Misteri yang terkuak

ARK Proudly Present

"HATE AND (To be a) LOVE"

Naruto Belongs to MK

.

.

Warning : Vote and Support SasuFemNaru .

700 Vote please!

.

.

Eps 29

.

.

Mereka terdiam setelah Hashirama membeberkan seluruh kronologi masalalu pahit keluarga Senju.

"Kekasihmu cukup cepat juga, Naruto."

Dalam keheningan yang tercipta beberapa saat lalu antara sepasang kakek dan cucu itu harus terpecah karena tangan kanan Hashirama menghubunginya bahwa Uchiha Sasuke sudah mengepung kediamannya.

Naruto menaikkan sebelah alisnya. "Sasuke?" Tanyanya pada diri sendiri. "Dia menjemputku," lanjutnya berbisik. Gadis itu merasa lega. Sehingga seulas senyuman terbit diwajahnya yang sedari tadi mengalami ketegangan.

"Kakek akan menyuruhnya masuk sebelum dia menghabisi orang-orangku dan menghancurkan kediamanku," ucap Hashirama dengan nada jengkel. Laki-laki paruh baya itu masih menyimpan kekesalan, karena belasan orang-orangnya telah diantarkan ke rumah sakit dengan keadaan sekarat oleh Uchiha Sasuke beberapa waktu lalu.

Dengan gerakan isyarat ia meminta Naruto untuk mengikutinya keluar. "Aku tidak ingin siapapun selain dirimu mengetahui ruangan khusus milikku," kata Hashirama.

Naruto tidak menanggapinya. Namun gadis itu mengikuti langkah kepala klan Senju yang kharismatik itu. Dalam setiap langkahnya Naruto mengamati punggung tegap Hashirama Senju.

Begitu kokoh, namun entah kenapa pria tua itu justru terlihat menyedihkan.

Berapa tahun Hashirama Senju membangun dinding pertahanan itu? Naruto membatin. Secuil simpati mulai tumbuh didalam hati Naruto. Naruto adalah gadis yang begitu realistis dan perhitungan. Ia membiasakan diri untuk melihat masalah dari sudut pandang orang lain. Mengesampingkan perasaannya sendiri. Dia selalu menilai sesuatu dengan objektif. Rasanya memang tidak adil jika dia menghakimi begitu saja orang-orang yang bahkan belum Naruto temui. Seperti halnya selama ini Naruto yang telah salah menilai sosok ayah kandungnya sendiri.

Melihat wajah Hashirama Senju, Naruto tahu bahwa bukan hanya dia yang paling menderita.

Bukan hanya ibunya yang sengsara. Bukan pula ayahnya yang merana. Tapi, sang ketua Senju inilah yang menanggung semua kesakitan itu.

Jika memang yang diucapkan Hashirama Senju adalah sebuah fakta maka seketika itu juga Naruto dibuat merinding.

Apa yang lebih menyakitkan daripada berpisah dan melihat anak kandung dan cucumu menderita? Dia mencintai mereka, dan ketika rindu ia tidak dapat melakukan apa-apa sekalipun ia bisa menggapainya. Memilih menyaksikan kesengsaraan anak kandungnya sendiri adalah sebuah kesakitan yang mungkin seumur hidup takkan bisa disembuhkan. Lalu, siksaan yang mengerikan itu seakan tidak cukup. Dalam ketidakmampuan, Hashirama Senju harus dipaksa rela untuk kehilangan putri kandung yang teramat pria itu cintai tanpa perpisahan. Tanpa sempat mengungkapkan perasaan cinta. Tanpa mengucap rindu. Dan yang paling menyedihkan adalah Uzumaki Kushina meninggalkan sang ayah dalam penantian panjang itu untuk selamanya. Lalu bagaimana dengan harapan kebahagiaan dan kerinduan yang selama ini Hashirama simpan sendirian?

Naruto teringat bagaimana sang kakek berkata dengan lirih saat mengeluarkan isi hatinya. "Sampai saat ini, alasan kakek bertahan dari kondisi menyedihkan adalah karena kau dan Kurama. Keturunanku. Harapanku satu-satunya."

Dan pria tua itu selama ini selalu melindunginya. Tidak heran mengapa sampai saat ini Naruto selalu hidup aman tanpa gangguan dari penjahat manapun. Naruto tiba-tiba saja teringat saat ia dicopet kala ia ingin berbelanja saat ia masih sekolah, ajaibnya dompet beserta isinya sepenuhnya kembali melalui orang yang tidak Naruto kenal. Kilasan-kilasan masa lalu kehidupannya terbayang. Seakan menemukan petunjuk besar, Naruto kini mengerti mengapa disetiap ia bekerja akan selalui diterima. Dia terlalu percaya diri menilai dirinya sendiri. Dulu ia percaya bahwa ia bekerja karena kepandaian dan kelebihan fisiknya. Namun begitu difikir ulang, perusahaan mana yang sudi mempekerjakan seorang siswa dengan waktu yang begitu fleksibel dan gaji yang cukup untuk Naruto hidup satu bulan? Ya, walaupun hidup sederhana. Lalu sewa apartemen murah tentu bukan karena pemilik apartemen itu yang begitu baik hati. Karena tentu ada alasan mengapa mereka bersikap baik terhadapnya.

Ya Tuhan! Bodohnya aku! Mengapa aku terlalu tenggelam dengan penderitaan itu?

"Kenapa berhenti, Naruto?"

Naruto melihat wajah Hashirama yang begitu teduh dan hangat. Seketika hatinya bergetar dan tanpa komando, air matanya tumpah ruah.

Hashirama terkejut. Merasa khawatir dengan gadis muda didepannya yang tiba-tiba menangis. "Ada apa Naruto?"

Naruto menggeleng seraya tersedu. Tenggorokannya tercekat, rasanya ia tidak bisa berbicara. Semuanya terlalu menyakitkan untuk dibayangkan. Naruto merasa dirinya begitu jahat karena selama ini ia terlalu sombong dengan penderitaan yang dirasa paling pahit.

"Kau baik-baik saja, Nak?"

Entah dengan dorongan apa, secara naluriah Naruto menghampiri Hashirama Senju dan memeluk pria tua itu. Menangis didalam pelukan hangat itu.

"Seharusnya aku.. Aku.. Mencari kebenarannya lebih cepat. Seharusnya aku bertanya lebih dalam kepada Ibu mengapa ia memilih meninggalkan kalian, bukannya sibuk mencari alasan untuk membenci kalian dan balas dendam demi kepuasanku sendiri." Naruto meraung dalam tangisnya.

Mata Hasirama berkaca-kaca. Gabungan dari rasa haru, bahagia, lega dan sedih. "Kalau ada yang perlu disalahkan atas semua yang telah terjadi adalah kakekmu yang tidak berguna ini, Nak."

Naruto menggeleng. Tidak setuju jika seluruh penderitaan yang mereka lalui hanya menyalahkan Hashirama Senju. "Jika yang kau jelaskan adalah kebenaran.. "

"Seluruh bukti akan kakek perlihatkan kepadamu, Nak. Termasuk video lama kakek dan ibu berkomunikasi jarak jauh saat Kushina di Amerika ataupun saat Kushina melarikan diri dari Minato dan Saara," ucap Hashirama memotong kalimat Naruto. "Kakek juga akan memberitahumu apa yang membuat kakek.. kami semua tidak berkutik pada Saara."

"Lalu mengapa anda menyembunyikan kematian ibu? Melindungi pembunuh ibu?"

Tubuh Hashirama menegang dengan mata terbelalak. "Apa maksudmu? Kushina.. Kushina apa?"

Reaksi Hashirama yang terlihat shock diluar ekspektasi Naruto. Gadis itu mendongkak untuk melihat raut wajah kakeknya yang terlihat terpukul. Jangan katakan jika Hashirama Senju tidak tahu.

Naruto melepaskan pelukan itu secepatnya. Lalu berkata, "Anda tercatat sebagai orang yang menandatangani jaminan terhadap tersangka supir yang melakukan insiden tabrak lari kecelakaan Ibu."

Wajah Hashirama berubah keruh karena tidak terima. "Aku tidak pernah melakukannya! Apa maksudmu, Naruto? Katakan semuanya padaku!" Serunya tidak sabar seraya mengguncang bahu kecil Naruto.

Sayangnya pemandangan itu tertangkap oleh mata dan telinga Uchiha Sasuke yang baru saja datang. Ia melihat kekasih hatinya sedang di bentak oleh Hashirama Senju. Dan Demi apapun! Dia tidak rela siapun menyakiti kekasihnya. Sasuke berjalan kearah dua orang yang tidak menyadari kehadirannya itu.

Sasuke menarik tangan Naruto dan segera membawa gadis mungilnya kedalam pelukan. "Kau baik-baik saja, sayang?"

Naruto yang masih terkejut mendapatkan pelukan erat mendadak belum berhasil merespon.

Sasuke menatap tajam Hashirama Senju. Mengancam. Memberikan tatapan penghakiman yang paling menyeramkan. Layaknya seorang singa yang kelaparan yang hendak menghabisi mangsanya tanpa bersisa. Brengsek! Tidak peduli sekalipun ia adalah Hasirama Senju—orang yang berpengaruh di Jepang—jika pria tua itu menyakiti kekasihnya, Sasuke tidak akan pernah memberikan ampun.

Bungsu dari Fugaku itu mengalihkan pandangan kepada Hashirama yang masih begitu terkejut mendapatkan fakta mengerikan dari Naruto.

"Apa maksudmu, Naruto?" Pria tua itu bahkan mengabaikan Uchiha Sasuke yang saat ini berdiri menjulang dibelakang Naruto seakan membentengi Naruto dari bahaya apapun.

Naruto mengamati Hashirama Senju yang menatapnya dengan penuh tuntutan.

Sasuke semakin geram. "Seharusnya saya yang bertanya seperti itu, Senju-san." Suara pemuda itu mendesis, kentara sekali sedang menahan gejolak amarahnya yang nyaris meledak. Wajahnya begitu dingin tak terdefinisi seberapa besar amarahnya.

Hashirama menatap Uchiha Sasuke. Wajahnya berangsur berubah tak kalah dingin. "Kurasa Madara tidak mendidikmu untuk menjadi seorang tidak beretika, Uchiha muda. Saya sama sekali tidak mengundangmu untuk datang ke rumahku, seharusnya kau tahu bahwa seorang tamu tidak diundang tidak berhak ikut campur dalam urusan keluargaku. Terlebih siapa dirimu, Uchiha?"

"Hentikan omong kosong anda, Senju-san. Saya tidak akan meletakan kehormatan apapun dan etika tidak pernah dibutuhkan bagi siapapun yang menyakiti dan menyentuh kekasihku. Entah siapapun dia, saya benar-benar tidak akan pernah membuat kesepakatan jika itu mengenai Naruto."

Hasirama tertawa sumbang. "Uchiha Sasuke.. Madara memang tepat sekali memilihmu menjadi penerusnya. Sama-sama keras kepala, pemaksa dan seenaknya sendiri," ucap Hashirama membuat sumbu kesabaran Sasuke semakin tipis.

Sasuke mendecih. Namun alangkah memalukan jika ia menghajar tua Bangka didepannya. Ia berjanji akan membuat nama Senju tidak berada dalam jajaran konglomerat Jepang lagi. Ia akan membuatnya hancur hingga tidak satupun orang yang sudi menjadi investor Senju Corp. Dia segera meraih pergelanngan tangan Naruto dan tidak sabar untuk bertanya apa yang telah dilakukan tua Bangka Senju itu kepada kekasihnya sehingga membuat wajahnya sembab dan pucat pasi sehingga ia bisa mulai menjalankan rencana penghancuran itu. Dia tidak sabar.

"Ayo kita pulang, Naru."

Melihat Naruto yang hendak dibawa pergi sementara urusannya belum selesai, Hashirama segera memberi kode kepada para anak buahnya. Dalam hitungan detik baik dari kubu Uchiha Sasuke maupun Hashirama Senju saling menodongkan pistol. Memberikan kuda-kuda untuk berlomba cepat siapa yang dapat menembak kepala paling duluan.

"Urusanku dengan cucuku belum selesai, Uchiha!"

Ketegangan dikediaman Senju semakin tinggi. Naruto yang berada sebagai pihak ketiga diantara perang dua pria beda generasi itu dibuat pusing.

Salah faham! Teriaknya dalam hati. Ia segera menghentikan langkahnya. "Sas, berhenti.. Kau salah faham. Kakek benar, kita belum menyelesaikan masalah diantara kita. Kumohon, beri aku waktu.."

Sasuke berdiri menghadap kearah Naruto. Menangkup wajah mungil sang kekasih. Menatap pada mata biru kesukaannya dengan penuh penilaian. "Tapi aku melihatmu menangis, Naru. Aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu. Terlbih didepan mataku sendiri. " Siapa yang rela kekasihnya dibuat menangis oleh orang lain? Ia merasakan sakit yang sama. Sasuke sangat mencintai Naruto hingga ia tidak rela melihat kesedihan apapun menimpa Naruto.

"Aku menangis dengan alasan yang baik, Sasuke. Percayalah padaku, selama ini aku telah salah menilai kakekku sendiri," balas Naruto memberi pengertian kepada sang kekasih. Ia tersenyum untuk menenangkan Sasuke dan tentu saja berhasil. Karena senyuman tulus Naruto selalu membuat Uchiha Sasuke luluh.

"Hn. Baiklah..," jawab Sasuke. "Aku memberimu waktu untuk menyelesaikan masalah diantara kalian. Tapi aku tidak akan menahan diriku jika Senju-san menyakitumu," putusnya mutlak.

Hashirama memperhatikan dengan seksama bagaiamana Uchiha Sasuke memperlakukan sang cucu. Pandangan memuja pemuda itu sangat transparan dilayangkan pada Naruto. Ia tidak asing dengan tatapan itu. Ia pernah melihatnya pada mata sang menantu, Namikaze Minato kepada Kushina. Detik itu juga ia berjanji bahwa kisah sang anak tidak akan terulang pada cucunya. Ia sungguh beruntung, sifat bijaksana Minato menurun pada kedua cucunya. Sehingga cukup kebenaran saja yang ia perlihatkan, maka dengan mudah Kurama maupun Naruto dapat menerimanya.

Hashirama mengangkat sebelah tangannya sebagai tanda kepada para anak buahnya untuk berhenti saling menodongkan pistol. Serempak mereka menurunkan senjata yang diikuti oleh anak buah Sasuke. Suasana tegang berkurang namun mereka masih memasang kuda-kuda untuk tetap waspada.

Saat Naruto hendak kembali berbicara dengan Hashirama Senju, tiba-tiba seorang pelayan wanita yang terlihat masih muda menghampiri. Dengan kecanggungan yang dimilikinya, si pelayan berkata dengan nada sungkan, "M-maaf mengganggu, Tuan.. Namun, Nyonya Saara ingin segera menemui tuan, saat ini Nyonya menunggu tuan di ruang keluarga," jelasnya.

Hashirama mendengus, namun kebetulan sekali Naruto sedang berada disini. Mungkin ada baiknya Naruto mengetahui semuanya. Maka ia berkata, "Suruh Saara untuk menemuiku kemari," titahnya yang langsung diangguki oleh sang pelayan. Mansion Senju memang besar walaupun tidak sebesar kediaman Uchiha. Ruangan yang saat ini mereka tempati merupakan ruangan yang berada dipojok lantai ke tiga sehingga jarang sekali dikunjungi, terlebih ruangan tersebut merupakan ruangan khusus Hashirama dan mendiang Uzumaki Mito, sang istri. Oleh karenanya, Saara tidak pernah sudi menapakan kakinya disana. Namun, untuk sebuah rencana yang baru saja ia susun dikepalanya, Hashirama memilih untuk memanggil Saara kesana.

Setelah pelayan itu pergi, Hashirama menoleh kearah Naruto. "Sebaiknya kau tunggu diruangan khusus milikku," kata Hashirama dengan nada yang jauh lebih lembut, lalu memberikan sebuah kartu berwarna emas yang Naruto yakini adalah sebuah kunci. "Perhatikanlah apa yang terjadi didalam sana. Lalu lakukan apa yang perlu kau lakukan, Nak. Bukalah foto favorit Kakek." Setelah mengatan itu, Hashirama menoleh kearah Sasuke. "Kau boleh ikut dengan Naruto, tapi bereskan dulu anak buahmu."

"Hn," gumam Sasuke seraya mengangguk.

Naruto melihat bagaimana Hashirama dan Sasuke mengomando para anak buahnya. Karismatik dan begitu elegan, bak seorang raja yang memberi titah semua orang tunduk dan patuh. Naruto tersenyum melihatnya.

'Mereka sangat keren!' batinnya memuja. Tak heran, karena baik Sasuke ataupun Hashirama merupakan pemimpin hebat di kerajaan bisnisnya masing-masing. Sasuke menghampirinya setelah memastikan para anak buahnya meninggalkan tempat itu, pun dengan anak buah Hashirama Senju.

.

.

Saara memasuki ruangan di sebelah kiri dari pintu masuk, dengan para anak buah menunggu di luar pintu. Sementara Sasuke dan Naruto masuk ke dalam ruangan di sebelah ruangan tempat Hashirama menyambut tamunya. Naruto menarik Sasuke masuk.

Lalu dengan segera menutup pintu rapat-rapat agar tidak ada yang curiga. Begitu masuk, Sasuke terpana. Ia melihat sekeliling dan mengamati foto-foto kekasihnya yang terpajang. "Saat pertama kali aku melihatnya, aku juga sangat terkejut. Tapi, inilah cara kakekku menjagaku dari kejauhan."

Sasuke menghampiri sekumpulan foto yang menunjukkan masa kecil Naruto. Ia tersenyum. "Ini akan menjadi tempat kesukaanku," katanya.

Naruto ikut tersenyum. "Bahkan aku tidak pernah memiliki potret masa kecilku bersama ibu. Mungkin aku harus berterima kasih. Aku merasa menjadi lebih dekat dengan ibu dan kenangan bersamanya yang terabdikan dalam foto ini membuat kerinduanku sedikit terobati."

"Kau memang harus melakukannya, sayang." Sasuke menghampiri Naruto dan mendekap gadisnya dengan erat. "Masa kecilmu sangat menggemaskan. Rasanya aku tidak sabar memiliki Naruto kecil dimasa depan."

Naruto mencubit lengan Sasuke. "Sial! Tidak seharusnya kau membahas itu!" wajahnya memerah, cantik sekali.

Sasuke terkekeh dan tidak bisa menahan lebih lama untuk mengecup pipi yang memerah itu. "Kita akan segera mewujudkannya, Love."

"Teme!"

Kekehan Sasuke semakin keras. Melepaskan pelukannya, lalu Sasuke berjalan kearah jendela. Di tutupnya jendela yang menghadap ke danau untuk mengurangi cahaya yang masuk kedalam kamar. Tadinya, Naruto merasa takut dan was-was dengan tindakan Sasuke itu. Tapi, begitu Sasuke membuka salah satu gambar yang besar, hilanglah rasa curiganya.

Begitu gambar itu dipindahkan... Terpampang suasana ruangan dimana Hashirama dan Saara berada, seperti kaca yang tembus pandang. Naruto ingat, ada jenis kaca yang bisa ditembus pandang, namun tak tampak di luar.

Sasuke menarik salah satu laci meja yang terletak dibawah cermin tembus pandang itu . Ada beberapa alat pendengaran. Diberikannya satu kepada Naruto dan dipakainya satu lagi. Melalui alat itu, mereka berdua bisa mendengar percakapan di ruang yang mereka amati.

Gila! Canggih banget!' batin Naruto takjub.

"Aku mendengar Senju-san memerintahkanmu untuk membuka foto favoritnya," ujar Sasuke.

"Aku terkejut kau langsung mengerti maksudnya dan mengetahui foto yang mana."

Sasuke menyeringai bangga, menyombongkan diri. Naruto mendengus melihat reaksi itu. "Sekali lihat aku bisa mengetahuinya. Foto itu memang bukan yang berukuran paling besar, namun pigura yang dipakainya dihiasi batu mulia yang bernama Blue Garnet yang satu karatnya seharga duapuluh milyar. Dan sepertinya kakekmu menggunakan lebih dari dua pulu karat. Dan lukisan ini berada disebelah kiri, tepat "

Naruto menganga. "Sial! Apakah sifat orang kaya memang suka pamer seperti itu?"

"Bukan pamer, Dobe. Kita hanya ingin berbeda dan spesial. Kau akan mengetahui bagaimana kebanggan memakai sesuatu yang tidak dapat orang kenakan. Itu pencapaian," kilahnya dengan kesombongan selangi.

Naruto mendengus. "Terserah," timpalnya dengan nada bosan.

Sasuke tergelak, merasa terhibur melihat reaksi Naruto. Sasuke membuka salah satu lemari. Ternyata, di dalamnya ada sebuah layar komputer dengan keyboard elektrik inframerah. Sasuke menghidupkannya. Dia memencet beberapa perintah. Muncullah gambar Hashirama dan Saara di dalam ruangan itu. Rupanya, komputer itu mengoperasikan CCTV yang ada di ruangan.

Naruto tertegun. Ini benar-benar canggih. Benar-benar orang kaya. Lalu Naruto berujar dengan nada heran. "Bagaimana kau bisa tahu disana ada CCTV? Aku melihatmu mengoperasikan kata sandi."

"Kau akan terkejut jika mengunjungi mansion milik kakekku. Mereka memiliki selera yang sama. Maksudku Senju-san dengan Kakekku, Madara Uchiha. Lemari dan isinya benar-benar sama persis berisi CCTV, dan mengenai kata sandinya aku hanya menebak," jelas Sasuke membuat Naruto takjub.

"Menebak?"

"Hn. Mereka sepasang sahabat. Dan kurasa kata sandi diantara keduanya tidak jauh berbeda. Mereka memilki kecintaan yang sama."

"Dan apa itu?"

"Konoha."

Naruto tersenyum. "Persahabatan yang indah," komentarnya.

Sasuke menerawang dan sedikit terkekeh. "Kau benar. Dulu aku bahkan sampai mengira kakekku adalah seorang gay. Karena kasih sayang mereka dan loyalitas diantara keduannya sangat kuat."

Naruto menyenggol bahu Sasuke dengan main-main. Lalu bergabung bersama sang kekasih untuk menyimak obrolan antara Hashirama Senju dan Saara yang sepertinya sudah dimulai. Mereka berdua mendengarkan percakapan di ruangan itu dengan seksama.

.

.

"Kau terlihat baik hari ini" ucap Hashirama memulai.

"Tidak usah berbasa-basi, ayah. Aku akan langsung saja," kata Namikaze Saara dengan tidak sabaran sehingga mengurangi nilai kesopanan.

"Hmm," balas Hashirama mengembalikan peringainya yang dingin.

"Bagaimana? Apakah ayah sudah bisa mengendalikan cucu ayah sendiri? Dia mengacaukan semuanya. Gara-gara dia anakku saat ini tidak berdaya dirumah sakit!" katalagi dengan ekspresi wajah terlihat kacau.

"Terjadi sesuatu dengan Karin?" Hashirama langsung menembak anak yang dimaksud Saara adalah Karin. Karena ia tahu Saara tidak pernah menganggap Kurama sebagai anaknya. "Berikan aku waktu

"Tidak bisa, ayah," ucap Saara. "Waktumu sudah habis. Dua bulan lagi, jika ayah belum mendapatkan persetujuan masyarakat, pemerintah pusat tidak akan meloloskan izin pembangunan Konoha Land. Dan persetujuan masyarakat tidak akan ayah miliki jika mereka mengetahui apa yang telah ayah lakukan dimasa lalu. Bukah hanya itu, ayah tentu akan mendapatkan hukuman sangat berat beserta presiden terdahulu. "

"Aku akan berusaha lagi. Akan kucoba untuk mendekati Uchiha Fugaku"

Saara mendengus menyebalkan. "Itu juga yang ayah katakan sebulan lalu. Buktinya? Hanya omong kosong. Jika ayah tidak sanggup membuat cucu ayah diam, maka aku akan melakukannya sendiri," kata Saara lagi dingin dan mengancam.

Hashirama tetap tenang. Sama sekali tidak terintimidasi. Tetapi, ia cukup banyak tahu bagaimana perangai Saara yang sesungguhnya. Tentu saja, ucapan Saara itu bukanlah hanya sebuah omong kosong. Hashirama bertahan agar ia tetap bisa menguasai dirinya. Nama Kushina terus mengingatkan dirinya akan pengendalian terhadap emosinya.

Hashirama mendekat ke arah cermin. Dia melihat kearah Sasuke dan Naruto yang tidak terlihat. Sepertinya, dia yakin bahwa kedua pemuda itu tengah berada di dalam kamar sebelah. Hashirama mengerlingkan matanya.

Sasuke dan Naruto saling berpandangan. Mereka tak paham maksud Hashirama.

"Cucumu harammu yang tidak tahu diri itu semakin besar kepala karena sekarang ia memiliki Uchiha Sasuke yang ia rebut dari Karin!"

"Tidak ada waktu lagi, ayah. Jangan sekali-kali kau mempermainkan aku. Apa aku mau aku melenyapkan Naruto seperti aku melenyapkan ayah kandungku yang miskin itu?"

Naruto tersentak, demikian pula Sasuke. Buru-buru Sasuke membekap mulut Naruto yang hampir saja berteriak. Otak jenius Sasuke bekerja. Kini ia tahu apa maksud kelingan mata Hashirama. Yaitu, untuk merekam.

Sempurna.

Sebuah rencana yang sempurna. Hashirama menginginkan sebuah rekaman yang akan memberatkan Namikaze Saara. Sungguh biadab, orang seperti apa yang tega membunuh ayah kandungnya sendiri? Ia baru mengertii mengapa dulu Madara selalu mengatakan bahwa Hashirama hanya memiliki satu anak.

Satu teka-teki lagi, mengapa Hashirama Senju diam saja? Apa yang membuatnya tidak berkutik?

Sasuke telihat mengangguk-anggukan kepalanya. Sedangkan, sebelah tangannya masih berada pada mulut Naruto yang kini sedang menahan rasa sesak.

"Mmmhh.. mmmhh.."

Naruto terlihat kepayahan. Ia memberontak agar Sasuke melepaskan bekapannya. Sasuke tersentak. Ia lupa kalau sebelah tengannya membekap gadis pirangnya.

"Hah.. hah.. Kau mau aku mati hah?!" desis Naruto menatap tajam Sasuke.

"Maaf," ujar Sasuke kaku. Untung saja, ia tak sampai membunuh calon istrinya. Kalau itu terjadi, Sasuke akan ikut mati juga.

Sasuke dengan cepat mengalihkan perhatian agar terhindar dari tatapan maut Naruto. Bukan apa-apa. Tapi, Naruto yang sedang terengah-engah dengan wajah merah dan menatapnya tajam, membuatnya sedikit lupa dunia. Ia membenarkan letak alat pendengar di telinganya, lalu kembali menyimak dan mencoba lebih serius.

Naruto menggeram kesal. "Teme..," desisnya ketika Sasuke tidak memperdulikannya sedikitpun.

Namikaze Saara terdengar kembali berbicara. "Jangan lupa, ayah. Kau berhutang padaku setelah ibuku mati kau harus menyerahkan enam puluh persen kekayaan Senju untukku."

"Keparat!" Desis Naruto kehilangan kesabaran. Dia mengepalkan tangannya erat-erat.

Seakan tidak puas, Saara mengancam Hashirama Senju. "Aku beri waktu ayah selama dua hari untuk mengamankan cucumu itu, ayah. Jika tidak.. maka jangan salahkan aku jika Jepang akan mulai berperang dengan Amerika karena kesepakatan terkutuk itu kalian tanda tangani. Well, Konoha dibangun menggunakan dana yang Amerika pinjamkan pada Jepang untuk pembangunan dilaut. Tsunami yang memakan ribuan korban itu bukan bencana alam! Itu murni salah kalian penguasa yang serakah!"

Mata Hashirama membola. Mengingat masa pahit itu membuat hatinya bergemuruh perih. "Tsunami terjadi lebih cepat dua tahun dari perhitungan BMKG. Kesepakatan itu dibuat karena pembangunan Konoha dirasa jauh lebih penting dan mendesak pada saat itu. Aku bahkan kehilangan Mito karena bencana itu. Kau pikir aku menginginkannya, Saara?"

Saara tetawa sumbang. "Itu hukumannya! Pembunuh sepertinya memang seharusnya mati dan membusuk dipenjara. Bukan bebas berkeliaran menghamburkan uang!"

"CUKUP!" Bentak Hashirama tidak suka mendiang sang istri dihina seperti itu. "Mito bukan pembunuh. Ibumulah pembunuh yang sesungguhnya. Aku memiliki CCTV yang membuktikan ibumu berniat meracuni Mito. Isrtiku hanya pintar sehingga dia menukarkan gelas yang seharusnya dia minum dengan milik ibumu. Siapa yang tahu itu racun mematikan bukan obat pencahar? Bukankah kau tahu itu, Saara? Berhentilah berakting seolah menjadi korban." Hashirama menatap tajam Saara. "Dengar, aku tidak takut ancaman apapun..." Pria tua itu menyeringai. "Aku telah memiliki bukti kebohonganmu, Saara. Bagiamana jika Minato dan Kurama tahu bahwa selama ini kau berpura-pura depresi?"

Saara gentar. Ia memaksakan diri untuk tetap terlihat tidak terintimidasi oleh Hashirama Senju yang selama ini ternyata bukan ayah kandungnya. "Ayah tidak berani melakukan apapun terhadap semua itu! Karena aku memiliki kesepakatan itu!"

"Well, kau memang benar, Saara. Tapi bagaimana jika aku membunuhmu? Bukankah semua masalahku akan selesai jika aku melakukannya? Dan tentu saja kesepakatan itu akan mati bersamamu."

Saara terkesiap dengan wajah pucat pasi. "Kau tidak akan melakukannya!"

"Ya, selama ini aku memang menahan diri karena permintaan Kushina dan Mito untuk tetap melindungimu karena rasa bersalah karena kematian ibumu. Tapi mereka sudah tidak ada, bukan? Apa yang harus kutakutkan?" Seringai Hashirama semakin lebar.

"Berhenti ayah! Aku hanya meminta kau mengamankan cucumu itu agar tidak menganggu keluargaku! Kenapa jadi panjang lebar?"

Hashirama mendengus. "Kau yang memulai , Saara."

Dengan terburu-buru, Saara berpamit setelah dengan mati-matian berusaha memperingati Hashirama. Datang menemui ayahnya bukan untuk menambah beban fikirannya tapi untuk meminta bantuan seperti biasanya.

Lalu kenapa Hahirama yang selama ini selalu bersikap tidak peduli dan selalu menuruti apa yang dia mau mendadak memberontak dan balik mengancamnya seakan tidak peduli jika surat perjanjian itu terpublikasi? Apakah ini ada hubungannya dengan kemunculan Uzumaki Naruto?

Sialan! Dia benar-benar harus segera menghabisi Uzumaki Naruto sebelum semuanya semakin kacau, pikirnya. Aku akan mempublikasikan dokumen itu! Hashirama Senju akan membusuk dipenjara. Berani-beraninya dia mengancamku! Ya, itu lebih baik.. Karena dengan begitu akan jauh lebih mudah mengendalikan seluruh kekayaan Senju, lanjut Saara membatin.

Hashirama memandang dengan begitu dingin punggung Saara yang semakin jauh meninggalkannya. Lalu menghubungi seseorang lewat ponselnya.

"Kurama, kakek tunggu dimansion. Bawalah Minato bersamamu," ucapnya begitu Kurama mengangat panggilan itu.

"Kebetulan sekali kek, aku dan ayah sedang menuju ke mansionmu. Ada yang harus aku informasikan. Ini tentang Naruto dan Ibu."

Sementara itu diruangan lain, Naruto dan Sasuke nampak terpaku setelah mendengar kenyataan mencengangkan itu. Ekspresi keduanya nampak mengerikan, kemarahan terbesar yang pernah Sasuke maupun Naruto rasakan seumur hidup. Bahkan Naruto tidak pernah ingin membunuh sebesar yang ia rasakan saat ini.

"Aku tidak akan langsung membunuhnya," desis Sasuke begitu dingin.

Naruto menimpali tidak kalah dingin. "Kau benar, Suke. Aku akan memberikan hal yang lebih buruk daripada kematian."

"Dia tidak akan bisa menyentuhmu seujung rambutpun, sayang."

"Aku percaya padamu, Suke."

Keduanya saling pandang lalu berbagi seringai.

.

.

Bersambung..

.

.

Pusing? Sama Ark juga T.T

Chapter 30, tamat jangan?

.

.

Salam

Ark Istri Sah Uchiha Itachi yang gatel pengen bikin cerita baru.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top