Cemburu?

Aku mengangkat teleponnya.

"Halo,"

"Ya, halo, kamu tadi ke rumah yaa,"

"Iya, aku pulang lagi, aku lihat kamu sedang sibuk tadi,"

"Ih, aku tadi gak ngapa-ngapain kok, cuma ngobrol sama kakaknya Dini, sini balik lagi,"

"Oke, kalau begitu!"

Lalu aku berputar arah kembali ke rumah temannya Nisha yang tadi.

"Hei, pakai acara ngambek segala," tegur Nisha pas aku baru saja memarkirkan kendaraanku.

"Haha, tidak kok, hanya takut ganggu kamu aja,"

"Sini masuk,"

Dan kami pun berbincang-bincang. Aku menanyakan keadaannya. Dia bilang baik, lalu kami mengobrol banyak sampai melupakan satu hal. Aku ini pacar sahabatnya. Dalam hatiku tak terlalu mrmikirkan Desi. Untuk saat ini yang penting hatiku senang bertemu dengan Nisha.

Semakin kagum aku akan pribadinya, entah hanya perasaan iba atau bangga. Dia hanya diam ketika ayahnya hanya memarahinya demi ibu tirinya. Dia bercerita kalau dirinya sudah biasa diperlakukan seperti itu. Aku memang tidak merasakan jadi anak tiri. Tapi aku tahu betul dari raut wajahnya. Ia begitu tersiksa, aku menanyakan tentang sekolahnya. Katanya besok dia mulai bersekolah lagi. Ingin aku mengantarnya tapi apadaya aku harus menjemput Desi.

Waktu tak terasa sudah menjelang magrib. Aku ³ untuk pulang. Saat aku hendak menstater motor. Tiba-tiba ada Desi datang dan memarkir kendaraannya disampingku. Aku yang sedikit kaget. Tak tau ini keadaan apa? Bingung harus melakukan apa?

"Bebz, kamu ngapain di sini?" tanya Desi.

Bersambung ...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top