My Familly

ARK Proudly Present

"HATE AND (To be a) LOVE"

Naruto Belongs to MK

.

.

Warning : Vote and Support SasuFemNaru

.

.

Eps 31

.

.

Sasuke memutu skan memberikan kesempatan kepada Naruto untuk menyelesaikan masalah keluarganya. Pemuda itu tahu, bahwa saat ini Naruto butuh ruang untuk lebih leluasa berbicara dengan keluarganya. Kehadirannya hanya akan membuat kecanggungan semakin tinggi. Terlebih Hashirama Senju sepertinya dengan sengaja memberikan gestur mengusir setiap ada kesempatan padanya.

Sepertinya Hashirama Senju benar-benar tidak menyukainya, pikir Sasuke masam.

"Aku akan menyusulmu ke rumah sakit," kata Naruto.

Sasuke tersenyum kecil setelah mengusap kepala Naruto penuh sayang, dihadapan semua orang tanpa rasa gengsi sedikitpun. Terkesan disengaja. "Tidak perlu," jawab Sasuke.

Naruto nampak protes. "Kenapa tidak?"

Sasuke menghela nafas. "Kau perlu istirahat. Hari ini hari yang berat untukmu, sayang. Menginaplah disini, aku akan kembali lagi." Karena Sasuke yakin, mereka akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Dan ini sudah petang. Sasuke tidak ingin Naruto lebih lelah dari sekarang. Sementara perjalanan ke rumah sakit membutuhkan lebih dari satu jam. Naruto selalu menolak untuk menaiki helikopter karena menurutnya sangat berisik.

Namun siapa sangka Hashiramalah yang menanggapi. "Tidakkah kau lupa, Uchiha junior? Aku tidak pernah mengundangmu untuk datang ke rumahku."

Sasuke yang sedari kecil dididik untuk tidak menerima intimidasi dan diwariskan jiwa keangkuhan yang melimpah ruah dari Uchiha Madara, tentu menolak diskriminasi tidak menyenangkan dari kekek tua dihadapannya. Wajahnya berubah datar , namun berusaha begitu kuat untuk tidak melayangkan tatapan tajam kepada Hashirama Senju, yang sialnya kakek kandung dari calon istrinya. Mau tidak mau ia harus menaruh hormat padanya. Dan tentu saja Hashirama Senju sangat puas menikmati ekspresi kekesalan yang tertahan itu.

"Sejujurnya, Hashirama-san, Naruto adalah tempatku pulang."

Hening.

Wajah Naruto bersemu merah, kalimat refleks Sasuke terdengar sangat manis.

Kurama yang menyaksikan mereka sedari tadi memutar matanya. Sejak kapan The Mighty of Uchiha Sasuke bisa bersikap menggelikan seperti itu? Oh Tentu saja, adiknya yang super cantik itu satu-satunya orang yang bisa melakukannya.

Namikaze Minato meringgis. Dia berbisik pada dirinya sendiri. "Apakah dulu aku terlihat begitu?"

Hashirama mendengus keras dan berpaling pada menantunya kemudian berkata. "Sepertinya aku pernah mendengar kata-kata itu sebelumnya," sindir Hashirama.

Minato melengos.

Hashirama melanjutkan. "Kau tetap tidak diundang ke rumahku, Uchiha."

Naruto mendesah melihat interaksi dua generasi itu. "Kakek," panggilnya kepada Hashirama dengan nada memperingati. "Aku tidak akan tinggal disini tanpa Sasuke," tegasnya dengan nada final.

Hashirama bungkam. Dia tidak mungkin menolak keinginan cucu kesayangannya yang baru mengakuinya sebagai kakek.

Sasuke diam-diam menyeringai melihat raut masam kakek tua didepannya. Betapa dia sangat mencintai Naruto.

Naruto memberi pengertian. "Sasuke memiliki banyak bukti untuk melemahkan Saara dan Karin. Aku yakin, setelah ini wanita itu tidak akan tinggal diam. Kita perlu kekuatan dan semua bukti kuat bukan berada ditangan kalian." Naruto menatap Sasuke penuh arti. "Dua orang suruhan Karin yang mencelakai Ino juga ada bersamamu kan, Suke?"

Sasuke berdehem. "Aku harap mereka masih bertahan hidup."

Naruto melotot. "Kau tidak membunuh mereka, bukan?"

"Hn."

"Sasuke?"

Pemuda tampan itu terlihat kikuk. "Hanya memberi sedikit pelajaran."

Naruto mendengus sementara Kurama terkekeh. Senang sekali melihat Uchiha Sasuke tidak bisa berkutik. Naruto memang persis Ibunya. Saat kecil, ia pernah melihat Kushina begitu mengendalikan Minato.

Sasuke tidak dapat diam lebih lama lagi, karena Itachi sedari tadi sudah menghubunginya. Sepertinya terjadi sesuatu karena ia juga mendapati beberapa panggilan dari kedua sahabatnya Sasori dan Neji. Ia merasa sedikit cemas kepada Gaara. Namun, ia tidak mungkin mengatakan kondisi Gaara kepada Naruto dalam keadaan sekarang. Oleh karena itu, ia harus kembali ke rumah sakit untuk memastikan Sabaku Gaara baik-baik saja.

"Aku harus segera berangkat," pamit Sasuke. Kemudian pemuda itu berpamitan pada pada semua orang dan berusaha untuk bersikap sesopan mungkin. Bagaimanapun mereka adalah keluarga Naruto. Dan mulai saat ini, ia harus menghormati mereka. Walaupun yang terlihat saat ini, Uchiha Sasuke layaknya sedang berpamitan dengan klien-kliennya.

Naruto yang melihat bagaimana Sasuke berusaha, tersenyum lembut. "Hati-hati. Sampaikan salamku untuk Gaara."

Sasuke mengangguk dan kemudian berlalu meminggalkan Naruto bersama keluarganya. Tentu saja setelah ia memberikan kecupan ringan pada dahi sang kekasih yang menjadi kebiasaannya akhir-akhir ini.

Dan begitu gadis itu berbalik, ketiga pria berbeda usia itu sedang menatapnya lembut dengan senyuman hangat yang membuat hatinya bergetar karena perasaan asing yang tidak pernah ia bayangkan dalam hidupnya selama ini dapat ia rasakan.

Mata Naruto berkaca-kaca. Bukan karena ia bersedih tapi karena rasa hangat itu meluap didalam hatinya.

"Oh Tuhan." Minato yang pertama kali bersuara dalam kebisuan haru biru itu.

Pria yang masih terlihat menawan diusianya yang senja itu berjalan mendekati Naruto. Menghapiri anak gadisnya yang selama dua puluh tiga tahun ia cari-cari tanpa lelah. Yang ia rindukan tanpa henti disetiap malam. Yang ia doakan kesehatan dan keselamatannya setiap saat.

Putrinya bersama Kushina, sang kekasih hati. Kini, berada dihadapannya. Tersenyum kearahnya dengan mata penuh kerinduan menatapnya. Seakan telah menantikannya untuk memeluknya.

Minato tidak dapat menunggu lebih lama lagi. Ia segera memeluk putrinya dengan sangat erat. Penuh kerinduan. "Naruto.. Putriku.. Putriku sayang." Minato menangis sesegukan.

Naruto membalas pelukan ayahnya, tak kalah erat. "Ayah," isaknya.

Tubuh Minato bergetar hebat saat pertama kali ia menadapat panggilan itu dari putri kecilnya. "Maafkan ayah, maafkan ayah, Nak." Minato meminta maaf untuk ketidakbecusannya selama ini menjadi sosok ayah untuk putri kandungnya.

Naruto menggeleng. "Bukan salah ayah. Terima kasih ayah telah mencintai ibu hingga saat ini. Terima kasih telah mencintaiku, ayah."

Minato tidak dapat berkata-kata. Pria itu menangis karena bahagia. Meluapkan segala emosi yang dimilikinya. Melimpahkan kerinduan yang tak tersampaikan selama puluhan tahun.

Naruto tidak pernah menyangka berada pada titik ini. Dimana ia berada dalam pelukan ayahnya yang begitu hangat dan nyaman. Seakan pelukan ini adalah tempat dia pulang, tempat ia berlindung mencari seluruh rasa aman. Naruto tidak tahu bahwa pelukan seorang ayah bisa sedahsyat ini rasanya. Begitu menyembuhkan.

Satu minggu yang lalu, Naruto bahkan masih membenci pria dalam pelukannya. Kini, semuanya berubah hanya dengan sebuah pelukan. Gadis itu tidak dapat mengelak bahwa saat ini kebenciannya berubah menjadi rasa cinta yang begitu dalam. Namikaze Minato yang seumur hidupnya ia lihat ditelevisi dan diam-diam ia selalu impikan kehadirannya, kini memeluknya dan menggumamkan ribuan cinta untuknya. Dan semuanya nyata.

'Andaikan Ibu masih disini, ibu akan menjadi wanita yang paling bahagia karena memiliki pria hebat seperti ayah,' gumam Naruto pedih. Kesetiaan dan cinta tulus seorang Namikaze Minato tidak dapat diragukan.

Kurama dan Hashirama yang menyaksikan adegan mengharukan itu sama-sama menitikan air mata bahagianya. Betapa sesaknya hati mereka membayangkan seluruh pengorbanan yang telah mereka lalui selama ini. Begitu menyiksa. Kini, apa yang mereka cari dan harapkan berada bersama.

Kurama menghampiri ayah dan adiknya, kemudian bergabung memberikan pelukannya. Lalu mereka semua tertawa bahagia.

Untuk pertama kalinya, tawa Hashirama Senju sampai pada mata dan hatinya.

'Terima kasih, Kushina. Kau memang putri ayah yang sangat hebat seperti ibumu. Kalian lihat diatas sana, bukan? Naruto ada bersama kita semua. Kalian bisa tenang dan berbahagia di surga.'

Hashirama tersenyum lembut melihat Kurama terlihat gemas menciumi seluruh wajah Naruto. Sementara Naruto nampak terkikik geli didalam dekapan sang ayah yang memeluknya dari belakang.

Kakek tua itu berjanji. Tidak akan membiarkan siapapun lagi menghancurkan kebahagiaan mereka. Termasuk Saara sekalipun. Ia akan mengorbankan apapun untuk kebahagiaan itu, walaupun ia harus mengorbankan nyawanya sendiri.

Dia yakin, jika itu terjadi. Ia akan mati dengan bahagia tanpa penyesalan sedikitpun. Tanpa rasa takut jika ia harus menemui Kushina dan Mito dialam baka karena telah gagal melindungi Naruto.

.

.

***

.

.

Genma Shiranui sangat yakin bahwa wanita dihadapannya memang sudah kehilangan kewarasan dan akal sehat. Entah dimana juga hati nuraninya tertinggal, namun ia harus tetap menahan rasa muak dan rasa ingin membunuh yang bergejolak didalam dadanya ketika ia melihat wanita yang masih menyandang marga Namikaze itu mondar mandir dengan serangkaian rencana jahat yang digumamkan iblis wanita itu.

Genma mencengkram tas dokumen dengan erat. Sementara matanya begitu awas mengamati gerakan Namikaze Saara. Disebrangnya, Karin sedang tidur tak berdaya. Karin mendapatkan diagnosa gangguan jiwa dan betapa Genma harus bersorak karenanya.

Mereka memang sudah berada dirumah sakit. Saara tidak mungkin meninggalkan puterinya dan rasa dendamnya semakin gelap dan pekat begitu mendengar igauan Karin yang menyedihkan. Seorang suster memberinya informasi, Karin kembali histeris tak terkendali setelah melihat konfersi pers Uzumaki Naruto dan Uchiha. Tentu saja Karin merasa dipermalukan dan harga dirinya di injak-injak oleh Uzumaki Naruto.

Saara semakin gelap mata.

"Berkas itu sudah kupastikan keasliannya," kata Saara. "Aku memiliki berkas salinannya dirumah dan softcopynya sudah kukirim ke emailmu."

Genma mengangguk takjim. "Selanjutnya, apa yang harus saya lakukan, Nyonya?"

"Pergilah ke Raikage Law Office," perintah Saara. "Berikan data itu dan pastikan Hashirama Senju mendapatkan rasa malu dan hukuman paling berat."

Genma menegang. Raikage Law Office merupakan anggota dari The Global Justice Network, berafiliasi dengan Lieff Global of San Francisco (Amerika Serikat), dan anggota dari Inter Pacific Bar Association. Jika kasus sudah berada ditangan mereka, maka masalah besar akan timbul. Bagaimanapun, sudah menjadi rahasia umum dikalangan para eksekutif dan para pembisnis bahwa firma itu licik dan haus akan uang.

Tentu saja, kasus Hashirama Senju bak tambang emas bagi mereka.

Genma Shiranui tentu tidak akan membiarkan semua itu terjadi. Dia berjanji. "Baik nyonya." Namun, lain dimulut lain dihati. Seperti biasa Genma selalu bersikap layaknya professional. Seperti seorang kacung yang begitu loyal hingga membuat Saara benar-benar puas karena sangat mempercayainya.

"Lalu kau temui Zetsu di Kiri. Serahkan uang itu untuknya." Saara memberikan sekantung uang kepada Genma. "Pastikan Uzumaki Naruto mati dan mayatnya dimakan hiu." Zetsu adalah anggota mafia kelas kakap yang organisasinya sudah besar menguasai bawah tanah Jepang. Dan jika kliennya meminta nyawa, maka pembunuh berdarah dingin itu dengan senang hati melakukannya.

Hati Genma begitu panas mendengarnya. Marah luar biasa sehingga matanya begitu menyorot dingin pada tumpukkan uang itu. Pria itu mengangguk kaku. Menahan diri agar tidak menghabisi wanita iblis didepannya. Bagaimanapun saat ini seluruh percakapannya tersambung kepada Kurama.

Genma bahkan dapat mendengar sang tuan menyumpah serapah. Seakan mewakili seluruh isi hatinya saat ini.

"Baiklah, saya undur diri, Nyonya. Apakah adalagi yang dapat saya kerjakan?" Sejujurnya Genma sudah tidak tahan berada satu ruangan dengan Sara.

Sara nampak berpikir sebentar. "Setelah dua urusan itu kamu selesaikan. Segera temui aku disini. Kita akan membuat konfersi pers besar-besaran. Dan kau harus memastikan Hashirama Senju sudah berada ditangan polisi saat aku melakukannya."

Genma sekali lagi hanya mengangguk, kemudian berlalu dari tempat itu tanpa banyak berdialog lagi.

Saara menatap punggung Genma dengan tajam. Entah kenapa perasaannya tidak enak. Ia mendapatkan firasat buruk. Namun entah apa. Hanya saja, akhir-akhir ini rasanya Genma Shiranui terlalu diam.

Wanita itu lantas mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. Lalu memberikan perintah.

"Awasi Genma. Dan laporkan apapun yang dia lakukan."

Saara tidak ingin ada kekacauan. Semuanya, harus sesuai rencana. Ia harus hati-hati, sekalipun Genma Shiranui adalah tangan kanannya.

.

.

***

.

"Kondisi Gaara kembali drop," ucap Sasori begitu Sasuke bergabung bersamanya.

Sasuke mengerang. Firasatnya ternyata benar, Gaara tidak baik-baik saja.

"Aku akan segera menemui Itachi. Dimana Neji?"

Wajah Sasori tampak kuyu. Jelas sekali pemuda awet muda itu begitu khawatir terhadap sepupu sekaligus sahabatnya. Matanya menerawang melihat kearah ruang ICU dimana Gaara kembali dirawat.

"Neji menemui paman Rasa," jawabnya lemas.

Sasuke mengernyit. "Apa maksudmu?"

"Kita dalam masalah, Sas." Sasori memandang sahabatnya dengan serius. "Ternyata Paman Rasa mengetahui Gaara tidak berada di Jerman untuk berobat." Kekasih Sakura itu menjeda kemudian melanjutkan dengan nada putus asa. "Paman mengamuk. Dia bersikeras untuk memindahkan Gaara ke Jerman dan berkata akan menuntut kita karena menyembunyikan keadaan Gaara. "

Terkesiap, Sasuke berkata dengan nada lebih keras. "Bagaimana bisa? Bukankah kau sudah mengatasinya? Kau benar-benar memastikan Sabaku-san menangani proyek bersama Taka Grup?!"

Sasori mengangguk. "Paman Rasa bersama Kankuro yang mengatasi langsung. Saat ini mereka masih di kota yang sama bersama kita. Tapi, tidak dengan Temari. "

Sasuke mendesah. Temari adalah kakak angkat Gaara yang menetap di Suna. Dia adalah seorang arsitek hebat. Dan sialnya mereka melupakan bahwa wanita itu sudah dianggap Gaara sebagai ibu keduanya. Pastilah wanita itu selalu mengontrol Gaara. Sasori menyalahkan dirinya karena keteledoran itu.

Sasori melanjutkan. "Temari panik ketika dia tidak menemukan Gaara berobat di Jerman. Dan langsung mengabari Paman Rasa. Kau bisa menebak kelanjutan ceritanya. Kankuro tidak mungkin bisa membohongi paman Rasa lebih lama lagi."

Sasuke meringis. "Neji menemui mereka, bukan? Kau tenang saja, Neji bisa diandalkan. Gaara akan baik-baik saja. Dan aku akan meminta Itachi untuk melakukan penanganan sebaik mungkin."

Sasori mengangguk. Sasuke benar, Hyuga Neji adalah seorang negosiator yang ulung. Diantara mereka berempat, Neji adalah sosok paling tenang dan bijaksana. Dia juga paling dewasa. Pemuda Hyuga itu paling sering menjadi penengah jika dalam persahabatan mereka terjadi konflik. Tepatnya, konflik yang selalu timbul antara Sasuke dan Gaara.

Berbeda dengan dirinya yang lebih banyak diam dan selalu menghindari konflik. "Kuharap Neji mengeluarkan seluruh kemampuan persuasifnya."

Setelah itu, Sasuke segera menemui Itachi. Tepatnya setelah Haruno Sakura datang untuk membawakan kopi hangat untuk kekasihnya.

Itachi tidak perlu menunggu Sasuke untuk bertanya. Ia tahu maksud kedatangan adiknya untuk apa. Tentu saja untuk Sabaku Gaara.

"Gaara harus segera mendapatkan operasi," katanya.

"Lalu kenapa kau tidak melakukannya?" tanya Sasuke tidak sabar.

Sementara itu Itachi mendengus kesal. Sasuke dan kebiasaannya berlaku seenaknya. "Tidak begitu prosedurnya, Sasuke. Kita tidak bisa melakukan operasi besar ini tanpa persetujuan dari wali Gaara." Jika saja Gaara dalam keadaan sadar semuanya akan lebih mudah. Kankuro bisa menjadi wali jika Gaara yang meminta. Begitulah awal rencana mereka sebelum semuanya kacau.

Sasuke mengumpat kesal. "Lalu bagaimana dengan kondisi Gaara saat ini?" Bungsu Uchiha itu memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya di kursi empuk yang berada di ruangan Itachi, Owner Rumah Sakit Konoha sekaligus Dokter bedah terbaik di Jepang. Rasanya ia begitu membutuhkan istirahat. Hari ini sungguh sangat hari yang sangat melelahkan baginya. Rasa-rasanya masalah datang setiap saat. Dan sepertinya Itachi membuat sofa yang dikhususkan untuk mendapatkan relaksasi. Badannya terasa lebih rileks.

Itachi memandang adiknya. Dia sedikit khawatir melihat raut lelah pada Sasuke. "Aku akan meminta perawat untuk membawakan ginseng hangat untukmu," ucapnya dengan nada khawatir sebelum menjawab pertanyaan adiknya. "Aku sudah memeriksa keadaan Gaara pada MRI yang dilakukan. Baiknya, beberapa kanker yang menyebar pada Gaara berhasil disembuhkan dengan kemoterapi yang dia lakukan di Jerman. Tapi buruknya, rangkaian pengobatannya tidak bekerja pada kanker otaknya."

Itachi menjeda kalimatnya. "Gaara harus di operasi secepat mungkin. Kanker otaknya menuju stadium 4. Dan jika tidak cepat dilakukan operasi, aku khawatir kankernya memburuk. Dan kau bisa memprediksi bagaimana kedepannya." Tentu saja, kanker otak stadium empat adalah kemungkinan paling buruk. Jarang sekali ada orang yang selamat dari penyakit mengerikan itu jika sudah sampai pada stadium akhir. Biasanya hanya tinggal menunggu waktu. Sasuke tidak ingin keadaan itu terjadi pada Gaara.

"Shit!" umpat Sasuke marah karena ia merasa tidak berguna.

Sasuke menarik nafas. Dia benar-benar merasa khawatir pada Gaara. Dia tidak ingin kehilangan sahabatnya itu. Terlebih, bagaimana ia bisa menyampaikan berita buruk ini kepada kekasihnya? Naruto baru saja mendapatkan kebahagiaannya beberapa jam yang lalu. Dan ia tidak ingin melihat kesedihan apapun lagi diwajah cantik Naruto.

Apalagi Naruto masih dalam bayang-bayang bahaya Saara dan Karin. Sasuke tidak akan hidup tenang jika kedua wanita ular itu belum membusuk didalam penjara. Ia yakin, wanita itu memiliki rencana jahat yang akan menghancurkan Narutonya. Sialan! Sasuke dilema. Satu sisi dia harus menyelesaikan masalah yang menimpa sahabatnya. Bagaimanapun Sasuke sudah berjanji pada Naruto untuk memberikan yang terbaik untuk Gaara.

Itachi melihat Sasuke mengurut pelipisnya.

Tak lama setelah itu seorang perawat memberikan minuman ginseng. Itachi memerintahkan Sasuke untuk meminumnya. "Tidak ada kopi dan alkohol untuk malam ini. Kau harus menjaga kesehatanmu, outoto."

Sasuke mengangguk. Dia menurut dan segera meminuman minuman herbal itu. Sasuke tidak pernah membantah Itachi untuk urusan kesehatan. Seluruh pola hidup sehat Sasuke memang Itachilah yang menjadi pengaturnya. Termasuk makanan dan jadwal olah raga Sasuke. Siapa sangka, Uchiha Itachi adalah kakak yang cukup protektif untuk kesehatan keluargnya, terutama Uchiha Sasuke yang memang sulit diatur.

"Istirahatlah sebentar, aku akan melakukan visit pada Gaara. Semoga Gaara cepat stabil. Aku akan mengabarimu secepat mungkin. Dan jelaskan kondisi Gaara kepada Neji untuk membantu meyakinkan Sabaku-san."

"Hn," gumam Sasuke. Ia terlalu lelah untuk berbicara sehingga perkataan Itachi hanya ditanggapi sekedarnya oleh Sasuke, Pemuda itu lebih memilih mengotak-atik ponselnya untuk menghubungi Hyuga Neji sebagaimana saran Itachi.

Krieeet

Seseorang telah membuka pintu ruang khusus Itachi beberapa menit setelah Itachi meninggalkan Sasuke sendirian. Sasuke menoleh dan mendapati Senju Kyuubi tengah memberi cengiran tengil kearahnya keluar dari kamar istrirahat milik Itachi. Sasuke menaikan sebelah alisnya, heran. Ia tidak kaget mendapati gadis itu berada diruang khusus Itachi. Terdengar sangat brengsek memang, Itachi seringkali mengurung kekasihnya didalam kamar itu. Namun yang mengganjal adalah cengiran Kyuubi yang mencurigakan.

"Halo adik ipar!" Sapa Kyuubi ringan. Benar-benar mengacuhkan raut tidak suka Sasuke.

Well, Sasuke tidak pernah menyukai panggilan itu keluar dari mulut gadis yang berusia delapan belas tahun. Lihatlah kesombongan gadis tomboy itu, terlihat begitu puas berada satu tingkat diatas seorang superior Uchiha Sasuke.

Bukankah adik ipar harus menghormati kakak ipar?

Kyuubi terkekeh melihat reaksi Uchiha Sasuke. Calon adik iparnya yang sangat tampan itu akan terlihat menggemaskan kalau sedang kesal. Ia selalu sepakat dengan Itachi. Tidak ambil pusing dengan Sasuke yang bersikap cuek, lantas gadis tomboy itu duduk disamping Sasuke dan kembali menyeringai. Kali ini sangat lebar.

Sasuke benar-benar dibuat kesal. Kyuubi dan seringainya memang tidak pernah disukai Sasuke. Terakhir dia melihatnya, keesokan harinya Sasuke benar-benar dibuat kerepotan karena harus mendengar rengekan Itachi untuk mengabulkan segala keinginan aneh kekasih loli nya.

Dia tidak pernah menyukai Kyuubi Senju. Titik.

"Aku benar-benar ingin istirahat, Kyuubi. Tidak ada waktu untuk mendengarkan dan melakukan apa yang sedang otak anehmu pikirkan."

Seringai Kyuubi hilang. Gadis itu kini berwajah cemberut. Jika saja Itachi yang melihatnya, mungkin akan dibuat gemas. Sayangnya, dihadapannya adalah Uchiha Sasuke si pria dingin dan kejam. Dimana seluruh hatinya sudah benar-benar digenggam oleh Uzumaki Naruto.

"Tapi ini benar-benar darurat. Ini juga bukan keinginanku."

Kali ini Sasuke menoleh kearah calon kakak iparnya. Dan melihat wajah murung Kyuubi. Matanya bekaca-kaca. Sasuke melotot. Tiba-tiba merasa panik.

"Hey! Kenapa kau menangis, gadis bar-bar?"

Suara Sasuke yang tidak pernah lembut membuat intonasinya seperti bentakan. Kyuubi yang sedang sensitif semakin berkaca-kaca. Dan akhirnya menangis.

Sasuke benar-benar panik. Kenapa gadis kurang waras ini? Tiba-tiba mengeluarkan air mata buaya. Sasuke sangat anti dengan seluruh siasat jahat Kyuubi. "Katakan, apa maumu?!"

Ajaibnya tangis Kyuubi berhenti begitu Sasuke bertanya keinginannya. Perasaan Sasuke semakin dibuat tidak enak karenanya. "Kau benar-benar akan mengabulkannya?"

Mata Sasuke menyipit dan mulai bersikap waspada pada bocah bar-bar dihadapannya. Tidak ada yang tahu bahwa Sasuke adalah satu-satunya orang yang menyesali kenapa Itachi bisa jatuh cinta kepada makhluk aneh didepannya. "Kenapa aku harus mengabulkannya? Kau bisa meminta pada Itachi. "

Kyuubi manyun. "Hanya kau yang bisa melakukannya."

Sasuke melengos.

"Sasuke!"

"Sialan! Kau seharusnya lebih menghormatiku. Aku lebih tua darimu, rubah licik!"

"Tapi kau calon adik iparku! Artinya kau yang harus menghormatiku."

Sampai mati Uchiha Sasuke tidak mungkin melakukannya. Tidak akan pernah. Tapi, ia terlalu lelah untuk menanggapi Senju Kyuubi yang kekanak-kanakan. Biasanya ia tidak mungkin membiarkan Kyuubi menang. Namun pemuda itu saat ini hanya diam dan menatap Kyuubi dengan sorot mata jengkel dan lelah.

Tidak biasanya, pikir Kyuubi. Namun, sesuatu dalam dirinya menginginkan Sasuke untuk mengabulkan keinginannya. Ia tidak dapat menolak gejolak itu. Sehingga, ia bersikap egois dan terus memaksa calon adik iparnya.

"Ayolah," bujuk Kyuubi.

"Hn," gumam Sasuke. Ia membuka ponselnya karena Neji telah membalas pesannya. Dengan sedikit tidak sabar ia membuka aplikasi pesan itu.

Sabaku-san menginginkan jaminan, Sas. Dia benar-benar menginginkan kemenangan tender seratus persen untuk projek bersama Taka Grup. Dia masih tidak mempercayai kita. Dia berpikir bahwa kita hanya memanfaatkan Gaara untuk menghancurkannya.

Sasuke mengacuhkan keberadaan Kyuubi. Dia mendecih pelan saat mendapatkan pesan itu dari Neji. Memang Sabaku Rasa itu sudah memiliki tabiat haus akan harta dan kekuasaan. Begitu mendapatkan kesempatan sedikit saja, ia akan melakukannya dengan berbagai cara agar menjadi menguntungkan untuknya. Padahal posisi mereka saat ini yang seharusnya berterima kasih. Bagaimana bisa saat anaknya diujung maut dia memberikan negosiasi itu? Betapa malangnya Gaara memiliki ayah seperti itu.

Bukannya sekarang Sabaku Rasa tampak sedang memanfaatkan Uchiha?

Sasuke berfikir sejenak. Jika memang Sabaku ingin kemenangan mutlak dalam tender kali ini maka ia harus bersiap-siap menghadapi banyak komplain dari klien-klien setianya. Ia harus menyiapkan strategi untuk menanggulangi itu. Maka sebelum ia membalas pesan Neji, ia menghubungi Kakashi dan Suigetsu untuk ikut memikirkan jalan keluarnya. Jika mentok, Sasuke akan menyeret ayahnya untuk menyelesaikan masalahnya. Tidak tahu diri.

Aku akan memikirkannya. Sampaikan pada Sabaku-san, keputusannya besok. Sekarang, bawalah dia ke rumah sakit untuk melihat kondisi Gaara dan melakukan proses administrasi untuk operasi Gaara.

Sasuke tidak ingin dibuat pusing untuk hari ini. Masalah itu akan ia pikirkan besok. Terpenting untuk saat ini adalah keadaan Gaara, sahabatnya harus segera mendapatkan operasi. Dan ia harus memberikan kabar baik untuk Naruto, sang kekasih. Ia tidak ingin menambah kekhawatiran diwajah cantik kekasihnya. Bukan karena apa, namun Sasuke cemburu. Dia tidak pernah sudi jika dikepala Naruto ikut memikirkan pria lain. Apapun alasannya. Sekonyol itu, tapi bagi Uchiha Sasuke yang cinta mati pada kekasihnya tentu hal itu bukanlah sesuatu yang konyol.

Dan jika itu terjadi, maka hati Sasuke tidak pernah tenang. Ia sungguh tidak menyukai situasi itu. Baginya, Naruto adalah miliknya. Tubuhnya, hatinya, dan pikirannya adalah milik Uchiha Sasuke. Maka ia tidak akan memberikan kesempatan untuk Naruto memikiran pria lain. Itulah sebenarnya yang sedang Sasuke lakukan saat ini.

Sementara itu, Kyuubi dibuat dongkol oleh Uchiha Sasuke. Demi Tuhan! Dia diabaikan dan dianggap patung. Bahkan saat Kyuubi bicara, bungsu Uchiha itu nampak tidak mendengarkan dan sibuk dengan ponselnya. Kyuubi berang. "KAU TIDAK MENDENGARKANKU?"

Sasuke terkejut dengan teriakan Kyuubi. Dia melotot tajam. "Apa-apaan kau?"

"KAU TIDAK MENDENGARKANKU?!" Teriaknya lagi membuat kuping Sasuke berdengung. Pemuda itu semakin melotot pada gadis kurang ajar didepanya.

"Apa masalahmu, Senju Kyuubi?!" Sasuke hampir saja kehilangan kendali. Kalau saja energinya masih cukup banyak, ia benar-benar akan melempar Kyuubi. Persetan dengan Itachi. Gadis didepannya memang kurang ajar.

"Kau harus membujuk Kak Naruto untuk membuatkan design baju untukku!"

"Dan kenapa aku harus melakukannya, sialan?!" Habis sudah kesabaran Sasuke. Dia bahkan tidak peduli jika Itachi akan menghajarnya karena ia membentak marah tunangannya.

"AKU SEDANG HAMIL ANAK KAKAKMU, SIALAN! DAN BAYI INI MENGINGINKANNYA!"

Wait?

Untuk pertama kalinya Sasuke menganga. Menatap Kyuubi dengan tidak percaya. Gadis delapan belas tahun ini dihamili kakaknya?

Kyuubi habis kesabaran melihat reaksi tolol calon adik iparnya. "Kau dengar? AKU HAMIL!!"

Sasuke melotot. "Brengsek, Itachi.."

Yang menghamili kakak kandungnya, kenapa dia yang harus kerepotan? Ini benar-benar sialan.

"Shit!"

"Kenapa kau mengumpat, Sasuke?" Itachi tiba-tiba datang dan memberi pertanyaan itu dengan nada polos. Wajah tidak berdosanya membuat Sasuke jengkel setengah mati. Padahal kakaknya itu iblis penuh durja. Sasuke mengatai kakaknya tanpa berkaca.

Sasuke mendengus dan melirik sinis kepada pasangan itu bergantian. Lalu berdiri. "Bagaimana keadaan Gaara?" tanyanya datar.

Itachi membuka jas kebesarannya dan meletakan stetoskop di meja kerjanya sementara tangannya melambai kepada Kyuubi sebagai isyarat agar kekasihnya itu mendekat. Kyuubi menurutinya, seperti kucing manis. Sasuke memutar matanya.

"Kondisinya stabil, jika kondisinya membaik maka operasi bisa dilakukan secepatnya," jawabnya membuat Sasuke mendesah lega.

Pemuda itu nampak akan mendinggalkan ruangan Itachi tanpa berpamit. Namun sebelum ia mencapai pintu, bungsu Uchiha itu berbalik dan menatap calon kakak iparnya yang memandangnya memelas. Dia menghembuskan nafas kesal. "Kau bisa ikut bersamaku ke kediaman Hashirama-san, Kyuubi . Naruto menungguku dirumah kakeknya."

Kyuubi bersorak senang. Dan memeluk Itachi setelah Sasuke berlalu. Itachi terheran-heran melihat tunangannya. "Apa yang aku lewatkan, Kyuu?"

Kyuubi memberikan cengiran rubahnya pada Itachi. "Anak kita menginginkan design baju bayi kita dari calon aunty-nya."

Itachi lantas tertawa. Pantas saja Sasuke terlihat sangat kesal. Semenjak Itachi menceritakan siapa Uzumaki Naruto kepada Kyuubi. Tunangannya itu langsung antusias dan menjadikan dirinya sebagai fans nomor satu gadis cantik milik Sasuke itu. Terlebih setelah Kyuubi tahu Naruto masih dapat dikatakan kerabatnya. Tobirama Senju merupakan adik bungsu Hashirama yang umurnya memang terpaut enam belas tahun. Namun Kyuubi memiliki alasan kenapa ia mengidolakan Uzumaki Naruto. Alasannya sederhana, Naruto sekutu kuat untuk menggulingkan kesongongan Uchiha Sasuke.

.

.

***

.

.

Kurama menatap wajah adiknya dengan seksama. Betapa buruk nasibnya, Naruto yang tidak tahu apa-apa harus melalui semua penderitaan ini. Dan setelah mendapatkan kebahagiaannya, Naruto masih dibayang-bayangi kematian. Seseorang menginginkan nyawanya. Saara ingin membunuh adiknya.

Kurama menghampiri adiknya yang sedang duduk bersisian bersama ayahnya di ruang bersantai kediaman sang kakek. Ia mengusap kepala adiknya sehingga membuat Naruto mendongkak ke arah sang kakak. Kurama tersenyum melihat ekspresi Naruto yang masih sedikit kaku menerima perlakuannya. Wajah adiknya selalu memerah dan Kurama semakin menyukainya. Lantas pemuda berkharisma kalem itu tersenyum hangat. "Belum ngantuk?" tanyanya lembut membuat wajah kalemnya semakin tampan.

Naruto menggeleng. Saat ini masih menunjukkan pukul sembilan malam, untuk seorang Naruto yang bertipe hard worker tentu sekarang masih belum dikatakan malam. Terlebih ia masih menunggu Sasuke. Walaupun sudah berdamai dengan keluarganya, hal tersebut tidak membuat Naruto langsung menyesuaikan diri. Ia sering kali merasa kikuk dan salah tingkah.

Minato tersenyum menyaksikan interaksi sederhana itu. Perasaannya membuncah, terlampau bahagia. Begitupula Hashirama Senju yang duduk di kursi tunggal dihadapan sepasang ayah anak itu.

Kurama menatap kearah sang kakek dan berkata. "Kek, bisakah kita berbicara?"

Hashirama menaikkan sebelah alisnya. "Ada yang tidak beres, Ku?"

Minato dan Naruto tampak penasaran. "Ada apa, Ku?" tanya Minato mewakili Naruto yang tidak bersuara.

Kurama menatap satu persatu wajah mereka dengan ekspresi tenang dan terkendali, lalu ia berkata, "ada sedikit masalah." Kurama tidak mengungkapkan yang sebenarnya, kemudian melanjutkan, "aku sedikit membutuhkan bantuanmu, Kek."

Hashirama yang peka tentu langsung paham bahwa Kurama tidak ingin mengatakan masalahnya dihadapan Naruto dan Minato. "Kita bicarakan diruanganku."

Kurama lantas mengikuti sang kakek. Kini tinggal Minato dan Naruto diruangan itu. Lantas Naruto bergumam merasa curiga sekaligus khawatir. "Ada yang tidak beres, ya?"

Minato mengusap punggung sang anak, menyalurkan kasih sayangnya bermaksud menenangkan. "Semuanya akan baik-baik saja, sayang. Kurama bisa dipercaya. Dia tidak kalah hebat dengan kekasihmu itu."

Naruto tersenyum dan mengangguk mantap.

Minato mencoba mengalihkan fokus Naruto dengan bertanya perihal hubungannya dengan Sasuke. "Ayah melihat liputanmu bersama Fugaku dan Sasuke di infotamaiment. Kau serius akan bertunangan dengan Sasuke bulan depan, Nak?"

Wajah Naruto sontak berubah cemberut mengingat hal itu. Dengan enggan dia menjawab. "Itu tidak direncanakan, Yah, sepertinya aku sudah dikerjai Paman Fugaku dan Sasuke."

Minato tertawa hambar. Ia tidak mungkin mengumpat didepan Naruto kepada sahabatnya. Si sialan Fugaku itu, umpat Minato dalam hati. "Apakah kau keberatan? Ayah bisa menunda pertunangan kalian. Setidaknya sampai kau lulus kuliah, sayang." Minato tahu bahwa Naruto dan Sasuke saling mencintai, tapi jika anaknya belum merasa siap ia tidak ingin membuat Naruto merasa terbebani. Terlebih kalau boleh jujur, Minto sedikit keberatan jika hubungan Sasuke dan Naruto terlalu cepat untuk ke kenjang yang lebih serius. Ia ingin banyak menghabiskan waktunya bersama sang buah hati. Ingin menebus seluruh kebersamaannya yang hilang berpuluh tahun.

"Tidak perlu, ayah." Tolak Naruto halus. Gadis itu dapat melihat kekecewaan pada raut sang ayah. "Pertunangan berlangsung cepat bukan berarti aku dan Sasuke akan menikah cepat," tambahnya membuat kelegaan terpampang diwajah Minato. Lantas gadis itu tersenyum lebar melihat raut wajah ayahnya. Seakan mengerti apa yang menjadi kegundahan sang ayah, ia melanjutkan, "Sepertinya aku akan lebih banyak menghabiskan waktu bersama ayah dan kakak beserta kakekku dulu."

Minato memasang wajah cerah mendengar penuturan sang putri. "Oh Putriku... Terima kasih, Sayang. Ayah mencintaimu."

Naruto terkikik dalam pelukan sang ayah dan membalas. "Aku juga mencintaimu, ayah. Kak Kurama dan Kakek."

Minato mengeratkan pelukan hangat pada puterinya. Mereka menikmati momen itu, menikmati setiap detiknya. Setiap rasanya. Dan takkan pernah melupakan seumur hidupnya rasa hangat dan kebahagiaan itu. "Ayah begitu bahagia, Nak. Andai Ibumu masih hidup. Semuanya akan sempurna," bisiknya membuat keduanya tenggelam dalam tangis dan kenangan indah bersama wanita hebat mereka, Uzumaki Kushina.

Naruto terisak. "Aku sangat merindukan Ibu."

"Ayah juga, Nak. Ayah sangat merindukannya."

Naruto mendongkak dan menangkup kedua pipi ayahnya. Menatap wajah dewasa yang masih terawat dan tampan. "Aku yakin, sampai akhir hayatnya ibu tetap mencintaimu, ayah."

Minato mengangguk. Dia juga percaya itu. Dan itulah satu-satunya cara untuk Minato bertahan selama ini. Kepercayaan Minato pada Kushina memang tidak tergantikan. Dan melihat keyakinan itu, Naruto merasa bangga pada ayahnya.

'Apakah Sasuke akan sepertimu, Ayah?'

"Naru, kau akan membuka rumah mode bukan? Bolehkan ayah membantumu?" Minato teringat dengan sesi wawancara itu. Dia menyorot bangga pada puterinya. "Kau akan mewujudkan mimpi ibumu?"

Naruto mengangguk mantap. "Ya, itu hadiah untuk ibu dariku. Dan maaf, aku ingin melakukannya sendiri, ayah."

Bukannya Minato merasa kecewa, tetapi pria paruh baya itu terlihat begitu bangga pada puterinya. Betapa mandiri Naruto dan sifat itu benar-benar milik Kushina. Kerinduannya sedikit terobati pada ibu dari anak-anaknya. Bakat designer pun menurun dengan sempurna padanya.

"Kalau kau butuh bantuan, datanglah kapanpun kau membutuhkan ayah. Ingat, semua yang ayah miliki adalah milikmu dan Kurama," katanya seraya mengecup pucuk kepala sang anak.

Naruto hanya mengangguk. Memikirkan masa depannya yang secerah mentari. Gadis itu akan mempertimbangkan untuk sesekali bersikap manja pada ayahnya.

Setelah beberapa saat terdiam Minato teringat sesuatu.

"Naru, ayah punya kejutan untukmu. Kurasa kau akan senang mendapatkannya."

"Apa itu?"

"Ayah memiliki dua buku sketsa ibumu. Dia menggambarnya saat kita masih berpacaran."

Mata Naruto terbelalak. Menatap ayahnya terkejut karena rasa bahagia.

"Ya Tuhan!" Naruto terpekik senang. Lantas menerjang ayahnya dengan pelukan."Aku janji akan merealisasikan semua sketsa Ibu, Ayah! Terima kasih telah menjaganya dengan baik."

Minato tertawa. "Ya, kau harus melakukannya, Nak. Ibumu pasti bangga."

.

.

.

Sasuke tidak dapat menunggu kedatangan Hyuga Neji untuk menjemput Sabaku Rasa. Kurama menghubunginya dan memintanya untuk cepat kembali. Maka, setelah menitipkan Gaara pada Sasori dan mempercayakan urusan dengan keluarga Sabaku kepada dua sahabatnya, Sasuke segera bergegas kembali ke ruangan Itachi.

Sasuke akan menggunakan helikopter milik kakaknya untuk bertandang ke rumah Hashirama Senju. Tak lupa dia membawa Kyuubi yang ternyata tidak berhenti merengek.

Sesampainya kediaman Senju. Sasuke segera membawa Kyuubi untuk menemui kekasihnya, tentu saja dengan rasa tidak rela karena hal tersebut akan mengurangi waktu istirahat Naruto dan sangat merepotkan.

Tapi, karena gadis itu sedang mengandung keponakannya, maka mau tak mau ia membawanya langsung kehadapan Naruto.

Naruto sendiri cukup terkejut begitu Sasuke datang dan membawa Kyuubi kepadanya. Gadis itu menghabur memeluk Naruto dengan sok akrab. Namun setelah Sasuke menjelaskan sedikit perihal kondisi Kyuubi, Naruto mengerti dan menerima Kyuubi dengan suka cita.

"Ya Tuhan! Malangnya dirimu, Kyuu-chan. Diusiamu yang masih remaja harus mengandung benih om-om seperti Kak Itachi," keluh Naruto begitu empati.

Sasuke tertawa puas mendengarnya sementara Minato cukup emosi mendengarnya. Keponakannya hamil diusia delapan belas dan diluar ikatan pernikahan. "Tobirama akan sangat murka," katanya mantap. Dia membayangkan Itachi babak belur dihadapan Jendral Aparat Negara itu.

Konyolnya Kyuubi mengangguk setuju baik dengan pernyataan Naruto maupun Minato. "Kurasa ayah akan menghajarnya. Tapi Itachi melarangku memberitahunya sebelum operasi Sabaku-san selesai."

Sasuke meringgis. Tentu kemungkinan Itachi mendapatkan patah tulang sangat tinggi. Sementara Naruto dan Minato tampak puas mendengar penderitaan Itachi dimasa depan.

Tak menunggu lama, Naruto segera membawa Kyuubi ke kamar yang sudah Hashirama berikan untuk Naruto. Kamar mendiang Kushina.

Sementara itu Sasuke memanfaatkan situasi tersebut untuk menemui Kurama. Tak lupa ia mengajak calon ayah mertuannya ikut serta.

Setelah diantar oleh salah satu maid kediaman kepala Senju, Sasuke beserta Minato tiba diruangan khusus kakek tua itu.

Lalu tanpa basa basi, Kurama menceritakan kembali apa yang dia ketahui mengenai rencana Namikaze Saara.

Sasuke mengepalkan tangannya erat, menahan amarah yang siap meledak. Begitupun seluruh pria yang berdiri itu.

Minato yang pertama kali bersuara. "Biarkan tangan kananmu melakukan tugasnya sebagaimana perintah Saara agar menghindari kecurigaan," katanya dengan nada terlampau tenang, namun siapapun yang mendengarnya tentu saja dibuat merinding tak terkecuali Uchiha Sasuke. "Pengacara Raikage A adalah teman lamaku. Dia memiliki hutang budi padaku dan kurasa sekaranglah dia waktunya membalas budi," tambahnya begitu dingin.

Hashirama mengangguk puas. Dia tahu, Namikaze Minato memang bukan seorang pemimpin sembarangan. Pada masanya, Minato adalah CEO paling muda dan jenius. Dia tersohor dengan cara kerjanya yang cepat, maka tidak heran ia memiliki julukan si kilat jenius dari Konoha dikalangan para pembisnis. Hashirama kemudian melirik kearah cucu kesayangan dari sahabatnya. "Kau sudah tahu apa yang akan kau lakukan dengan Zetsu dari organisasi Mugen Tsukoyumi itu, bukan?"

Sasuke melirik kearah Hashirama dan menyeringai iblis. "Tentu," katanya terdengar serak, suara menggeram yang membuat bulu kuduk berdiri.

Kurama tidak mengerti. "Maksudnya?" tanyanya mewakili Minato yang sama-sama tidak mengerti.

Hashirama terkekeh. "Perlu kuingatkan Ku? pemuda didepanmu adalah cucu kesayangan Uchiha Madara. Dan Madaralah orang yang menciptakan organisasi itu," ujarnya mengungkapkan rahasia gelap klan Uchiha.

Baik Kurama maupun Minato terkesiap, terkejut.

Apa?!

.

.

Bersambung..

Kado akhir tahun buat kawan2 setiakuuu..

Pencinta SasuFemNaru mana suaranya? Fandom ini mulai tenggelam ya? Penulisnya makin sepi. Sedih akutuuu...

Sorry ya kalo ceritanya agak diribetin lagi. Setelah difikir-fikir Ini untuk kebutuhan Sekuel cerita ini juga biar ada konflik yang nyambung dari masa lalu.

Jangan lupa tulis komentar ya untuk masukan dan kesan cerita ini. Ark butuh banget sumpah biar gak boring ceritanya.

See U next chap

Salam hangat.

Istri Sah Itachi yang nunggu komentar netizen diakhir tahun

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top