|9| Kamar Taj
Hari senin, dua hari setelah kejadian Vulture.
Peter berakhir berada di sekolah dan berbicara dengan Liz yang pindah sekolah setelah penangkapan ayahnya Adrian Toomes. Ia meminta maaf kepada gadis itu karena sudah meninggalkannya di Homecoming.
Ia berpisah dengan Liz, dan tampak berbalik akan pergi dari sana.
"Jadi, dia pergi?"
Peter menatap kearah Ned dan mengangguk. Ia menghela napas, tampak sedikit sedih karena gadis yang disukainya malah pergi begitu saja, dan meski gadis itu tidak tahu, namun itu semua sebagian adalah kesalahannya.
"Begitulah," Peter menguap untuk kesekian kalinya. Ned tampak menatap sahabat dekatnya itu bingung.
"Kau kurang tidur? Apakah banyak kejahatan tadi malam?" Peter kembali hanya mengangguk dan mengucek matanya lelah. Salah satu dari alasan ia tidak tidur. Ned hanya mengangguk-angguk mendengarnya.
"Banyak masalah, dan salah satunya adalah karena aku merasa bersalah dengan Liz," Peter menghela napas untuk yang kesekian kalinya.
"Yah, setidaknya kau masih punya [Y/N] kan?" dan nama itu seperti trigger untuk Peter yang tampak tersedak ludah sendiri. Wajahnya kembali merah padam dan entah sejak kapan MJ tampak sudah berdiri di dekat sana dan menggambar wajah Peter kala itu. Ned mengamati reaksi dari Peter dan tampak menatap dengan tatapan curiga.
"Ada sesuatu diantara kalian?"
"Tidak! Apa maksudmu sesuatu? [Y/N] tidak melakukan apapun, aku tidak sedang menghindarinya," Peter menggeleng cepat dan wajahnya hanya semakin memerah. Ciuman itu membuatnya selalu terbayang, hingga tadi malam ia benar-benar tidak tidur karena harus membayangkan jika ia akan bertemu dengan [Y/N] di sekolah. Ia menutup wajahnya yang merah dengan sebelah tangan.
"Bagaimana aku bisa menghadapinya hari ini?"
Ia menghela napas dan tampak mengusap wajahnya.
"Tenang saja, kau tidak akan bertemu dengannya hari ini," MJ yang menjawab sambil menatap mereka bosan. Ia masih menggambar sketsa wajah Peter, "kulihat supir Tony Stark datang, ia memintaku untuk memberikan surat izin agar [Y/N] tidak masuk selama beberapa hari."
Peter tampak mengangguk, ada sedikit rasa kecewa yang segera ia tepis. Ia menggelengkan kepalanya.
"Dan ia memintaku mengatakan padamu jika ia ingin bertemu denganmu sepulang sekolah," Peter tampak segera menoleh pada MJ yang menatapnya curiga, "apakah ada yang kau sembunyikan dariku loser?"
"Errr apa? Aku tidak menyembunyikan apapun," Peter tampak menatap kearah MJ dan berusaha untuk tidak bersikap gugup. MJ menatap Peter selama beberapa saat dan menutup buku sketsanya.
"Aku hanya bercanda."
.
.
Setelah pertemuan Decathlon, Peter bertemu dengan Happy yang segera menyuruhnya untuk ikut dengannya menuju ke markas Avengers baru. Tony tampak meminta maaf padanya masalah Vulture, dengan caranya sendiri bahkan menunjukkannya seragam baru yang sangat keren untuknya. Tony bahkan sempat-sempatnya memberikan test apakah ia terpengaruh dengan iming-iming menjadi Avengers atau tidak.
Tentu ia menolak. Toh itu hanya tes apakah ia masih bersikap seperti anak kecil atau tidak.
...kan?
"Kau dan [Y/N] sama-sama menolak kesempatan ini," Peter yang sudah berbalik tampak berhenti berjalan dan menoleh kearah Tony.
"Ngomong-ngomong kemana [Y/N] Mr. Stark? Kudengar ia izin selama beberapa hari ini. Apakah ia baik-baik saja?"
"Ia hanya izin untuk pergi sebentar," Tony tampak menatap Peter sambil mengirimkan pesan pada Pepper.
"Bukankah ia tahanan kota? Dan dibawah tanggung jawabmu?"
"Tentu, tenang saja aku sudah mengatakan padanya jika aku meletakkan pelacak padanya," Tony mengangguk dan tampak memunculkan hologram dari Starkphonenya. Peter melangkah perlahan dan tampak penasaran dimana keberadaan [Y/N] saat ini. Dan baik Peter maupun Tony tampak mengerutkan dahi mereka.
"Jadi, dimana sebenarnya [Y/N] berada Mr. Stark? Jangan katakan ia berada di Hogwarts," Peter tampak tertawa dengan leluconnya sendiri, menoleh pada Tony yang tampak tidak menjawab selama beberapa saat dengan wajah bingung.
"Nepal."
.
.
Setelah ia pergi ke Metro-General Hospital untuk mengambil sebotol obat, ia pergi ke New York Sanctum. Ia bahkan tidak perlu mengetuk pintu dan segera membukanya, tahu jika pintu itu tidak pernah terkunci dan sedikit kagum karena tidak ada seseorangpun yang mencoba untuk mencuri barang-barang disana.
"Hei Mr. Drumm," ia mengenal penjaga dari gerbang sihir New York, Daniel Drumm. Lagipula, sebelum ini ia seharusnya menggantikan Drumm yang hendak pensiun dari pekerjaannya. Yah, sebelum akhirnya ia menjadi buronan karena kasus dengan para anggota Avengers.
"Bukankah seharusnya kau berada di Queens sekarang?" Daniel menatap kearah [Y/N] dengan wajah bingungnya. Ah, tentu saja [Y/N] yakin jika kabarnya yang menjadi tahanan kota sudah tersebar sampai disini, "kau berhasil kabur?"
"Lucu sekali," tidak ada tawa dari perkataan itu tentu saja. Ia hanya menatap tajam Daniel yang hanya tertawa dengan leluconnya sendiri, "bisakah aku pergi ke Kamar Taj dari gerbang yang ada disini?"
"Ada apa? Bukankah kau bisa membuat portal sendiri kesana? Sihirmu sedang ada masalah?" Daniel menghentikan pekerjaan apapun yang ia lakukan dan mendekati [Y/N] yang hanya menggeleng. Sebenarnya tidak sepenuhnya salah.
"Hanya ingin menghemat tenaga. Jadi, apakah kau bisa membukakan pintunya?"
"Tentu, tetapi sedikit berhati-hati, ada insiden saat kau tidak ada disana," Daniel berjalan mengikuti [Y/N] yang sudah berjalan terlebih dahulu ke sebuah ruangan dengan pintu yang besar.
"Insiden?"
"Penjaga perpusatakaan terpengkal kepalanya saat Kaecillus mencuri buku terlarang dari perpustakaan," jawabnya membuat [Y/N] berhenti berjalan dan menoleh kearah Daniel.
"Wong?"
"Tentu saja bukan, ia terlalu keras kepala untuk tewas," Daniel tertawa dan membuka pintu itu, [Y/N] hanya menatapnya heran tidak melangkah begitu saja, "kau bisa tanyakan pada Ancient One. Kurasa kau juga akan menemuinya bukan?"
"Baiklah," [Y/N] hanya menghela napas dan menggerutu, berjalan masuk dan berakhir di sebuah ruangan dengan lima pintu dan sebuah batu berbentuk bulat di tengahnya.
"Bagaimana kehidupanmu bersama dengan ayahmu, [Y/N]?"
Ia menoleh kearah suara dan menemukan seorang gadis berkepala plontos yang mengenakan pakaian berwarna kuning. Ia tampak sedikit membungkuk, namun saat ia menegakkan badannya sedikit, ia menatap tajam kearah perempuan itu.
"Aku tidak menyangka mendapatkan tatapan seperti itu. Apakah kau mendapatkan masalah disana?"
"Apakah menurutmu menjadi seorang tahanan kota itu bukan masalah? Dan kurasa aku tidak merasa lebih baik dengan bertemu dengan ayah kandungku," ia menggerutu dan bergumam sambil menyilangkan kedua tangannya. Perempuan itu tampak diam, sebelum tersenyum padanya.
"Setidaknya sepertinya kau menyukai pemuda itu bukan?"
"Tunggu, bagaimana kau tahu--dan aku tidak menyukainya oke?" Dan perempuan itu hanya bisa tertawa mendengarnya dan berjalan menuju ke sebuah ruangan utama. Ia menyuguhkan teh yang segera diminum oleh [Y/N].
"Kau menggunakan sihirmu sembarangan lagi [Y/N]," Ancient One tampak menghela napas menatap kearah [Y/N] yang ikut menghela napas dan menurunkan teh yang baru ia minum tetap di tangannya.
"Pertarungan di Jerman, lalu mendadak aku harus menjadi seorang babysitter dari seseorang yang sangat diperdulikan dan memperdulikan ayahku. Kurasa aku hanya tidak sadar seberapa banyak aku sudah menguras kekuatan sihirku."
"Baiklah, intinya kau butuh istirahat. Tetapi kurasa waktumu kurang tepat," [Y/N] menghabiskan tehnya dan memiringkan kepalanya menatap perempuan itu dengan ekspresi bingung, "kita akan kedatangan tamu."
Mendengar hal itu, ia jadi ingat apa yang dikatakan oleh Daniel sebelum ia menapakkan kakinya disini.
"Kaecillus berhasil mencuri buku Cagliostro?"
...
"Ia merobek halaman yang penting. Buku itu masih ada disana," [Y/N] hanya mengangguk-angguk dan bergumam paham mengenai hal itu. Perempuan itu tampak menatap kearah [Y/N] yang tampak tenang dengan hal itu, "kau tahu yang pernah menghabiskan buku itu hanyalah aku, dan juga kau. Dan jangan berbohong dengan mengatakan jika kau tidak pernah membacanya. Kau melanggar aturan untuk tidak membuka portal ke perpustakaan."
"Wong mengadukannya."
"Tidak, aku punya cara sendiri untuk mengetahuinya."
.
.
"Berjalan-jalanlah untuk menenangkan pikiranmu. Kau akan mulai melatih pengendalian sihirmu besok."
Itu yang dikatakan oleh Ancient One setelah ia menghabiskan minumannya. Seperti yang dikatakan orang-orang di Kamar Taj, Ancient One adalah orang yang baik namun tidak punya belas kasihan secara bersamaan.
Ia tahu ada sesuatu yang terjadi, dan Ancient One memperalatnya lagi untuk membimbing siapapun dan apapun yang akan terjadi nanti.
"Dia bilang, pelacak hanya akan menunjukkan jika aku berada di Nepal. Jadi, kurasa tidak akan ada masalah dengan Stark," [Y/N] tampak mengangguk-angguk dan tampak menghela napas.
Ia menghabiskan waktu selama kurang lebih 3 jam berjalan-jalan di jalanan yang ramai dengan orang-orang berlalu lalang. Beberapa pasar dan juga makanan menjadi incarannya, dan beberapa orang menyapanya seolah mereka mengenalnya.
Tentu, karena hampir 1 tahun lamanya ia berada disini untuk mempelajari sihir.
"Bonus untukmu sebagai tanda selamat datang kembali," sebuah jajanan pasar diberikan oleh penjualnya pada [Y/N] yang menunjuk dirinya sendiri. Setelah berterima kasih, ia kembali berkeliling diantara bangunan-bangunan dan juga jalanan yang sempit disana.
"Kurasa aku terlalu berpikiran buruk padanya. Tidak ada yang--" ia baru saja akan berbelok di sebuah gang saat seseorang yang sedang berada disana menarik perhatiannya. Seseorang yang tampak familiar namun juga terlihat berbeda dimatanya.
...
"Atau aku terlalu cepat untuk mengambil kesimpulan," [Y/N] bergumam dan menghela napas. Ia berbalik dan kali ini mengikuti orang itu yang tampak berjalan menuju ke sebuah pusat perbelanjaan.
"Kamar Taj?"
Ia beberapa kali menyebutkan nama sebuah tempat. Dan [Y/N] bingung karena dua hal. Pertama, karena suara pria itu bahkan terdengar familiar untuknya, dan karena tempatnya menetap sekarang yang sedang dicari. Ia baru saja akan menghampiri lebih dekat saat seseorang menepuk pundaknya dan membuatnya menoleh.
"Oh, Mr. Mordo."
"Biarkan dia mencarinya terlebih dahulu," [Y/N] hanya diam sebelum mengangkat bahu dan mengangguk. Ia mengikuti pemuda itu hingga sampai di sebuah sisi dari Kathmandu yang tidak aman untuk seorang turis bahkan penduduk sekitar.
"Kau yakin?"
"Sepertinya tidak," ia bisa melihat beberapa orang mendekati pria itu dan meminta jam tangan yang dikenakan oleh pria itu. Pria itu awalnya terlihat menurut, namun dengan segera ia memukuli orang-orang itu meski pada akhirnya kalah jumlah dan dipukuli oleh mereka.
Saat keadaan akan menjadi lebih parah, Mordo tampak segera berjalan mendekat serta menyerang salah satu dari mereka. Dan beberapa lainnya tampak segera menyerang Mordo yang masih menutupi dirinya dengan jubah kain miliknya.
"Dia yang memintaku untuk menjauh, dan ia yang menyelamatkannya terlebih dahulu," [Y/N] bergumam dan tampak segera bergerak membantu membuat babak belur para penjarah yang ada disana, "kukira kalian sudah kapok saat aku menjadikan kalian bahan untuk latihanku."
"Shit, jadi yang dikatakan oleh mereka benar kau sudah beba--?!"
Ia meninju wajah orang yang ada didepannya itu hingga ia segera tumbang dan kesakitan memegangi wajahnya. Ia baru saja akan menghajar yang lainnya saat ia menemukan Mordo sudah menyelesaikan semua orang yang ada disana dan meninggalkan pria itu sendirian.
"Baiklah, kau tidak apa-apa Doc?" [Y/N] mengambil jam tangan yang sempat diambil oleh penjarah itu saat memukul pria itu dan memberikannya pada pria yang dipanggil doc oleh [Y/N] itu, "jam tanganmu."
Pria itu tampak menatapnya yang masih menutupi sebagian wajahnya dan menyibakkan jubah yang menutupi kepalanya.
"Jangan salahkan aku, aku baru saja akan membantumu pergi ke Kamar Taj, namun Mr. Mordo tidak memperbolehkanku," bukan hanya [Y/N] yang tampak seolah mengenal pria itu, namun saat pria itu menatap kearah [Y/N], matanya membulat dengan sempurna.
"Mr. [L/N]?"
"Sudah lama tidak bertemu Dr. Strange."
To Be Continue
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top