Sekutu
ARK Proudly Present
"HATE AND (To be a) LOVE"
Naruto Belongs to MK
.
.
Warning : Vote and Support SasuFemNaru
.
.
Eps 32
.
.
Selama ini Kurama selalu bertanya-tanya, mengapa bisnis Uchiha begitu mudah berkembang pesat. Kepemimpinan misterius kerajaan bisnis Uchiha yang pada awalnya semua orang kira adalah hasil seluruh jerih payah Uchiha Fugaku ternyata keliru. Dikenalkannya Uchiha Sasuke sebagai pewaris tunggal kerajaan bisnis itu meragukan semua orang. Namun begitu melihat bagaimana Sasuke bekerja dan mengendalikan, semua orang dibuat bungkam. Pemuda itu jelas sangat mampu, namun memang belum cukup membuat Kurama puas ketika ia tahu bahwa Uchiha Sasuke bahkan membangun Taka Grup diusia delapan belas. Performa perusahaan itu terus menanjak bahkan besarnya perusahaan itu hampir menyaingi Uchiha Grup sendiri.
Bagaimana bisa?
Padahal Kurama dan Minato dikenal sebagai pasangan emas. Duo jenius dan julukan superior lainnya. Tapi nyatanya diatas langit masih ada langit. Diatas kejeniusan Kurama masih ada Uchiha Sasuke.
Dan seolah menjawab seluruh pertanyaan Kurama selama ini, sang kakek membuka kartu gelap Uchiha Sasuke. Dia bukan hanya pemimpin. Tapi, pemilik organisasi bawah tanah yang menguasai hampir separuh dunia bawah Jepang. Mugen Tsukoyumi. Kurama dibuat merinding oleh pemuda dihadapannya.
Pantas saja Uchiha Sasuke begitu berkuasa. Begitu mengendalikan. Seolah-olah memiliki segalanya. Dan tidak pernah takut apapun.
Karena pemuda itu memang memiliki segalanya. Entah kenapa, Kurama menjadi kesal sendiri.
"Kau benar-benar memegang kendali organisasi itu, Sasuke?" Tanya Minato dengan nada suara khawatir yang tidak ditutup-tutupi. Demi Tuhan! Putri kecilnya menjalin hubungan dengan pemuda berbahaya.
Kenapa Fugaku tidak pernah mengatakannya? Batin Minato.
"Ya, Ayah," sahut Sasuke pendek. Sasuke memanggil Minato dengan sebutan ayah setelah melihat hubungan Naruto dan sang calon mertua membaik. Niat hati ingin mengakrabkan diri dengan ayah Naruto agar urusan percintaannya dengan sang pujaan hati tidak tersandung kendala apapun. Manis sekali.
Kurama mengernyit mendengar panggilan itu. Sangat aneh dan terlalu memaksakan diri bersikap ramah, pikir Kurama pada Sasuke yang terkenal dingin dan bermulut sadis.
Minato mengabaikan panggilan itu dan bertanya kembali. "Kau yakin itu tidak berbahaya? Maksudku untuk putriku, kau memiliki banyak musuh?"
Sasuke mengerti kekhawatiran Minato dan dengan tenang pemuda itu menjelaskan. "Kami tidak memilki musuh didunia gelap, setidaknya sampai saat ini. Karena tidak ada yang tahu bahwa organisasi itu milik kami," jelasnya merujuk untuk klan Uchiha. "Kakekku membangun Mugen bukan untuk kekuasaan tapi untuk keamanan Uchiha Grup, pada awalnya."
"Lalu?"
"Hashirama-san dan Kakek Madara memiliki kecintaan yang sama yaitu Konoha." Sasuke melirik Hashirama yang menyeringai. "Jika Hashirama-san mengedalikan langsung di dalam pemerintahan untuk pembangunan Konoha maka lain halnya dengan kakekku. Dia mengendalikan dunia bawah untuk memastikan bahwa pembangunan Konoha tidak ada gangguan. Dan semua itu berjalan hingga saat ini."
Kurama menganga.
Pantas saja kerajaan bisnis Uchiha tidak pernah diserang apapun. Perizininan tanah untuk pembangunan terkesan mudah. Dan tidak pernah Kurama mendengar Uchiha mengalami perampokan dan lain sebagainya. Ternyata mereka memilki malaikat maut sebagai penjaganya.
Minato mendesah lega mendengarnya. "Aku lebih menyukai memiliki calon menantu seorang pembisnis sukses daripada seorang Yakuza."
Wajah Sasuke menegang. "Mugen bukan Yakuza, ayah," selanya. "Kami tidak pernah menyelundupkan narkoba atau senjata illegal. Kami bekerjasama dengan pemerintah dan kepolisian untuk Konoha dan mendapatkan imbalan besar karenanya. Kami tidak membunuh orang yang tidak terbukti berbuat kejahatan."
Kurama menyahut. "Tapi anggota yang kalian miliki adalah para pembunuh berdarah dingin. Mereka bisa membunuh manusia seperti membunuh seekor ayam." Setidaknya itu rumor yang Kurama dengar sehingga Mugen Tsukoyumi begitu ditakuti masyarakat.
"Tepatnya para mantan narapidana yang bebas atau para penjahat yang kami berikan pilihan. Mati atau mengabdi."
Minato menggeleng tidak percaya mendengar Sasuke menjelaskan hal tersebut dengan nada yang begitu enteng. "Ini gila!"
"Apa jaminan mereka tetap setia?" Seru Kurama.
Sasuke mendesah melihat reaksi Minato dan Kurama yang menunjukkan cikal bakal masalah doa restu untuk mendapatkan Naruto. Dan sepertinya memang Hashirama Senju benar-benar tidak menyukainya, lihatlah wajah kakek tua itu, pikir Sasuke ketika matanya melirik bagaimana sumringahnya wajah itu. "Mugen bekerja sama dengan pemerintah dan kepolisian. Untuk menjadi anggota Mugen, mereka diberikan satu syarat."
"Dan apa itu?!" Kurama tidak sabar.
Hashirama ternyata menimpali. "Anggota harus memiliki keluarga. Dan Uchiha Madara memiliki semua anggota keluarganya. Berkhianat berarti membunuh seluruh keluarganya tanpa ampun," katanya dengan nada dingin yang terlalu mendramatisir. "Pemuda didepan kalian adalah pewarisnya. Dia bisa memerintahkan untuk membunuh satu keluarga dengan satu ucapan.."
Hening.
Sasuke bungkam dengan wajah datar.
"Dia terlalu berbahaya untuk Naruto kita, ayah."
"Kau benar, Ku. Aku lebih menyukai Toneri Osutsuki sepertinya."
Sasuke panik. Sementara Hashirama tertawa puas. Sasuke ingin mengumpat dan menendang sesuatu. Tapi ia tahan mati-matian.
Sialan! Mereka bersekongkol memojokkan dirinya. Jika Naruto tidak bersamanya, maka lelaki manapun akan ia bunuh dengan senang hati. Tentu dengan tangannya sendiri, Sasuke berdehem. "Tapi poin utamanya bukan pembahasan ini. Mari kita kembali pada topik yang seharusnya kita bahas. Jauh lebih penting." Sasuke berusaha sabar dan menekankan diakhir kalimat.
Baik Kurama, Minato dan Hashirama mengangguk setuju.
Akhirnya Sasuke dapat mendesah lega. Ke empat pria itu terlibat pembicaraan yang sangat serius. Namun siapapun yang melihat bagaimana keempatnya melakukan pembicaraan itu akan dibuat merinding. Empat jenius dan empat orang superpower disatukan untuk menumbangkan satu musuh bukan merupakan kolaborasi sembarangan. Siapapun yang akan menjadi musuh mereka maka harus bersiap layaknya seekor tikus menghadapi empat singa sekaligus. Terlalu mengerikan.
Karena apapun yang menjadi rencana mereka maka akan menjadi mimpi buruk bagi siapapun yang akan menjadi musuh mereka untuk seumur hidupnya.
Sungguh sial nasib Namikaze Saara.
.
.
Genma melakukan seluruh perintah Saara dengan sempurna. Saat ini Namikaze Saara sedang berada diatas angin, Raikage A menghubunginya dan Kuro Zetsu memenuhi perintahnya. Hingga akhirnya Saara memerintahkan kepada anak buahnya yang lain untuk berhenti mengintai Genma. Pemuda itu nyatanya benar-benar dapat dipercaya.
Saat ini yang dilakukan Genma Shiranui benar-benar terus menempel disisi Saara. Mengetahui apa yang akan wanita jahat itu lakukan setelah ini. Dua hari, dan semuanya terlalu lancar. Apa Saara tidak merasa curiga atau memang wanita ini sangat bodoh? Pikir Genma menghina. Bagaimana mungkin dia bisa seyakin itu bisa mengalahkan Hashirama Senju, Kurama dan Minato sekaligus? Terlebih Uchiha Fugaku dan Uchiha Sasuke berada dipihak Uzumaki Naruto.
Tolol. Satu kata yang tepat, sinis Genma dalan hati.
Genma menatap Saara yang masih berusaha mengembalikan kewarasan Karin yang sudah dua hari tidak ingin berbicara apapun. Wanita itu nyaris frustasi namun tidak menyerah membujuk Karin yang membisu. Namikaze Saara tidak akan membiarkan Karin dirawat di rumah sakit jiwa walaupun dokter telah memberikan rujukan untuk memindahkan Karin ke dokter ganggun jiwa.
"Ada apa denganmu, Karin?" tanyanya dengan suara lirih, putus asa.
Sayangnya Genma sudah kehilangan simpatinya. Jika orang awam, mungkin akan turut sedih dan berempati.
"Genma," panggil Saara.
"Ya, Nyonya."
Wajah Sara telihat begitu dingin. "Bisakah kau menyelidiki kenapa Karin bisa bersikap seperti ini?"
Genma mengangguk. "Saya akan menyelidikinya, Nyonya. Namun izinkan saya untuk melihat ponsel Nona Karin. Saya membutuhkan sebuah petunjuk," katanya terlihat sangat meyakinkan.
"Lakukan sesukamu. Aku hanya ingin informasi secepatnya. Siapa yang telah menghancurkan anakku sedemikian rupa? Dia harus mendapatkan pembalasan yang jauh lebih menyakitkan."
"Saya mengerti, Nyonya." Karena memang Genma tidak tahu persis apa yang menyebabkan Karin sedemikian frustasi. Selain karena Uchiha Sasuke telah menjadi milik Uzumaki Naruto, satu-satunya alasan yang paling diyakininya adalah kehadiran Suigetsu serta Dan Kato dilayar televisi.
Namun entah kenapa Genma yakin ada alasan lainnya. Genma tidak pernah merasa bersemangat seperti saat ini, namun mengetahui penyebab lain kehancuran Karin sepertinya akan menambah penderitaan Namikaze Saara.
Dan Genma sepertinya tahu ia harus membawa ponsel itu kepada siapa. Tentu saja, kepada Namikaze Kurama.
.
.
Sementara itu, Naruto benar-benar diberi kebebasan oleh Sasuke. Setelah pulang dari kediaman kakeknya, Naruto tidak kembali ke mansion kekasihnya. Gadis itu memilih untuk tinggal diapartemennya bersama Sakura. Alasannya karena jarak yang cukup jauh untuk menempuh rumah sakit Konoha tempat Gaara dan Ino dirawat. Kemudian alasan lain Naruto adalah Kyuubi Senju yang meminta Naruto untuk menjadi designer calon bayinya dan tentu saja untuk gaun pengantin. Mengejutkan, Uchiha Itachi akan melangsungkan pernikahan tiga bulan lagi bersama gadis kecil itu. Dan setiap hari Kyuubi selalu menemuinya. Naruto tidak tega jika Kyuubi harus mendatangi mansion Sasuke yang cukup jauh, sementara usia kandungan Kyuubi masih sangat muda.
Dan dluar dugaan, Sasuke menyetujuinya dengan sangat mudah. Sasuke berkata, "Selama masa liburan sebelum ujian akhir semester genapmu dimulai, aku memberimu kebebasan untuk melakukan hal yang kau inginkan selama kau menjaga kesehatanmu dan keselamatanmu, sayang. Daripada, itu sepertinya memang dalam minggu ini aku akan menjadi sangat sibuk."
Kala itu Naruto memeluk kekasihnya penuh terima kasih. Dan berjanji tidak akan membuat Sasuke khawatir. Terlebih seperti yang Sasuke ucapkan, bahwa pemuda itu akan menghadapi minggu yang super sibuk.
Naruto keluar kamar dan mendapati Sakura berpenampilan tidak kalah rapi darinya.
"Selamat pagi, Sakura-chan."
Sakura menyahut. "Selamat pagi, Nyonya Uchiha," balasnya dengan nada menggoda. "Tidurmu nyenyak?"
Naruto mendengus geli mendengar panggilan Sakura kepadanya. "Cukup nyenyak. Sasuke menemaniku sampai aku tertidur." Memang semalam mereka melakukan video call berjam-jam hingga Naruto akhirnya bisa tertidur dan melupakan kekhawatirannya kepada Gaara dalam sejenak.
Sakura terkikik. "Sasori-kun juga mengatakannya semalam. Dia mengatakan bagaimana Uchiha-kun menahan dirinya untuk tidak menemuimu semalam. Kurasa dia sangat merindukanmu. Ck.. padahal kalian hanya berpisah beberapa jam saja," katanya dengan nada tidak habis fikir.
Naruto memutar matanya. "Seperti kau tidak saja," balasnya dengan nada bosan karena ia juga tahu bahwa Sasori melakukan panggilan telpon bersama Sakura. Naruto mengetahuinya karena Sasuke melakukan video call tepat disamping Sasori. Para pemuda itu memang menginap dirumah sakit dan dengan setia menjaga Sabaku Gaara.
Sabaku Gaara.
Mengingat sang sahabat yang sudah ia anggap menjadi kakaknya saat ini tidak baik-baik saja membuat raut wajah Naruto kembali murung. Sakura menyadarinya. Gadis itu mengambil sling bag berwarna khaki dan menghampiri Naruto. Sakura lantas memakaikan tas mini itu pada Naruto.
"Nah.. Cantik sekali," pujinya melihat tampilan Naruto yang begitu manis menggunakan rok selutut yang dipadukan dengan kemeja santai berwarna senada dengan sneakers dan tas mininya.
"Arigato," ucapnya tulus. "Kau juga sangat manis, Sakura-chan."
Gadis bermarga Haruno itu hanya memberikan cengiran puas mendengar pujian yang tidak asing itu. Namun menerimanya dari gadis secantik dan se-smart Uzumaki Naruto rasanya jauh lebih menyenangkan.
Naruto dan Sakura pagi-pagi sekali sudah bersiap untuk ke rumah sakit. Gaara akan melakukan operasi. Sejujurnya Naruto sangat cemas, tapi mengingat Uchiha Itachi yang menanganinya, sedikitnya gadis itu merasa lega.
"Kita sarapan dirumah sakit?" Tanya Sakura.
Naruto mengangguk. "Ya, Aku sangat khawatir sampai tidak ingin makan apapun," sahut Naruto lemas.
Sakura tersenyum menenangkan. Bahkan saat khawatir Naruto terlihat sangat manis, pikir Sakura. "Gaara akan baik-baik saja. Tidakkah kau melihat bagaimana penanganan Gaara selama ini? Dia mendapatkan rumah sakit dan dokter terbaik di Jepang."
Naruto menarik nafas dan membuangnya perlahan. "Setelah kau yang mengatakannya, aku merasa jauh lebih baik." Naruto berkata bukan sekedar omong kosong. Ia berkata begitu karena sahabat pink-nya adalah seorang calon dokter cerdas. Naruto tahu Sakura tidak mungkin berkata sembarangan hanya untuk menenangkannya.
Menepuk bahu Naruto, Sakura lantas bertanya. "Sudah siap berangkat?"
Naruto mengangguk dan mengikuti Sakura dari samping. Sakura berkata, "Kau tahu, aku sangat merindukanmu, Naru-chan. Baru ditinggal beberapa hari saja rasanya apartemen kita begitu terasa membosankan. Aku juga sangat merindukan kecerewetan Ino."
Naruto memandang Sakura dengan tatapan menyesal. "Kau pasti sangat kesepian," ujarnya. Mereka berdua berjalan kearah parkiran menuju mobil bumblebee milik Naruto. "Aku berjanji ketika situasinya sudah membaik aku akan sering mengunjungimu disini. Kita akan menghabiskan malam bersama untuk pesta piyama yang menyenangkan."
Sakura manyun. "Jadi kau benar-benar akan tinggal bersama Uchiha-kun?"
"Ya," sahut Naruto pendek. "Sejujurnya ini sangat memalukan, tapi si Teme memang menyebalkan. Dia tidak akan membiarkanku meninggalkan mansionnya!"
Sakura meringgis. Gadis itu sangat faham bagaimana posesif dan protektifnya seorang Uchiha Sasuke kepada Naruto. Seakan jika berjauhan beberapa saat saja pemuda itu akan mati. Se-transparan itu Uchiha Sasuke dalam memuja dan mencintai Uzumaki Naruto. "Kau sangat beruntung," ucap Sakura setelah membuka pintu mobil mewah Naruto.
Naruto duduk dikursi kemudi dan melirik Sakura yang saat ini tengah mengagumi interior mobilnya.
Sakura berdecak kemudian. "Ya Tuhan, aku masih belum percaya semua kenyataan ini. Sahabatku yang katanya tidak memiliki apapun ternyata adalah seorang keturuan konglomerat Senju dan anak kandung pembisnis jenius, Namikaze Minato. Dan itu semua tidak cukup, kau juga calon nyonya Uchiha. Ini gila! Apa yang lebih baik daripada menjadi istri seorang Uchiha Sasuke?!"
Sakura menatap Naruto seakan menemukan tujuh keajaiban dunia yang sangat langka.
Naruto meringgis. Ia memang sudah menceritakan semua kisah hidupnya kepada Sakura. Alasannya karena ia tidak ingin Sakura mengetahuinya dari berita yang terbit dilayar kaca suatu saat nanti. Dan sudah Naruto duga, reaksi Sakura memang sangat berlebihan.
"Sudahlah, Sakura-chan. Kau sudah mengatakan itu puluhan kali, aku jadi merasa tidak terkesan lagi." Wajah Naruto terlihat bosan.
Sakura tergelak. "Kau tidak tahu betapa aku sangat iri padamu, Naru-chan. Aku sedikitnya mengerti kenapa Karin nekad melakukan hal itu padamu. Tentu saja siapa yang tidak ingin berada diposisimu. Kecuali aku tentu saja, aku sangat mencintai Sasori-kun."
Naruto memikirkan dengan seksama ucapan Sakura.
Namikaze Karin, ya? Apa kabarnya wanita ular itu? Naruto merasa jahat saat ia merasakan perasaan senang yang membuncah kerena bayangan kesengsaraan Karin. Tidak ada yang setimpal untuk nyawa ibunya. Namun, Naruto tidak akan terlarut dengan dendam. Karena pada akhirnya ia telah menemukan cerita yang utuh dan sedikitnya beban kebencian yang ia pendam sendiri perlahan hilang. Ia bertekad pada dirinya sendiri untuk berhenti melakukan pembalasan ketika mengetahui fakta mengejutkan tentang kakek dan orang tuannya. Ia juga sudah berjanji pada Kurama dan Sasuke untuk menyerahkan segala sesuatunya pada mereka. Naruto benar-benar sudah tidak perduli dengan Saara dan Karin. Apapun rencana yang dilakukan mereka, maka Naruto akan menerima dan menghargainya.
Naruto percaya mereka akan melakukan yang terbaik untuk sebuah kebenaran yang selama ini terkubur.
Untuk saat ini ia hanya ingin menikmati hidup dan berbahagia. Dan tentu saja mengejar mimpinya untuk menjadi seorang perancang hebat demi mendiang ibunya, Uzumaki Kushina.
Naruto tersenyum tulus untuk pertama kalinya dipagi itu. "Kau benar, aku memang harus bersyukur. Sasuke memberikanku segala hal, termasuk ia membantuku mengembalikan keluargaku." Ia melirik Sakura yang balas tersenyum kearahnya. "Tapi, keberuntunganku ini tidak instan, Sakura-chan. Aku telah melalui banyak hal kesakitan selama hidupku. Aku harus hidup menderita dan kehilangan ibuku. Pengkhianatan dan berbagai ancaman lainnya."
Sakura mengelus bahu Naruto. "Tuhan selalu memiliki skenario yang indah, bukan?"
Naruto mengangguk setuju.
Sakura kembali melanjutnya. "Haaah.. Selama ini aku selalu merasa hidupku tidak adil. Aku selalu mengeluh kenapa harus terlahir dari keluarga sederhana sehingga membuat hubunganku dan Sasori-kun terhalang restu dari keluarganya yang kaya raya itu. Tapi begitu mendengar kisahmu, betapa aku tidak pandai bersyukur Naru-chan. Aku hidup dilimpahi kasih sayang orang tua dan berkecukupan. Sasori juga berjuang untukku. Lalu aku merasa tidak berguna jika harus putus asa sementara aku belum berjuang untuk hubunganku dengan Sasori-kun."
Naruto sudah menjalankan mobilnya saat Sakura bercerita. Gadis itu tersenyum bangga kepada sahabatnya. "Lantaslah berjuang dan beranikan dirimu untuk menemui orang tua Sasori dan mulai ambil hati mereka. Kau harus percaya diri Sakura-chan. Siapa yang berani menolak gadis sebaik dirimu? Kau juga cantik dan seorang model. Dan jangan lupakan kau seorang calon dokter yang hebat. Kau bukan hanya sekedar seorang gadis!"
Sakura terkikik menerima kalimat Naruto yang penuh dorongan itu. "Aku mencintaimu, Naru."
"Love you too," balas Naruto membuat kedua sahabat itu larut dalam perasaan hangat. Sehingga kegundahan Naruto terhadap Gaara sedikit terobati.
Setengah perjalanan mereka habiskan untuk menikmati keheningan yang tenang itu. Hingga suara Sakura kembali terdengar.
"Kau tahu, Naru?"
Naruto bergumam sebagai tanggapan. Gadis itu fokus menyetir dan memerhatikan lalu lintas yang belum terlalu padat karena masih terbilang sangat pagi untuk beraktifitas.
"Kemarin aku terlibat proyek iklan bersama Toneri-san dan Utakata-san," Sakura terlihat menerawang. "Mereka berubah," ujarnya. Kemudian melanjutkan setelah memastikan Naruto mendengarkannya. "Kurasa kau benar-benar sudah menhancurkan hati mereka, Naru. Jelas sekali, sampai semua orang tahu bagaiaman mereka berdua patah hati setelah mendengar beritamu dengan Uchiha-kun."
Naruto tidak menanggapi.
"Aku kasihan melihatnya. Terutama Toneri-san yang kehilangan senyuman ramahnya."
Berdehem sebentar, lalu Naruto berkata dengan nada miris. "Kemarin Toneri-kun memang benar-benar terlihat kesal. Dia bahkan tidak menyapaku," katanya seraya meringgis. "Untunglah Kaguya-sama masih tetap profesional dan tetap menyambut karyaku dengan suka cita."
Sakura cukup terkejut mendengarnya. "Toneri-san benar-benar jatuh cinta padamu," kekehnya.
"Aku akan mencoba bicara suatu saat nanti. Saat ini aku mengerti bagaimana perasaannya. Aku berharap ia akan mendapatkan kebahagiaanya."
Sakura mengangguk setuju. "Ya, tapi.." Kalimat Sakura menggantung dan ragu.
"Ada apa?"
Sedikit berfikir sebentar, kemudian gadis itu menjawab. "Berbeda dengan Toneri-san, aku melihat Utakata-san sedikit lebih menyeramkan." Sakura mengingat-ingat bagaimana kemarin Utakata begitu dingin dan tak tersentuh. "Kurasa dia sangat marah dan terlihat... berbahaya."
Naruto mengabaikan kalimat Sakura karena ia sudah memasuki area parkir dan mengarahkan mobilnya untuk berada di space kosong. "Sampai!" Serunya. Lalu mematikan mesin dan menoleh kearah Sakura. "Aku tidak akan memikirkan apapun untuk saat ini selain operasi Gaara," katanya.
Sakura menggaruk tengkuknya. "Yah.. Kau benar. Selama kau memiliki Uchiha Sasuke, kurasa semuanya safe!"
Lalu mereka berdua memasuki rumah sakit untuk menemui Gaara dan masing-masing kekasihnya.
.
.
Neji terlihat tertidur dalam posisi duduk. Sementara Sasori tidak berhenti memainkan ponselnya. Sasuke tidak terlihat, sepertinya pemuda itu lebih memilih beristirahat diruangan kakaknya, Uchiha Itachi.
Derap langkah tegas terdengar ditelinga Sasori. Pemuda yang semalaman tidak bisa memejamkan matanya itu melihat kearah sumber suara. Mendapati Sabaku Rasa yang diikuti Kankuro dan Temari dibelakangnya, lantas pemuda baby face itu segera berdiri untuk menyambut sang paman.
"Selamat Pagi, Paman, Kak Kankuro, Kak Temari," sapanya untuk pertama kali.
Para anggota Sabaku membalas sapaan Sasori.
Sabaku Rasa kemudian bertanya, "Bagaimana keadaan Gaara?" dari suaranya terdengar sangat khawatir dan tegang.
Sasori tersenyum kecil. Selicik apapun sosok didepannya tetaplah seorang ayah yang mencintai anaknya. "Gaara berhasil melewati masa kritisnya. Operasinya berhasil, paman."
Ketiga Sabaku itu menghembuskan nafas lega secara bersamaan. Temari berkata dengan isakan haru. "Syukurlah, Gaara. Terima kasih pada kalian semua yang sudah menjaga Gaara dengan baik. Entah kami harus berterima kasih seperti apa pada kalian," ucap wanita itu dengan peradaan haru.
Sasori tersenyum tulus. "Sudah seharusnya kami melakukan ini untuk sahabat kami, Nee-san."
Sabaku Rasa tesenyum tulus untuk pertama kalinya. "Terima kasih," ucapnya pendek namun penuh arti.
"Apa maksud kalian Gaara berhasil melewati masa kritis dan operasi Gaara berhasil?"
Semuanya menoleh kearah gadis pirang yang baru datang dan berseru cukup nyaring itu. Neji yang sedang tidur sampai terbangun. "Jadi, Gaara sudah selesai dioperasi?!"
Sasori yang tahu situasinya berdehem. "Maaf Naruto kami tidak bisa memberitahumu," katanya cepat. "Sasuke yang memintaku. Jangan menyalahkanku ataupun Sakura," tambahnya cepat begitu melihat wajah melotot Naruto yang berbahaya.
Naruto mendengus kasar kemudian melirik sang sahabat, mendapati Sakura yang tersenyum kikuk kepadanya. "Maaf Naru-chan, aku hanya memenuhi permintaan Uchiha-kun. Dia sangat khawatir karena kau sangat butuh isitarahat."
Wajah Naruto berubah merah padam karena menahan kekesalan yang luar biasa pada kekasihnya.
"Si sialan Uchiha itu," desisnya sehingga membuat semua orang terperangah. Bukan karena melihat Naruto yang siap meledak, tapi lebih kepada umpatan gadis itu ditujukan untuk siapa. Dilakukan didepan umum pula.
Hell, Uchiha yang itu mendapat umpatan?
Sabaku Rasa kembali berdehem sehingga membuat Naruto tersadar akan situasinya. "Ah.. Maaf, saya sampai melupakan anda, Sabaku-san. Perkenalkan saya Uzumaki Naruto. Teman Gaara."
Sabaku Rasa menggangguk cukup ramah dan berkata. "Kau sungguh gadis yang sangat berani," pujinya tidak berniat menyindir. "Aku berterima kasih padamu karena katanya kau menemani pengobatan Gaara juga selama ini." Tidak disangka kalimat ramah itu keluar dari mulut Sabaku Rasa. "Tidak heran anakku bisa jatuh cinta padamu, Nak. Bukan hanya cantik, kau memang memiliki keunikan yang tidak dimiliki siapapun."
Wajah Naruto memerah karena malu. Mungkin Temari atau Kankuro yang mengatakan fakta itu kepada sosok didepannya. Namun, bagaimanapun ia sangat kikuk dan salah tingkah. "Gaara adalah laki-laki yang baik hati dan menyenangkan," balasnya karena tidak tahu harus berbicara apa. "Dia sudah kuanggap sebagai keluargaku sendiri. Sifat baik itu tentu diturunkan dari ayahnya," lanjut Naruto membuat Sabaku Rasa senang. "Siapapun ingin menjalin hubungan baik dengan pemuda seperti Gaara."
Ayah Gaara itu tekekeh membuat semua orang terperangah, terutama Neji dan Sasori yang seumur-umur mereka hanya melihat wajah licik dan dinginnya.
Uzumaki Naruto yang luar biasa!
Bagaimana bisa kata-kata sederhana itu bisa keluar dengan begitu halus dan terdengar sangat anggun? Sehingga membuat siapapun yang mendengarnya menjadi terbuai. Penyangkalan yang begitu halus.
"Sayang, kau sudah datang?"
Suara bariton itu mengiterupsi interaksi Naruto dan sang kepala Sabaku. Terlihat Sasuke Uchiha berjalan kearah Naruto. Dan tanpa aba-aba mengecup pipi kekasihnya dengan mesra.
Neji memutar mata melihatnya. Uchiha Sasuke yang sudah dibudak cinta.
"Teme!" Seru Naruto kesal dengan suara rendah karena sikap Sasuke yang seenaknya. Kenapa laki-laki disampingnya ini begitu tidak tahu situasi? Bagaimana bisa dia bersikap seperti itu didepan semua orang?
Sasuke mengabaikan Naruto dan dengan wajah datarnya ia memberi gestur penghormatan kepada Sabaku Rasa.
"Kami berhutang banyak padamu, Uchiha," kata Sabaku Rasa. "Bukan hanya nyawa Gaara tapi kau juga membuat perusahaan kami selamat dari ancaman kebangkrutan." Lalu tanpa diduga pria paruh baya itu membungkuk ke arah sang Uchiha bungsu. "Sekali lagi, terima kasih dan maafkan segala sifat burukku selama ini."
Seulas senyum tipis terbit diwajah Sasuke dan kemudian senyuman itu menuar kepada semua orang. "Saya mengerti dengan apapun yang anda lakukan dimasa lalu. Saya harap kesalahfahaman ini berakhir dan mari kita perbaiki kembali semuanya."
Sabaku Rasa tersenyum sangat lebar, begitu lega. "Gaara beruntung memilikimu sebagai sahabat, Nak. Tentu juga dengan Sasori dan Neji-kun."
Lalu mereka tenggelam dalam perbincangan hangat. Tak lama kemudian Itachi datang untuk melakukan pemeriksaan. Semua orang menunggu, hingga lima belas menit kemudian sang Uchiha sulung membuka ruang dimana Gaara dirawat. Senyum cerah Itachi menciptakan harapan besar bagi siapapun yang melihatnya.
"Bagaimana keadaan Gaara, Dokter?" Neji mewakili semuanya.
Itachi menjawab dengan tenang. "Gaara-san sudah sadar, saat ini kami sedang mempersiapkan untuk membawa Gaara-san ke ruang rawat inap. Anda semua dapat menemuinya setelah Gaara-san dipindahkan."
"Ya Tuhan!" Pekik Naruto dan Sakura bersamaan. Kedua gadis itu reflek memeluk kekasihnya masing-masing.
Sabaku Rasa menagis terharu sedangkan Temari terduduk dilantai karena perasaan syukur yang luar biasa. Kankuro mendekap kakak perempuannya.
.
.
***
.
.
Sasuke tertidur diatas sofa milik Itachi dengan berbantalkan paha Naruto. Saat ini sepasang kekasih itu tengah menikmati kebersamaanya diruang Itachi. Naruto membelai rambut hitam Sasuke dengan lembut sehingga membuat Sasuke terbuai dalam kenyamanan. Pemuda itu berbalik sehingga wajahnya berada tepat diperut Naruto. Tangan kekarnya memeluk pinggang ramping Naruto dengan erat dan menghirup dengan rakus wangi yang melekat ditubuh kekasihnya. Memabukan.
"Aku sangat merindukanmu, Naru." Suaranya tidak begitu jelas karena posisi Sasuke tidak berubah.
Naruto mendesah. Beberapa saat lalu ia sangat kesal karena Sasuke membohonginya perihal Gaara. Namun begitu melihat wajah lelah dan mata panda Sasuke, kekesalannya sirna begitu saja. "Kau pasti belum tertidur dari kemarin," sahut Naruto tidak membalas Sasuke.
"Hn," gumam Sasuke.
Naruto meringgis. Gadis itu membalik kepala kekasihnya sehingga kini wajah Naruto ketika menunduk berhadapan dengan wajah aristokrat Uchiha bungsu. "Tidurlah," ujarnya.
Sasuke tersenyum lembut seraya menatap jernihnya biru lautan mata Naruto yang membuat dirinya tergila-gila. "Morning kiss?" pintanya dengan nada manja khas Uchiha Sasuke. Kalau-kalau tidak melihat wajah dan matanya mungkin Naruto hanya mendengar suara datar.
Naruto yang sudah sangat faham bagaimana Uchiha Sasuke tentu tanpa banyak protes terlebih penampilan Sasuke yang acak-acakan ini menandakan bahwa ia benar-benar kelelahan dan tidak memiliki waktu beristirahat. Lantas Naruto mencium dahi Sasuke sebelum mengecup kilat bibir Sasuke.
Sasuke menyeringai senang. "Aku merasa lebih baik," jujurnya ketika moodnya langsung melambung tinggi. "Tapi mungkin aku butuh istirahat beberapa menit," katanya setelah menguap. Berada didekat Naruto selalu terasa hangat, sehingga kenyamanan dirasakannya.
Naruto mengangguk dan kembali membelai kepala sang Uchiha. "Aku akan menemanimu disini. Anggap saja ini bayaran karena kau telah menjaga Gaara dengan baik untuk mewakiliku."
Sasuke mendengus. "Aku tidak melakukannya untukmu, Dobe."
"Jadi, bukan karena mengkhawatirkanku seperti yang Sakura-chan katakan?"
"Hn." Yang entah kenapa gumaman itu membenarkan pertanyaan Naruto.
"Lalu?"
Sasuke tiba-tiba mengerang dan kembali memeluk perut Naruto. "Aku sangat cemburu, Dobe. Aku tidak akan tahan melihatmu mengkhawatirkan Gaara didepan mataku sendiri. Aku tidak ingin kau mengorbankan kesehatanmu untuk lelaki lain!"
Memutar matanya malas lantas Naruto menggerutu. "Itu berlebihan, Teme! Kau sunggu jahat, bagaimanapun Gaara adalah sahabat kita."
"Tapi dia mencintaimu, Dobe." Suara Sasuke sangat dingin yang artinya laki-laki itu sedang sangat kesal dan tidak menyukai apa yang dia sendiri ucapkan.
"Ya Tuhan! Tapi aku mencintaimu, Uchiha Sasuke. Bagaimana kau bisa mengatakan itu? Lalu wajar rasanya jika aku mengkhawatirkan Gaara yang sedang berjuang melawan maut!"
"Dan membuatmu tidak tidur selalaman? " Sambar Sasuke dengan nada khawatir.
Naruto berdecak. Sifat protektif Sasuke sangat berlebihan, pikirnya. "Hanya satu hari, Teme. Dan kenapa kau boleh mengkhawatirkan dan menjaga Gaara selamalaman sementara aku tidak?"
"Itu tidak sama, Dobe."
Mencoba tetap menahan kesabarannya, Naruto lantas mendengus. Kalau tidak dihentikan mungkin mereka akan bertengkar. Oleh karena itu Naruto mencoba mengalah. "Sudahlah, sekarang kau lekas tidur, Suke." Gadis itu bangkit dan membawakan bantal kursi yang empuk untuk mengganti pahanya menyangga kepala Sasuke.
Sasuke tidak banyak protes. Pemuda itu menyamankan kepalanya diatas bantal setelah Naruto sekali lagi mengecup kening Sasuke sebagai pengantar tidur.
"Aku akan kekantin sebentar bersama Sakura-chan. Kami belum sempat sarapan. Begitu selesai aku akan kembali."
Sasuke tersenyum dan mengangguk. "Bangunkan aku jam sepuluh. Aku memiliki janji dengan kakekmu di kepolisian Konoha."
"Ya, tidurlah."
Lalu Naruto meninggalkan ruangan Itachi. Seraya berajalan kearah kantin rumah sakit, Naruto berfikir mengenai Namikaze Saara dan Namikaze Karin. 'Setelah hari ini, apa yang akan terjadi pada mereka berdua?'
Naruto tidak tahu apa yang sedang kakek, ayah, kakaknya dan Sasuke rencanakan. Memang ia tidak pernah ingin tahu. Membayangkan keempat orang itu bersatu membuat Naruto merinding.
'Semoga semuanya berjalan baik,' doanya.
.
.
Bersambung...
BANJIIIIIIRRRR... BANJIIIIIR!! LUDES SEMUA BARANG ELEKTRONIK, MOBIL, MOTOR.. PADA RUSAK T.T
Ark Nulis ini tidak dalam mood yang biasanya. Tapi karena takut kehilangan minat buat lanjut nulis, Ark dengan perjuangan yang luar biasa episode ini bisa selesai. Jadi plis jangan kasih komen negatif kalo aneh, tolong kasih saran aja yaaa..
Salam
Istri sah Itachi yang lagi galau.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top