dia melepas semua pakaiannya hanya menyisakan boxernya saja. Al berbaring di samping istrinya, tanpa Al yang mengawali, Prilly lebih dulu menyerang Al. Prilly mencium habis bibir Al hingga dia merangsang suaminya.

"Emes, jangan gila sayang. Inget ya di dalam perut kamu ada anak kita," seru Al sambil mengejapkan mata nikmat saat Prilly merangsangnya di bagian dada dan leher.

Bagi sebagian wanita, kehamilan justru meningkatkan dorongan seksual. Sebagian lainnya tidak berpengaruh. Sementara, bagi wanita yang lain, kehamilan justru menekan atau menurunkan dorongan seksual. Namun kali ini Prilly justru mengalami peningkatan gairah seksual yang tinggi.

"Om Jang, aku mau punya kamu," pinta Prilly melepas semua pakaiannya dan boxer Al, hingga kini mereka bertelanjang bulat.

"Terserah kamu, Emes. Silakan mau kamu apain," ujar Al pasrah karena merasa tak dapat mengimbangi gairah Prilly.

Dengan tersenyum bangga Prilly melanjutkan mencumbu tubuh Al, hingga tubuh kekar itu menjadi lunglai dan lemas karena merasa gila atas sentuhan Prilly.

Wanita yang mengalami keluhan mual dan muntah hebat, merasakan dorongan seksualnya menurun, yang mengakibatkan berkurangnya frekuensi semua aktivitas seksual. Keadaan ini mudah dipahami karena mual dan muntah yang terjadi selama hamil muda cukup menimbulkan gangguan bagi kesehatan tubuh secara umum. Namun tidak untuk Prilly. Selama awal kehamilannya, dia jarang mengalami muntah dan mual.

Biasanya, pada sebagian wanita yang tidak diganggu oleh muntah atau keluhan-keluhan lain, justru mengalami peningkatan dorongan seksual. Ekspresinya, tentu pada frekuensi hubungan seksual yang semakin sering. Inilah yang dialami oleh Prilly.

"Masukin Emes," pinta Al tak tahan lagi.

"Kamu diam aja ya Om Jang, biar aku yang atur kedalamannya," seru Prilly bersiap menyatukan alat vital mereka.

Al tetap memejamkan matanya, merasakan perlahan miliknya terasa hangat dan milik istrinya lebih sempit dan terasa hangat, hal itu yang membuat Al semakin bergairah.

"Apa vagina wanita hamil selalu hangat begini ya, Emes? Enak banget, sumpah, bikin nagih rasanya," seru Al setelah miliknya bersemayam dalam milik Prilly.

"Nggak tahu," jawab Prilly perlahan menaik - turunkan tubuhnya di atas tubuh Al.

Ternyata banyak laki-laki yang gemar melakukan hubungan seksual ketika pasangannya hamil dalam tiga bulan kedua. Kegemaran ini, boleh jadi disebabkan oleh meningkatnya dorongan seksual dan reaksi seksual pasangannya yang hamil itu.
Sebab lain, barangkali karena temperatur vagina menjadi lebih hangat pada masa kehamilan, sehingga memberikan rangsangan seksual yang lebih erotis.

Prilly masih saja mencari kenikmatannya sendiri, Al sama sekali tak melawan karena takut akan menyakiti anaknya yang ada di dalam. Cukup Prilly yang bekerja, sedangkan dia tetap pasrah dengan apa yang dilakukan oleh istrinya itu.

#######

Masih ada yang melek?
Gesrek dikit nggak papa ya-Hihihihi

Makasih untuk vote dan komennya. Maaf nggak bisa balas satu per satu, karena aku masih sibuk kerja. Makasih semuanya.p8

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top