|10| I Owe You

Tubuhnya seolah tidak lagi mendengarkan apa yang diperintahkan oleh otaknya. Anak itu tampak hanya bisa berbaring, bahkan kesadarannya seolah sudah menghilang dari tubuhnya dan meninggalkan tubuhnya begitu saja. Apakah ia akan mati? Ia bahkan tidak lagi merasakan sakit yang selalu ia rasakan beberapa tahun yang lalu.

Meskipun ia tidak mau untuk menyerah, namun ia bahkan tidak bisa lagi untuk bernapas sendiri tanpa ada alat bantu yang terhubung pada saluran napasnya. Ia hanyalah seonggok mayat yang masih bernapas.

"Keluarganya satu-satunya benar-benar tidak bisa dihubungi."

"Ibunya? Pengadilan memutus hak asuh ibunya karena ia melakukan kekerasan pada anak ini sejak kecil. Tentu ia tidak akan bisa dihubungi."

"Kudengar jika hingga satu minggu lagi tidak ada yang bisa dilakukan, maka pengobatan padanya akan dihentikan."

"Apakah kalian tidak lihat? Ia masih hidup, dan kalian hanya akan membunuhnya!"

Dokter perempuan itu tampak menemui beberapa petinggi rumah sakit yang tampak memberikan keputusan sepihak tersebut. Christine Palmer adalah dokter yang tidak pernah menyerah untuk menyembuhkan anak yang berada dalam keadaan koma tersebut.

"Tidak akan ada yang bisa membiayai semua hal yang diberikan untuk anak itu. Dan hingga sekarang kita bahkan tidak bisa menemukan cara untuk menyembuhkan kelainan anak itu. Ini hanya akan menghabiskan biaya rumah sakit," gadis itu membulatkan matanya mendengar hal itu. Mengeratkan genggaman tangannya, ia benar-benar akan melayangkan tinjunya pada dokter-dokter didepannya jika ia tidak sadar akan posisinya.

"Itu adalah permasalahan kalian?" Bukan Christine yang menjawab hal itu, namun seseorang yang dengan seenaknya masuk bahkan tidak mengetuk ataupun memberikan sinyal jika ia akan masuk, "bukankah jika masalah kalian hanya itu maka semuanya akan mudah?"

"Bahkan kau juga setuju bukan Dr. Strange, kita akan melepaskan--"

"Aku akan membiayai semuanya," ia membenahi lengan kemejanya dengan santai mengatakan hal itu. Semua orang disana menatapnya heran dan juga kaget.

"Tunggu--apa?"

"Aku akan membiayai pengobatan anak itu sampai ia sembuh atau meninggal dengan sendirinya tanpa kalian 'bunuh'," jawab pria bernama Strange itu sambil menatap semuanya dengan pandangan lebih heran, "kelainan yang ia alami sangat menarik. Anggap saja aku ingin melihatnya bertahan hingga kapan, dan meneliti lebih dalam penyakit yang ia alami."

Semua orang disana hanya terdiam mendengar hal itu.

"Semua sudah terpecahkan bukan? Kalau begitu berhentilah untuk membicarakan itu, telingaku benar-benar sakit mendengarkan gosip dari semua orang tentang anak itu."

.
.

Strange menatap kearah pemuda itu sambil berjalan di tengah keramaian tempat itu. [Y/N] tampak seolah tidak menyadari tatapan itu dan hanya berjalan disampingnya mengikuti Mordo yang membawa mereka kembali ke Kamar Taj.

"Aku tahu banyak pertanyaan yang anda ingin sampaikan padaku Dr. Strange," [Y/N] tampak bergumam, "tetapi kurasa pertanyaanmu itu bisa ditunda hingga kau bertemu dengan Ancient One sendiri."

Strange akan menanyakan apa yang membuatnya bingung saat suara langkah kaki Mordo tampak berhenti di sebuah tempat yang terlihat kecil dan juga kumal. Ia bisa melihat papan yang ada diatas pintu itu bertuliskan nama 'Kamar Taj'.

"Serius ini tempatnya? Kurasa tempat didepannya lebih... Kamar Tajey?"

Mordo tampak menatap kearah [Y/N] yang mendengus dan menahan tawanya. Tentu semua orang yang ada disini akan mengatakan hal itu, tentu saja mereka akan memandang remeh tempat itu saat pertama kali mereka datang. Termasuk Mordo dan saat itu yang mengantarkannya adalah [Y/N].

"Aku pernah sepertimu," Mordo tampak berbicara untuk pertama kalinya pada Strange, "dan aku benar-benar tidak sopan terutama karena yang mengantarkanku adalah seorang bocah berusia 12 tahun."

Strange segera mengerti siapa yang dimaksud oleh Mordo dan menoleh pada [Y/N] yang mengangkat bahunya.

"Tetapi bisa aku memberikanmu saran? Lupakan semua yang kau ketahui selama ini."

.
.

Mereka berjalan di aula utama, yang saat itu tampak sepi dan tenang seperti biasa. Ia bisa melihat Master Khamir dan beberapa orang penghuni Khamar Taj yang sedang melakukan aktifitas sore mereka. Meminum teh yang dibuat oleh Ancient One sambil membaca dan mempelajari buku mantra.

[Y/N] sendiri tampak berjalan disamping Mordo dan berada dibelakang Strange. Ia mendekatkan wajahnya pada Mordo dan berbisik sesuatu pada pria berkulit gelap tersebut. Mordo menatapnya sebelum mengangguk dan mengangkat bahu.

Strange tampak tegang saat Gadis bergelar Ancient One itu tampak melepaskan jubah yang dikenakannya bersama salah satu penghuni disana. Ia seolah sedang berbicara dengan Master Khamir saat kembali seseorang memberikannya gelas dan kali ini Ancient One yang memberikannya minuman.

"Terima kasih untuk Ancient One karena sudah," Strange memperhatikan Khamir yang tampak bergerak menjauh dari tempatnya sedang membaca buku, "bersedia untuk menemuiku."

"Tentu, kau sangat diterima," saat gadis itu tampak berbicara, ia menatap dengan tatapan kaget dan segera menoleh pada Mordo dan juga [Y/N] dimana Mordo tampak memberikan 10 dollar pada [Y/N] dengan segera.

"Terima kasih Master Khamir, dan apakah aku melihat kalian berdua bertaruh lagi Master Mordo? [Y/N]?" Dengan segera mereka menyembunyikan uang dan tangan mereka di belakang tubuh mereka dan menatap kearah Ancient One.

"Sepuluh dolar, hanya untuk bertaruh apakah ia akan mengenalimu atau tidak."

Saat Mordo tampak sedikit tidak enak dengan apa yang ia lakukan, [Y/N] malah memberitahunya dengan santai dan membuat Mordo menatap dengan tatapan tajam kearah [Y/N].

"Aku minta tehmu dan menunggu di kamarku Granny," [Y/N] tampak berjalan dan mengambil teh lainnya sebelum berjalan keluar dari aula utama lewat belakang menuju ke tempatnya menginap. 

.
.

Akan lebih mudah mengistirahatkan tubuhnya jika ia berada dalam keadaan astral. Berada di Kamar Taj yang tidak begitu berpengaruh dengan alat-alat berunsur listrik adalah alasannya untuk sementara berada disini. Tentu, masih ada beberapa alat elektronik karena di tempat inipun mereka memiliki Wifi gratis.

Namun dimana lagi ia bisa mencari tempat yang asri seperti ini?

Puncak Himalaya?

Ia pernah kesana dan ia menolak untuk kembali.

"[Y/N], Mr. Parker menghubungimu."

Ia sedang bermeditasi dalam bentul astralnya saat Jocasta yang tentu masih terhubung dengannya berbicara membuatnya membuka sebelah mata terlebih dahulu sebelum membuka mata lainnya. 

Ia mengerutkan dahinya sedikit bingung kenapa Peter menghubunginya sebelum ia kembali ke tubuhnya dan mengambil handphone itu untuk menjawabnya.

"Ada apa Parker?"

"Oh, kau menjawabnya?"

"Apa maksudmu? Kau yang menghubungiku bukan," [Y/N] tampak bertanya dengan wajah bingungnya. Peter yang berada di sebrang telpon hanya tertawa, "apa ada sesuatu yang terjadi di New York?"

"Tidak, oh Mr. Delmar menanyakan keberadaanmu. Karena semenjak beberapa minggu sebelum Homecoming kau menghilang dan sekarang malah meminta izin untuk tidak bekerja selama beberapa minggu lagi," ia lupa, ia memang sudah sangat lama tidak bekerja di toko sandwich itu terutama semenjak kepindahannya ke menara Avengers, "kudengar dari Mr. Stark kau juga izin pergi? Ke Nepal?"

"Hm, setidaknya 1 minggu atau mungkin lebih."

"Eeeh MJ dan Mr. Stark bilang kau hanya akan disana selama beberapa hari?"

"Kenapa, kau merindukanku?" [Y/N] tampak berbicara dengan nada bercanda. Suara sesuatu yang jatuh membuatnya tampak berusaha menahan senyumannya. Ia yakin Peter salah tingkah seperti biasa dan terjatuh, "kau tidak apa-apa?"

"Pakaianku jatuh ahaha..."

"Sepertinya suaranya terlalu keras untuk pakaian yang jatuh?"

"Denganku di dalamnya--" ia yakin wajah Peter saat itu memerah.

"Kau masih memikirkan itu?"

"Itu?"

"Tentang ciuman malam itu," ia tampak sedikit bergumam. Jika [Y/N] sadar, saat ini wajahnya sedikit memerah. Tidak ada jawaban dari Peter membuat suasana semakin canggung. [Y/N] tahu jika pemuda itu masih canggung dengan ciuman itu. Karena sejujurnya, ia sendiri hanya berusaha untuk menenangkan dirinya.

"Detak jantungmu lebih tinggi dari nilai normal [Y/N]."

Ia tidak begitu menghiraukan perkataan Jocasta meski ia tahu itu benar.

"Kau tidak perlu--"

"A-ah aku harus pergi. Ada perampokan di dekat sini! Sampai jumpa [Y/N]!"

Sambungan terputus begitu saja. Ia menatap kearah handphonenya sebelum pada akhirnya ia berdiri dan berjalan untuk mencari tahu bagaimana nasib Strange disana.

.
.

"Kau mengusirnya granny?" Dahinya berkerut. Ia bertemu dengan Mordo dan juga ancient one yang sepertinya baru saja melakukan pertemuan dengan para Master of Sanctum.

"Orang itu arogan, dan sombong. Aku tidak bisa mengajarkan orang seperti itu."

"Karena ia mengingatkanmu pada Kaecillus."

Gadis itu tidak menjawab perkataan dari Mordo. Dan mereka berdua tahu jika apa yang dikatakan oleh Mordo benar. [Y/N]pun selalu berpikir adanya kesamaan antara Kaecillus saat membayangkan ay--mantan dokter penanggung jawabnya itu.

"Ia sudah menunggu selama 5 jam kau tahu?"

"Masih belum memecahkan rekormu," [Y/N] mengangkat bahu begitu saja pada Mordo, "ia membantuku satu waktu, dulu saat semua orang menyerah padaku."

...

"Aku bertaruh ia tidak akan berakhir seperti Kaecillus. Ia sudah menyelamatkan hidupku sekali, dan kumohon biarkan aku menolongnya sekali ini," gadis berjulukan sang leluhur itu tampak menoleh pada [Y/N] yang tampak menatapnya dengan tatapan serius. Ia tampak berpikir sejenak, sebelum menghela napas.

.
.

"Kamarku ada di sebelahmu Dr. Strange," [Y/N] mengantarkan Strange ke sebuah kamar dimana pria itu akan tinggal untuk sementara waktu. Ia menyalakan lilin disana, tampak menerangkan apa yang akan dilakukan Strange setelah ini, "kau bisa tidur, mandi, dan bermeditasi jika kau mau. Jika ada pertanyaan tanyakan padaku, atau--"

Ia memberikan secarik kertas dengan sebuah tulisan disana.

"Shamballa"

"Apa ini? Mantraku?" [Y/N] menatap kearah Strange dengan wajah bingungnya.

"Itu password Wi-fi, dan juga nomorku. Aku tahu kau menghilangkannya, kalau ada apa-apa tanyakan padaku. Aku susah dibangunkan saat sedang bermeditasi," ujarnya sambil berbalik dan akan pergi dari sana, "tempat ini bukan tempat primitif kau tahu?"

.
.

"Apa itu?"

Suara itu terdengar keesokan harinya setelah ia mendapatkan tugas untuk mengajarkan beberapa orang murid baru disana dan berakhir di perpustakaan. Ia berjalan saat mendengar suara Strange dan Wong di bagian perpustakaan pada buku-buku khusus untuk para Master.

"Koleksi pribadi Granny," Strange menoleh pada [Y/N] yang mendekatinya.

"[Y/N] sudah kukatakan untuk tidak memanggil Ancient One seperti itu."

"Apakah buku-buku ini terlarang untuk dibaca?"

"Tidak," [Y/N] mendekati satu buku dan membuka rantainya, "tidak ada ilmu yang dirahasiakan disini. Granny terlalu percaya diri jika hanya beberapa penyihir terpilih atau yang sudah berlatih bertahun-tahun yang bisa menggunakan sihir di buku ini."

Strange juga mengambil salah satu buku yang segera membuat [Y/N] mengalihkan perhatiannya begitu saja kearah Strange.

"Buku ini kehilangan beberapa lembar."

"Salah satu murid disini mengambilnya setelah menggantung penjaga perpustakaan terdahulu dan memenggal kepalanya," Wong segera berjalan diantara mereka dan mengambil buku dari tangan Strange dan juga [Y/N], "sekarang aku yang menjaga tempat ini. Jadi, jika ada satu buku saja yang menghilang, kau tidak akan keluar hidup-hidup dari sini."

Wong tampak mengancam dan ia menoleh pada [Y/N].

"Kau belum siap dengan Vishanti. Sihirmu tidak seimbang," [Y/N] tampak menggerutu pelan dan menghela napas. Wong memang sangat ketat soal peraturan.

.
.

Setelah itu, ia menemani Mordo untuk melatih beberapa orang murid disana mengendalikan sihir. Tentu ia tidak heran jika Strange belum bisa melakukannya. Ia bisa memunculkan sihirnya setelah 1 minggu ia berada disini. Dalam keadaan sekarat.

"Kau harus mengikuti aliran sungai. Bukan melawannya," saat jam istirahat, [Y/N] memutuskan untuk duduk dan mendekati Stephen, "kau jenius dok, tetapi kejeniusanmu tidak bisa membantu banyak untuk membuatmu bisa menggunakan mantra."

"Tentu tidak, ini semua karena tanganku..."

"Tidak juga, kau tidak lupa dengan keadaanku terakhir kali kita bertemu sebelum aku menghilang selama 1 tahun saat 2 tahun yang lalu bukan?" Tentu, Strange yang menanganinya saat itu dan ia yang merawatnya (dengan caranya) saat itu, "jangankan bergerak seperti itu, aku bahkan tidak bisa bernapas tanpa bantuan."

...

"[Y/N]," ia menoleh pada Ancient One yang baru saja keluar dari kuil dan melihat mereka berdua, "aku ingin berdua saja dengan Mr. Strange."

.
.

Ancient One menunjukkan pada Strange, Hamir yang tidak memiliki jemari untuk menunjukkan alasan jika jari-jarinya bukanlah sesuatu yang menghambat penggunaan mantra. Dan tentu saja diakhiri dengan dikirimnya Strange ke puncak Himalaya seperti yang dilakukan gadis itu pada [Y/N] ataupun Mordo dan Kaecillus.

Ia hanya memperhatikan sambil menunggu gerbang itu terbuka. Atau jika tidak ia yang akan membuka portal. Ia tidak mungkin membiarkan Strange sampai mati konyol disana.

Mordo juga datang dan kaget dengan apa yang dilakukan oleh Ancient One.

Menunggu kembali selama beberapa menit, mereka menjadi semakin ragu jika Strange akan bisa keluar dari portal. Namun, saat Mordo ataupun [Y/N] akan bertindak, sebuah portal muncul dan disana Strange segera keluar dan kedinginan hingga tumbang.

.
.

"Besok aku harus kembali sekolah karena aku tidak diperbolehkan izin terlalu banyak," [Y/N] bergumam kesal dan menghela napas.

"Tentu, kau bisa kembali kapanpun," Ancient One mengangguk dan tampak tersenyum pada [Y/N], "sampaikan salamku untuk Stark. Dan Mr. Rogers. Dan tentu pada Mr. Parker."

"Bagaimana kau--" [Y/N] menatap heran pada gadis itu yang hanya tersenyum sebelum ia menghela napas, "--kau punya cara sendiri untuk mengetahuinya. Baiklah. Hei Dr. Strange."

"Oh, Mr. [L/N]."

"Ada apa?" [Y/N] melihat Strange yang terlihat sangat kesal akan sesuatu. Pria itu hanya menghela napas.

"Hanya Wong yang tidak meminjamkanku beberapa buku."

"Ambil saja sendiri, asalkan kau kembalikan setelah kau baca," [Y/N] menatap Strange yang tidak mengerti apa yang ia maksud, "kau bisa menggunakan portal kan?"

.
.

Dan saat malam hari tiba, Wong yang sedang mendengarkan "Single Lady" dari Beyonce tampak sibuk dengan buku di depannya saat dua portal muncul di belakangnya mengambil beberapa buku yang berbeda. [Y/N] memukul tangan Strange yang akan mengambil buku yang ingin ia baca hingga buku itu terjatuh dan mengambilnya.

Portal itu segera menghilang diikuti dengan milik Strange sebelum Wong tampak menoleh ke belakang dan menemukan tempat itu kosong. Kesempatan itu diambil oleh Strange untuk mengambil buku yang sedang dibaca oleh Wong.

Sebut saja, Wong semakin stress karena kedua orang yang melanggar aturan perpustakaan untuk tidak membuka portal. Dan Strange serta [Y/N] berakhir mempelajari buku di tangan mereka bersama dalam bentuk astral mereka.

"Aku dengar apa yang terjadi di Queens."

Strange tidak mengalihkan perhatiannya dari buku dan hanya berbicara dengan [Y/N] yang pada akhirnya mengalihkan perhatiannya dari buku yang ia baca.

"Ancient One yang memintaku untuk melakukan itu. Sedikit kesal dan menyesal, namun aku tahu aku tidak bisa menolak permintaannya sejak awal."

"Kenapa? Kau begitu saja mau menjadi buronan nasional hanya karena perempuan itu?" [Y/N] tampak membaca bukunya kembali. Ia tahu itu terdengar bodoh, namun ia punya alasan sendiri kenapa ia akan melakukan itu apapun resikonya.

"Kau ingat saat para dokter dan juga pihak rumah sakit menyerah dengan keadaanku? Tidak ada keluarga, tidak ada yang membiayai semua hal yang kudapatkan dari rumah sakit itu," [Y/N] berbicara dengan Strange dan tidak menjawab pertanyaan itu begitu saja, "kau dan juga Miss. Palmer yang tidak pernah menyerah untuk mempertahankanku. Dan pada akhirnya, kau membiayai semua biaya rumah sakitku hingga aku pergi ke Kamar Taj dan menghilang selama 1 tahun. Hingga sekarang aku berhutang nyawa padamu."

"Aku tidak melakukan apapun. Aku gagal menyembuhkanmu, dan aku hanya menggunakanmu untuk penelitianku. Itu bukan menolong."

"Jika kau tidak melakukannya, maka aku tidak akan sempat bertemu dengan Ancient One dan juga menyembuhkan kelainanku. Apapun alasanmu, aku tetap berhutang nyawa padamu," ia memberikan jeda pada perkataannya sebelum melanjutkan kembali, "dan itu juga yang membuatku mau untuk melakukan apapun untuk Ancient One karena aku berhutang nyawa padanya."

...

"Kau tidak akan membiarkan dirimu terbunuh juga jika aku atau gadis itu dalam bahaya bukan?"

"Siapa yang tahu?"

.
.

"Baiklah, aku akan pergi," [Y/N] membawa beberapa buku tugas sekolah yang ia bawa dan berjalan menuju ke gerbang menuju New York Sanctum. Hanya Ancient One dan juga Strange yang melihatnya pergi saat itu dan mereka berdua hanya mengangguk saja.

"Hai Mr. Drumm," [Y/N] tampak melambaikan tangannya dan berjalan menuju ke pintu keluar Sanctum. Ia baru saja melangkah turun dari tangga bangunan itu dan akan berjalan menuju ke menara setelah memberikan pesan pada Tony.

"[Y/N]?"

Ia menoleh dan menemukan Peter yang tampak berayun dengan seragam Spidermannya.

"Kenapa kau ada disini?"

"Oh, aku mencari pemilik anjing yang hilang, kulihat di kalungnya ada ukiran alamatnya dan aku mengantarnya sampai disini," Peter tampak menjelaskannya dengan nada riang seperti biasa, "kukira kau berada di Nepal?"

"Baru tiba. Makanya aku ada disini," ia menunjuk bangunan di belakangnya dan Peter hanya menatap bangunan itu namun memiringkan kepalanya karena tidak mengerti, "sudahlah, bagaimana pekerjaan internshipmu di menara Stark?"

"Bagaimana kau tahu?"

"Stark menghubungiku beberapa hari yang lalu. Lagipula ia bodoh jika tidak benar-benar mempekerjakanmu sebagai intern di perusahaannya," wajah Peter memerah dibalik topengnya.

"Uh, kurasa itu pujian?"

"Anggap saja begitu," [Y/N] mengangkat bahunya tidak begitu peduli.

"Ngomong-ngomong, apakah ada sejenis Hogwarts di Nepal? Kenapa kau tiba-tiba pergi kesana?" Peter tampaknya tertarik dengan menghilangnya ia beberapa hari yang lalu ke Nepal.

"Seperti Peron 9 3/4, itu gerbang menuju tempatku berlatih sihir."

"Whoaa, bagaimana kalau kau menunjukkannya padaku lain kali?" Peter berjalan bersama dengan [Y/N] pada akhirnya kembali ke tempat masing-masing.

"Tentu, akan kutanyakan pada Granny."

"Granny?"

.
.

"Kemungkinan aku akan beberapa kali pergi untuk mengurus sesuatu. Aku akan kembali sebelum pukul 8 pagi."

Entah kenapa sejak ia tinggal bersama dengan Tony, ia terbiasa untuk mengatakan kemanapun ia akan pergi pada Tony. Atau setidaknya pada Friday yang akan mengatakannya pada Tony. Ia tidak begitu peduli apakah Tony akan mengizinkan atau tidak, meskipun pada akhirnya Tony sama sekali tidak melarangnya dan hanya mengangguk asalkan ia pulang setiap malam.

'Ia tidak akan peduli,' itu yang dipikirkan olehnya dan ia segera mengangkat bahu. Ia tidak begitu peduli juga, lagipula sejak ia lahir hingga sekarang bahkan Tony tidak pernah peduli dengannya.

"Tentu, apakah ada yang bisa kubantu?" Tony tampak memakan makanannya dan membuat [Y/N] yang juga memakan makanannya dihadapan Tony tampak mengerutkan dahinya.

"Bantuan?"

"Kau terlihat sibuk, mungkin aku bisa membantu beberapa hal jika aku bisa?"

"Apakah kau percaya pada sihir?"

"Tidak pernah."

"Kalau begitu kau tidak akan bisa membantu," [Y/N] tampak kembali menyelesaikan makanannya. Tony tampak diam, ia menoleh pada [Y/N] sebelum mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.

"Aku menemukan ini di kamarmu," ia menatap sebuah botol berwarna putih yang merupakan obat dengan nama Oxycodon. Itu adalah obat yang ia ambil dengan Christine. Sejenis obat untuk meredakan nyerinya, "kau tidak sedang memakai obat terlarang kan?"

"Kau memasuki kamarku sembarangan."

"Sebagai pembelaan, aku tidak tahu jika saat itu kau sudah pergi. Aku ingin membangunkanmu saat kau mengatakan akan pergi ke Nepal," [Y/N] tampak menatap tajam kearah Tony, "kau belum menjawab pertanyaanku."

"Apa pedulimu?"

"Kau adalah tanggung jawabku sekarang. Tentu saja jika ada masalah darimu, aku harus menyelesaikannya," [Y/N] tampak terdiam sebelum mendengus pelan, "obat itu tidak baik untuk tubuhmu."

"Kau tahu apa? Kau tidak tahu apa yang baik atau buruk untuk tubuhku. Dan ini bukanlah sesuatu yang kau pikirkan," [Y/N] tampak berdiri dan mengambil obat miliknya, "tetapi apa yang bisa kulakukan? Memang kau bisa percaya pada orang sepertiku?"

Ia segera berbalik dan meninggalkan Tony yang tampak terdiam dalam posisi yang sama.

.
.

"[Y/N]?"

Ia menoleh keesokan harinya, saat itu hari Sabtu. Peter mulai menetap di menara Stark saat weekend untuk mulai menjadi seorang intern. Tentu itu artinya ia akan bertemu dengan Peter disini saat hari Sabtu dan Minggu. Ia menoleh dengan malas kearah Peter dari posisi berbaringnya.

"Ah maaf aku mengganggumu. Mr. Stark memintaku membangunkanmu karena makan pagi sudah siap."

"Aku tidak selera makan. Dan bosan dengan junk food."

"Ah, aku tahu ini tidak sopan, namun sebenarnya aku membuatkanmu dan Mr. Stark makan pagi. Hanya pancake, karena sejak minggu kemarin Mr. Stark mengatakan jika kalian hanya makan makanan instan setiap hari," entah kenapa perkataan itu sukses untuk membangunkan [Y/N] dari tidurnya.

.
.

Tony dan juga [Y/N] tidak berbicara sama sekali bahkan tidak saling bertatapan saat mereka bertiga mulai dan selesai makan pagi. Peter mencoba untuk mengajak Tony berbicara tentang apa yang ia lakukan malam tadi, dan Tony menanggapinya dengan biasa namun [Y/N] tidak menanggapinya.

Begitu juga saat Peter berbicara pada [Y/N] tentang apa yang terjadi saat ia pergi ke Kamar Taj, [Y/N] hanya menjawab seadanya dan tidak tertarik untuk berbicara lebih lanjut.

Hingga setelah makan pagi, ia tampak duduk di sofa ruang tengah, menyalakan film Star Wars, dan menontonnya sementara Tony tampak turun ke bawah menuju ke laboratoriumnya.

"Boleh aku bergabung?"

Ia menoleh kearah belakangnya dan melihat Peter yang berdiri di belakang sofanya.

"Bukankah kau seharusnya bekerja sebagai asisten Stark?"

"Mr. Stark mengatakan tidak ada pekerjaan yang penting. Jadi, aku ingin menonton," Peter segera menempatkan diri disamping [Y/N] dan ikut menonton. [Y/N] baru memperhatikan dengan seksama pakaian yang dikenakan oleh Peter. Sebuah sweater dengan science pun disana berwarna biru.

"Katakan pada Stark aku tidak butuh ditemani."

"Ayolah, lagipula aku belum menonton episode ini," Peter tampak mengambil minuman kaleng yang belum terbuka dan membuka sebelum meminumnya.

"Yakin, bukankah kau masih gugup berdekatan denganku?"

"Ti-tidak," ia yakin tadi Peter sempat tersedak sedikit. Ia tampak menatap kearah Peter yang memalingkan wajahnya dari [Y/N]. [Y/N] sendiri tampak terdiam sebelum mendengus dan menggeser tubuhnya mendekati Peter. Ia bisa melihat tubuh pemuda itu tampak menegang saat ia mendekat hingga bahu mereka bersentuhan, "uh, [Y/N]?"

"Hm, hari ini suhunya cukup dingin. Tidak masalah bukan? Toh, kau tidak merasa canggung denganku," [Y/N] tidak bisa menghilangkan senyumannya. Dan tidak sampai sana, ia menyenderkan kepalanya pada bahu Peter. Ia yakin wajah Peter saat ini bisa disamakan dengan warna kepiting rebus, "aku bisa mendengar suara detak jantungmu kau tahu?"

"Jangan menggodaku!"

"Kalau kukatakan aku suka menggodamu bagaimana?" Peter menggerutu dan tampak terdiam sejenak sebelum menaruh pelan kepalanya diatas kepala [Y/N]. Kali ini pemuda itu sedikit tersentak dengan itu.

"Aku tidak akan membiarkan hanya kau yang menggodaku. Bagaimana?!" Peter tampak tertawa penuh kemenangan dan melirik pada [Y/N] yang hanya diam. Saat ia menoleh sedikit, ia bisa melihat wajah [Y/N] saat itu memerah padam.

...

"Oke, ini canggung," Peter tampak menutup wajahnya dengan sebelah tangan dan [Y/N] hanya menunduk semakin dalam dengan wajah memerah.

"Tentang," [Y/N] mendengar suara Peter yang berbisik itu, "tentang ciuman itu..."

"Kau tidak perlu memikirkannya jika kau tidak suka."

"Bu-bukan begitu, tetapi itu pertama kalinya seseorang mencium bibirku. Dan aku tidak tahu aku menyukainya atau tidak karena itu berlangsung terlalu cepat," [Y/N] tampak diam sebelum mengangkat kepalanya. Wajahnya masih merah, dan ia menatap Peter yang balas menatapnya.

"Bagaimana kalau kita lakukan sekali lagi? Untuk memastikan apa kau menyukainya atau tidak?"

"Ap--sudah kukatakan jangan menggodaku!" Peter merasa wajahnya semakin panas dan akan meledak. Namun, ia terdiam saat melihat wajah [Y/N].

"Aku serius," [Y/N] tampak bergumam dan menatap Peter yang diam sebelum ia tampak menggigit bibir bawahnya. Ia mengangguk pelan meski [Y/N] sudah terlebih dahulu mencondongkan tubuhnya dan mendekatkan wajahnya pada Peter. Ia menahan lengan atas Peter pelan dan memiringkan kepalanya.

Peter sendiri tampak hanya diam menutup matanya saat ini.

Dan kembali wajah mereka semakin dekat hingga bibir mereka akan bersentuhan. Namun, [Y/N] yang tidak menutup mata dan menatap kearah belakang Peter dimana Tony berdiri diambang pintu menuju bengkelnya dengan secangkir kopi hangat dan hanya menatap mereka berdua.

"Lanjutkan saja, aku tidak akan mengganggu kalian selama kalian tidak lupa menyiapkan kondom," Tony menyerup kopinya dan Peter segera menoleh kearah Tony dengan cepat.

"MR. STARK!"

[Y/N] menggerutu pelan dan hanya mendengarkan perkataan Tony dan Peter saat sesuatu seolah memberitahunya jika ada yang terjadi.

"[Y/N] katakan sesua--[Y/N]? [Y/N]!"

[Y/N] sudah membuka portal menuju ke Sanctum New York tanpa mengatakan apapun pada Peter ataupun Tony. Dan Peter tampak berlari mengejarnya dengan segera sebelum portal tertutup.

.
.

"BERHENTI!"

Kaecillus menusuk perut Daniel lebih dalam saat ia menyerang Sanctum New York. Ia menoleh kearah Strange yang bahkan tidak sadar sudah berteriak.

"Sudah berapa lama kau berada disini Mr--"

"Doctor."

"Mr. Doctor?"

"Strange."

"Who knows, aku tidak berhak untuk mengatakannya," Kaecillus mengangkat bahunya dan Strange menatapnya dengan tatapan heran.

"KAECILLUS!"

[Y/N] segera menyerang pria itu saat muncul dari portal itu. Bersama dengan Peter yang menyusulnya tadi. Ia menggerakkan tangannya, membentuk sihir berbentuk tali yang segera ia cambukkan pada Kaecillus. Tentu pria itu mengelak.

"[Y/N], sudah sangat lama aku tidak melihatmu..."

.
.

Pada akhirnya Peter membantu begitu juga dengan [Y/N] yang melawan anak buah Kaecillus. Saat ini, semua anak buah Kaecillus sudah dibawa ke tempat lain dan Strange sudah membungkam Kaecillus dengan alat sihir yang ada di atas.

Peter dan [Y/N] menunggu dibawah dan ia hanya menghela napas.

"Kenapa kau malah ikut?"

"Kau tiba-tiba pergi, kukira mungkin ada sesuatu yang gawat. Makanya aku mengikutimu," [Y/N] menghela napas dan memijat dahinya. Peter seperti seseorang yang mencoba mencari bahaya.

"Kau tahu, sesekali berpikirlah dulu sebelum--" [Y/N] menoleh pada belakang Peter dimana sebuah portal tampak muncul disana. Dan ia melihat salah satu anak buah Kaecillus yang tadi sudah ia lempar keluar dari bangunan ini. Muncul disana, membentuk sebuah pisau transparan dengan memadatkan udara disekelilingnya.

Dan ia membulatkan matanya.

.
.

"Kau pikir darimana keabadian yang ia dapatkan?"

Kaecillus tampak masih terikat namun tidak ada sama sekali rasa takut di matanya. Strange sendiri saat ini terlihat ragu akan sesuatu.

"Dan [Y/N]. Kau yang mengetahui bagaimana keadaannya sebelum ia terkirim ke kamar Taj. Bukan sepertimu yang cacat, ia sekarat dan akan mati. Kau pikir bagaimana ia bisa tetap hidup bahkan terlihat seperti orang normal?" Kaecillus tersenyum sinis pada Strange, "mereka menggunakan kekuatan dari dark dimension."

...

"Ancient One dan [Y/N], mereka sama seperti kami."

.
.

[Y/N] menggerakkan ruangan hingga pria itu berguling dan lemparannya meleset tidak mengenai Peter. Beruntung Peter bisa menempel pada lantai yang ada disana, hingga dia tidak ikut berguling.

"[Y/N]?!"

"Lepaskan kakimu," [Y/N] menatap kearah Peter yang ia jadikan sebagai penahan agar ia tidak berguling.

"Jika aku melepaskannya, kita akan jatuh!"

"Percayalah padaku," Peter menatap kearah [Y/N] sebelum mengangguk dan melepaskan kakinya. Mereka terjatuh bebas dari ruangan yang sudah berubah posisi itu. Hingga pada satu titik, [Y/N] segera membuka portal ditengah udara di bawah mereka menuju ke menara Stark bersamaan dengan anak buah Kaecillus yang melemparkan kembali pisau transparan itu kearah mereka.

Dan portal tertutup dan menghilang, meninggalkan anak buah itu sendirian.

.
.

"AH!"

Posisi kembali berubah saat mereka keluar dari portal hingga mereka terseret di lantai. Peter mengaduh pelan karena terkena dampak benturan dan memegangi kepalanya. Ia menoleh pada [Y/N] yang tampak bangkit dari posisinya.

"Kau tidak apa?" [Y/N] bertanya dan menatap Peter mengecek keadaannya. Peter hanya mengangguk dan menghela napas.

"Ya, bagaimana denganmu--" Peter tampak akan menanyakan keadaan [Y/N] saat tubuh pemuda itu begitu saja lemah lunglai, terjatuh di lantai, "--[Y/N]!!!"

Dan saat ia melihatnya lebih jelas, tampak darah mengalir begitu saja dari punggung [Y/N]. Dan pemuda itu begitu saja kehilangan kesadaran.

"[Y-Y/N]?!"

To be Continue

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top