Terbongkar
ARK Proudly Present
"HATE AND (To be a) LOVE"
Naruto Belongs to MK
.
.
Warning : Vote and Support SasuFemNaru
.
.
Eps 2
.
.
Sky Blue berlayar dengan lembut dimalam yang tenang. Suasana malam yang begitu damai dilaut Konoha itu berbanding terbalik dengan perasaan seorang gadis yang saat ini sedang mengendap-endap digeladak kapal. Naruto, berusaha untuk tetap tenang dan menyembunyikan perasaannya yang campur aduk--, yang didominasi oleh perasaan takut dan penasaran. Mengingat, saat ini Sasuke tengah berbicara dengan Namikaze Karin, kakak tirinya.
Pencahayaan yang kurang dalam Yacht mewah itu membantu Naruto menyembunyikan siluetnya dengan sempurna dari Sasuke Uchiha yang saat ini terdengar sayup-sayup tengah berbicara melalui telpon genggamnya. Naruto melangkah mendekati sang pujaan hati dan berusaha untuk tidak ketahuan. Beruntung, tubuh mungilnya berhasil membuatnya tidak kesulitan untuk menyembunyikan diri.
Suara Sasuke terdengar jelas. Ia mencuri dengar.
"Iya, sayang?"
"..."
"Hn.. Aku masih sibuk mengerjakan skirpsi."
"..."
"Tidak bisa. Besok saja."
"..."
"Hn. Kau tidak perlu khawatir, kau wanita satu-satunya."
"..."
"Tentu saja kau adalah tunanganku."
"..."
"Besok kau bisa menemuiku dikampus, Karin."
"..."
"Hn."
"...."
"Baiklah. Aku juga mencintaimu."
Hancur sudah hati Naruto saat itu. Gadis itu membekap mulutnya dengan keras, berusaha untuk menyembunyikan isakannya yang terdengar pilu. Gadis pirang itu menangis hebat dalam diam. Ia sungguh tak sanggup untuk mendengarkan lebih jauh lagi apa yang saat ini Sasuke bicarakan dengan Karin, yang ternyata merupakan tunangan sang kekasih. Fakta itu membuat jiwanya terasa hancur. Ia kembali mengendap-endap untuk kembali ke tempat tidurnya yang sebelumnya ia tinggalkan. Ia memilih untuk pura-pura tidak tahu saat ini.
Naruto gadis yang cerdas untuk tidak memilih bertengkar dengan Sasuke ditengah-tengah lautan.
Ya Tuhan! Jerit Naruto dalam hati.
Ia telah kembali kedalam kasur empuk mereka, tubuh mungilnya bergetar hebat. Ia mengingat bagaimana Sasuke mengatakan kata-kata cinta untuk gadis lain. Rasanya luar biasa menyakitkan. Ia ingat bagaimana Sasuke mengatakan bahwa Karin Namikaze adalah satu-satunya wanita yang dicintai- karena faktanya mereka bertunangan. Rasanya mengancurkan seluruh harga dirinya. Ia menangis untuk kekecewan dan rasa sakit yang dirasakannya. Penyesalan yang tiada dua. Ia menyerahkan mahkotanya untuk laki-laki yang dikiranya begitu mencintainya. Ironinya, ia menyadari bahwa seluruh hatinyapun telah ia berikan kepada laki-laki yang bahkan tidak mencintainya.
Naruto dipermainkan.
"Bodoh kau, Uzumaki Naruto!" Gadis itu memaki dirinya sendiri. "Ya Tuhan! Kaa-san.. Maafkan Naru." Dalam tangis ia berkata lirih dengan begitu menyedihkan. Ia merasa malu, ia merasa gagal dan ia merasa tidak berharga.
Dia merasa marah luar biasa. Ia membenci kekasihnya. 'Oh benarkah kekasih? Ketika aku ragu bahkan Si brengsek itu mengakuiku sebagai kekasih,' pikir Naruto kalut.
Harga dirinya hanya untuk sebuah permainan laki-laki brengsek itu.
Uchiha Sialan.
Naruto berusaha menguatkan dirinya. Setelah hidupnya yang begitu menyedihkan, kini ia terhempas kembali ke jurang yang sama. Jurang kesedihan dan keputusasaan.
Tetapi..
"Aku tidak akan kembali hancur," desisnya.
Tangannya mencengkram erat selimut yang menutupi tubuh mungilnya. Dalam keadaan sakit hati, Naruto segera menghapus air matanya. "Aku tidak akan menangis untuk seorang laki-laki brengsek." Tekadnya.
"Maafkan Naru, Ibu. Naru mungkin tidak akan menjadi wanita yang baik."
Kata-kata itu keluar begitu saja. Mata gadis itu berubah dingin. Dengan sejuta amarah dan kekecewaan.
"Naru sudah bosan hidup menjadi wanita baik."
Dialognya sendiri menyampaikan kepedihan hatinya kepada sang Ibu, berharap angin malam menyampaikan kepada Kushina, Ibunya yang telah tiada. Selama ia hidup Naruto merasa hidupnya tidak berjalan baik. Selalu berujung pada kehancuran. Padahal ia selalu berusaha menjadi wanita yang baik.
Dan kini, setelah ia berhasil menata hidupnya kembali. Sasuke Uchiha dengan lancanganya kembali menghancurkannya.
Naruto kehilangan alasan untuk hidup menjadi wanita baik-baik.
Setelah semuanya direnggut Sasuke.
Sayup-sayup gadis itu mendengar suara langkah kaki. Itu Pasti Sasuke. Buru-buru Naruto berpura-pura tidur kembali. Seakan tidak terjadi apa-apa.
.
.
***
.
.
Sasuke Uchiha kembali kekamar digeladak kapal. Menghampiri gadis pirangnya yang saat ini sedang terlelap begitu damai. Ia menaiki kasur, memandang sesaat gadisnya yang cantik bak malaikat dinegeri dongeng sana. Tak menunggu waktu lama, ia segera bergabung dengan Naruto. Sang Uchiha lantas membalik tubuh Naruto yang tertidur membelakanginya.
'Sialan! Semoga si Teme tidak menyadarinya,' batin Naruto setengah panik. Berharap tidak menyadari adanya bekas air mata pada wajahnya. Dan berhasil. Sasuke ternyata tidak menyadarinya. Lantas ia segera memeluk si pirang dengan erat, begitu posesif.
'Tahan Naru, jangan sampai lepas kendali,' pikir Naruto tatkala merasakan tangan berotot Sasuke memeluknya. Rasanya gadis itu ingin melempar Sasuke ke tengah laut.
Sasuke menyeringai begitu menyadari Naruto bergerak tidak nyaman dipelukannya. Bukannya melepaskan, tapi Sasuke malah bergerak lebih intim dan menempatkan Naruto tidur pada dada bidangnya yang polos.
Sebelum kembali memejamkan matanya, Sasuke menerawang seraya memperhatikan Naruto. Gadis miskin ini begitu sempurna. Dan gadis ini adalah miliknya, pikir Sasuke puas begitu mengingat bahwa ia adalah yang pertama bagi Naruto.
Tidak sia-sia ia mengejar Naruto selama berbulan-bulan. Berusaha setiap hari mengganggu gadis itu di kampus mereka. Meluluhkan Naruto Uzumaki itu sangat sulit.
Saat pertemuan pertama mereka, Sasuke langsung tertarik dengan gadis yang sangat cantik dan berpenampilan sangat sederhana itu. Dalam perkenalan pertamanya, Sasuke bahkan ingat bahwa gadis pirang ini berbeda dengan gadis lainnya. Alih-alih menyambutnya dengan suka cita, si pirang itu malah menatapnya galak dan berlalu begitu saja setelah memberi tahu namanya dengan ketus.
Namanya Uzumaki Naruto. Gadis yang menjadi primadona baru di Konoha University. Seorang gadis cerdas penyandang beasiswa fakultas ekonomi dan miskin. Hidupnya sebatang kara. Sudah menjadi rahasia umum Naruto Uzumaki adalah gadis galak namun kesayangan para dosen fakultas ekonomi. Guru Iruka salah satunya. Dosen itu selalu menganak emaskannya. Tak ayal selalu menjadi buah bibir mahasiswi yang iri.
Bukannya tersinggung, Sasuke semakin tertarik pada gadis pirang itu. Ia merasa tertantang untuk menaklukan gadis incaran mahasiswa Konoha. Seminggu setelah pertemuan pertamanya, sang Uchiha bungsu dengan percaya diri menyatakan cinta kepada Naruto dihadapan para sahabatnya Sasori Akasuna dan Hyuga Neji serta beberapa mahasiswa yang pada saat itu berada di koridor kampus Konoha, perbatasan gedung fakultas ekonomi dan fakultas Tehnik Industri.
"Mulai hari ini kau akan menjadi kekasihku." Nada memerintah yang dikeluarkan Sasuke begitu terdengar pongah ditelinga Naruto yang saat itu membola kaget.
Setelah mendengus meremehkan, Naruto menjawab dengan begitu anggunnya. "Kau sedang bercanda, Uchiha-Senpai?" Dan berlalu pergi.
Neji dan Sasori tidak bisa menahan tawanya. Sasuke menggeram marah. Ia ditolak untuk kali pertama oleh seorang gadis miskin yang tak lain adalah adik kelasnya sendiri. Dan itu melukai harga dirinya yang sempurna.
Tak sampai satu hari, gosip Uzumaki Naruto si gadis miskin menolak pernyataan cinta sang pangeran kampus menyebar dengan cepat.
Sasuke murka luar biasa. Sahabatnya tak membantu. Bahkan Sasori dan Neji menggodanya dengan terang-terangan. Egonya terluka. Tapi bukan Uchiha namanya kalau menyerah begitu saja. Apalagi setelah Sasuke dipermalukan.
"Kalian lihat saja, aku akan membuat gadis itu bertekuk lutut kepadaku," katanya dengan rahang mengeras kepada Neji dan Sasori saat itu. "Kalian akan mendengar pernyataan cintanya secara langsung."
"Kami akan menunggumu, Sas," balas Sasori mengejek. Neji mengangguk setuju.
Tidak ada yang tidak bisa seorang Uchiha Sasuke lakukan. "Jika aku berhasil mendapatkan gadis itu, memangnya apa yang aku dapatkan?" Tanya Sang Uchiha dingin. Nadanya penuh dengan obsesi dan menantang.
Neji Hyuga terpancing. "Ambil mobil kesayanganku," balasnya menantang. "Dan mobil kesayanganku juga," tambah Sasori bertaruh.
Bungsu Uchiha itu menyeringai. "Deal."
Bulan ke tiga setelah Sasuke dengan gencar mengejar sang Uzumaki. Akhirnya Naruto menerima pernyataan cintanya. Berita Sasuke dan Naruto menjadi sepasang kekasih berhasil menjadi berita paling heboh di kampus Konoha.
Dan saat ini gadis yang susah payah ia dapatkan sudah berada dipelukannya. Miliknya. Dan terpenting mencintainya. Sasuke menghirup aroma jeruk pada helai pirang kekasihnya. Aroma memabukan yang membuatnya selalu merasa ketagihan. Sasuke benar-benar tersenyum puas.
"Aku tidak akan melepaskanmu, Naru," bisiknya tak menyadari Naruto hanya pura-pura tertidur dan menantikan kalimat selanjutnya. "Tidak akan melepaskanmu, setidaknya sampai aku merasa bosan."
'Dan mungkin tidak akan pernah merasa bosan,' lanjut Sasuke dalam hati, serta merta menghirup aroma jeruk itu kembali. Kali ini dengan kecupan pada kepala gadisnya yang ia pikir sudah terlelap.
Naruto merasa tubuhnya menggigil karena amarah dan kesedihan. Sekuat tenaga ia menahan agar sandiwaranya tidak gagal. Naruto sendiri kaget luar biasa ia bisa menahan diri sejauh ini.
"Dan sampai mobil kesayangan Si Hyuga dan Akasuna menjadi milikku." Sasuke benar-benar tidak menyadari suaranya terdengar jelas oleh Naruto.
"Segeralah kau katakan didepan mereka bahwa kau mencintaiku, Dobe-chan. Aku menyukai pertaruhan," ujarnya pelan dengan nada kemenangan dan licik. Setelah berkata demikian, Sang Uchiha terlelap dengan hati yang benar-benar puas.
'BAJINGAN KEPARAT!!' Umpat Naruto murka merasa harga dirinya diinjak-injak.
Fakta lainnya, selain ia dibohongi oleh Sasuke Uchiha, dia juga dijadikan sebagai bahan taruhan. Naruto sangat-sangat membenci Uchiha Sasuke.
Seharusnya ia tidak sebodoh itu.
Pria brengsek tetaplah brengsek.
'OH TUHAN! KENAPA DIA KEJAM SEKALI!'
.
.
***
.
.
"Aku harus memakai baju apa?"
Dilihatnya isi lemari putih yang dipenuhi dengan baju-baju bermerk dan tentunya berharga sangat mahal, Karin Namikaze sedang memilih-milih baju terbaik untuk dipakainya. Ia tidak sabar ingin menemui tunangannya siang ini.
"Aku akan bertemu dengan Sasuke-kun. Aku harus tampil secantik mungkin!" Gadis bersurai merah itu terpekik senang, dalam bayangannya ia akan segera bertemu dengan Sasuke. Tunangannya yang tampan dan sempurna.
Setelah satu bulan mereka tidak bertemu. Sasuke selalu mencari alasan untuk tidak bertemu dengannya. Padahal sesibuk-sibuknya Sasuke, pria itu selalu menyempatkan untuk bertemu. Bukannya Karin tidak tahu bagaimana keseharian sang Uchiha di kampusnya. Pamor playboynya sudah menjadi rahasia umum. Namun Karin bersikap seolah-olah tidak tahu. Karena anak kedua Namikaze Minato itu yakin, pada akhirnya Sasuke Uchiha akan menjadi miliknya.
Akan tetapi,
Dalam beberapa bulan terakhir, orang kepercayaan Karin yang berkuliah di Konoha University selalu memberikan informasi yang membuat kenyamanan Karin terusik. Sasuke sedang mengejar seorang gadis. Namanya Uzumaki Naruto.
Ia mendapatkan potret gadis itu.
Karin merasa kesal luar biasa. Bagaimana mungkin ada gadis secantik itu? Bahkan dengan pakaian kumal dan murahan, gadis itu terlihat sangat menawan.
Tidak pernah seorang Karin Namikaze merasa terancam seperti saat mendengar bahwa Sasuke berhasil menjadikan si gadis pirang kekasihnya. Karin yang pada awalnya mengira bahwa Sasuke takkan bertahan dengan gadis itu dalam waktu satu minggu. Karena pada kenyataannya, Sasuke senang berganti wanita. Namun, sebulan telah berlalu dan tunangannya tidak memperlihatkan tanda-tanda bosan. Karin tidak bisa berdiam diri.
Setiap saat Karin akan berusaha menghubungi Sasuke tatkala seseorang memberitahu jika Sasuke sedang bersama gadis pirang itu.
Karin akan mengganggunya.
Tidak bisa. Tidak ada satupun gadis yang lebih pantas dari Karin Namikaze untuk menjadi wanita yang bersanding dengan Uchiha Sasuke.
Karin menatap dirinya dalam sebuah cermin mewah dengan ukiran emas disampingnya. Pantulan dirinya mengenakan busana bermerk versace berwarna hitam keluaran terbaru memperlihatkan kecantikan wanita bertubuh bak model itu.
"Hmm," Karin bergumam puas. Tak sia-sia ia merogoh kocek yang dalam untuk membeli salah satu busana termahal ini. 'Akan kuperlihatkan kelasmu dimana, gadis miskin tidak tahu diri,' batinnya sembari membayangkan wajah cantik saingannya.
Karin memiliki rambut merah yang indah khas Uzumaki. Wajahnya menurun dari sang Ibu, Sara Namikaze. Tidak terlalu cantik. Namun Karin berusaha menutupinya dengan sedikit polesan tangan canggih para dokter bedah pada matanya yang tak memiliki lipatan dan dagunya. Keahliannya dalam ber-make up menambah kesempuranaan parasnya. Tidak ada seorangpun yang menyadarinya, dan Karin tidak akan membiarkan satu orangpun mengetahuinya.
Seraya bersenandung mahasiswa Universitas Suna jurusan desainer itu memoles wajahnya. Sentuhan terakhir memberikan lip tint berwarna merah muda pada bibirnya. "Sempurna," ujarnya puas seraya tersenyum.
Tok Tok Tok!
Seseorang mengetuk pintu kamar Karin.
"Saya, Ayame, Nona!"
"Masuk saja, Bi."
Asisten Rumah Tangga yang berusia hampir setengah abad itu menyerahkan sebuah amplop berwarna cokelat.
"Nona, ada kiriman surat untuk anda."
Karin mengambilnya segera dan memerintahkan Ayame untuk segera meninggalkan ruangannya. Lantas Karin menatap amplop coklat itu. Tubuhnya merinding. Sebelum membukanya, ia sudah tahu isi surat itu. Namun ia tetap membacanya.
Dear Ms. Karin Namikaze
Dengan berat hati saya terpaksa menginfomasikan kepada anda bahwa Yayasan kami kembali mengalami kekurangan dana. Kami memerlukan seratus juta dengan segera untuk menutupi berbagai biaya. Kami mengharapkan uang tersebut di transfer ke rekening seperti biasa.
Tidak ada tanda tangan, namun Karin tahu siapa yang mengirimkan surat itu. Karin duduk seraya bergetar menatap surat itu dengan wajah pucat pasi.
'Ini tidak pernah berakhir.'
Pemerasan itu tidak pernah berakhir.
Karin menggeram putus asa. Ia tidak tahu perbuatan cerobohnya dimasa lalu membuahkan teror dalam hidupnya. Kecelakaan kecil yang ia rencanakan ternyata sampai menghilangkan nyawa seseorang. Ia menyesal. Niat hati ingin memberikan peringatan, namun siapa sangka orang yang ia suruh telah melakukan kesalahan?
Ada suara pria dewasa terdengar sayup-sayup ditelinganya. Itu Kurama dan Minato. Kakak dan ayahnya sedang mengobrol. Gadis itu mendesah putus asa.
'Entah bagaimana jadinya Kak Kurama dan Ayah kalau mengetahui aku menghabiskan uangnya untuk membayar seseorang yang telah menjadi saksi aku menjadi seorang pembunuh.'
Karin ketakutan. Alasannya menghabiskan uang untuk memenuhi keinginannya belanja tidak akan selalu efektif. Ia tahu itu.
.
.
Bersambung..
.
.
Hai Hai.. Maaf ya lanjutannya pendek. ;) Jangan lupa Votenya. Ditunggu juga kritik dan sarannya.
Oya, Kalau votenya lebih dari 50, Saya akan update cepet.. :)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top