Chapter 3 - Kedai
Mentari telah kembali ke peraduannya. Sekarang giliran dewi bulan yang berjaga. Hewan-hewan telah kembali ke sarangnya masing-masing.
Xiao Tan berguling-guling di kasur empuk beralas tilam silver. Dia belum bisa tidur menatap langit-langit kamar yang berukiran bunga-bunga yang indah, sementara penjaga di depan kediaman sudah terkantuk--sesekali memejamkan mata sambil berdiri. Begitu juga dengan pelayan-pelayan yang ditugaskan melayani Xiao Tan tak beda jauh, mereka tertidur di meja dengan tangan sebagai bantalan.
"Kok aku tidak bisa tidur?" gumamnya pelan.
"Mungkin udara segar bisa membantuku," ujar Xiao Tan pelan.
Xiao Tan turun dari ranjang perlahan. Namun, tanpa ia sadari gerakannya menghasilkan bunyi sehingga membuat salah satu pelayan tersentak.
"Nona mau ke mana?" tanya Mingyu pelayan berusia tujuh belas tahun, sambil menguap.
"Mau ke taman belakang, aku tidak bisa tidur," balas Xiao Tan.
"Biarkan Nubi menemani Nona," sahut Mingyu beranjak berdiri.
Xiao Tan menggeleng. "Tidak usah, aku mau sendiri."
"Tapi, Nona Ah Cy memerintahkan Nubi untuk menemani Nona ke manapun," jelas Mingyu bersikeras untuk menemani.
"Tidak apa-apa Mingyu, lagi pula aku hanya ke taman saja. Jangan khawatir." Xiao Tan memberi pengertian, dia tersenyum meyakinkan.
Mingyu tidak langsung menjawab.
"Baiklah, Nona. Nubi mengerti." Mingyu akhirnya mengalah. Ia mengangguk pelan.
Xiao Tan berjalan ke taman belakang yang ditumbuhi bunga-bunga yang menawan dan beberapa pohon yang indah. Ketika malam hari lampu-lampu lampion di taman bersinar terang. Xiao Tan memilih duduk di teras. Angin berembus membuat ia kedinginan. Namun, justru itulah yang ia inginkan.
"Aku tak menyangka akan mengenakan pakaian ini," ucapnya menggenggam erat hanfu dalam tipis putih yang dikenakannya.
"Bahannya begitu halus," lanjutnya tersenyum.
"Mungkin saja aku akan menemukan pangeran tampanku di sini," ucapnya terkekeh pelan.
Xiao Tan mengeluarkan handphonenya dari dalam tasnya, membuka game Moy yang diberi nama Shella.
"Aku baru sempat buka malam ini takut kelihatan pelayan-pelayan yang berkeliaran itu," ucapnya.
"Beberapa jam tidak dimainkan badannya jadi gemuk. Shella kamu harus olahraga dulu," katanya berbicara kepada Moy seakan-akan hewan virtual itu bisa bicara.
"Lama-lama bosan juga main game ini terus." Xiao Tan mengganti dengan game Clash of Clans.
"Heran juga kenapa gamenya terbuka padahal di zaman ini belum ada sinyal?" Gadis berambut hitam itu mengernyit heran.
"Sudahlah anggap saja ini keberuntunganku."
🍥🍥🍥🍥🍥🍥🍥🍥🍥🍥🍥🍥🍥🍥🍥
Mentari sudah menyembulkan wajahnya. Para pelayan sibuk membersihkan kediaman Jenderal Li Xian Shi, ayahnya Li Ah Cy. Ada juga yang sibuk memasak di dapur.
Xiao Tan keluar dari kediaman paviliun Teratai Biru yang ada di kawasan bagian timur dari kediaman utama. Pagi-pagi Xiao Tan sudah mandi seperti kebiasaannya saat di dunianya yang asli.
Gadis cantik itu terlihat cantik dengan hanfu merah muda. Rambut hitamnya dibiarkan terurai tanpa hiasan. Xiao Tan memgambil alat penyiram bunga dan mulai menyiram bunga-bunga yang tumbuh di taman membantu para pelayan sambil bernyanyi ceria.
"Lihat kebunku penuh dengan bunga, ada yang merah dan ada yang putih, setiap hari aku siram semua mawar melati semuanya indah."
Para pelayan yang sedang menyiram bunga menoleh ke asal suara.
"Nona seharusnya Anda tidak melakukan pekerjaan ini biarlah kami para pelayan yang melakukannya," ucap pelayan--Mingyu.
"Tidak apa-apa lagipula aku suka melakukannya," ucap Xiao Tan tersenyum.
"Baiklah, Nona, tapi Anda harus hati-hati karena beberapa bunga ada yang memiliki duri yang tajam," ucap Qiutan. Xiao Tan mengangguk mengerti.
"Maaf, Nona, apa itu syair?" tanya Mingyu yang kebetulan berada di dekat Xiao Tan.
"Syair? Itu bukan syair Qiutan itu namanya lagu," jelas Xiao Tan.
🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎
Cuaca siang ini begitu cerah. Ah Cy mengajak Xiao Tan ke kedai yang terkenal murah dan kelezatannya. Kebetulan Ah Cy siang ini tidak ada kelas. Mereka memakai pakaian biasa. Kedai lumayan ramai banyak pelanggan yang mengantre.
Mereka masuk ke kedai, tercium aroma masakan enak. "Wajar saja kedai ini ramai, baru masuk saja aromanya sudah tercium," ujar Xiao Tan pelan.
Ah Cy mengedarkan pandangan ke sekeliling mencari seseorang. Dia tersenyum senang.
"Ah Cy biarlah aku yang memesan. Kamu mau apa?" tanya Xiao Tan, Ah Cy menoleh sebentar.
"Samakan saja denganmu," sahut Ah Cy, kemudian memilih tempat duduk yang berjarak dua meja kebetulan kosong.
Xiao Tan segera masuk ke antrean yang panjang. Ah Cy melihat pujaan hatinya, Pangeran Liang yang makan di sana bersama tiga sahabatnya. Putri bungsu keluarga Li menatap Pangeran Liang dengan tatapan memuja.
"Itu lihat, Nona Li terus saja melihatmu." Goda Pangeran Xiao Ba dari kerajaan Yueliang menunjuk Ah Cy. Mata Pangeran Liang mengikuti arah telunjuk Pangeran Xiao Ba.
Ah Cy menatap Pangeran Liang dengan tatapan mencinta. Liang balas menatap Ah Cy tajam.
"Benar sekali Nona Ah Cy, melihatmu dengan sangat intens. Dia cocok jadi pasanganmu." Goda Pangeran Long Wei.
"Dia bukan tipeku!" balas Pangeran Liang dengan nada marah. Ia melotot menatap sahabatnya yang terus saja menggodanya.
"Awas nanti benci jadi cinta," ucap Pangeran Xiao Ba tertawa.
"Tak akan." Tegas Pangeran Liang kesal.
"Nona muda ketiga keluarga Li adalah gadis yang baik. Hanya saja perbandingan tinggi dengan badannya tidak seimbang ," ucap Xiao Ba sambil memakan makanannya.
"Aku setuju denganmu, Xiao Ba," sambar June Wu yang ikut menyahut.
"Kalian benar-benar!" teriak Liang marah, tangannya mengepal kuat.
Wajah Pangeran Liang memerah karena kesal. Kalau saja mereka bukan sahabatnya, maka akan dipastikan dia akan melemparnya ke sungai Cenlin. Sungai Cenlin adalah sungai yang terkenal akan kedalamannya dan di dalamnya ada hewan-hewan buas.
Liang menghabiskan makanannya secepat mungkin, kemudian meninggalkan ketiga sahabatnya yang terus menggodanya.
"Mau ke mana kamu?" tanya Pangeran Xiao Ba.
Liang tidak menjawab, justru mempercepat langkahnya.
"Kalian susul dia. Aku akan membayar tagihan," ucap Long Wei memberi perintah.
"Baik," ucap Xiao Ba dan June Wu mengangguk, kemudian berlari menyusul Liang yang sudah keluar dari kedai.
Setelah Pangeran Long Wei membayar tagihan. Ia ikut menyusul ketiga sahabatnya.
Ah Cy menatap dengan perasaan kecewa karena pujaan hatinya meliriknya dengan ekspresi marah sebelum keluar kedai tadi. Sebulir air mata Ah Cy menetes.
"Mengapa kamu tidak mencintaiku?" gumam Ah Cy lirih. Matanya berembun.
🍤🍤🍤🍤🍤🍤🍤🍤🍤🍤🍤🍤🍤🍤🍤
See you next chapter 😊
Vote jangan lupa!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top