10.


Bahasa non-baku!

[Name] melirik ke samping, tepatnya kearah Atsumu yang sedang membaca buku, raut pemuda itu sangat serius, tanpa sadar kedua sudut bibir [Name] tertarik keatas, ia sangat suka pemandangan yang ia lihat saat ini.

Bibir tipis pemuda itu terbuka kecil, nampak menggumamkan kalimat-kalimat ilmiah yang tak [Name] mengerti.

“Eh? Kenapa?” Wuanjir! Kepergok!

Atsumu yang merasa diperhatikan langsung menoleh kesekitar dan hap! Menangkap tatapan intens [Name] kearahnya.

Gadis itu sontak menggeleng, “Nggak pa-pa, hehe.”

Atsumu mengangguk lalu tersenyum tipis, “Aku lanjut ya?” [Name] mengerjapkan matanya lalu mengangguk cepat, “Ah, lanjut aja.”

Atsumu kembali fokus pada buku tebal di tangannya, tanpa [Name] ketahui, pemuda itu kini sedang sekuat tenaga jiwa dan raga menahan senyum mati-matian, detak jantungnya konser.

‘Anjir! Diliatin mbak crush! Siapa yang nggak dag-dig-dug-der!?’ batin Atsumu, kemudian pemuda itu menarik nafas lalu membuangnya perlahan, mencoba rileks.

[Name] menopang dagunya dengan tangan sebelah kiri, dan tangan lainnya ia gunakan untuk membalikkan halaman buku yang ia baca di atas meja, gadis itu sesekali bergumam membaca kalimat-kalimat di atas kertas berwarna putih itu dengan nada malas.

Krek-

Kursi kosong di hadapan [Name] bergerak, tanda ada seseorang yang mengisi atau mendudukinya, [Name] menggerakkan matanya untuk melihat siapa yang duduk di depannya.

“Loh? Suna?”

Suna Rintarou, pemuda berwajah tipes itu tersenyum tipis kearah [Name] lalu melirik malas kearah Atsumu yang sudah mengeluarkan aura-aura kesal.

“Hai.”

“Orang kayak kamu, ke perpustakaan?” [Name] memasang raut tak percaya, gadis itu tertawa kecil lalu bertepuk tangan pelan.

“Emang kenape?” Suna mendudukan dirinya di kursi ditemani dengan sebuah buku novel berjudul 'No die tonight!' di tangan kanannya.

“Aneh aja, cowok nakal kayak kamu ke perpus.”

Suna mencebikan bibirnya lalu menaikan kedua alisnya, “Emang cowok nakal nggak boleh ke perpus?”

[Name] menggeleng, “Nggak gitu, boleh kok, boleh!”

“Belajar buat PAS ya?” tanya Suna sambil menunjuk buku di depan [Name] dengan dagunya.

“Iya, kamu nggak belajar? Malah baca novel.”

“Males ah! Besok aj-”

“Ekhem! Berisik!” Atsumu memotong, wajah laki-laki bersurai pirang itu masam.

“Ini perpus, bukan kantin.”

Suna mengerjapkan matanya lalu tersenyum miring kearah Atsumu, “Iya deh.. iya.”

Suna mengusap dagunya lalu berkata, “Tumben belajar, Tsum? Ada angin apa nih?”

Atsumu menghendikan bahunya lalu dengan acuh ia kembali membaca bukunya, [Name] yang duduk di samping kirinya hanya menyimak keduanya.

“Mau modus ya lo?” ejek Suna sambil menyenggol kaki Atsumu di bawah meja.

Si pirang sontak mendesis kesal, “Apaan! Diem kek lo!”

“Widii, si jamet modus~”

“...”

“Oh! Gue tau! Lo belajar karna ada [Name] kan? Iya kan-”

Bugh-

“ANJING!”

Dengan geram Atsumu menendang kaki Suna di bawah meja dengan sekuat tenaga, sang korban kekerasan pun mengumpat keras kesakitan.

“MULUT SIAPA ITU? TIDAK PERNAH SEKOLAH YA? INI PERPUSTAKAAN! BUKAN TERMINAL! JANGAN BERISIK APALAGI MENGUMPAT!”

[Name] meringis, ibu penjaga perpustakaan marah guys! Bahaya! Ayo kabur!

---

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top