Oasis

ARK Proudly Present

"HATE AND (To be a) LOVE"

Naruto Belongs to MK

.

.

Warning : Vote and Support SasuFemNaru .

.

.

Eps 18

.

.

Naruto marah dan Sasuke tahu persis alasan dibaliknya. Pemuda Uchiha itu mendengus geli melihat bagaimana sikap Naruto yang benar-benar tidak menanggapinya.

"Kau membuatnya sulit Naru, jika kau masih terus bersikap kekanakan seperti ini."

Naruto mengeryit kesal mendengarnya, namun gadis itu masih teguh mengabaikan Sasuke dan melihat kesamping jendela. Rasa lelah menyerang Naruto, seharusnya ia mendapatkan istirahat namun sikap seenaknya Uchiha Sasuke membuatnya kesal luar biasa. Dan dengan tidak tahu diri, Sasuke menyebutnya ia telah bersikap kekanakan.

"Naru.."

Naruto mendecak dan mendelik Sasuke. Kemudian berkata dengan nada datar, "Seharusnya kau belajar dari masalalu Sasuke, sikap seenakmu itu membuat hubungan yang kau harapkan tidak akan mengalami kemajuan."

Tangan Sasuke mencrengkram setir mobil lebih erat mendengar kalimat datar Naruto. Baiklah sepertinya ia memang sudah keterlaluan. "Maaf," ucapnya pendek.

Naruto mendesah dan menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi, mencoba membuat dirinya lebih rileks. "Seharusnya kau bertanya terlebih dahulu," katanya pelan. Ekspresinya jelas terlihat kelelahan dan Sasuke menyadarinya. Perasaan bersalah tiba-tiba mendera Sasuke. Naruto kembali berucap. "Setidaknya kau memberiku kesempatan untuk membersihkan diri dan memakai pakaian yang lebih layak."

Sasuke melirik Naruto. "Tidak ada yang salah dengan pakaianmu, sayang. Kau selalu sempurna dimataku."

Entah harus tersipu atau marah, Naruto kebingungan mendengar kalimat Sasuke. Dia mendesis dan menatap kesal kearah sang Uchiha. "Sialan! Aku serius!"

Sasuke mendengus dan menghentikan mobilnya karena lampu merah, kemudian menoleh kepada Naruto dan meneliti wajah dan pakaian Naruto. Sempurna. Penilaiannya tidak pernah salah. "Kau meragukan ucapanku?"

Naruto menggeram. "Bukan itu maksudku. Seharusnya kau mengerti brengsek, bahwa yang kumaksud adalah cara berpakaianku."

Sasuke hanya bergumam. Dan hal itu sukses membuat sumbu kesabaran Naruto habis. "SIALAN! AKU AKAN MEMENUHI UNDANGAN IBUMU DAN BERTAMU KERUMAHMU, KAU PIKIR DENGAN PAKAIAN SEPERTI INI AKU PANTAS MENEMUINYA? KAU INGIN MEMPERMALUKANKU, TEME?!"

Sasuke melongo melihat gadis pirangnya meledak.

Setelah berteriak entah kenapa Naruto merasa jauh lebih lega. Kenapa ia tidak melakukan sebelumnya? Persetan dengan telinga Uchiha Sasuke.

Lalu kemudian..

Sasuke tertawa terbahak-bahak karena melihat Naruto begitu menggemaskan saat marah. Dan segera menghentikan tawanya begitu sadar Naruto tengah menatapnya dengan tatapan membunuh. Sasuke berdehem. "Baiklah kita akan mencari butik terlebih dahulu. Aku tidak tahu kau begitu peduli dengan penampilanmu, sayang."

"Tentu aku peduli!"

Sasuke tersenyum miring seraya mengangguk-angguk menyebalkan. "Baiklah.. Aku mengerti perasaanmu. Kau ingin tampil memukau didepan mertuamu –ibuku, bukan?" Kata Sasuke ringan mengabaikan raut wajah Naruto yang semakin kesal. Pria itu melanjutkan dengan begitu percaya diri seraya mendesah seolah mendepatkan rasa lega yang luar biasa. "Padahal bagaimanapun penampilanmu Naru, ibuku akan tetap menyukaimu. Percayalah." Raut wajah yang biasa datar dan dingin itu berubah jenaka dengan menampilkan rupa yang sangat menjengkelkan bagi Naruto yang telah kehilangan kata-kata karena takjub.

Sang Uchiha menahan tawanya saat melihat bagaimana mulut Naruto membuka tutup karena ingin membalasnya.

"Issh! Percaya diri sekali," ujar sang Uzumaki pada akhirnya. Naruto menampilkan wajah seakan-akan ingin muntah.

Sementara itu Sasuke hanya terkekeh dan mengedikkan bahunya, tak acuh. "Kenapa begitu sulit untuk mengaku?"

"Brengsek! Hentikan omong kosong sialanmu!"

"Bahasamu, Love."

Naruto tidak peduli dan memilih untuk menghentikan mobil Sang Uchiha didepan sebuah butik sederhana. Sasuke dengan lihai menepikan mobilnya kekiri dan berhenti tepat dipintu masuk butik tersebut. Tanpa menunggu lebih lama, Naruto turun dari mobil mewah Sasuke dan memasuki butik tersebut meninggalka Sasuke dibelakang yang menggeleng-geleng melihat sikap Naruto yang sedang merajuk. Pada akhirnya, pria itu mengikuti Naruto kedalam sebuah butik seraya membawa satu botol minuman ion untuk ia berikan kepada gadisnya.

Naruto terlihat sedang menilai beberapa pakaian yang digantung pada hanger. Raut wajahnya begitu serius seperti sedang mengerjakan ujian matematika. Sasuke yang memperhatikannya dari arah pintu masuk lantas tersenyum kecil.

Seorang pelayan perempuan dengan baju cukup ketat menghampirinya. Mencoba menarik perhatian pelanggan tampan yang baru datang dengan sambutannya yang ramah dan suara halusnya. Sayangnya tidak berhasil sama sekali. Alih-alih membalas sambutannya, pemuda berambut gelap itu melewatinya begitu saja. Pelayan itu merenggut menuai ejekan dari pelayan muda laki-laki disebrangnya.

"Kau akan terlihat cantik dengan blouse berwarna marun itu," ucap Sasuke mengalihkan perhatian Naruto seraya menyerahkan minuman ion kepada gadisnya yang terlihat kelelahan. "Minumlah," kata Sasuke lembut.

Naruto menerimanya setelah mengucapkan terima kasih. Kemudian menjawab Sasuke. "Kenapa kau berfikir gaun itu bagus untukku?" Naruto sangat menyukai dunia fashion dan berdiskusi dengan topik itu selalu berhasil membuat moodnya naik. Terbukti raut kesalnya telah hilang untuk sang Uchiha yang bahkan beberapa menit sebelumnya masih menampakkan wajah marah.

"Marun akan sangat cocok dengan rambut pirangmu." Sasuke nampak berfikir sebentar dan melanjutkan. "Tubuhmu yang.. Ehm.. Tidak terlalu tinggi akan terlihat jauh lebih jenjang dengan potongan blousenya."

Naruto tersenyum kearah Sasuke dan tidak menyangka bahwa penilaian itu keluar dari seorang Uchiha Sasuke yang terkenal dingin dan kejam. "Kukira kau tidak peduli soal cara bagaimana seorang wanita berpakaian yang matching." Naruto selalu menghargai bagaimana pendapat orang-orang tentang cara berpakaian dan selera masing-masing karenanya akan memberikan pengetahuan baru untuknya. Tidak peduli apakah pendapat seorang ahli atau seorang amatir.

"Ibuku selalu bertanya setiap kali stylistnya memberinya saran fashion baru. Dan kami harus memberinya jawaban yang membuatnya puas."

Naruto berbalik kearah Sasuke seraya menawarkan kembali minuman ion yang beberapa saat lalu diteguknya. Sasuke menerimanya dan meminumnya. Naruto bertanya. "Kalau tidak membuatnya puas?"

Sasuke mengelap bibir bawahnya dengan jempol tangan kirinya dan membuat gerakan sensual seraya menatap Naruto dengan matanya yang berkilat gairah. "Ciuman tidak langsung," ujarnya berbisik tepat diwajah Naruto.

Seketika wajah Naruto berubah merah. "ShitI!" Umpatnya memalingkan wajah. Sialan! Dia terlihat sangat tampan!

Sasuke terkekeh dan menjauhkan wajahnya dari Naruto dan menjawab. "Percayalah, membuat ibuku marah adalah sesuatu yang sangat mengerikan." Sasuke bergidik.

Naruto tertawa. "Aku suka ibumu!" Serunya tanpa sadar.

"Kau memang akan sangat menyukainya kurasa. Sepertinya kalian akan sangat cocok ketika berbicara soal fashion." Tangan Sasuke merangkul Naruto kemudian jari tangan kanannya yang diperban menyelipkan anak rambut kebelakang telinga Naruto dengan begitu hati-hati dan lembut.

"Benarkah?" tanya Naruto antusias. Tanpa sadar menikmati perlakuan Sasuke padanya. Well, dunia mode memang begitu disukainya.

Sasuke mengangguk seraya tersenyum kecil. "Aku yakin. Ibuku selalu bercerita tentang mendiang sahabatnya yang seorang perancang hebat. Ia menyimpan beberapa rancangan pakaian yang dirancang sahabatnya dilemari khusus. Katanya itu adalah harta karun yang berharga baginya." Rasanya Sasuke begitu lega dan bahagia bisa berbincang sesantai ini lagi dengan Naruto. Sudah lama sekali, pemuda itu begitu merindukan momen sederhana yang manis ini. 'Aku tidak akan membiarkan semuanya berakhir. Kau milikku, Naru. Selamanya.' Batinnya posesif seraya menatap Naruto penuh pemujaan.

Naruto tampak terpukau dengan cerita Sasuke. "Astaga, sepertinya aku ingin segera bertemu dengan ibumu. Entah kenapa aku begitu penasaran dengan harta karunnya," ujarnya polos.

Sasuke mencubit hidung Naruto gemas seraya mencium pipi kirinya sekilas. "Lekaslah memilih pakaian." Sasuke memanggil pelayan dengan memberikan kode dari tangannya. Pelayan wanita yang menyambutnya pertama kali menghampirinya dengan begitu antusias.

"Ada yang bisa saya bantu?"

Lalu Sasuke memerintahkan pelayan tersebut untuk melayani Naruto. Si pelayan nampak kecewa begitu sadar Sasuke tengah bersama seorang gadis yang begitu cantik. Dari bahasa tubuh keduanya, ia yakin mereka adalah pasangan. Dan sialnya begitu serasi. Si tampan juga terlihat begitu memuja gadisnya. Tatapan matanya hanya terfokus pada gadis pirang itu, rasanya selain gadis itu semuanya tidak berarti apa-apa.

"Aku menghargai pendapatmu Sasuke. Dan kupikir pendapatmu juga sama sepertiku. Tapi, aku tidak akan mengambil blouse itu. Rasanya baju itu lebih cocok dipakai untuk menghadiri pesta. Aku hanya membutuhkan pakaian yang sopan dan semifomal."

Sasuke menaikkan sebelah alisnya.

Naruto nyengir lucu kepada Sasuke dan melanjutkan. "Aku akan memilih satu set pakaian dengan balzer biru muda itu." Naruto menunjuk satu setel pakaian celana, kaos putih dan blazer biru muda. "Kurasa itu akan cocok dengan kalungku dan wedges yang kumiliki dalam koper."

Sasuke mengangguk dan berkata. "Sempurna." Setelahnya mengecup bibir Naruto dengan gemas tanpa peduli ia tengah berada dimana.

Naruto terkejut dan cepat-cepat melepaskan diri dari Sasuke. "Uchiha Sasuke!" Pekiknya protes.

Sasuke tertawa pelan dan menyerahkan kartu kredit unlimitednya kepada pelayan yang wajahnya sudah merah seperti kepiting rebus. Si pelayan buru-buru mengambil pakaian yang dimaksud Naruto. Dan menjelaskan dengan nada gugup. "Pakaiannya berukuran all size. Silahkan dicoba terlebih dahulu. Ruang ganti ada disana," katanya seraya menunjuk sebuah ruangan kecil.

.

.

Naruto berdiri kikuk didepan pintu mansion Uchiha yang terbuka. Rasanya sangat gugup dan takjub. Saat Naruto memasuki gerbang mansion Uchiha gadis itu sudah menduga bahwa Uchiha benar-benar klan yang sangat besar dan kaya raya, tapi ternyata begitu masuk lingkungan mansion ia salah. Uchiha bukan hanya kaya raya tapi konglomerat gila yang mungkin sepuluh turunan tidak akan mampu menghabiskan hartanya. Naruto pikir selama ini pemburu berita hanya melebih-lebihkan tentang manison Uchiha yang legendaris tapi ternyata justru Naruto merasa mereka masih begitu kurang mendeskripsikan bagaimana kemewahan mansion ini. Lihatlah gagang pintunya saja terbuat dari emas. Dan apa itu? Pikir Naruto ketika melihat lebih teliti detail ukiran gagang pintu. Apakah yang berkilau itu adalah berlian? Lanjutnya shock.

Naruto menelan ludahnya. Ia sungguh merasa lega karena pakaiannya telah ia ganti menjadi yang lebih layak. Naruto tidak dapat membayangkan bagaimana jika ia masih memakai pakaian sebelumnya yang begitu sederhana, ia yakin dirinya akan terlihat seperti gembel yang menyedihkan dimansion ini. Tidak cukup dengan mansion yang luar biasa, Naruto juga disambut oleh banyak pelayan yang sepertinya siap melayani kapanpun. Pantas saja Sasuke begitu angkuh dan jumawa, ia memang pantas berprilaku demikian. Kini ia percaya, bahwa Uchiha mampu membuat satu negara berhutang padanya.

Seakan mengerti dengan kegugupan yang Naruto rasakan, Sasuke meraih tangan Naruto dan menggenggamnya protektif tanpa berkata-kata. Naruto terenyum kecil berterima kasih.

Seorang pelayan menyambut. "Selamat datang Sasuke-sama, Nona.. Anda berdua telah ditunggu oleh Tuan dan Nyonya besar serta Itachi-sama di ruang keluarga."

"Hn." Sasuke bergumam datar dan Naruto mengernyit heran dan berfikir. 'Apakah Sasuke selalu bersikap dingin seperti ini kepada orang lain?'

Naruto memberikan anggukan dan senyuman ramah kepada para pelayan karena ia tidak sempat membalas sambutan mereka. Sebab Uchiha Sasuke tengah membawanya entah kemana, sepertinya keruang keluarga yang pelayan tadi sebutkan.

Setelah berjalan tiga menit ternyata mereka tidak kunjung sampai. Naruto heran, seberapa luas mansion ini? Dan yang lebih menakjubkan adalah merek harus menaiki lift terlebih dahulu untuk kelantai dua dan berjalan sekitar seratus meter lagi untuk sampai dipintu ruang keluarga. Naruto sampai pusing menghitung jumlah kekayaan mansion ini. Diam-diam Naruto berencana ingin mengambil foto dikamera ponselnya dibeberapa spot mansion ini dan mengirimkannya kepada Sakura. Naruto yakin sahabatanya tersebut akan menjerit-jerit dan menyembah Uchiha Sasuke.

Sasuke mengetuk pintu dan tiba-tiba kegugupan Naruto bertambah. "Sasuke, sejujurnya aku ingin tahu maksud dari undangan ibumu ini," kata Naruto akhirnya.

Sasuke melirik kearah Naruto dan menjawab. "Kita memiliki rasa penasaran yang sama, percayalah."

Naruto tampak tidak puas, namun saat hendak memberikan responnya seorang pelayan telah membukakan pintu ruang keluarga.

Naruto masih dalam posisi digandeng Sasuke saat mereka berjalan kearah tiga orang yang tengah duduk menikmati beberapa kudapan dan menonton sebuah film klasik. Naruto begitu familiar dengan filmnya, tapi ia lupa.

Sontak ketiga orang tersebut berdiri dan menyambut Sasuke dan Naruto. Naruto melihat seorang wanita paruh baya yang begitu terlihat anggun dan cantik diusianya yang sudah tidak muda, seorang pemuda berdiri disamping Uchiha Fugaku, Naruto yakini adalah Uchiha Itachi yang digadang-gadang Gaara sebagai dokter jenius. Dan tentu saja satu orang lagi adalah Uchiha Fugaku.

"Selamat malam. Perkenalkan saya Uzumaki Naruto, senang bertemu dengan anda semua," ucap Naruto dengan gerakan begitu sopan dan elegan saat memperkenalkan dirinya. Kemudian melanjutkan. "Senang bertemu anda kembali, Fugaku-san."

Fugaku mengangguk dan tersenyum kecil sebagai respon. Begitupula Itachi yang terlihat masih takjub saat melihat Naruto.

Naruto mengalihkan perhatian kepada wanita yang diyakini adalah ibu Sasuke dan tersenyum begitu cantik. "Terima kasih telah mengundang saya ke mansion anda. Suatu kehormatan bagi saya."

Mikoto menatap Naruto dengan mata berkaca-kaca, pancaran kasih sayang dan kerinduan tersirat dimata oniksnya yang teduh. Naruto begitu tersentuh dengan tatapan itu.

"Ya Tuhan..," lirih Mikoto seraya mendekati Naruto dan kembali menatap wajah Naruto. Tangan rapuhnya menelusuri pipi Naruto. Sedangkan gadis itu terlihat begitu kebingungan dengan reaksi Uchiha Mikoto yang diluar ekspektasinya.

Mereka saling bertatapan untuk beberapa saat sebelum Mikoto secara tiba-tiba memeluk Naruto penuh kerinduan dan mengeluarkan kata-kata yang mengejutkan untuk Naruto. "Naruto.. Naruto.. Akhinya kita bertemu, Nak. Oh Tuhan! Kau begitu mirip dengan ibumu. Kau sangat mirip dengan Kushihaku."

Tubuh Naruto membeku. "A-anda.. Anda, bagaimana bisa mengenal ibu saya?" tanyanya lirih, tidak percaya.

Mikoto mengeratkan pelukannya penuh kerinduan dan tersedu karena tangis bahagia. "Kushina adalah sahabatku."

Naruto seperti mendapat oasis ditengah gurun pasir.

"Oh Tuhan." Naruto membalas pelukan Mikoto.

Sasuke, Fugaku dan Itachi tersenyum melihat keduannya.

.

.

Bersambung...

.

.

Ark dan suami, Uchiha Itachi, beserta keluarga (anak-anak) mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri bagi yang merayakan!

.

.

Spoiler Next Chap :

"Apakah semua ini nyata, Mikoto-basan?"

"Jadi Kurama adalah.."

**

"Kau bercanda Sasuke? Bagaimana mungkin kita tidur dalam satu kamar?"

"Kau tidak mendengar apa yang ibuku katakan, Dobe?"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top