|13| Battle in Hongkong
Pertama kali ia berada di tempat ini adalah saat tanpa sengaja sebuah pukulan keras yang diberikan oleh ibunya membuat ia terjatuh dan membentur dengan keras ujung meja yang ada di belakangnya. Saat itu usianya baru beranjak 3 tahun, dan tentu saja pukulan itu benar-benar berdampak sangat buruk untuknya.
Ia sama sekali tidak menyalahkan ibunya, sejak kecil ibunya memang selalu labil dan selalu marah dengan hanya sebuah masalah kecil seperti saat ia salah membaca sebuah kalimat dari buku bacaan yang diberikan padanya.
Ya, saat usianya 3 tahun--ketika anak-anak lainnya membaca buku cerita bergambar, yang ia baca adalah teori-teori dari buku yang dimiliki oleh ibunya. Matematika, Fisika, dan juga Kimia untuk anak berusia dua hingga tiga kali lipat darinya adalah hal yang biasa.
Alasannya? Karena menurut ibunya, dna yang diturunkan ayahnya seharusnya bisa membuatnya mengerti hal seperti itu. Ayahnya Tony Stark yang bisa diterima di MIT dan lulus pada usia 16 tahun.
Saat mengetahui bagaimana parahnya keadaannya, ibunya segera membawanya ke Rumah Sakit. Bagaimanapun juga, ibunya melakukan itu hanya karena emosi sesaat. Jika emosi ibunya sedang stabil, ibunya adalah ibu terbaik yang ia miliki.
Saat itu bahkan jantungnya sempat berhenti.
Sementara para dokter mencoba untuk mempertahankannya, jiwanya yang mengambang tampak pergi menuju ke sebuah tempat yang bisa ia deskripsikan sebagai sebuah tempat berwarna abu-abu. Baik langit, ataupun tanahnya.
Ia tidak melihat siapapun berada disana, tidak ada tumbuhan ataupun hewan disana. Hanya ada ia sendiri selama beberapa saat sebelum matanya menangkap sosok perempuan berambut hitam panjang yang duduk di salah satu sisi bebatuan disana dengan angkuh seolah itu adalah singgasana miliknya.
"Hm, anak kecil? Dan belum sepenuhnya mati."
Seolah mencari sebuah raut wajah ketakutan, yang ditemukan hanyalah mata yang menatapnya kosong. Perempuan itu tampak diam dengan wajah sedikit kecewa dan juga aneh sebelum berjalan dan menghampirinya.
"Apakah kau penunggu tempat ini?"
"Begitulah. Aku adalah dewi kematian."
"Kalau begitu, bisakah kau menghidupkanku kembali? Aku tidak bisa mati sekarang, ibuku akan sangat sedih dan aku belum bertemu dengan ayahku," ia berbicara dengan nada polos anak kecil, namun ketakutan yang harusnya dilihat dari anak kecil yang berada di tempat menakutkan seperti ini tidak ia lihat sama sekali.
"Bagaimana kalau aku mengatakan jika kau tidak bisa kembali?"
"Kenapa? Aku belum bisa membuat ibuku senang dan bahagia. Bagaimanapun caranya, aku harus kembali padanya, kau adalah dewi kematian. Itu artinya kau juga bisa membatalkan kematian seseorang bukan?" gadis bernama Hela itu tampak memperhatikan anak berusia 3 tahun didepannya.
"Apakah kau tidak takut denganku?"
"Kau lebih terlihat seperti seseorang yang berwibawa. Aku lebih baik mengagumimu ketimbang takut padamu."
.
.
"Bisakah kau menghidupkanku lagi dengan cepat? Aku punya banyak pekerjaan yang harus kulakukan," [Y/N] menunjuk kearah belakangnya seolah itu adalah jalan keluar untuknya. Hela sendiri tampak menyilangkan kedua tangannya dengan dahi yang berkedut.
"Semakin lama dan sering kau kemari, kau semakin menjadi kurang ajar. Memang apa yang membuatmu mati kali ini? Sudah sangat lama semenjak aku memberitahumu tentang buku sihir itu untukmu datang kemari," Hela tampak memangku kepalanya dengan sebelah tangan dan menatapnya bosan.
"Masalah orang-orang yang menyebut diri mereka Superhero. Karena Granny, aku harus ikut campur dengan mereka," karena ia tahu Hela tidak akan mengembalikannya dalam waktu dekat, [Y/N] memutuskan untuk duduk di salah satu bebatuan disana dan menghela napas.
"Oh, bukankah salah satu anggotanya adalah adik kandungmu? Thor, Odinson."
"Saat aku dikurung disini, adikku belum lahir. Aku tidak yakin ia tahu kalau aku ada," Hela tampak menatap dengan tatapan bosan seolah itu adalah pertanyaan dan perkataan yang biasa diberikan.
"Jadi, bisakah kau kembalikan aku sekarang? Aku harus segera pergi dan membantu Mr. Strange."
"Ini masalah sihir yang kau dapatkan itu bukan?" [Y/N] menghentikan langkahnya dan tampak menatap kearah Hela, "kau tahu jika memang mereka bisa membangkitkan Dormamu, itu artinya jika kau mengalahkannya, maka kekuatanmu akan menghilang."
...
"Aku tahu, dan itulah sebabnya kurasa aku harus segera kembali, membantu mereka, dan mengunjungimu lagi setelah itu."
"Kau tahu," Hela tampak mendengus dan menatap kearah [Y/N] yang sudah membalikkan badannya, "jika kau bisa mengendalikan kenyataan yang ada disekelilingmu, kenapa kau tidak menggunakannya untuk berpikir jika kau bisa hidup meski tubuhmu sudah mati?"
[Y/N] menoleh dengan segera kearah Hela yang sudah mengeluarkan sihirnya. Dan seketika, sekelilingnya menjadi sangat gelap dan ia merasa seperti ditarik oleh sesuatu menuju ke suatu tempat.
.
.
"Ia kembali!"
"Kita mendapatkan detak jantungnya kembali."
"Stabilkan keadaannya."
Suara-suara itu yang ia dengar saat perlahan matanya terbuka. Kesadarannya belum sepenuhnya bisa ia kumpulkan, dan sekelilingnya menjadi sangat kabur. Ia mengerjap beberapa kali, dan menatap kearah sekelilingnya. Para dokter dan juga perawat tampak mengelilinginya dan menatap kearahnya.
"Bisa kalian lepaskan alat ini dari mulutku?" Suaranya sedikit aneh karena intubasi yang dikenakan olehnya. Semua dokter menatapnya aneh sebelum menjelaskan jika ia tidak bisa melakukannya karena saat ini bahkan detak jantungnya masih belum normal begitu juga dengan napasnya. [Y/N] dengan keras kepala mengatakan ia baik-baik saja, lagipula dalam hatinya, Hela tidak akan mengirimnya ke tempat itu lagi dalam waktu dekat. Setidaknya sebelum Dormamu dikalahkan, yang itu berarti sihirnya akan kembali seperti sebelum ia menguasai sihir kegelapan.
Ia tidak akan tahu apakah tubuhnya bisa bertahan hanya dengan sihir murni miliknya.
Setelah argumentasi darinya dan juga para dokter, pada akhirnya mereka melepaskan alat itu dan menggantinya dengan oksigen masker dan mengatakan untuk [Y/N] berjanji tidak akan melepaskannya sampai keadaannya stabil.
"Hei," [Y/N] menoleh untuk menemukan Peter yang baru saja masuk dan menghampirinya. Saat melihat wajah pemuda itu, ia tidak bisa tidak mendengus.
"Ada apa dengan wajahmu?"
Wajah Peter saat itu sedikit membengkak dengan mata yang merah. Ia bisa melihat bekas air mata yang ada di pipinya. Peter menggerutu melihat [Y/N] yang malah mengejeknya karena ia yakin pemuda itu tahu kenapa wajahnya bengkak.
"Saat aku tinggalkan kau sebentar, jantungmu mendadak berhenti. Kurasa aku sempat ikut serangan jantung," [Y/N] tampak tertawa pelan mendengar itu dan menghela napas. Tangannya bergerak, akan melepaskan masker oksigen yang ada di mulutnya.
"Tidak. Kau berjanji pada para dokter untuk tidak melepaskannya."
"Pendengaran ala stalkermu," [Y/N] menggerutu dan tidak jadi melepaskan masker oksigen yang ada di mulutnya.
"A-aku bukan stalker. Inderaku menjadi sangat tajam setelah laba-laba radioaktif itu menggigitku," Peter tampak mengembungkan pipinya dan memalingkan wajahnya, "kau benar-benar baik-baik saja?"
"Selain luka yang terasa sakit, aku tidak merasa sekarat sama sekali," [Y/N] menggerakkan tangannya. Hela selalu memastikan jika ia kembali dalam keadaan lebih sehat daripada sebelum ia terkirim ke tempat ini. Meski tidak sembuh sepenuhnya seperti yang ia lakukan pada Deadpool.
Ya, ia mendengar bagaimana seseorang sering sekali mengunjungi tempat itu selain dirinya.
"Maaf," [Y/N] tahu jika ia sudah membuat Peter panik. Peter menoleh pada [Y/N] yang tampak mengatakan itu hanya dengan gumaman, "maaf sudah membuatmu panik."
Peter hanya terdiam mendengar itu, namun [Y/N] bisa melihat matanya kembali berair. Namun, ia dengan segera mengusapnya meski ada sedikit isakan yang menyusup keluar disela usapan itu.
"Kukira kau akan tewas tadi ... aku bahkan tidak bisa melakukan apapun."
...
"Jangan menangis, aku tidak selemah itu untuk tewas hanya karena luka seperti itu," [Y/N] tampak menyentil dahi Peter dan membuatnya mengaduh, "lihat, bahkan aku bisa membuat Spiderman kesakitan hanya dengan sentilanku bukan?"
"Itu karena aku kaget," Peter menggerutu dan memegangi kedua dahinya. Wajahnya tampak seperti kesal, namun [Y/N] malah melihatnya seperti anak kecil yang cemberut.
"Hei," Peter mendengar perubahan suara dari [Y/N] dan membuatnya menoleh dan menatap [Y/N] dengan tatapan serius, "kau tahu kita belum membicarakan tentang hal itu bukan?"
"Tentang itu?"
"...ciuman itu," Peter terdiam dan membeku selama beberapa saat sebelum wajahnya merah seperti tomat rebus, "jangan tiba-tiba memerah seperti itu. Kau pikir aku tidak malu mengatakan ini?"
Peter bisa melihat wajah [Y/N] yang sama merahnya dengannya meski raut wajahnya tidak berubah.
"Apakah sebaiknya kita melupakan itu, atau," [Y/N] akan meneruskannya saat mendadak ia merasakan sesuatu. Sihir dalam tubuhnya seolah meningkat drastis, dan hawa disekelilingnya mendadak berubah. Ia bangkit, tidak memperdulikan tubuhnya yang berteriak kesakitan dan menoleh pada jendela yang ada di dekat sana.
Langit yang awalnya cerah saat ini menjadi mendung. Ia tahu ada sesuatu yang terjadi, dan berhubungan dengan Dormamu.
"Langitnya aneh sekali--[Y/N]?!" Peter tampak terkejut saat melihat [Y/N] sudah bangkit dan mengambil pakaiannya dan juga cincin yang ia miliki, "apa yang kau lakukan?!"
"Tidak ada waktu untuk beristirahat. Atau dunia ini akan musnah," [Y/N] tampak mengancingkan pakaiannya dan memakai cincin miliknya, "tetaplah disini, orang tanpa sihir tidak akan bisa melakukan apapun saat ini."
"Kau masih belum sehat!"
"Aku akan kembali untuk beristirahat setelah ini," [Y/N] memikirkan dengan cepat apa yang harus ia lakukan. New York Sanctum sudah rusak, dan itu artinya hanya satu tempat yang belum dikunjungi oleh Kaecillus.
Hong Kong.
Ia membuka portal yang segera menghubungkannya dengan salah satu sisi Hong Kong yang tampak dipenuhi dengan orang-orang yang panik.
"Apa ... ini?" [Y/N] yang sudah muncul di sebrang portal segera menoleh kearah Peter yang sudah mengikutinya.
"Kenapa aku susah-susah menyuruhmu untuk tinggal," ia menggerutu pelan dan menggelengkan kepalanya. Peter dan juga bagaimana ia tidak bisa berada di tempat yang aman sekali saja, "tetap di dekatku."
Peter tampak menoleh pada [Y/N] sebelum mengangguk.
"Wong, Mr. Mordo, Mr. Strange," ia menemukan Strange, Mordo, dan juga Wong yang berada disana. Mereka bertiga melihat [Y/N] sebelum kearah Peter.
"Kau tidak seharusnya mengajak seseorang yang tidak bisa menggunakan kekuatan," Mordo tampak menghela napas dan [Y/N] hanya mengangkat bahunya.
"Ia juga superhero. Daripada itu, apakah kita tidak melakukan sesuatu pada--" ia menoleh pada belakang Strange, Wong, dan juga Mordo sebelum mengeluarkan sihirnya dan menghentikan serangan Mordo yang hendak menghancurkan tanah tempat mereka berpijak, "Parker, bantu aku untuk menyelamatkan orang-orang."
"On it."
.
.
Sementara Peter sedang sibuk untuk melindungi beberapa orang warga yang akan terkena beberapa benda yang berterbangan ataupun serangan sihir dari Kaecius, pertarungan itu tidak terelakkan hingga Strange menggunakan Time Stone untuk membalikkan waktu.
Ia mengarahkan sihir hijau itu pada Mordo, Wong, [Y/N] dan juga Peter agar mereka tidak terkena dampak dari pengembalian waktu dari Time Stone.
"Kurasa aku tidak akan percaya dengan semua ini kalau aku tidak melihatnya sendiri," Peter tampak menghela napas dan melihat kearah Strange. Sebuah serangan kembali dikerahkan oleh Kaecillus. Semua berusaha untuk menghindar, namun sebuah serangan mengenai Strange hingga kekuatan Time Stone tampak hancur begitu saja.
Waktu terhenti, selain Strange, Wong, Mordo, Peter, dan [Y/N].
"Satu-satunya cara adalah dengan bertemu Dormamu. Kurasa kau yang bisa melakukannya," [Y/N] menoleh pada Strange yang tampak menoleh kearahnya juga dengan tatapan ragu. Tentu saja, Strange pastinya bisa membaca situasi dan juga kemungkinan yang akan terjadi.
"Kau tahu jika Dormamu dikalahkan maka--"
"Lalu, kau punya cara lain? Kurasa masalah itu sangat kecil dibandingkan semua ini," Strange terdiam sejenak sebelum akhirnya menghela napas dan melayang menggunakan jubahnya menuju ke atap bangunan dimana semua awan ungu itu tampak berkumpul.
.
.
Waktu yang dibutuhkan oleh Strange terasa tidaklah lama, meski beberapa kali waktu seolah berulang kembali, terus menerus puluhan kali saat Strange terbunuh terus menerus karena Dormamu. Dan setelah itu, Strange kembali dan tampak menatap kearah [Y/N] yang menatap kearah tangannya sebelum ia menoleh kearah Kaecillus.
"Apa yang kau lakukan?"
"Melakukan apa yang kalian inginkan," Strange tampak tersenyum dan memiringkan kepalanya, "aku membuat sihir kalian menyatu dengan Dormamu. Dan kalian akau bersama dengannya selamanya."
"Kau--" Kaecillus dan pengikutnya akan menyerang Strange saat tangan dan tubuhnya tampak melebur dan menghilang perlahan tertiup oleh angin yang muncul dari pusaran awan itu. Seketika, tubuh Kaecillus dan semua pengikutnya tampak menghilang begitu saja.
"Semua ... selesai?" Wong tampak menoleh pada Stephen yang mengangguk.
"[Y/N]?" Stephen segera menoleh pada [Y/N]. Seharusnya saat ini tidak ada lagi sihir kegelapan dalam dirinya dengan menjauhnya Dormamu. Tetapi, itu artinya juga--keadaannya akan sama seperti sebelum ia mempelajari sihir kegelapan.
"Ada apa?"
[Y/N] menoleh pada Stephen dengan raut wajah biasa dan tampak Stephen hanya menghela napas, melihat bagaimana sepertinya sihir yang dimiliki [Y/N] cukup untuk membuat tubuh pemuda itu tetap sehat dan ia mendekati [Y/N] serta Peter.
"Kalian kembalilah. Aku akan mengurus semua ini dengan Wong dan juga Mordo."
...
"Baiklah," [Y/N] tampak berbalik dan mengangkat bahunya, "lagipula aku malas membereskan semua ini. Kau bisa mengembalikannya dengan Time Stone. Jadi, selamat bekerja."
"E-eh apakah tidak apa-apa [Y/N]."
"Tenang saja," [Y/N] menggerakkan tangannya dan membuat portal. Strange sempat melihat lingkaran portal itu dan dahinya sedikit berkerut saat menyadari jika Portal itu tidak stabil, "baiklah, sampai jumpa dok."
"[Y/N] tunggu--"
.
.
Bukannya kembali ke menara Stark, [Y/N] dan Peter berakhir di apartment tempak [Y/N] tinggal sebelum tinggal bersama dengan Tony. Disana tampak sangat sepi dan juga remang karena waktu sudah menunjukkan sore hari. Peter mengerutkan dahinya, menatap kearah [Y/N].
"Kenapa kita malah kemari [Y/--[Y/N]!"
Peter cukup terkejut saat melihat tubuh itu limbung tidak bertenaga. Beruntung kekuatannya sebagai Spiderman bisa mengangkat beban hingga 10 Ton, sehingga untuk mengangkat dan menahan tubuh [Y/N] bukanlah sesuatu yang susah untuknya.
"Lukamu terbuka lagi," Peter tampak melihat darah yang merembes dari pakaian [Y/N]. [Y/N] sendiri tampak terlihat kesulitan bahkan untuk bernapas dan juga bergerak, "[Y/N], hei!"
"K-Kamar...ku," disela napasnya, ia tampak menunjuk pada salah satu kamar di dekat mereka, "kotak ... batu ... merah."
Ia merasa kesadarannya semakin memudar, otot pernapasannya kembali tidak bekerja, ia merasa sesak seolah tenggelam dalam sebuah aliran air. Paru-parunya menolak untuk mengembang.
"[Y/N]!"
Suara Peter semakin menjauh, dan terus menjauh. Pandangannya semakin kabur, hingga ia tidak bisa mempertahankan kesadarannya, dan kembali sekelilingnya menjadi sangat gelap.
.
.
"[Y/N] kau berada disini?"
Saat Peter mencoba untuk menghubungi Tony setelah ia melihat bagaimana [Y/N] kehilangan kesadarannya dan wajahnya menjadi biru seolah ia tidak bisa bernapas sama sekali. Ia menoleh saat suara seseorang membuka pintu, dan mata Peter membulat melihat siapa yang ada disana.
Orang itu mengerutkan dahinya.
"Kenapa kau hanya berdiri disini Steve? Aku mendengar seseorang berada di dalam--"
Suara beberapa orang tampak mengikuti orang yang berdiri didepan Peter dan [Y/N].
"Kapten ... Amerika?"
Steve Rogers dan semua mantan Avengers selain Clint dan Scott tampak berada disana dan terdiam melihat kearah Peter dan juga [Y/N].
"Siapa dia?"
"Aku tidak tahu," Steve tampak menatap kearah [Y/N] dan menghampirinya, "tetapi kurasa itu bisa menunggu."
"Steve, aku tidak bisa merasakan detak jantungnya," Natasha tampak juga mendekat dan merasakan nadi di leher dan juga pergelangan tangan [Y/N], "kita harus segera membawanya ke rumah sakit."
"Apakah kau akan ikut?" Steve segera menggendong [Y/N] dan menoleh pada Peter. Peter yang masih sedikit kaget karena keberadaan mereka tersentak dan mengangguk.
"Tu-tunggu, [Y/N] memintaku untuk mengambil sesuatu tadi, duluanlah membawanya. Aku akan menyusul," Peter tampak berlari kearah kamar yang ditunjuk oleh [Y/N] dan memasukinya. Kamar yang tampak rapi dan kecil, tidak banyak barang yang masih ada disana, karena semua barang yang dimiliki [Y/N] sudah dipindahkan ke menara Stark.
"Kotak--" ia melihat semua sisi yang sudah terbuka dan tidak mungkin ada benda yang dimaksud, selain ranjang yang tidak digunakan lagi. Ia segera mendekat, mengangkat ranjang itu untuk menemukan sebuah celah terbuka diantara lantai di bawah ranjang tersebut.
Saat ia membuka celah itu, ia menemukan sebuah kotak yang tampak mengeluarkan cahaya berwarna merah dari sela kotak itu.
"Apakah ini yang dimaksud?" Peter mengambil kotak itu dan tampak perlahan membukanya. Menampakkan sebuah batu yang tampak menjadi sumber dari sinar tersebut. Batu berwarna merah yang tampak terlihat aneh dengan sinar yang dipancarkan, "batu apa ini...?"
.
.
"Kau tidak pernah tahu bagaimana cara kerjaku menghidupkanmu bukan?"
Hela tampak melihat [Y/N] sambil menghela napas dan menghela napas, "bahkan belum sampai 1 hari lamanya kau sudah mengunjungiku sebanyak 2 kali. Dan kali ini, aku bahkan tidak yakin jiwamu cukup kuat untuk bisa kukembalikan."
"Kalau kau membutuhkan waktu untuk bisa menghidupkanku lagi tidak apa-apa," [Y/N] tampak duduk di salah satu bebatuan disana dan menyilangkan kedua tangannya, "aku ingin bertanya padamu satu hal."
"Tanyakanlah."
"Bagaimana kau bisa mengetahuinya?" [Y/N] menatap dengan tatapan serius kearah Hela yang membalas tatapan [Y/N] sembari mendengus.
"Mengetahui apa?"
"Kau tahu apa yang kumaksud," [Y/N] menggerutu pelan dan Hela tampak terkekeh pelan.
"Maksudmu aku mengetahui rahasia tentangmu?" Ia menggantungkan kalimatnya selama beberapa saat sambil tersenyum pada [Y/N], "bahwa kau memiliki salah satu Infinity Stone?"
...
"Bahwa kau, pemuda berusia 15 tahun adalah pemilik dari Reality Stone?"
To Be Continue
Aku mengubah tentang kepemilikan Reality Stone. Setelah ini, akan kuceritakan bagaimana [Y/N] bisa mendapatkannya :3
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top