Die Warhsagerin - Jerman
Kisah ini bermula ketika dua gadis bernama Amanda dan Trecy berlibur di Jerman. Mereka adalah turis asing dari Amerika yang sudah bersahabat sejak lama. Umur mereka hanya berselisih satu tahun satu sama lain, Amanda berumur 21 tahun sedangkan Tracy di bawahnya.
Ketika mereka berada di Jerman, kedua gadis itu mengunjungi sebuah kota bernama Dresden yang ada di sana. Hari-hari bergitu menyenangkan. Mereka mengunjungi berbagai tempat di sana.
"Hei, hari ini kita kemana?" Tanya Tracy kepada Amanda yang sedang menyetir di sampingnya.
"Emm— bagaimana dengan kota tua Dresden?" Ujar gadis itu. Tracy yang nampaknya sudah tidak sabar untuk berlibur menganggukkan kepalanya tanda ia setuju.
Selama mereka di Jerman, Amanda yang menjadi penerjemah untuk Tracy. Hanya dia satu-satunya gadis yang mengerti bahasa Jerman diantara mereka berdua.
Gadis cantik itu memang adalah lulusan terbaik di kampusnya, selain itu dia juga adalah primadona di kampusnya. Karena tubuh eloknya dan sikapnya yang sopan membuatnya menjadi sangat populer di kalangan masyarakat.
Sedangkan Tracy adalah juniornya, dia selalu mengikuti kemanapun Amanda pergi. Gadis berambut pirang itu tidaklah sepopuler Amanda yang merupakan keturunan Asia.
Tracy yang pendiam dan lebih menutup diri membuatnya tidak terlalu menonjol. Akan tetapi, beda halnya jika dia dan gadis Asia itu pergi bersama.
Sikap dingin perempuan pirang itu akan berubah menjadi sangat aktif dan sangat ingin tahu.
Selama di Altsatd Dresden (Kota tua Dresden), dua gadis itu memasuki dan mempelajari sejarah dari tempat itu. Mereka sangat bersenang-senang hingga akhirnya mereka kembali ke hotel pada sore hari.
"Uwaahh, lelahnya," ujar Tracy sambil meregangkan tubuhnya di kursi.
"Tidak kusangka sudah selarut ini."
"Aku tahu! Belajar sambil berlibur adalah yang terbaiiiik!"
Mereka bersenda gurau selama perjalan. Menyurusi jalan demi jalan untuk kembali ke hotel.
Hingga akhirnya.
"Amanda berhenti!" Tracy menghentak tiba-tiba.
"Eh? Ada apa?" Amanda yang kaget pun sontak menginjak remnya. Beruntungnya keadaan lalu lintas sekitar cukup sepi.
Gadis Asia itu memutar matanya ketika melihat tempat pemberhentian mereka kali ini.
Entah apa yang merasuki Tracy, dia meminta sahabatnya itu untuk berhenti sejenak di sebuah makan tua.
"Hei, mau lihat ke sana?"
"Apa?! Untuk apa?!" Amanda bertanya-tanya. Tidak ada alasan untuk mengunjungi sebuah makan tua di jalanan sepi ini.
"Ayolah, ini kota tua, pasti banyak peninggalan bersejarah lainnya kan?"
"Baiklah, hanya sebentar."
Mereka berdua pun turun dari mobil kecil dengan kapasitas 4 orang itu. Kedua gadis itu pun masuk ke dalam lahan kuburan itu yang dilindungi oleh pagar besi.
"Lihat, gerbangnya terbuka!" Tracy bersorak keriangan.
"M-makam Tua Orang Yahudi," Amanda membaca tulisan di gerbang masuk makam.
"Sudah kuduga, ini pasti tempat bersejarah!"
"H-hei, Tracy. Bisa kita pergi? Bulu kudukku merinding," ucap Amanda dengan suara yang layu dan lembut. Seakan kekuatannya tertahan oleh sesuatu.
"Tunggu sebentar. Hei, Amanda, bisa bacakan tulisan di nisannya?" Tanya Tracy sambil menunjuk ke arah makam tak terawat itu.
Perempuan berambut hitam itu berjalan ke depan nisannya, dan mulai membaca. Angin malam bagai menembus kulitnya saat dia melihat nisan itu.
Henriette Moosbach.
Verurteilt zum Tode durch den Strafgericht in 1776.
Gekopft wegen Mord an 11 Frauen …”
Tracy memiringkan kepalanya. Dia berdiri di samping Amanda dan tidak mengerti maksud tulisan itu.
"Apa artinya?" Tanya gadis pirang itu tanpa ada rasa takut sama sekali.
"Henriette Moosbach, Dihukum pidana mati tahun 1776 karena kasus pembunuhan 11 wanita, itu artinya," ujar Amanda sambil menarik nafas dalam-dalam.
Suhu sekitar mereka menjadi lebih dingin dari sebelumnya. Angin kuat menghembus ke sana kemari. Hening dan tidak ada suara lain selain kicauan burung yang entah datang dari mana.
"Baiklah, ayo pergi!" Amanda menyeru. Dia langsung menarik tangan Tracy dan segera kembali ke mobil dengan cepat.
"A-ada apa?" Tracy bertanya.
Gadis di sampingnya hanya diam dan tidak menceritakan ketakutannya itu.
Mereka kembali ke jalanan yang sepi itu dan melaju dengan cepat. Tidak ada radio, tidak ada sinyal. Seakan komunikasi di sana terputus.
"Ini aneh," ucap Amanda.
"Iya, aneh. Hei, lihat ke depan!" Tracy kembali berseru. Dia melihat sebuah cahaya di depan.
"Pasar malam?"
Semua ketakutan tadi seketika menghilang ketika mereka tiba di sini. Sebuah pasar malam yang ramai dengan berbagai stan makanan dan kios-kios.
"Amandaaa, berhenti, berhenti sejenaaakk. Aku mau ke siniii!" Tracy teriak kegirangan.
Seperti biasa, Amanda tidak bisa menolak permintaan sahabatnya itu. Dia lalu memakirkan mobilnya dan langsung mengunjungi tempat itu.
Mereka mencoba berbagai permainan dan makanan. Entah sudah berapa lama mereka di sana.
"Aem, em," Tracy berjalan sambil memegang banyak makanan di tangannya.
Dibelakangnya Amanda hanya bisa tersenyum puas karena bisa membahagiakan temannya itu.
Mereka kemudian tiba di sebuah tenda besar. Di tenda itu terdapat sebuah papan berbahasa Inggris yang bertuliskan "Peramal dan Kartu Tarot".
Mata Tracy segera tertuju pada tenda istimewa itu.
"Amanda! Mari masuk!"
"A-apa? Tidak aku tidak percaya ramalan."
"Oh ... Ayolah, aku ingin mencobanya," Tracy memelas.
"Baiklah, tapi kau sendirian saja, ya."
"A-apa? Kau tahu aku tidak bisa berbahasa Jerman kan?"
"Tenang saja, jika orang ini bisa menggunakan bahasa Inggris di papannya, mungkin dia bisa mengerti bahasa kita," ucap Amanda.
Tracy berpikir sejenak. Dia akhirnya ternsenyum dengan sangat lebar.
"Baiklah, terima kasih Amanda," ujar gadis pirang itu sambil memberikan barang bawaannya. Dia kemudian segera melesat ke dalam tenda berwarna merah kuning itu.
Di luar, Amanda menikmati berbagai macam makanan. Dia melihat-lihat seluruh isi pasar malam ini dan mencoba permainan lainnya.
"Wuhu! Tempat ini sangat menyenangkan," ucapnya sambil memegang berbagai makanan di tangannya. Dia membawa roti bawang, sosis goreng dan lainnya.
Berselang dua jam sejak terakhir kali Tracy memasuki tenda itu. Amanda melihat arlojinya dan waktu menunjukkan pukul 23.55 waktu setempat.
"Kenapa dia sangat lama? Apa yang dia lakukan di dalam sana," Gadis Asia itu sudah menunggu di depan tenda itu puluhan menit sebelumnya. Dan telah menghubungi Tracy, namun tidak kunjung ada jawaban.
Karena rasa ingin tahunya, dan juga karena dia ingin segera beristirahat di hotel. Amanda memutuskan untuk mendekati tenda itu.
Saat dirinya berdiri di pintu masuk tenda, sebuah cairan merah pekat mengalir di bawah kakinya. Membasahi sepatunya yang berwarna putih menjadi merah.
"Apa ini?" Dia membungkuk. Bau anyir dari cairan itu segera membuatnya tersentak kaget.
"DARAH?!" dia ketakutan saat menyadari cairan kental itu adalah darah. Mukanya pucat pasi dan kakinya hampir tidak bisa menopang tubuhnya lagi.
Dia melihat ke sekitar dan menyaksikan dirinya di amati dengan tajam oleh semua orang di sana. Tatapan keji dan tajam keluar dari mata semua orang di sana.
"K-kemana kau Tracy?!" Dia berteriak dan segera melarikan diri. Dia meninggalkan semua barang yang ia bawa dan langsung memacu langkahnya. Meninggalkan Tracy yang entah kemana, dan mobilnya di pasar malam itu.
Dia terhuyung-huyung, tak memiliki arah tujuan sama sekali. Satu-satunya yang dia pikirkan adalah untuk berlari sejauh mungkin dari pasar malam itu.
Dia berlari cukup lama, hampir 30 menit lebih dia menggerakkan kakinya yang sudah tak bertenaga. Hingga akhirnya dia menemukan sebuah tempat dan memutuskan untuk beristirahat sejenak di sana.
Gadis itu menoleh ke kanan dan ke kiri, serta sesekali melihat ke belakang. Tidak ada yang mengejarnya.
Jantungnya berpacu dengan cepat, darahnya mengalir dengan cepat di nadinya.
Dia memejamkan matanya sejenak untuk menenangkan dirinya.
Belum sempat mengatasi rasa lelahnya. Amanda melihat sebuah tulisan tidak asing. "Makan Tua Orang Yahudi".
Dia kembali ke tempat mengerikan itu.
Tubuhnya tersentak kaget, badannya jatuh ke tanah dan matanya menangis sejadi-jadinya.
Tulisan lain yang membuatnya shock adalah nisan tua itu telah berubah.
Menyadari hal itu dia tidak memiliki tenaga yang cukup dan jatuh pingsan tepat di depan makan tua yang bertuliskan :
Henriette Moosbach.
Verurteilt zum Tode durch den Strafgericht in 1776.
Gekopft wegen Mord an 12 Frauen
Sebelum tubuhnya terbujur di depan makam itu, Amanda membaca tulisan Jerman yang berarti "Henriette Moosbach, Dihukum Pidana Mati oleh Pengadilan Tahun 1776, Karena Kasus Pembunuhan 12 wanita."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top