Pembalasan dan Kemenangan
ARK Proudly Present
"HATE AND (To be a) LOVE"
Naruto Belongs to MK
.
.
Warning : Vote and Support SasuFemNaru .
Ark mohon maaf baru muncul. Setelah banyak halangan dan godaan finally bisa update. T.T
Episode sebelumnya tembus 600 lebih! Thanks. Buat menambah semangat nulis lagi, Ark minta vote banyak lagi ya. Hhaha
.
.
Eps 27
.
.
Pelan-pelan bacanya guys, biar puas! Hahah.. Hampir 5K word loh.. LOL
.
.
Seluruh otot tubuh Naruto terasa pegal dan ia merasa linu di bagian-bagian tertentu. Naruto mengerang saat merasakan tangan Sasuke bergerak untuk lebih mengeratkan pelukannya. Gadis itu merasa sedikit sesak, terlebih kaki Sasuke bertumpu diatas kakinya. Berat.
"Sasuke, bangun." Suara Naruto terdengar begitu seksi ketika gadis itu pertama kali bersuara setelah bangun pagi.
"Ini masih pagi, sayang," sahut Sasuke dengan suara mengantuk yang tidak kalah seksi.
Naruto tahu ini masih pagi tapi hari ini merupakan salah satu hari terbaiknya dan gadis itu tidak ingin melewatkan sesuatu yang selama ini dinantikannya dengan tidur lebih lama lagi. Sebesar apapun rasa lelahnya karena aktivitas semalam bersama Sasuke, ia tidak peduli. Naruto harus bangun lebih pagi dan menikmati hari ini dengan 'seharusnya'. Kelereng birunya mengerling ke arah jam dinding yang tergantung apik didinding kanan kamar. Memang masih terlalu pagi. Pukul lima lebih tiga puluh menit. Dan semalam Naruto baru 'diizinkan' tidur oleh Sasuke hampir pukul satu. Itupun karena Naruto memaksa.
"Aku ingin berendam air hangat di jacuzzi, kemudian berenang," ucap Naruto merasa yakin Sasuke mendengarnya, walau kedua mata kekasihnya masih terpejam.
"Hn," gumam Sasuke. Beberapa saat kemudian, Sasuke membuka mata.
Naruto tersenyum senang melihat Sasuke bangun sepenuhnya. Ia menyingkirkan lengan Sasuke diatas tubuhnya yang polos. Dan menggeliat untuk relaksasi.
Sasuke hanya memandangnya. Lalu, pria itu bangun dan duduk. "Ucapan selamat pagi?"
Naruto memutar matanya. Sasuke selalu bersikap manja padanya. Entah kemana image kekejamannya selama ini. Topeng dingin yang selalu pemuda itu pasang setiap saat akan musnah jika sudah bersama Naruto. Bukan Naruto bersikap terlalu percaya diri, tapi memang kenyataannya demikian. Sebagai faktor pendukung lain adalah konfirmasi Uchiha Mikoto secara langsung bahwa Uchiha Sasuke akan bersikap manja jika hanya dengan Naruto.
Tiga kecupan disematkan pada dahi dan kedua pipi Sasuke. Satu kecupan sayang lainnya Naruto daratkan dibibir kekasihnya. Sasuke tersenyum simpul, merasa sangat senang mendapatkan kebiasaan manis itu. Bukannya berlebihan, tapi Sasuke tidak yakin akan memulai hari tanpa rutinitas pembangkit mood nya itu. Dunia Sasuke memang berpusat pada Naruto.
"Selamat pagi." Cengir Naruto dikala mendapatkan senyuman tipis begitu tampan diraut bangun tidur seorang Uchiha Sasuke.
Sasuke bangkit dari ranjang mereka dan mengambil kaos hitam yang tergeletak diujung kasur. Sasuke berjalan dan menghidupkan lampu karena ruangan itu belum memiliki cukup cahaya. Naruto inisiatif untuk mematikan lampu tidur diatas nakas tepat di samping tempat tidur.
"Mungkin membutuhkan waktu lebih dari tiga puluh menit untuk mengisi jacuzzi dengan air hangat," ucap Sasuke. Pemuda itu sudah berpakaian lengkap. "Aku akan menyuruh pelayan untuk menyiapkannya."
Sebagai informasi, kemarin Sasuke memperkenalkan Naruto kepada seluruh maid, chef, bahkan kepala maid di mansion Sasuke. Jumlahnya lebih dari dua puluh untuk mengurus 65 tingkat rumah pribadinya. Mereka memperkenalkan diri dan menginformasikan tanggung jawab masing-masing dan dimana mereka bekerja. Sayang sekali, Naruto bahkan lupa dimana letak dapur utama. Ia hanya ingat seorang kepala maid dan chef bernama Tenten dan Akimichi Chouza. Sepertinya Uchiha mempercayakan seluruh makanan pada keluarga Akimichi.
Naruto mengangguk senang. "Tidak masalah. Aku akan bersiap."
Ketika Sasuke telah meninggalkannya, mata Naruto menelurusuri ruangan itu. Mencari-cari sesuatu. Hingga mata birunya menangkap sebuah benda kecil tergeletak dibawah dipinggir pintu walk in closet.
Gadis itu berdecak melihat kondisi mengenaskan ponselnya. Naruto bangkit dan mengambil gaun malam yang semalam telah Sasuke lepaskan untuk menutupi tubuh polosnya.
Mengambil ponselnya, Naruto bersyukur ternyata ponselnya masih dalam keadaan baik, hanya saja pelindungnya retak dibeberapa bagian. Tidak masalah, ponsel kesayangannya masih bisa digunakan untuk mencari berita pagi ini.
Tidak membutuhkan waktu lama, berita mengenai insiden buatan Karin sudah terpampang diheadline beranda beberapa majalah online. Naruto memilih salah satu berita.
Kesimpulan dari berita yang Naruto baca adalah Namikaze Karin mengalami masalah untuk peragaan busananya dikarenakan salah satu model Akatsuki, Uzumaki Naruto --telah merusak salah satu gaunnya.
Luar biasa, para jurnalis ternyata telah memotong scene dimana Karin mengamuk. Yang terpampang diberita hanya drama murahan Karin dan berbagai kecaman halus narasi dari gosip yang ditayangkan; Ketidak profesionalan seorang Uzumaki Naruto yang mencampur adukan kisah masalalu mereka. Naruto merasa sedang memasuki kisah klise dari sinetron tidak bermutu.
Gambar Naruto sendiri tidak ditayangkan sama sekali. Sudah Naruto duga, karena argumen Naruto kemarin tentu akan memberatkan Karin. Namun, satu kebodohan Karin adalah gadis itu telah membawa nama Uchiha Sasuke dan mengungkit semua masa lalu mereka.
Naruto terkekeh. "Seharusnya dia tidak membuat dirinya jauh lebih malu dan hancur. Kau sendiri yang menghancurkan dirimu, Karin."
Naruto mengakhiri satu berita itu. Lalu kembali ke beranda. Dua topik lainnya menyita perhatian Naruto. Yang pertama adalah berita tentang Koyuki yang mendadak mendapatkan hujatan dimana-mana karena aksi panjat sosialnya menggunakan nama Uchiha Sasuke, lalu kemdian mendapatkan finalty dari agensi Akatsuki dan pembatalan kontrak kerja dibeberapa iklan. Naruto mengernyit kasihan, bersimpati dengan akhir kisah model cantik itu. Sepintar apapun menyusun strategi, jika memang landasannya adalah kebohongan maka hanya tinggal menunggu kehancurannya saja. Naruto banyak mengambil pelajaran.
'Apa ini?' batin Naruto saat melihat berita dengan nama Namikaze Kurama sebagai subjek berita.
Naruto membaca berita itu. Setelah menyelesaikannya, wajah Naruto tercenung. Entah dia harus bahagia atau bingung, tapi apa yang telah Kurama beberkan dimedia sangat membantu nama baik Naruto yang kini mungkin tercemar gara-gara Karin. Kurama secara tidak langsung memeberikan statement yang membela Naruto. Membenarkan bahwa masalalu mereka hanya kesalahfahaman dan kesepakatan keluarga. Seharusnya Uchiha Sasuke yang melakukan klarifikasi itu, tapi sepertinya Kurama memiliki rencananya sendiri. Apapun itu, Naruto sangat bahagia dan merasa hangat disaat yang sama.
Kali ini, Naruto merasa dicintai oleh keluarganya. Oleh kakaknya. Karena pada akhirnya, Kurama memilih Naruto daripada Karin. Membelanya didepan dunia. Itu lebih dari cukup baginya.
Lalu bagaimana dengan Ayahnya? Naruto menghela nafasnya berat. 'Aku mulai berharap kembali rupanya.'
Naruto berjalan kearah pintu keluar lalu kemudian merasa mansion Sasuke terlalu besar untuk dimiliki seorang diri. Dalam pikirannya yang random karena terpengaruh dengan kemewahan mansion itu Naruto mengernyit dan mencoba menebak-nebak. Apa yang dipikirkan seorang Uchiha Sasuke saat membangun mansion ini?
"Selamat pagi, Nona."
Naruto berjengit kaget. "Astaga!" Pekiknya. Karena pikirannya penuh, sampai-sampai ia tidak menyadari seorang pelayan wanita berdiri disebrang pintu.
Si pelayan memasang raut tidak enak dan buru-buru meminta maaf pada Naruto. Sementara, Naruto terkekeh mendapati sikap berlebihan itu. Gadis itu berujar dengan suara yang menyenangkan. "Hei! Tidak perlu berlebihan. Aku tadi hanya sedang melamun." Diakhiri oleh cengiran menawan miliknya.
Si pelayan wanita tertegun. Seketika wajahnya memerah. Ia tidak pernah melihat wanita secantik dan sememukau itu. Pantas saja Sasuke-sama terlihat begitu memuja dan mencintai gadis didepannya. Uzumaki Naruto memang memiliki sihir tersendiri. Si pelayan berdehem untuk menetralisir kegugupannya. "Nona, Tuan Sasuke memerintahkan saya untuk menyiapkan keperluan berendam dan berenang Nona. Apakah ada yang nona butuhkan?"
"Terima kasih. Saya butuh pakaian renang dan handuk. Lalu dimana Sasuke?"
"Baik, Nona. Tuan sudah menunggu anda di kolam. Sumaru akan mengantarkan anda menuju Tuan Sasuke," sahut sang pelayan. Lalu tak berapa lama, seorang gadis lain berseragam pelayan menghampiri dan mengantar Naruto untuk menemui Sasuke.
Naruto memasuki lift, ia melihat Sumaru menekan lift lantai enam puluh tiga. Naruto akan mengingatnya. Begitu lift terbuka, pertama kali yang Naruto lihat adalah hamparan kolam renang dengan sebuah meja kotak dikelilingi enam kursi. Di sisi lainnya terdapat dua sun lounger yang mengapit meja berkaki rendah. Dan yang paling menarik perhatian Naruto adalah keberadaan jaccuzi bundar yang mengepulkan asap. Air hangat. Naruto tidak sabar untuk berendam dan bersantai, gadis itu tidak sabar ingin mengusir rasa lelah yang mendera tubuhnya akibat ulah Sasuke yang memang tidak pernah bisa menahan diri. Lalu gadis itu mencari-cari keberadaan sang kekasih. Rupanya Sasuke tengah menerima sebuah panggilan. Sasuke menggunakan bathrobe dongker, warna kesukaannya. Naruto menghampiri.
Sasuke yang menyadari kedatangan kekasihnya tersenyum miring. Ia sangat menyukai Naruto dengan penampilan 'tidak rapih' layaknya sekarang. Gadis pirangnya hanya menggunakan gaun malam dan mencepol rambutnya secara asal. Entah kenapa, kadar keimutan dan keseksiannya berlipat, sehingga secara naluriah ia mendekat kearah kekasihnya dan mematikan ponselnya, mengabaikan mungkin saja Kakashi kesal disebrang sana. Pemuda itu memeluk tubuh mungil kekasihnya dan berujar. "Kau tidak merasa kedinginan?"
Naruto yang sudah terbiasa menerima perlakuan Sasuke tampak menyamankan diri. "Tidak. Aku bahkan tidak sabar untuk berendam," sahutnya seraya menunjuk jaccuzi mewah disebrangnya. "Kau menerima panggilan sepagi ini?" tanyanya kemudian.
Sasuke mencium puncak kepala Naruto gemas. "Kakashi menghubungiku. Katanya paman Izuna telah kembali ke Tokyo, artinya aku mulai bekerja di kantor ayah mulai hari ini. Dan Kakashi aku tugaskan untuk mengelola Taka Grup selama aku mempersiapkan diri menjadi CEO di Uchiha Grup." Jelas Sasuke panjang lebar.
Naruto mulai terbiasa dengan sikap terbuka Uchiha Sasuke. Dulu, Sasuke tidak pernah menceritakan apapun mengenai dirinya. Sekarang, tanpa diminta Naruto sudah menjadi tempat berkeluh kesah. "Ayah Fugaku memang mau pensiun secepat itu?"
"Prosesnya tidak secepat itu. Setidaknya butuh satu tahun untukku mulai menggantikan posisi ayah. Mau bagaimanapun aku memegang kendali di dua perusahaan besar," kelur Sasuke. Naruto mengusap tangan kekasihnya sebagai respon penyemangat.
"Kau butuh orang yang dapat dipercaya?"
Sasuke mengangguk. "Bagaimana dengan dirimu?" nego Sasuke. Bukan karena Naruto adalah kekasihnya, namun ia sangat percaya dengan kemampuan kekasihnya untuk membantu mengelola perusahaannya.
"Tidak, aku hanya bergabung di Uchiha Grup sebagai tim audit internal. Itu sudah membuatku repot dan sedikit mengganggu jalannya rumah mode milikku," tolak Naruto cepat. Sasuke mendengus, padahal ia sangat berharap Naruto mau melakukannya. Membayangkan ia dan Naruto dapat saling membantu pekerjaan terdengar menyegarkan ditelinganya. "Hm.. Tapi, bolehkah aku merekomendasikan seseorang padamu? Aku sangat yakin dia mampu dan dapat dipercaya," tambah Naruto.
Sasuke mengecup pipi Naruto ketika gadis itu mendongkak untuk bertatapan dengannya. "Siapa?"
Naruto melemparkan cengiran lebar ke arah Sasuke. "Namanya Hozuki Suigetsu, putra dari Paman Dan Kato, em... Bisa dibilang dia mantan calon kakak iparku."
Oh! Sasuke mengingat nama Dan Kato itu saat membuka email Naruto, namun ia tidak akan pernah memberitahu Naruto kalau dia suka mencari tahu. Rupanya Dan Kato itu mantan calon suami ibunya Naruto, pikir Sasuke. "Hn. Aku akan mewawancarainya terlebih dahulu." Sasuke adalah pribadi perfeksionis dan sangat selektif. Ia tidak mudah memberikan kepercayaan terhadap orang-orang. Sejauh ini ia hanya memiliki dua orang kepercayaan yaitu Kakashi dan Juugo sebagai bodyguard.
Naruto mengangguk senang. "Hari ini bagaimana? Suigetsu dan Paman Dan aku undang untuk hadir dikonferensi pers bersama Ayah Fugaku nanti siang."
Sasuke menaikan sebelah alisnya. "Kau sudah merencanakan semua itu bukan?" Todong Sasuke.
Naruto terkikik sebagai pengakuan bahwa apa yang diucapkan pria yang memeluknya adalah kebenaran. "Aku hanya ingin membantu Suigetsu. Gara-gara membela ibuku, ia melakukan kesalahan. Aku pernah bercerita bukan kalau Karin pernah menjadi korban pemerkosaan karena kemarahan seseorang atas kematian ibuku? Dia adalah Suigetsu. Paman Dan ingin sekali pulang ke Jepang, tapi karena ulah Namikaze Saara, Suigetsu tidak terima dimanapun."
Sasuke memandang mata biru sang kekasih dalam pelukannya itu. Sorot mata Naruto itu begitu dalam dan penuh dengan ambisi. Ia seperti sedang berkaca. "Baiklah, aku percaya pada penilaianmu, sayang."
Naruto bersorak dan mencium gemas bibir Sasuke, sekilas namun sangat manis bagi si penerima. Senyum Sasuke mengembang. Ya Tuhan! Dia begitu mencintai gadis dalam pelukannya.
Pelayan wanita yang menyiapkan keperluan Naruto berdiri tak jauh dari mereka dan Naruto baru menyadarinya setelah ia berpaling. Wajah gadis itu seketika memerah. Sudah berapa lama pelayan itu berdiri disana? Tanyanya dalam hati. Lalu buru-buru melepaskan pelukan Sasuke. Si pelayan masih tertunduk, mungkin merasa malu melihat pemandangan romantis sang tuan.
"Letakan saja dimeja," ucap Naruto dengan sedikit salah tingkah. Sejauhmana pelayan itu melihat? Naruto gusar sendiri seraya berjalan kearah meja untuk mengambil pakaian renang.
Mengerti bahasa tubuh Naruto, Sasuke hanya mendengus geli. Gadisnya yang pemalu memang tidak berubah, padahal Sasuke dengan senang hati memperlihatkan keromantisannya dengan Naruto. Kalau perlu, dunia harus tahu. Sasuke sangat tidak senang Naruto memiliki penggemar. Pemuda itu melepaskan bathrobe dan menyisakan celana renang dan berjalan kearah jacuzzi. Mengabaikan para pelayan yang berdiri tak jauh dari mereka. Namun tiba-tiba suara Naruto terdengar memekik.
"Teme!"
Sasuke berbalik dan menaikan sebelah alisnyas. "Hn?"
Naruto berjalan dengan tergesa kearahnya dengan wajah memerah. "Tetap pada posisimu, jangan berbalik!" perintahnya tiba-tiba. Mata Naruto berkeliling dan mendapati tiga pelayan disana. Ia memerintah layaknya nyonya besar. "Semuanya, tinggalkan kami berdua. Aku akan memanggil kalian jika perlu sesuatu."
Tiga pelayan itu segera menyingkir. Naruto mendesah lega. Lalu berbalik kearah Sasuke dan kembali memekik seraya melotot lucu. "Teme! Kenapa kau tidak memakai kaos atau apapun?!"
Wajah Sasuke mendatar. "Kita akan berendam, Dobe. Kau pikir sebaiknya aku memakai apa?"
"I-itu.." Ucap Naruto terbata.
Sasuke mengikuti arah pandang Naruto dan kemudian menyeringai seksi. "Ini adalah jejak percintaan semalam kita. Indah bukan?" Tunjuknya dibeberapa bagian tubuh pucatnya. Warna merah itu begitu kontras pada Sasuke. "Kau liar sekali, Love."
"Brengsek."
Wajah Naruto semakin memerah. Matanya menatap punggung Sasuke yang dipenuhi oleh bekas cakaran Naruto. Gadis itu merasa sangat malu. Apa yang dipikirkan pelayan tadi saat melihat itu? Jangan-jangan mereka berfikir macam-macam tentang dirinya. Sialan! Semuanya salah Sasuke yang mesum. Dalam hati ia berjanji, ia akan memotong kuku!
Sasuke berjalan kerarah jacuzzi dan berendam disana tanpa menunggu Naruto. Pria itu lebih memilih untuk memperhatikan Naruto yang saat ini masih bertingkah menggemaskan dimatanya. Naruto memilih mengganti pakaiannya dengan pakaian renang yang telah disiapkan kemudian menyusul Sasuke yang sepertinya sudah menikmati kegiatan berendamnya.
Saat Naruto berendam, gadis itu mendesah nikmat. Memilih tempat yang bersebrangan dengan Sasuke. Ia menyamankan dirinya dengan posisi merebah dan posisi menengadah keatas. Rasanya rileks sekali, hingga beberapa saat kemudian Uchiha Sasuke merusak semuanya.
"Diamlah, Sasuke."
Sasuke bersikeras memposisikan Naruto dipangkuannya. Memeluk tubuh Naruto adalah kebutuhan bagi Sasuke jika Naruto berada disatu tempat yang sama. "Hanya seperti ini," kata Sasuke.
Naruto pasrah dan menyamankan dirinya.
.
.
***
.
.
Sementara itu, Karin geram luar biasa mengetahui sang kakak telah membela Uzumaki Naruto. Karin merasa harga dirinya dihancurkan oleh kakaknya sendiri. Maka dipagi buta, sebelum semua penghuni mansion Namikaze bangun, Karin menggedor pintu kamar Kurama. "Kak! Kak Kurama! Buka pintunya!"
Tak berapa lama Kurama membuka pintu kamarnya. Tubuhnya masih dibalut piyama tidur. Dengan wajah mengantuk dan datar, Kurama memandang Karin lurus. "Ada apa?" tanyanya dingin.
Karin berjengit mendapati raut dingin Kurama yang baru ia dapatkan. Tiba-tiba Karin dilanda resah dan canggung, entah karena apa. Namun, aura yang diberikan Kurama memang terasa berbeda. Rasa-rasanya Kurama telah membuat jarak yang begitu jauh dengannya. Dengan adik kesayangannya. Karin menelan ludahnya, pahit. Ia menjadi ragu dan kemarahan pada Kurama meluap begitu saja. Bergantikan rasa takut. Ketakutan jika seluruh pemikiran negatifnya ternyata berubah menjadi kenyataan. Setelah Uchiha Sasuke, Karin tidak ingin Uzumaki Naruto merebut apapun miliknya lagi.
Kak Kurama berubah sejak tahu Naruto adalah anak kandung ayah!
"Ada apa?" tanya Kurama sekali lagi mengejutkan Karin karena gadis itu hanya berdiri mematung dengan menatap Kurama dengan ekspresi tak percaya.
Karin menepis semua prasangka buruknya. Lalu teringat dengan berita yang ia tonton tentang bagaimana Kurama secara tidak langsung memojokan Karin. Sehingga rencana Karin menghancurkan reputasi positif Uzumaki Naruto telah gagal secara total. "Kenapa Kak Kurama ikut campur dalam masalahku? Kenapa Kak Ku memberikan pernyataan seperti itu pada media massa?!"
Kurama langsung tahu maksud ucapan Karin. Karena Kurama memang sengaja ikut campur dalam rencana Karin. Ikut campur untuk memastikan rencana apapun yang dimiliki Karin menjadi hancur dan gagal. Pemuda itu tampak menahan diri agar tidak mendorong wajah Karin dari hadapannya. Merasa muak memikirkan seluruh drama menjijikan Karin. Selama ini dia telah tertipu mentah-mentah dengan semua tingkah manisnya. Uchiha Sasuke telah memberitahukan seluruh kebenaran yang diketahui Naruto. Bagaimana adik ayahnya itu sengaja menabrak ibu kandungnya. Bagaimana Karin memerintah untuk melakukan hal yang sama kepada Naruto. Kurama murka. Kurama tidak bisa diam. Ia melakukan semua ini bukan hanya untuk Naruto. Tapi lebih kepada untuk ayahnya dan dirinya sendiri. Ia akan melindungi Naruto. Adik kecil peninggalan Uzumaki Kushina. Dengan seluruh kekuatan dan nyawa yang ia miliki. Karena Kurama meletakan kebahagiaannya pada Uzumaki Naruto.
"Apa yang salah dengan pernyataanku, Karin?" tanya Kurama tanpa intonasi. "Sasuke sudah mengakui bahwa dia tidak pernah mencintaimu. Dan keluarga Uchiha telah meminta maaf secara resmi pada kita. Aku bahkan memukuli Sasuke hingga babak belur, jika kau lupa. Hanya untuk membelamu." Dan sejujurnya Kurama kini menyesal kenapa dulu melakukan itu.
Karin sakit hati. Wajahnya memerah menahan tangis. "Tapi aku sangat mencintainya, Kak! Kau tahu dengan persis fakta itu! Aku mencintainya! Kenapa kakak tidak membelaku?"
Aku tidak peduli!
Kurama mendecih dalam hati. Sama sekali tidak merasa empati. "Apa yang salah dengan mengatakan kejujuran? Aku tidak merasa telah melakukan kecurangan apapun untukmu Karin." Bahkan Kurama tidak sudi memanggil dirinya Kakak untuk Karin. Well, Karin memang bukan adiknya. "Aku tidak bisa memaksa Uchiha Sasuke. Kau pikir aku lebih baik memilih menjadikan dia musuh hanya untuk membelamu?" Jangan bermimpi.
"TAPI AKU ADIKMU, KAK!" Karin berteriak. Kurama terperangah mendapat teriakan itu. Dan Karin memiliki alasan lain untuk tidak disukai olehnya. "KENAPA KAU MEMILIH JALANG MISKIN TIDAK TAHU DIRI ITU!"
Wajah Kurama menggelap. Dengan desisan berbahaya, pemuda itu berkata kejam. "Kau bukan adikku. Dan seharusnya kau tahu persis Karin kenapa aku melakukannya. Setelah kejadian berujung kecelakaan tabrak lari Yamanaka. Kau tahu persis alasannya, Karin." Kurama menarik nafas untuk mengendalikan diri. "Jangan. Pernah. Menyebut. Naruto. Seperti. Itu. Lagi."
Karin melotot dan menegang. Bukan karena ancaman Kurama, tetapi lebih pada kasus tabrak lari itu keluar dari mulut Kurama. Bagaimana Kurama bisa tahu?
"Ap—apa maksud Kak Ku?" Wajah Karin pucat pasi. Bukankah ibunya sudah menyelesaikan masalah itu?
Kurama hanya menatap Karin dengan raut wajah dingin. "Haruskah aku menjawab?"
Karin semakin gelapan. Kurama seperti sedang memergoki seorang maling. Tidak, Karin lebih buruk. Dia pembunuh, batin Kurama marah.
Karin merasa tersudutkan dan terancam. Namun seorang pelayan menyelamatkannya.
"Tuan Kurama," panggil pelayan itu.
"Ada apa Ayame?"
"Tuan Minato menunggu anda di Gazebo," informasinya. Kurama lalu mengangguk. Tanpa basa basi, setelah melirik sekilas wajah ketakutan Karin, pemuda itu meninggalkannya.
Karin mendesah lega. Gadis itu bergegas mencari ibunya. Karin akan mengadu pada Namikaze Sara.
.
.
***
.
.
"Setelah konfersi pers bersama ayah hari ini, kuharap kau tidak perlu melakukan apapun lagi, Naru."
Naruto menoleh kearah Sasuke dan mengerutkan dahi, pertanda bingung dengan ucapan tiba-tiba Sasuke.
Sasuke menatap serius Naruto, tatapan yang jarang sekali pemuda itu berikan pada Naruto. Karena dalam oniks itu biasanya terbit tatapan penuh kasih dan pemujaan. Kali ini Naruto diam, menanti kata-kata Sasuke selanjutnya. Seperti dugaannya sang kekasih mengerti dengan bahasa tubuh Naruto.
"Kemarin aku bertemu dengan Kurama dan berbicara beberapa hal," ucap Sasuke.
"Kenapa kau baru mengatakannya?"
Sasuke meminum jus tomat yang terasa begitu segar dimulutnya. Naruto memberinya kesempatan untuk menikmati cita rasa buah tomat yang dipadu dengan susu fresh buatan koki Akimichi. "Aku berencana mengatakannya setelah wawancara nanti siang. Well, aku tidak tahu rubah oranye itu begitu tidak sabaran ingin terlihat 'baik' dimatamu." Yang dimaksud Sasuke adalah Kurama yang tiba-tiba muncul dan membeberkan kisah masa lalunya dengan Karin.
"Sejujurnya Suke, Aku belum menangkap apa maksud dari pernyataanmu."
Kali ini, Sasuke memberi kesempatan kepada Naruto untuk menikmati jus kiwi. Samar-samar pemuda itu mendengar kalimat pujian untuk minuman itu. "Ini jus kiwi biasa, kenapa rasanya jauh lebih nikmat? Apa karena koki bintang lima yang menyajikannya?"
Sasuke menyeringai bangga. Ia selalu ingin memberikan yang terbaik untuk gadis didepannya. Memastikan tidak ada laki-laki lain yang dapat memberi cinta dan segala hal sebaik Uchiha Sasuke. Ia tidak berencana setitikpun untuk memberi kesempatan pada Naruto melirik laki-laki lain. Seperti halnya Sasuke yang sudah menjelma menjadi budak cinta seorang Uzumaki Naruto.
"Aku telah memberi tahu seluruh kebenarannya pada Kurama."
Naruto terkejut. "Kau apa?!"
"Seperti yang kau dengar, Kurama sudah kuberitahu," tegas Sasuke dan melanjutkan sebelum Naruto sempat protes. "Kurama berhak tahu, Dobe. Dia kakakmu dan anak kandung ibumu. Aku telah mendengar semuanya dari Kurama, dengar sayang dia juga adalah korban. Bukan hanya kau, tapi Kurama dan Paman Minato."
Naruto terpekur dan Sasuke duduk lebih mendekat kepada gadis pirangnya. "Aku tahu kau memiliki sifat keras kepala dan bergengsi tinggi. Aku mengerti dirimu, Naruto. Kau tidak akan pernah membuka fakta itu langsung pada Kurama dan Paman Minato. Seperti perasaanmu sekarang yang diam-diam sudah menerima mereka bukan?"
Naruto menatap Sasuke penuh dengan tuntutan. "Perlu kau tahu juga Sasuke, aku juga mengenal sifatmu. Apa tujuanmu melakukan semua ini?"
Sasuke tersenyum kecil. Ia memang tidak bisa menyembunyikan apapun pada Naruto. "Kau benar, aku tidak serta merta menolong Kurama dengan percuma."
Sudah Naruto duga. Naruto memutar matanya. Uchiha Sasuke bukan tipe orang yang begitu saja menolong orang tanpa memberikan keuntungan apapun untuk dirinya. "Kesepakatan apa yang kalian lakukan dibelakangku, Teme?" Desis Naruto merasa tidak enak hati.
Sasuke menyeringai dan Naruto merinding hebat. Selalu tidak terbiasa dengan senyuman mengerikan itu. "Rahasia," jawabnya penuh misteri.
"Sialan!" Naruto memukul pundak Sasuke hingga pemuda itu mengaduh cukup keras.
"Berhenti, Dobe! Kau memukulku dengan kekuatan penuh?" tanyanya tidak percaya.
Naruto mendengus. "Aku kesal. Apapun rencanamu dengan Kurama aku yakin itu bukan sesuatu yang baik," ujarnya kesal.
"Percaya padaku, itu rencana yang sempurna untuk masa depan kita, Love. Tapi aku serius, Dobe. Aku telah mempertimbangkan semua ini, akan lebih baik kau memang menyerahkan semua keadilan pada Kurama dan Paman Minato. Kurama murka dan aku yakin jika Paman Minato yang mengetahui kebenaran itu akan jauh lebih murka."
Benarkah? Tanya Naruto dalam benak. Sasuke memang benar, ia mulai menerima Kurama dan Minato. Namun untuk percaya apakah ia mampu?
Sasuke yang mengerti kegundahan hati Naruto lantas mengusap surai pirang kekasihnya dengan lembut. "Berikan mereka kesempatan terakhir, sayang. Itu juga yang kukatakan pada Kurama, jika dia berkhianat maka aku tidak segan mengancurkannya, tidak peduli dia adalah kakak kandungmu sekalipun, Naru."
Naruto menatap Sasuke yang balas menatapnya penuh keyakinan. Lalu mendesah. "Baiklah, aku ikut rencanamu. Karena sejujurnya aku juga belum memiliki rencana setelah sesi wawancara dengan ayahmu yang menyertakan Paman Dan Kato. Aku belum memiliki cerita utuh kisah masa lalu ibuku, mungkin memang ayah yang jauh lebih berhak membalas." Naruto bahkan tidak sadar ia memanggil Namikaze Minato dengan sebutan ayah.
Sasuke yang menyadarinya tersenyum tulus. "Aku tahu kau memang cerdas, sayang. Karena memang akan jauh lebih mengasyikan jika kita berada diposisi penonton dan menjadi seorang sutradara. Ketika mereka melakukan kesalahan atau tidak membuatmu puas, aku berjanji akan benar-benar membantumu untuk memberikan keadilan yang jauh mengerikan seperti di neraka."
Uchiha Sasuke memang orang yang kejam dan mengerikan. Sungguh sial bagi mereka yang menjadikan pemuda super power itu adalah musuhnya. Entah Naruto harus bahagia atau ketakutan masuk kedalam cengkraman Uchiha Sasuke. Namun, selama ia mencintai pemuda tampan disampingnya ia yakin tidak pernah menyesal telah memberikan kesempatan kedua pada pemuda yang pada usia dua puluh enam sudah hampir menjadi pemimpin dua kerajaan bisnis Jepang. Naruto terenyum lebar.
Pip pip!
Bunyi ponsel Naruto terdengar. Satu pesan masuk. Naruto segera membukanya. Sementara Sasuke ikut melihat kearah ponsel Naruto dan ikut membaca sebuah pesan yang di kirim dari nomor yang dikenal. Profesor Morino Ibiki.
Naruto, hari ini saya tunggu di kampus pukul 13.00. Ada hal yang perlu kita bahas. Terima kasih.
Begitulah isi pesannya. Langsung pada intinya, ciri khas Morino Ibiki si dosen killer yang irit bicara namun penuh intimidasi. Salah satu dosen yang menjadi panutan Sasuke karena keahliannya dalam ilmu pengetahuan.
"Sepertinya kau tidak bisa menjenguk Gaara hari ini." Anehnya suara Sasuke malah terdengar bersemangat.
Naruto mendesah kecewa. "Sepertinya begitu, padahal aku merindukan Gaara. Kuharap Gaara tidak perlu operasi dan Kak Itachi memberikannya serangakaian pengobatan."
Sasuke menjentik hidung mungil Naruto. "Jangan mengatakan kalimat laknat itu didepanku, Dobe." Walau sudah tahu bagaiamana perasaan Naruto yang menganggap Gaara adalah kakaknya, tapi Sasuke selalu cemburu. "Aku akan mengabarimu secepatnya begitu Gaara telah memiliki keputusan medis. Kau akan diantar Ebisu."
"Tidak!" Tolak Naruto cepat. "Biarkan aku menyetir salah satu mobil mewahmu."
"Baiklah," kata Sasuke mengalah. Toh Naruto tetap di ikuti oleh beberapa bodyguardnya yang selalu siaga. "Setelah selesai kau akan langsung kerumah sakit, bukan?"
"Ya," jawab Naruto. Lalu gadis itu mengirim jawaban kepada Morino Ibiki. Setelah selesai, ia melihat jam digital pada ponselnya. Wawancara ia dan Kaguya akan segera tayang. Selanjutnya Naruto mengirim pesan pada Karin dan menyeringai.
Sasuke mengernyit. "Ada apa?"
Naruto memekik senang, layaknya seorang anak kecil yang mendapatkan mainan kesukaannya. "Pasti Karin sedang menangis saat ini! Ayo kita menonton berita sebelum berangkat, Teme!"
.
.
***
.
.
Anda sudah menonton televisi saluran YYY? Hanya kalimat itu yang Karin dapatkan setelah ia mengirim puluhan email negosiasi kepada Kitsune.
"Apa yang orang itu inginkan?" tanya Karin kesal. Ia sungguh frustasi, bagaimana nasib rumah modenya tanpa rancangan Kitsune?
Begitu televisi menyala Karin langsung memfokuskan matanya. Dalam narasi yang dibawakan oleh si pewarta nama Kaguya Osutsuki beberapa kali disebut. Dalam hati Karin merasa penasaran, kenapa Kitsune menyuruhnya menonton tayangan ini untuk menjelaskan alasan mengapa Kitsune berhenti menjual design padanya.
Seakan menjawab pertanyaan benak Karin, kelangsungan berita dimulai dan terlihatlah tayangan dimana Kaguya memperkenalkan gadis muda bernama Uzumaki Naruto sebagai partner pada peragaan Osutsuki selanjutnya.
Naruto memuali konfrensi pers. "Terima kasih untuk Kaguya-sama yang bersedia mengajak saya bergabung pada peragaan luar biasa Osutsuki musim ini. Saya merasa sangat terhormat dan bangga bisa bersama-sama merancang dengan idola dan panutan saya didunia fashion. Selama ini saya hanya bisa bermimpi bisa bertemu dan memakai pakaian rancangannya. Namun ternyata Tuhan begitu baik kepada saya hingga bukan hanya kesempatan bertemu dan memakai rancangan Kaguya-sama, tetapi rancangan saya diterima oleh beliau. Ini seperti keajaiban, saya merancang bersama beliau."
Karin mematung. Pikirannya berkecambuk dan mulai negatif. Merinding hebat dengan pemikiran sekilasnya.
Lalu Kaguya menimpali dalam wawancara itu. "Saya selalu menyukai rancangan Naruto-chan yang selalu manis dan berkelas. Sesuai dengan selera saya dan setiap rancangan yang Naruto-chan buat selalu membuat saya senang."
'Apa maksudnya ini? Naruto merancang?' batin Karin resah luar biasa.
Ternyata pertanyaan Karin juga disuarakan oleh salah satu wartawan. Naruto menjawab dengan senyuman sangat manis namun seperti malaikat pencabut nyawa dimata Karin. "Sejujurnya sudah hampir delapan bulan saya selalu memberikan rancangan saya kepada Kaguya-sama. Namun saya selalu menyamarkan nama saya dalam tim perancang Otsutsuki. Jika anda pernah melihat nama saya tertera dalam dua musim sebelumnya, perkenalkan saya perancang U.N alias Kitsune. Hari ini saya akan memperkenalkan diri secara resmi, U.N atau Kitsune, adalah saya.. Uzumaki Naruto."
Wajah Karin seperti kehilangan ruh. Seluruh tubuhnya bergetar hebat. Kepalanya pusing dan blank seketika. Dalam angannya Karin memutar seluruh kejadian yang dialaminya. Dan begitu tersadar, ia telah hancur sehancur-hancurnya. Rasa-rasanya perasaan malu ini bisa membunuh Karin. Ini adalah kekalahan yang begitu memalukan dan begitu hina yang harus ditanggungnya seumur hidup. Uzumaki Naruto berhasil menginjak harga diri Karin hingga ke akar-akarnya. Tidak bersisa hingga rasanya menjadi sampah itu lebih baik.
Karin membayangkan bagaimana ekspresi Naruto saat dirinya membanggakan diri di Televisi tentang busana yang ia klaim ciptaannya sendiri. Mengumumkan pada dunia bahwa ia akan melakukan peragaan dimusim-musim selanjutnya. Wanita itu pasti sedang mentertawakannya. Karin pasti nampak bodoh saat itu! Menjijikan.
Kejadian dirumah modenya mendadak terulang dalam pikirannya. Bagaimana Uzumaki Naruto bisa tenang menghadapi kejadian waktu itu. Dalam hatinya, pasti Naruto tengah mengejeknya waktu itu. Astaga! Itu pemandangan paling dungu yang Karin bayangkan. Si Uzumaki itu pasti merasa puas!
Lalu bagaimana dengannya? Dengan masa depannya? Rumah modenya hancur dan Naruto memiliki kemenangan yang mutlak.
Naruto memiliki Sasuke.
Memiliki karir yang cemerlang. Disanjung seluruh masyarakat pelosok negeri.
Memiliki Kurama dan Ayahnya.
Lalu, Karin bagaimana? Bahkan untuk keluar dari rumahnya, rasa-rasanya Karin sudah tidak memiliki muka.
"Tidak.. Tidak... Tidak." Gadis itu mulai meracau tidak jelas, seperti kehilangan kewarasan.
Karin ambruk. Matanya tidak fokus, menangis tanpa suara. Ia seperti diserang mimpi paling buruk. Lebih buruk dari kematian.
Dan?
"AAAAAAARGGGGHHHH!!" Karin berteriak histeris sehingga menglihkan seluruh perhatian semua orang.
Gadis itu tidak sadarkan diri. Secara mental Karin telah dihabisi.
"KARIN!" Pekik Namikaze Sara panik.
.
.
***
.
.
Profesor Morino masih berada dimeja makan saat suara dering ponsel terdengar. Ia mengangkat sebuah panggilan, lalu sebuah suara berat penuh kharisma terdengar.
"Ya, Tuan? Saya telah mengirim pesan pada Naruto dan ia akan menemui saya siang ini."
"Bagus! Kau harus memastikan Naruto pergi seorang diri bersamamu. Tidak ada siapapun, sekalipun Uchiha Sasuke."
Morino Ibiki menjawab tegas. "Saya mengerti Tuan Hashirama."
.
.
Bersambung..
Bagaimana? Masih setia dengan kisah Naruto Sasuke?
Ada yang bisa nebak ending cerita?
Intinya Ark butuh Support dan semangat kalian semuaaaa!! Biar mood nulis balik lahi. L
Terima Kasih untuk 501 followers. I Love You!
Regards
Istri Sah Itachi yang lagi butuh wangsit.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top