Chapter 21 - TAMAT

Akhirnya Xiao Tan mampu memfokuskan pikirannya. Xiao Tan tidak lemas lagi begitu juga dengan Qi Qi. Mereka melanjutkan perjalanan dengan banyak tantangan dan rintangan, tetapi semua bisa dilalui dengan baik.

Beberapa hari telah berlalu dengan cepat. Matahari bersinar dengan terang saat mereka tiba di Hēi'àn de xíngjūn shān(Bukit Barisan Gelap). Di sana hanya ada satu buah rumah yang sudah tua, terbuat dari kayu. Dikelilingi pagar yang terbuat dari kayu juga. Rumah itu terlihat sederhana, ukurannya sedang. Di depannya ada halaman yang ditanami beberapa pohon berdaun runcing berwarna cokelat.

"Permisi, apa ada orang?" ucap Xiao Tan mengetuk pintu biru berukiran daun.

Seorang laki-laki tua rambutnya putih semua datang dari arah belakang rumahnya. Dia memakai baju atasan biru sedangkan bawahannya putih susu. Laki-laki itu tersenyum melihat kedatangan sepasang kekasih itu.  Di tangan laki-laki tua itu ada tongkat berwarna cokelat tua. Dia mempersilakan Xiao Tan dan Mo Lian Cheng untuk duduk di kursi.

"Tuan, sebelumnya maaf jika kedatangan kami menganggu istirahat tuan," kata Lian Cheng sopan.

"Tidak masalah. Aku memang menunggu kedatangan kalian," balas laki-laki tua itu membuat Lian Cheng dan Xiao Tan sedikit kaget, tapi mereka tidak ingin bertanya soal itu.

"Kalian termasuk orang-orang yang pemberani, cerdas dan optimis. Segala rintangan dan tantangan di Hutan Bayangan dan Kematian kalian lewati dengan baik. Selama ini tidak ada yang mampu melewatinya."

"Terima kasih pujiannya Tuan."

"Aku tahu tujuan kalian datang ke sini adalah meminta penawar untuk Pangeran Kedua adik Putra Mahkota Kekaisaran Yun Zhi."

Xiao Tan dan Mo Lian Cheng mengangguk bersamaan. ''Benar, tuan."

"Tetapi perlu kalian ketahui setelah ini kehidupan kalian tidak akan sama lagi," kata pria tua itu misterius. Dia memberikan botol kecil keramik kepada Lian Cheng.

"Apa maksudnya tuan?" sahut Xiao Tan bingung tak mengerti maksudnya.

"Sudahlah, kalian akan mengetahuinya sendiri."

Xiao Tan sudah ingin bertanya lagi meminta penjelasan, tapi sudah dipotong oleh pria tua itu.

"Penawar ini harus dicampur dengan beberapa tetes darah gadis yang kau cintai anak muda," ujarnya melirik Xiao Tan.

"Baiklah, tuan. Terima kasih," ucap Mo Lian Cheng tulus.

Tiba-tiba pandangan Xiao Tan dan Mo Lian Cheng menggelap, mereka tidak bisa melihat apa-apa.

🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈

Begitu keduanya membuka mata, mereka sudah berada di halaman istana Kekaisaran Yun Zhi.

"Kenapa kita bisa berada di sini?" tanya Xiao Tan heran dan kaget.

"Sepertinya orang tadi mengirim kita dengan teleportnya."

Mo Lian Cheng berjalan bersampingan dengan Xiao Tan. Tujuan mereka adalah ke kediaman Pangeran Kedua Mo Lian Ran. Di sana ada permaisuri, selir dan beberapa pelayan yang menunggu.

"Putraku, kau susah kembali dengan selamat begitu juga Xiao Tan," ucap permaisuri memeluk Lian Cheng dan Xiao Tan erat.

"Ibu, kami membawa penawarnya," ujar Lian Cheng tersenyum cerah.

"Benarkah?'' Mata permaisuri berbinar.

Xiao Tan mengangguk pelan.

Mo Lian Cheng dan Xiao Tan berjalan ke sisi lain kediaman Pangeran Kedua. Di genggaman tangan putra mahkota botol kecil keramik yang sudah dicampuri beberapa tetes darah Xiao Tan.

"Maaf, Xiao Tan jarimu jadi terluka karena ini." Lian Cheng merasa bersalah.

"Tidak apa-apa," balas Xiao Tan tersenyum.

Mereka kembali ke kamar Pangeran kedua. Xiao Tan membawa pedang kembar tersebut ke tengah ruangan, membuka bungkus kain yang menyelimuti pedang kembar itu. Permaisuri dan selir kaisar mengelilingi pedang kembar membentuk lingkaran.

"Anak muda jangan terkejut. Setelah ini akan terjadi hal yang baru berkaitan dengan kehidupan kalian," ucap sebuah suara menggema yang hanya bisa didengar Xiao Tan dan Mo Lian Cheng.

"Itu bukannya suara laki-laki tua itu," batin Xiao Tan.

"Itu sebagai resikonya," lanjut suara itu.

Mo Lian Cheng dan Xiao Tan sudah bertekad akan membebaskan Pangeran kedua apa pun resikonya.

Xiao Tan menuangkan air di botol kecil keramik ke pedang kembar itu sampai airnya benar-benar habis.

Cahaya menyilaukan tiba-tiba muncul spontan semua orang yang berada di sana menutup mata. Beberapa menit kemudian cahayanya menghilang.

"Aku akhirnya bebas," ucap seseorang senang.

Semua orang di sana membuka mata, terkejut. Mo Lian Ran berdiri di tengah ruangan. Sedangkan pedang kembar itu menghilang.

Permaisuri memeluk putra keduanya. "Kau akhirnya bisa bebas," ucap permaisuri senang.

Selir-selir kaisar ikut tersenyum karena Pangeran Kedua telah kembali.

🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼

Sementara itu, Xiao Tan atau Sylvia dan Mo Lian Cheng berpindah ke tempat lain. Tepatnya dunia Sylvia.

Sylvia melihat ke sekitarnya tenda-tenda hitam yang sama yang berbaris rapi di halaman sekolahnya. Langit berwarna gelap, malam hari.

"Aku kembali...," ujar Sylvia melompat senang.

Pakaian yang dikenakannya juga masih sama seperti malam itu.

"Tan'er, kita di mana sekarang? Kenapa semuanyaa terlihat aneh?" Tanya Lian Cheng memutar badannya melihat ke sekelilingnya yang tampak asing.

"Ah, kau juga ikut terbawa ke sini?" Kaget Sylvia meneliti dari atas sampai bawah orang yang berjarak lima meter darinya. Memastikan jika orang itu menapak tanah. Takutnya yang bicara dengannya tadi adalah hantu.

"Sepertinya begitu."

Lian Cheng masih memakai hanfu berwarna biru terang, rambut panjangnya diikat menggunakan tusuk rambut dan tali berwarna putih. Cahaya bulan membuat wajah tampannya bersinar.

"Oh, aku baru mengerti apa yang kau maksud kemarin. Maaf, aku tidak percaya saat itu. Sekarang, aku percaya kalau bertransmigrasi ke masa depan atau masa lalu itu adalah hal yang mungkin terjadi."

"Setidaknya aku bersyukur karena aku juga terbawa ke sini ke tempat asalmu. Aku tidak ingin hidup sendiri tanpa dirimu Tan'er," ucap Mo Lian Cheng menatap Sylvia penuh cinta.

Lian Cheng kemudian merangkul Xiao Tan. Mereka melihat bulan dan bintang-bintang yang mengedip-ngedipkan cahayanya.

"Aku dulu sangat berharap ada laki-laki yang mencintaiku dengan tulus. Dan sekarang aku mendapatkannya. Laki-laki itu adalah Mo Lian Cheng. Seorang putra mahkota dari Kekaisaran Yun Zhi. Aku sangat bersyukur untuk itu."

TAMAT

💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙




Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top