Obsesi

ARK Proudly Present

"HATE AND (To be a) LOVE"

Naruto Belongs to MK

.

.

Warning : Vote and Support SasuFemNaru .

Eps 6

.

.

Keesokan harinya Naruto bangun tidur dengan perasaan tiga kali lipat lebih baik dari hari-hari sebelumnya yang suram dan menyedihkan. Rencananya, ia akan menemui Yuhi Kurenai sepulang kuliah dan wanita itu bersedia menemuinya. Semuanya berkat Paman Orochimaru, pikir Naruto senang. Semalam ia mendapatkan sebuah pesan dari Kurenai yang memintanya bertemu. Naruto langsung setuju, tentunya jika jam kuliah sudah selesai.

Setelah memakan dua potong roti selai stroberi dan menghabiskan satu gelas jus jeruk kesukaannya, gadis itu lantas bersiap untuk menimba ilmu di Universitas Konoha.

Hari ini jam kuliah tidak padat. Hanya ada satu mata kuliah jam sepuluh. Namun, Naruto memilih berangkat pagi. Jam delapan gadis itu sudah berada ditaman Universitas Konoha seraya menenteng sebuah buku tebal dengan judul "Marketing Mangement". Sebetulnya tidak ada mata kuliah itu, hari ini jadwal dosen paling galak dan perfeksionis yang mengajar Manajemen Keuangan, namanya Morino Ibiki. Alih-alih membuka buku yang berhubungan dengan mata kuliah hari ini, gadis itu memilih membaca buku pemasaran dengan begitu serius.

Sasuke berhenti beberapa meter dari bangku taman. Dia melihat Uzumaki Naruto duduk seraya membaca sebuah buku. Gadis itu tidak menyadarinya. Jikalau ia tahu Sasuke berdiri beberapa meter darinya mungkin saja gadis itu sudah kabur seperti biasanya. Sasuke mendengus dengan fakta itu.

Tidak ada wanita yang memperlakukan Uchiha Sasuke seperti itu kecuali Uzumaki Naruto. Dan kenyataan itu membuat sang Uchiha sangat terganggu. Apalagi pemuda itu tahu bahwa ia sangat menginginkan Uzumaki Naruto.

Sasuke memandang Naruto dengan mata elangnya.

Uzumaki Naruto memang sangat menawan, dengan pakaian sederhananya justru gadis itu terlihat sangat cantik. Rambut pirangnya berkilau dibawah sinar mentari musim semi, tidak ada ikat rambut atau jepit rambut untuk menghalangi keindahannya. Mata biru langitnya yang amat disukai Sasuke begitu indah saat mata itu fokus pada sebuah buku. Naruto memakai kaus putih yang dilapisi blazer katun berwarna pasir dan celana jeans ketat berwarna gelap. Kakinya dibalut sneaker putih. Dan sebuah kalung prisma menggantung dilehernya. Dan ketika Naruto berpenampilan layaknya mahasiswi, justru Sasuke semakin dibuat gila.

Ia hendak menghampiri gadis itu, namun baru beberapa langkah sebelum ia mencapainya sebuah suara menghentikannya.

"Uchiha-Senpai!"

Sasuke tidak langsung berbalik karena untuk beberapa saat ia dan Naruto berpandangan.

"Uchiha-senpai!" Seruan dari seorang wanita berambut pirang pucat kembali terdengar. Mau tidak mau Sasuke berbalik dengan perasaan kesal yang berhasil ditutupi dengan wajah dinginnya, seperti biasa.

"Hn."

"Profesor Morino memanggil. Beliau meminta senpai untuk menemuinya diruangan setelah beliau mengajar dikelas saya."

Gadis pirang bermata violet itu kepayahan dalam menyembunyikan rona merah pada wajahnya. Melihat penampilan seksi Uchiha Sasuke membuat matanya sangat dimanjakan. Tampan sekali.

"Jam berapa?" Walau kesal karena gadis ini mengganggu tapi Sasuke tidak dapat menolak. Morino Ibiki adalah dosen pembimbingnya. Selain mengajar di bidang ekonomi, Morino Ibiki adalah dosen terbaik Management Layout untuk Tehnik Industri Universitas Konoha.

"Sekitar jam makan siang," sahut gadis itu sedikit gugup karena pandangan tajam sang Uchiha.

Tak menanggapi lebih jauh gadis pirang pucat itu, Sasuke kembali berbalik hendak menemui Naruto. Banyak urusan yang belum terselesaikan dengan gadis angkuh itu.

Dan?

"Shit," umpatnya pelan. Naruto telah pergi.

Sialan! Padahal Sasuke tahu tadi adalah kesempatan yang bagus. Selama ini ia begitu sulit menemui Naruto. Gadis pirang itu selalu menghindar. Dan menghubungi via ponsel bukan tidak pernah ia coba, gadis itu tentu sudah memblokir semua hal yang berhubungan dengannya. Dan ketika ia menunggu gadis itu setiap pagi atau sepulang Naruto kuliah, Sabaku Gaara selalu ada disampingnya seperti parasit.

"Uzumaki Naruto, berani sekali dia meninggalkanku. Dia milikku," desisnya penuh obsesi.

Sasuke berjalan menjauhi taman dengan rasa dongkol yang mencokol dalam hatinya. Tanpa menyadari sifat Morino Ibiki yang begitu jelas ia ketahui bahwa tidak mungkin dosen itu menyuruh orang lain untuk menemuinya.

Semilir angin menerbangkan helai rambut gadis pirang pucat. Mata violetnya memandang punggung kokoh Uchiha Sasuke dengan pandangan memuja. "Beruntung sekali Karin-nee memiliknya sebagai tunangan," bisiknya.

Dia adalah Shion Namikaze. Sepupu dari Namikaze Karin. Gadis itu berbalik dan hendak menghubungi seseorang. Lalu, segera mengetikkan sesuatu pada ponselnya.

To : Namikaze Karin

Nee-san.. Aku melihat Sasuke-senpai hendak menemui Uzumaki.

Tapi, aku berhasil menghentikannya. Nee-san berhutang satu traktiran!

Shion tidak peduli bahwa Morino Ibiki tidak pernah memintanya untuk menemui Uchiha Sasuke. Karena baginya yang penting adalah ia berhasil menjauhkan Uchiha Sasuke dengan Uzumaki Naruto. Seperti permintaan sepupunya yang ia anggap sebagai sahabatnya. Shion mengetahui kemalangan hidup seorang Karin Namikaze dikeluarganya dan bagaimana sepupunya mencintai Uchiha Sasuke.

Maka, tidak boleh seorangpun yang boleh merebut Uchiha Sasuke. Sekalipun dia mencintai pemuda itu.

Selama ini, dialah orang yang selalu memberikan segala bentuk informasi tentang Uchiha Sasuke di kampusnya.

.

.

Naruto mengumpat.

Moodnya terjun jauh kebawah. Bahkan untuk membaca buku kesukaannya ia tak memiliki minatnya lagi. Melihat Uchiha Sasuke dipagi hari dengan seorang gadis cantik didepan matanya sungguh membuat mood bahagianya hancur dalam sekejap.

Apa maksudnya laki-laki brengsek itu?

Apa dia sengaja hendak memperlihatkan kedekatannya dengan gadis barunya? Berniat memanas-manasinya?

Sialan! Naruto tidak akan memperlihatkan bahwa dirinya benar-benar kesal melihat pemandangan itu. Kenapa melupakan Uchiha Sasuke begitu sulit?

Tentu saja! Bagaimana mungkin Naruto bisa melupakan cinta pertama yang setiap saat selalu berusaha memperlihatkan batang hidungnya?

Uchiha Sasuke memang brengsek. Laki-laki itu benar-benar berniat serius untuk menyiksanya, pikir Naruto.

Naruto melihat jam ditangannya. Waktunya kuliah masih satu setengah jam lagi, ia membutuhkan sesuatu yang akan membuat moodnya lebih baik. Berfikir sebentar, akhirnya ia memutuskan bahwa ramen super pedas menjadi pilihan terbaik. Naruto tidak peduli bahwa saat ini masih pagi, yang penting dia bisa memperbaiki moodnya.

Tidak ada seorangpun yang boleh merusak hari ini, pikirnya. Termasuk Uchiha Sasuke.

Saat berjalan menyusuri selasar kampus, Naruto melihat-lihat sekeliling. Netranya menangkap canda tawa para mahasiswa yang bersama-sama melakukan sesuatu. Pertemanan dan persahabatan. Gadis itu menghela nafas. Dia tidak memilikinya. Sedangkan masa kuliah sudah masuk semester ketiga. Dia terlalu disibukan dengan kehidupannya sendiri. Kondisinya dimasalalu membuatnya sulit untuk mempercayai seorang teman. Kehidupannya hanya seputar belajar untuk mempertahankan beasiswa, bekerja untuk membiayai hidupnya dan sisanya dipakai untuk tidur guna memupuk tenaga yang akan dipakai hari esok. Begitu seterusnya. Sampai-sampai untuk kerja kelompok saja Naruto seringkali tidak ikut dan membawa bagiannya untuk dikerjakan malam hari.

Sabaku Gaara. Mungkin baru pemuda itu yang Naruto miliki sebagai teman. Dan ia berharap Gaara bersedia menjadi sahabatnya. Walaupun Naruto tahu Gaara menyukainya dalam artian romantis. Gadis itu bertekad untuk membuat Gaara melupakan perasaannya. Gaara terlalu baik untuk dijadikan sebuah pelampiasan, pikirnya.

"Aku butuh seorang teman dan sahabat," bisiknya.

Dia berjalan. "Rasanya menyedihkan makanpun tidak ada seorang sahabat yang dapat diajak," lanjutnya mengeluh.

Naruto bertekad untuk mencari seorang sahabat yang menemaninya. Ia dikenal sebagai gadis angkuh yang sulit digapai. Jelas saja, Naruto selalu menolak ajakan-ajakan yang diterimanya selama ini. Bukan tanpa alasan. Rata-rata mereka mengajaknya untuk pergi ke mall atau menghabiskan waktu disuatu caffe untuk bergosip. Itu membutuhkan banyak uang dan waktu. Sementara dirinya menggunakan waktu senggangnya untuk mencari uang. Pada akhirnya, mereka lelah mengajak Naruto untuk bergabung walaupun hanya untuk basa-basi.

Karena mereka selalu ditolak untuk alasan bekerja.

"Suram sekali hidupku," monolog Naruto.

Naruto tanpa sadar telah berhasil mengalihkan pikirannya dari Uchiha Sasuke.

.

.

***

.

.

Neji berjalan bersisian dengan Sasori. Setelah berhasil memarkirkan mobil kesayangan mereka masing-masing dihalaman luas parkiran universitas Konoha.

Ya, mereka tidak pernah kehilangan mobil kesayanganya untuk Uchiha Sasuke, sahabatnya.

Pasca kejadian siang itu direstoran. Sasuke menemui mereka pada malam harinya. Kemudian dengan kejamnya melemparkan kunci mobil pada kepala mereka. Lalu berujar dengan amarah yang tak pernah mereka lihat dari seorang Uchiha Sasuke, "Aku tidak menginginkan mobil kalian! Yang kuinginkan satu-satunya hanya UZUMAKI NARUTO!"

Ingin marah, tapi takut berujung jadi pelampiasan. Akhirnya Neji dan Sasori hanya mampu menghibur Uchiha Sasuke dengan membawanya minum-minum sampai mabuk. Menghabiskan kocek dalam untuk berbotol-botol anggur mahal. Mereka tidak pernah sekalipun melihat kondisi Sasuke yang menyedihkan seperti itu.

Selama mereka bersahabat dengan sang Uchiha, yang artinya sudah lebih dari delapan tahun, baru kali itu melihat Uchiha Sasuke yang sempurna dan berharga diri tinggi bisa sefrustasi itu.

"Bukankah itu Uzumaki?"

Sasori menujuk kearah sebrang. Neji mengalihkan perhatiannya. Netra pucatnya melihat siluet Uzumaki Naruto yang berjalan sendirian. "Semakin cantik saja. Pantas Sasuke tergila-gila," lanjut Sasori mengagumi sosok Naruto yang berkilau.

Neji menyetujui pernyataan Sasori. "Jika saja Sasuke sudah lelah mengejar gadis itu, dengan senang hati aku akan mengejarnya."

Sasori mendelik sahabatnya. "Tsk.. Jangan sampai Sasuke mendengarnya. Kau lupa terakhir kali kau membuatnya kesal?"

Neji meringgis ngeri mengingat kejadian kala Sasuke mengamuk gara-gara Neji bercanda tentang Uzumaki Naruto dan ia menginginkannya. "Tidak," sahutnya mantap. "Aku hanya berkhayal."

Memutar matanya malas, lantas Sasori mengajak Neji untuk segera menemui Sasuke yang saat ini tengah menunggu mereka di kantin. Untuk terakhir kalinya Sasori mengamati Uzumaki Naruto dan berkata dalam hati.

'Gadis itu sangat mempesona. Uzumaki Naruto, wanita macam apakah dirimu? Bisa-bisanya mencuri perhatian Uchiha Sasuke dengan cara semaskulin itu. Gadis yang berbahaya.'

Sasuke memainkan ponselnya. Disimpannya lembaran revisi skripsi diatas meja, tepat disamping jus tomat yang ia pesan. Tidak khawatir jus itu akan tumpah. Beberapa saat lalu, Sasuke telah menolak pernyataan cinta seorang gadis yang cukup manis. Padahal selama ini Sasuke tidak pernah menolak satu gadispun yang menginginkan hubungan singkatnya.

Dan semua itu terjadi dimulai saat Sasuke mengenal Uzumaki Naruto.

Entah apa yang sudah dilakukan Naruto padanya, sampai-sampai semua tubuh wanita seksi yang dilihatnya tidak berhasil membuat gairahnya bangkit.

Serta merta Sasuke mengingat malam dimana ia bercinta dengan Karin Namikaze, tunangannya. Rasanya hambar dan sensasi menyenangkan itu tidak ia dapatkan. Hanya kabut nafsu yang ia rasakan malam itu, emosi dan cemburu menguasainya. Ia tidak pernah mengakui bahwa dirinya jatuh cinta pada Uzumaki Naruto, namun setelah ia melakukannya dengan Karin, Sasuke menyadari bahwa sejak pertama bertemu dengan Uzumaki Naruto ia telah jatuh cinta.

Jatuh cinta dengan gila. Uzumaki Naruto berhasil membuat Uchiha Sasuke memusatkan dunia padanya. Uzumaki Naruto berhasil membuat Sasuke tidak menginginkan segala sesuatu didunia ini kecuali dirinya.

Dan Uzumaki Naruto harus jadi miliknya. Entah bagaimanapun caranya.

Dua orang pemuda menghampirinya. Neji dan Sasori duduk dikursi sebrang Uchiha Sasuke. Lalu memesan makanan pembuka dan minum untuk melengkapi suasana nongkrong mereka.

"Berapa lama?" tanya Sasuke tiba-tiba tanpa basa basi sama sekali.

Sasori dan Neji yang sudah hapal tabiat sahabat mereka luar dalam tidak merasa aneh. "Satu minggu,"' jawab Sasori. "Gaara akan meninggalkan Konoha selama satu minggu untuk urusan bisnis di Suna menggantikan Kankuro." lanjutnya memberi penjelasan.

"Hn," gumam Sasuke. Dia tampak berfikir. "Kau harus menjaminnya, Sasori."

"Pasti. Kankuro tidak main-main saat memberiku informasi."

Neji tidak ikut dalam percakapan. Pemuda tampan keturunan Hyuuga itu memilih memperhatikan dua sahabatnya. Sasuke itu jenius dan licik, dia tahu dengan pasti. Untuk menyungkirkan Sabaku Gaara dari sisi Uzumaki Naruto ia menggunakan Sasori sebagai pionnya. Sasuke memberikan Sasori satu villa mewah miliknya. Dengan kekayaan Uchiha yang tiada batas, hal kecil itu tidak berpengaruh sama sekali pada jumlah kekayaanya.

Dan obsesi laki-laki itu terhadap Naruto tentu tidak cukup jika hanya menjauhkan Gaara sementara waktu dari Naruto. Orang sedang jatuh cinta memang mengerikan, apalagi itu Uchiha Sasuke.

"Neji?" Panggil Sasuke. Neji tersentak dalam lamunannya.

Benarkan? Neji tahu pasti, ia juga salah satu pion sahabatnya itu. "Aku tidak bisa memaksa Hinata untuk menerima pertunangan itu," jawab Neji. Ia tidak mungkin mengorbankan adiknya yang tidak mencintai Gaara untuk menerima rencana pertunangan Sabaku dan Hyuuga.

Sasuke mendengus.

"Ayolah, Sas. Hinata dan Gaara tidak saling menyukai. Mereka sudah berkali-kali menolak rencana pertunangan itu. Dan aku tidak akan mengorbankan adikku untuk memuluskan rencanamu," ujar Neji. Hinata memiliki kekasih bernama Inuzuka Kiba.

Sasuke termenung. Sabaku Gaara harus disingkirkan dari Naruto. Hanya orang bodoh yang tidak dapat melihat Sabaku Gaara menyukai Narutonya. Tidak masalah seharusnya, jika saja Naruto tidak menerima perlakuan Gaara dengan suka rela. Sasuke hanya takut gadis itu tengah mencoba menerima laki-laki lain untuk melupakan perasaan gadis itu terhadapnya.

Bagaimana jika Naruto mencintai laki-laki lain? Membayangkannya saja membuat Sasuke hampir gila.

Akan tetapi, ia akan memanfaatkan absennya Gaara dari sisi Naruto selama satu minggu ini. Dan ia tidak akan membiarkan laki-laki lain mendekati gadis pirangnya.

Memastikan Naruto hanya akan jadi miliknya. Milik Uchiha Sasuke.

.

.

***

.

.

Naruto memasuki kelasnya. Bangku-bangku jajaran pertama terlihat kosong. Wajar, hari ini Morino Ibiki menjadi dosen mereka. Dosen killer tanpa ampun. Wajahnya mendukung sekali memiliki karakter tersebut. Tapi Naruto melihat seorang gadis berambut pirang pucat duduk dengan percaya diri didepan. Sendirian. Menghampiri gadis itu, akhirnya Naruto duduk disebelahnya.

Naruto memperhatikan gadis disebelahnya. Ia seperti pernah melihat gadis itu.

Oh! Gadis yang tadi pagi bersama Sasuke. Lantas Naruto memandang gadis disampingnya dengan tatapan prihatin.

Korban selanjutnya, pikirinya merasa kasihan.

"Ada apa?" tanya Shion—gadis yang sedang Naruto perhatikan. Mata violetnya memandang Naruto dengan rasa terganggu yang jelas.

Naruto tersentak, lantas tersenyum lembut. "Tidak. Hanya saja, aku baru melihatmu dikelas ini." Lalu Naruto melihat sekeliling. "Ah.. Aku baru sadar ternyata semester kali cukup banyak wajah baru," tambahnya. Naruto menyadari bahwa gadis disampingnya tidak menyukainya, namun demi mendapatkan seorang teman dia mengabaikannya.

Mata Shion menyipit. Memperhatikan senyum Naruto dengan sinis. Ternyata benar, wanita didepannya sungguh menawan. Apalagi dengan jarak sedekat ini, wajahnya sempurna. Shion mendecih dalam hati, merasa iri. Pantas saja Uzumaki Naruto bersikap angkuh. Walau dia miskin, wajahnya sangat kaya.

Bukannya Uzumaki Naruto penyandang beasiswa? Artinya dia adalah mahasiswa cerdas dan berprestasi? Shion tidak mempercayainya. "Kau Uzumaki yang mendapatkan beasiswa itu?" tanyanya.

Naruto mengangguk sebagai respon.

"Benarkah?" Terdengar sedang mencibir.

Naruto mengerutkan keningnya. "Ya," jawabnya agak ragu.

Shion mendengus. Lalu sekali lagi memandang Naruto dengan tatapan meneliti sehingga membuat Naruto tidak nyaman karenanya. Gadis itu merasa sedang direndahkan hanya dengan sebuah tatapan. "Apa kau yakin mendapatkan beasiswamu itu dengan menggunakan otakmu? Bukan tubuhmu?"

Naruto terperangah. Apa-apaan gadis disampingnya ini? Tidak sopan sekali, padahal ini adalah kali pertama mereka bertemu. Bukankah sangat tidak sopan berbicara seperti itu terhadap orang yang bahkan Naruto belum mengetahui namanya. Naruto menggerutu dalam hati, padahal gadis disampingnya niat hati Naruto akan dijadikan teman dan ia hendak menolong gadis itu dari seorang iblis bernama Uchiha Sasuke.

Belum mulai, ia sudah mendapatkan musuh, pikir Naruto sedih.

"Pergunakan otakmu saat berbicara, Nona," ucap Naruto mendesis, tidak terintimidasi dengan aura permusuhan yang dikeluarkan Shion dengan terang-terangan. "Ah! Kita lihat siapa disini yang paling cerdas? Gunakan otakmu untuk berfikir."

Shion ingin membalas, namun kemudian suara Morino Ibiki menghentikannya. Dia merasa sangat kesal.

'Dia menantangku? Baiklah, kita lihat siapa yang menang!' batin Shion angkuh.

Empat puluh menit berlalu dengan cepat. Morino Ibiki menjelaskan tentang Bab Investasi beserta Bab Value Of Money. Saat-saat yang ditunggu Shion akhirnya datang. Setiap akhir mata kuliah, sepuluh menit akan di gunakan Morino Ibiki sebagai evaluasi sejauhmana mahasiswa mengerti dengan apa yang dia ucapkan. Dan sejauh ini, belum pernah ada yang benar-benar berhasil membuatnya puas. Pertanyaan yang diajukannya selalu tidak terjawab dengan sempurna oleh mahasiswanya. Kali ini, Shion akan membuktikan diri bahwa Uzumaki Naruto tidak layak menyandang beasiswa untuk prestasi.

Suara dalam dan serak mengisi kelas. "Satu pertanyaan, jika diantara kalian ada yang membuat saya puas dalam menjawab pertanyaan saya kali ini. Saya akan beri kesempatan kalian untuk menjadi calon asisten."

Suara kelas riuh seketika. Bukan karena berlomba ingin menjawab tapi karena sibuk membahas bahwa tidak mungkin ada yang bisa membuat Morino Ibiki puas.

Shion semakin bersemangat.

"Jika kalian memiliki uang sejumlah seratus juta, dalam lima tahun kedepan apakah lebih baik digunakan untuk investasi atau saving di Bank? Gunakan analisis dengan suku bunga bank 12%."

Suara kelas mendadak hening.

Shion melihat kanan dan kiri. Tidak ada harapan, pikirnya ketika melihat teman-teman sekelasnya seperti kebingungan. Kemudian melirik Naruto sekilas. 'Oh Tuhan! Dengan jawaban sejelas itu, dia masih menggunakan kalkulator untuk menghitung?' batinnya merasa diatas angin karena Shion dapat dengan mudah menemukan jawabannya.

"Gunakan otakmu," bisik Shion kepada Naruto. Naruto meliriknya sekilas sebelum melanjutkan berhitungnya.

'Sial! Waktunya tidak akan cukup,' Batin Naruto.

Tiba-tiba Shion mengangkat tangannya. Mendadak menjadi pusat perhatian. "Profesor, saya akan menjawab."

"Silahkan!" Morino Ibiki menunggu jawaban.

Shion berdehem, dengan penuh percaya diri gadis itu menjelaskan. "Tentu saja uang tersebut lebih baik digunakan untuk Saving. Uang tersebut akan bertambah sebanyak 12% pertahun, jika dikali 5 tahun artinya akan menghasilkan bunga 60%. Dengan kata lain dilima tahun ke depan uang tersebut akan bertambah menjadi 160jt yen. Dengan Saving juga tidak ada resiko kerugian artinya nol persen resiko, berbeda dengan investasi yang beresiko tinggi."

Morino Ibiki mengangguk-anggukan kepalanya. "Masuk akal," komentarnya.

Orang-orang memandang Shion takjub. Shion memandang Naruto meremehkan, dengan gerakan angkuh dia menyilangkan tangannya didepan dada. "See?" ucapnya tersenyum miring, sungguh puas.

Namun suara Morino Ibiki menghancurkan keangkuhan Shion. "Ada jawaban yang lain?"

Hening untuk beberapa saat. Naruto masih sibuk menghitung.

"Baiklah jika tidak a-"

"Saya akan menjawab Prof," suara Naruto memotong penutupan yang akan dilakukan dosennya.

"Silahkan!"

Naruto berdiri. Kemudian dengan gerakan sangat anggun, gadis itu meminta izin dengan gestur hormat kepada Morino Ibiki. "Baiklah. Pertama-tama saya akan menanggapi jawaban sebelumnya. Tidak salah jika ingin melakukan Saving, namun kita tetap harus mempertimbangan inflasi saat ini 10% dan value of money. Sehingga menurut saya, jika keputusan tersebut diambil dalam lima tahun kedepan jumlah 160jt yen tersebut jumlahnya sama dengan 100jt yen tahun sekarang. Artiya saving bukan jawaban yang tepat karena tidak akan menghasilkan apa-apa terkecuali hanya menyimpan uang agar aman."

Naruto berhenti untuk mengambil nafas. Morino Ibiki tersenyum. "Lalu?"

"Dari hasil perhitungan saya, tentu saja dengan mempertimbangkan suku bunga sebagai diskon faktor, jika menghitung investasi dengan keuntungan minimal yang pasti didapatkan yaitu 50%. Nilai 50% ambil dari penjelasan anda sebelumnya, Prof."

"Lanjutkan.."

"Setelah saya hitung NPV dan IRR nya hasilnya adalah layak. Dengan sisa keuntungan 25% dari hasil pengurangan diskon faktor dan presentasi inflasi. Uang tersebut akan bertambah sebanyak 125% dari nilai 100jt yen sekarang. Tentu saja 25% sebelumnya telah dikurangi dengan resiko kerugian. Tidak masalah karena bukan dunia bisnis jika tanpa resiko. Sehingga menurut saya investasi adalah keputusan yang tepat. Demikian jawaban saya, Prof."

Lalu?

"HEBAT! HEBAT SEKALI!" Morino Ibiki berdiri seraya bertepuk tangan.

Suara riuh tepuk tangan dikelas mengikuti setelahnya. Semua orang takjub dan tak percaya. Semuanya heboh.

"Siapa nama anda?"

"Uzumaki Naruto, Prof."

"Baiklah, setelah ini anda ikut keruangan saya."

WOW! Batin semua orang takjub. Morino Ibiki si dosen yang tidak kenal kata puas akhirnya menerima jawaban sempurna. Uzumaki Naruto memang sangat menakjubkan.

Naruto lantas menoleh kearah Shion yang saat ini tengah menahan rasa malu yang luar biasa. Kemudian menyeringai. "Gunakan otakmu," ujarnya dengan nada sing a song. Setelahnya Naruto mengibaskan rambutnya dengan angkuh. "See?" sindirnya kepada Shion yang saat ini sedang merutuki kekalahannya.

Shion sangat malu. Wajahnya memerah sempurna.

Uzumaki Naruto bukanlah lawan yang sepandan dengan Shion Namikaze.

Naruto mendengus. Tangannya dengan lincah merpikan alat tulis, hendak mengikuti Morino Ibiki keruangannya.

Tapi, Naruto kembali berbicara kepada Shion. "Hey kau," katanya.

Shion dengan harga dirinya tinggal satu sendok itu menoleh. Naruto tersenyum lembut dan tulus sehingga membuat Shion terperangah, apalagi setelah Naruto berucap. "Uzumaki Naruto." Gadis itu mengulurkan tangannya. "Dari pada menjadi musuh, bagaimana kalau kita berteman?" lanjutnya.

Shion terbelalak. Terpesona dengan aura ketulusan yang dikeluarkan Uzumaki Naruto. Shion menyambut tangan itu. "Shion," balasnya.

Lalu mereka saling berbagi senyum perdamaian.

"Shion Namikaze," lanjut Shion.

Dan?

"Namikaze? Aiissh..." Wajah Naruto berubah keruh. Senyumannya hilang berganti dengan raut wajah kesal. Astaga sempit sekali dunia ini, jerit Naruto dalam hati. Giliran akan memiliki teman, haruslah seperti ini.

Shion menyadarinya. "Kenapa?" tanyanya dengan wajah merona karena merasa senang bisa berteman dengan Uzumaki Naruto yang angkuh dan tak tergapai itu.

"Ah.. Maaf, Shion-chan. Lupakan saja tawaranku barusan," kekehnya terlihat terpaksa.

Sejurus kemudian Naruto meninggalkan Shion yang merenggut tidak terima. "Hey! Kita harus berteman!" serunya hanya didengar oleh angin.

.

.

***

.

.

Naruto berjalan tergesa ke ruangan Morino Ibiki. Wajahnya terlihat lumayan kesal. Ia pikir akan mendapatkan satu teman yang cantik hari ini, tapi nyatanya Namikaze seperti sedang menjadi hantu dikehidupannya. Sampai didepan pintu ruangan Morino Ibiki, Naruto mengetuk pintu.

Sahutan Morino Ibiki terdengar. Naruto memasuki ruangan itu.

Lalu?

'Brengsek!' maki Naruto dalam hati.

Uchiha Sasuke tengah duduk persis didepan Morino Ibiki.

"Silahkan duduk dulu, Uzumaki-san," sambut Morino Ibiki. Dan sialnya satu-satunya kursi yang tersisa hanyalah kursi disamping Uchiha Sasuke.

Dengan enggan, Naruto akhirnya duduk. Benar-benar berusaha mengabaikan tatapan Sasuke yang dari awal ia masuk selalu mengikutinya. Hari bahagianya benar-benar telah berganti menjadi hari yang buruk.

Morino Ibiki sibuk dengan ponselnya. Sejurus kemudian dia menatap Naruto dan Sasuke bergantian. "Maafkan saya, kalian berdua tunggu disini sekitar dua puluh menit. Rektor memanggil saya sebentar. Tidak keberatan?"

"Tidak." Itu jawaban Sasuke. Naruto hanya membatu tak percaya.

SIALAN! Umpat Naruto.

Tak menunggu lama, Morino Ibiki telah meninggalkan ruanganya. Menyisakan Sasuke dan Naruto dalam suasana yang sangat Naruto tidak sukai.

Lalu?

Sasuke tiba-tiba mencengkram tangannya. Naruto kaget luar biasa. Lantas dengan tatapan marah dia memandang Uchiha Sasuke. "Lepaskan tanganmu!" desisnya.

Uchiha Sasuke menyeringai. Membuat bulu kunduk Naruto meremang hebat. "Hai sayangku.. Sudah puas menghindariku?"

.

.

Bersambung..

.

.

Hai haiii.... Merindukan fic aneh ini? Hahahha... Maafkan karena update kali ini lebih lama dari sebelumnya. Karena sibuk sama kuliah, ttebayo! Btw, adegan Naruto Shion adalah kenyataan yang terjadi dikelasku. Hahaha... Tapi bukan pengalaman pribadi. Ark Cuma pengamat. Yang ngikut tepuk tangan doang.. hahah..

Ohmegat, senang sekali akutuuuu.... Respon terhadap fic ku ternyata lumayan baik. heheh... Atuhlaah.. Tambahin vote and komennya. Request n saran dari kalian selalu Ark sisipin. Finally, request untuk temen Naruto Ark bungkus semua. Shion, Sakura dan Ino.. Sakura sama Ino jadi model? Nah kita liat chap depan.

Gaara sama Naruto? Ternyata Sasuke dengan segala bentuk kelicikannya tidak akan membiarkan mereka dekat. L Akankah Gaara dan Naruto berhasil menjalin suatu hubungan?

Btw, banyak banget ya yang pengen Sasuke ternistakan alias menderita disini? Wkwk.. Pada tega ama Teme nih.. wwkkw.. Bungkus jangan ya? Ngakak tiap kali liat komen kalian loh.. ahahah

Eh btw, Naruto ditinggal berdua loh sama Sasuke di ruangan Ibiki? Enaknya diapain ya? Ahahah... jangan mesum ah..

Next chap akan dipercepat jika vote bisa tembus 200 lebih.. heu...AYO AYO AYOOOOO!! Dan Naruto menjadi model akan segera tibaaa.....

See u next chap!

Love you!

Warmest Regards

Ark istrinya Itachi.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top