Meet
ARK Proudly Present
"HATE AND (To be a) LOVE"
Naruto Belongs to MK
.
.
Warning : Vote and Support SasuFemNaru .
.
.
Eps 12
.
.
Ketika Naruto sampai diapartemennya, gadis itu cukup terkejut melihat kedua sahabatnya sedang menjerit-jerit layaknya seorang fans fanatik. Dikursi tunggal ruang bersantai, duduk Akasuna Sasori yang tengah memperlihatkan wajah kesalnya. Karena penasaran, akhirnya Naruto menghampiri mereka bertiga dan bertanya.
"Wow.. Ada apa ini?" Naruto duduk dikursi tunggal lain yang bersebrangan dengan Sasori seraya mengambil toples berisi keripik kentang rasa rumput laut kesukaannya.
"Kenapa kalian?" tanyanya sekali lagi.
Tapi Ino dan Sakura malah terlihat sibuk sendiri dan mengabaikan Naruto sehingga membuatnya kesal. Kini Naruto tahu alasan Sasori bisa menekuk wajahnya. Mereka mengabaikan Sasori untuk sesuatu yang dipegang Sakura sehingga membuat gadis itu menjerit tidak jelas.
"Aku tahu alasan kenapa kau bisa memperlihatkan wajah jelek seperti itu. Apa yang membuat mereka menjadi wanita kurang waras?"
"HOI!" Protes Ino keras yang ternyata mendengar pertanyaan Naruto. "Baru datang sudah ngajak ribut."
Naruto tersenyum meremehkan -berniat menggoda Ino. "Siapa tahu," katanya cuek.
Sasori mendecih geli. Hanya Naruto yang memanggilnya jelek. Namun kemudian ia menyeringai misterius, Naruto yang melihatnya menjadi curiga. "Apa-apaan ekspresi bodohmu itu?"
"Ck.. Dasar gadis kasar," cela Sasori.
"Kurang ajar," timbal Naruto.
Ino dan Sakura tidak peduli. Sasori dan Naruto memang sudah terbiasa berselisih, bahkan dipertemuan pertama mereka ketika Sakura mengenalkan Sasori dan Naruto. Entah kenapa. Sakura sendiri sudah bosan bertanya kepada kedua orang itu. Namun Sakura haruslah bersyukur karenanya, mungkin hanya Sasori yang tidak terpesona pada pandangan pertama saat bertemu dengan sahabatnya itu. Ia merasa lega setidaknya Sakura terjauh dari rasa cemburu. Ia mengaku bahwa ia sedikit posesif.
"Kau akan terkejut melihat apa yang sedang mereka lihat," ucap Sasori seraya tersenyum misterius.
Naruto memutar matanya bosan. "Aku tahu apa yang ada dalam otak unik mereka yang tidak jauh dari laki-laki yang tampan. Biar kutebak, model baru?"
Sasori terkekeh. "Tidak sepenuhnya salah. Tapi, dia bukan seorang model baru. Lebih tepatnya eksekutif baru. Kau sangat mengenalnya."
Kalimat Sasori tak ayal menarik perhatian Sakura dan Ino. "Naru-chan mengenalnya. Bagaimana bisa?"
Naruto yang penasaran akhirnya merebut majalah bisnis yang dipegang Sakura. "Siapa?" gumamnya sebelum melihat wajah yang terpampang pada sampul majalah tersebut. Beberapa detik kemudian matanya melotot lucu dan secara refleks melempar majalah tersebut pada wajah Sasori. "Sialan kau!" umpat Naruto merasa sedang dijahili.
Sasori terbahak.
Wajah Naruto memerah menahan kesal. Sementara itu, Ino dan Sakura malah semakin dibuat penasaran.
Sakura bertanya dengan wajah lucu karena harus menggabungkan ekspresi bingung dan penasaran secara bersamaan. "Naru, kau kenal Uchiha Sasuke?"
"Tentu saja." Sasori menjawab terlalu cepat. "Sasuke itu kekasih dari sahabat kalian. Benarkan, Naruto?" tambahnya membuat wajah Ino dan Sakura pias seketika karena terkaget-kaget.
Mood Naruto seketika memburuk. "Brengsek kau, barbie!" Lalu Naruto menatap dua sahabatnya bergantian. Ekspresinya mengerikan. Mereka melotot penuh, meminta sebuah penjelasan.
"Bukan kekasih! Dia mantan! MANTAN!" Naruto berseru menekan kata mantan dengan pekikan yang terdengar lucu ditelinga Sasori. Naruto benar-benar kesal pada pemuda itu sehingga memberikan delikan tajamnya.
Mulut Ino dan Sakura menganga. Keduanya terlihat bodoh bagi Naruto. "Kenapa kalian memasang wajah seperti itu?" tanyanya ngeri.
Sasori tertawa puas melihat kedua gadis itu -terutama sang kekasih yang mendapatkan shock therapy karena harus mendapatkan kabar mengejutkan, sang idola yang digadang-gadang Sakura tidak ada apa-apanya dibanding Sasori -kekasihnya sendiri, telah memiliki kekasih yang tak lain adalah sahabat dekat mereka sendiri. Harga diri Sasori ternodai, biarpun memang kenyataannya Sasori kalah tampan, kaya dan jenius seharusnya Sakura sedikit membelanya. Sialan memang Sasuke, menyusahkan saja. Padahal Akasuna Sasori memliliki pesona tersendiri, pikir Sasori percaya diri.
Ino berteriak. "NARU-CHAN! KAU HARUS MENJELASKAN SEMUANYA!"
Naruto benar-benar ingin membunuh Sasori saat itu juga.
Naruto mengerti sekarang, bagaimana mungkin Ino dan Sakura yang notabene selalu memuja pria tampan dan kaya tidak histeris melihat Uchiha Sasuke terpampang dimajalah itu. Wajahnya begitu sempurna bak seorang dewa. Tatapan matanya sekelam malam itu bahkan bisa menjerumuskan wanita kedalam kubangan penuh dosa. Uchiha Sasuke memakai jas seorang eksekutif benar-benar seksi dan menggoda. Lalu bagaimana mungkin tidak membuat seorang wanita menjerit dikala headlinenya saja menjelaskan bahwa :
"UCHIHA SASUKE SANG PEWARIS UCHIHA GRUP DAN TAKA GRUP TELAH MEMBUKTIKAN DIRI DIDUNIA BISNIS"
Jika saja Naruto tidak membaca artikel dimajalah tersebut, mungkin Uzumaki Naruto tidak akan pernah tahu sekaya apa Uchiha Sasuke itu. Perusahaan itu bahkan hampir menguasai ASIA dan mulai merambah di Barat. Pantas saja Sasuke bergitu songong dan arogan, ia ternyata memiliki segalanya. Harta, tahta, rupa dan bakat dewa. Dan tidak mengherankan lusinan gadis cantik rela melempar dirinya kepelukan sang Uchiha. Rela merendahkan harga dirinya untuk pemuda sempurna itu. Dan sungguh pantas Uchiha Sasuke menjelma sebagai cassanova brengsek.
Mengetahui itu Naruto tiba-tiba merasa menjadi gadis yang buruk. Ia merasa tidak ada bedanya dengan para gadis itu. Terpedaya dengan cinta dan rupa. Oleh karenanya, kemarahan yang selama ini sudah ia singkiran jauh-jauh karena ketidakberdayaan dirinya tiba-tiba menyeruak. Tidak percaya bahwa Naruto dulu begitu naif dan polos. Tubuhnya merinding. Bagaimana mungkin dia dulu bisa percaya pada pemuda yang superior itu? Bahkan dengan kedipan mata, wanita sekelas Yamanaka Ino sudah terjerat pesonanya. Bahkan setahun lalu Uzumaki Naruto hanyalah seorang gadis miskin sebatang kara dan hanya seorang penerima beasiswa. Naruto merasa kecil. Bahkan jika harus membandingkan dengan lusinan mantan kekasih Uchiha Sasuke, Naruto tidak ada apa-apanya. Tak ada yang tahu, Naruto sebenarnya cukup krisis percaya diri.
Sasuke memang mengejarnya, setidaknya itu dibenarkan jika menghitung dari hampir setahun yang lalu.
Naruto tidak menemukan alasan lain selain bahwa Sasuke hanya mengejar dirinya karena ego pemuda itu terluka sebab penolakan-penolakan yang diterima dari Naruto. Ia yakin dengan alasan itu. Sasuke hanya ingin memuaskn egonya. Karena itulah alasan yang paling masuk akal yang terpikirkan oleh Naruto. Tidak masalah, pada akhirnya Naruto tidak terbuai terlalu lama dalam pesona sialan Uchiha Sasuke dan terpenting ia melupakan Uchiha Sasuke. Namun, pernyataan Sasori tadi benar-benar membuatnya kesal apalagi Ino dan Sakura memandangnya penuh kecurigaan dan tak percaya.
Naruto merasa terganggu.
"Sungguh, kami sudah berakhir setahun yang lalu. Dan sebaiknya kau tidak mengharapkannya, Ino! Dia sudah memiliki sesorang tunangan," jelas Naruto hanya menunjuk Ino karena Sakura tidak mungkin bisa berpaling dari Akasuna Sasori.
Wajah Naruto berubah dingin. Bukan karena mengingat Sasuke tapi lebih pada Namikaze Karin.
Sasori mendengus melihat bagaimana Uzumaki Naruto bereaksi -salah faham. Sasuke sepertinya memang butuh usaha yang lebih keras untuk mengambil kepercayaan gadis keras kepala itu lagi, pikir Sasori. Mengingat bagaimana Sang Uchiha menggilai Uzumaki Naruto dan ia merupakan sahabat yang loyal sepertinya tidak masalah Sasori sedikit membantu sahabat Uchihanya itu.
"Sasuke sudah memutus hubungan pertunangan itu hampir setahun yang lalu sebelum dia berangkat ke Tokyo," jelasnya membuat sang Uzumaki terkejut.
"Apa?"
"Percayalah.. Sampai saat ini dia masih mengejarmu, Naruto."
Naruto melengos. Benar-benar menganggap Sasori sedang membual.
"Bagaimana bisa kau tahu tentang, Uchiha Sasuke?" kali ini Sakura menimpali setelah mengedalikan dirinya dari rasa terkejut yang luar biasa dari fakta yang diterimanya.
"Kau tidak tahu? Bukankah hubungan kalian hampir dua tahun? Bagaimana mungkin kau tidak tahu bahwa Sasuke itu sahabat kentalnya kekasihmu, Sakura-chan?" ucap Naruto terheran-heran.
"EEEEEHH?!"
Naruto memilih melarikan diri ke kamarnya ketika Ino dan Sakura sibuk memberondongi Akasuna Sasori tentang Uchiha Sasuke. Naruto tidak peduli apapun yang akan Sasori jelaskan tentangnya. Yang jelas Naruto tidak menyukai topik pembicaraannya. Segala sesuatu mengenai Uchiha Sasuke bagi Naruto bukanlah topik yang menyenangkan.
Sementara itu Sasori malah terlihat sangat kesal. Uzumaki Naruto memang cerdas, gadis itu tahu bagaimana memutar balikan situasi.
.
.
Setelah mandi dan memakai piyama, Naruto menghidupkan laptop dan mengecek beberapa e-mail yang masuk. Diantaranya e-mail dari Kurenai yang memberikan jadwal dan beberapa dokumen kontrak dari perancang yang akan memakai jasanya sebagai model. Naruto mempelajarinya sebelum esok lusa menandatangani kontrak. Naruto merupakan pribadi perfectionis, teliti dan begitu perhitungan.
Naruto akan mengambil sebuah kontrak yang tidak membuatnya kelimpungan dan dibayar dengan harga yang wajar. Naruto tidak akan pernah membiarkan jadwal modelingnya berbentrokkan dengan waktu kuliahnya. Maka dari itu, Naruto selalu membandingkan antara jadwal kuliah dan jadwal kerjanya dengan hati-hati. Setelah selesai, Naruto mengecek tugas kuliahnya di folder khusus yang ia buat dengan sistematis dilaptopnya. Meminum teh tawar yang ia buat, lalu Naruto mulai fokus mengerjakan tugas Manajemen Sumber Daya Manusia.
"Ah! Selesai juga.."
Empat puluh menit kemudian Naruto mematikan komputernya. Ia merasa lelah dan kehilangan selera untuk bersantai menonton drama korea yang sudah gadis itu niatkan sebelumnya. Naruto memilih mengambil buku sketsa. Ada dua buku sketsa yang Naruto bawa, satu untuk ia berikan kepada Kaguya dan satu lagi untuk Namikaze Karin.
Naruto seperti mendapat sebuah keberuntungan besar diatas kemalangan Namikaze Karin saat peragaan perdana yang sudah digembor-gemborkan dimedia massa berakhir musibah. Tidak ada yang menarik dari peragaan itu selain segala sesuatu dibuat semewah mungkin. Naruto menjadi sangsi, benarkah Karin itu keturunan Senju Sara dan Namikaze Minato si pengusaha sukses yang memiliki kerajaan bisnis? Bagaimana bisa ia berfikir membuka sebuah rumah mode dengan rancangan terlalu mewah seakan ingin menyaingi brand semacam Dior?
Siapa yang nekad ingin membeli sebuah gaun berharga selangit dari designer baru?
Karin terlalu percaya diri dan sombong.
Namun, Naruto masuk pada kesempatan itu. Ia menghubungi Karin dan memberikan rancangannya. Naruto memperkenalkan dirinya sebagai Kitsune. Dan diperagaan berikutnya, Karin meraup kesuksesan besar. Semua media meliputnya. Beberapa surat kabar menampilkan Karin. Hasirama Senju, Namikaze Minato dan Sara tidak terlewat masuk sesi wawancara dan mengatakan bagaimana bangganya mereka. Karin Namikaze benar-benar besar kepala. Karin dipuja-puja.
Namun, semakin tinggi memanjat, bukankah akan semakin sakit jika terjatuh?
Naruto tahu ini jahat. Tapi, apa pedulinya? Bahkan Karin tidak ingin repot-repot mencantumkan nama Kitsune pada tim perancangnya. Semuanya diklaim hasil karyanya. Padahal perancang sekelas Kaguya saja yang membayarnya berlipat-lipat selalu mencantumkan Uzumaki Naruto dalam timnya.
Karin memang culas. Dan Naruto menantikan kehancurannya.
Naruto tahu ia kejam. Sekali lagi, apa pedulinya? Karena Karin lebih kejam. Ia tega membunuh ibunya sambil tertawa.
Tiba-tiba Naruto bergumam. "Benarkah Uchiha telah memutuskan pertunangan mereka?" tanyanya entah pada siapa. Lalu tersenyum miring. "Sungguh kasihan. Rasanya.. Aku ingin melihat bagaimana wajahnya ketika melihat si Teme membawa seorang gadis kehadapannya."
Naruto tertawa. "Pasti akan sangat menyenangkan!"
Dikepala Naruto teringat bagaimana dulu Karin menamparnya dan menghinanya.
.
.
Sakura memasak sarapan dengan menu yang lebih mewah dari biasanya. Dan semuanya makanan kesukaan Naruto.
"Jam berapa kau bangun, Sakura-chan?" Naruto senang ketika ia memasuki ruang makan, hidangan sudah tersaji dengan apik. "Kau sedang merayakan sesuatu?" tanyanya seraya mencomot eby furay yang menggugah selera. Menikmatinya, Naruto tidak pernah kecewa dengan masakan sahabatnya itu.
"Ya, kita sedang merayakan sesuatu." Yang menyahut ternyata bukan Sakura.
"Ino?!"
Ino terkikik anggun. "Kau tidak perlu sekaget itu?" katanya seraya mengibas-ngibaskan tangannya.
Naruto memincing. "Melihatmu didapur sepagi ini tentu saja aku kaget!"
Ino malah semakin terkikik mendengar kata-kata Naruto yang memang benar adanya. Ino tidak menyukai dapur karena akan membuat badannya terkontaminasi bau bumbu. Dan saat ini adalah pagi hari, waktu yang menurut gadis Yamanaka itu adalah waktu terbaik untuk memakai parfum.
"Mulai hari ini, aku akan selalu membantumu menyiapkan sarapan."
Naruto melongo. Ada yang aneh dengan sahabat pirang seksinya. Sakura melayangkan senyuman yang terlampau cerah sehingga gigi putihnya terekspos. "Kalian mencurigakan!" Seru Naruto seraya menyipit.
Sakura berdehem. "Naru-chan, kita harus saling berjanji. Persahabatan kita akan terjalin semakin erat dan selamanya."
Jika saja senyuman Sakura dan Ino tidak seaneh itu, mungkin Naruto akan larut dalam suasana haru. Sayangnya, dua sahabatnya bersikap terlalu berlebihan. "Aku semakin curiga."
Sakura dan Ino sepertinya tidak peduli. Kedua gadis itu malah sibuk dengan hidangan.
"Biar aku ambilkan sarapanmu. Kau mau apa saja, Naru-chan?" Sakura bertanya namun tangannya berindikasi lain. Ia berinisiatif mengambilkan beberapa lauk kedalam piring untuk Naruto.
"Aku sudah menyiapkan bento juga untukmu." Seakan tidak mau kalah, Ino memberikan sebuah bento untuk Naruto.
Naruto terheran-heran.
"Kalian tidak berfikir aku berumur pendek?" Sikap Ino dan Sakura yang mendadak terlalu baik justru semakin membuat sang Uzumaki merinding. Rasanya, umurnya memendek.
"Oh tentu kau harus berumur panjang, Naru."
Ino terkikik dan mengangguk setuju dengan kalimat Sakura. "Kau akan menjadi seorang istri konglomerat Jepang, tentu tidak adil jika kau mati muda dan belum sempat menikmati kekayaan suamimu."
Naruto menghentikan sarapannya. "Ino, kau sedang membicarakan siapa?"
Kali ini Sakura yang menyahut. "Kau tentu saja, Naru-chan. Oh.. Tuhan! Pantas saja selama ini kau mengabaikan pangeran-pangeran yang menjadi fansmu itu, ternyata kau sudah memiliki seorang kaisar." Kalimat Sakura dipenuhi rasa iri sekaligus takjub.
Otak Naruto berfikir keras. Lalu beberapa saat kemudian menyadari sesuatu. "Sialan! Apa yang dikatakan Akasuna bodoh itu pada kalian?!" Raung Naruto. "Kalian berfikir aku adalah kekasih si Brengsek Uchiha itu?"
"Bahasamu, Naru-chan!" Ino malah mengoreksi. "Tidak apa-apa. Kau tidak usah malu untuk mengakuinya. Kami ikut bahagia untukmu."
Naruto merenggut. Ia merasa harus memberi perhitungan untuk kekasih Sakura itu. "Kalian menyebalkan!" Bibirnya mengerucut menggemaskan. "Sudah berapa kali kuberitahu, jika kami sudah berakhir?"
"Sudahlah... Kita rayakan saja." Ino benar-benar mengabaikan penjelasan Naruto. Membuat gadis itu menggeram.
'Sebenarnya apa yang dikatakan Sasori?' batin Naruto kesal karena reaksi Sakura dan Ino yang terlalu berlebihan.
Melihat wajah Naruto menggelap, Sakura buru-buru mengalihkan. "Ngomong-ngomong, Naru.. Kau hari ini mengajar?" Sakura bertanya karena Naruto memakai pakaian cukup formal. Biasanya Naruto akan menggunakan pakaian formal jika akan mengajar. Sakura bangga memiliki sahabat yang menjadi asisten dosen seperti Uzumaki Naruto. Ia multi talenta. Pantas saja Uchiha Sasuke tergila-gila seperti halnya Sasori katakan. Naruto memiliki kecantikan fisik yang luar biasa, bakat yang hebat, kecerdasan yang menyamai kecantikkannya. Segala sesuatu yang dimiliki Naruto memang luar biasa, terkadang Sakura merasa heran ada gadis yang sememukau Uzumaki Naruto. Ia iri sekaligus senang karenanya.
"Tidak. Hari ini selepas makan siang aku akan menemui CEO Uchiha Corp."
Ino dan Sakura terkesiap.
"Apa?"
Ino dan Sakura saling melempar tatapan kemudian tersenyum dengan sangat lebar.
"Berjanjilah, Naru-chan! Kita adalah sahabat sampai mati!"
Tentu saja Ino dan Sakura harus menjalin hubungan erat dengan calon istri pewaris raksasa bisnis macam Uchiha. Seperti yang Sasori ceritakan, bahkan kedermawanan Uchiha Sasuke terhadap sahabat-sahabatnya membuahkan vila mewah secara cuma-cuma.
"Aku akan membunuh kekasihmu, Sakura-chan!"
.
.
***
.
.
Naruto datang disambut oleh seorang pemuda tampan, Nara Shikamaru. Pemuda itu tampak bersemangat ketika melihat Naruto datang setengah jam sebelum waktunya. Benar yang dikatakan gurunya -Profesor Morino Ibiki bahwa Uzumaki Naruto merupakan sosok yang berintegritas tinggi. Sayang sekali, kedatangan gadis itu hanya untuk menolak tawaran Uchiha Corp. Shikamaru selalu berharap Uchiha Fugaku menggunakan kemampuan negosiasiny saat berbicara dengan Naruto sehingga gadis cantik didepannya ini bisa bergabung diperusahaan Uchiha Corp.
Shikamaru tersenyum dan menyapa. "Terima kasih atas kedatangannya, Uzumaki-san." Ia menjabat tangan Naruto.
"Tentu, sebuah kehormatan bisa diundang oleh CEO Uchiha Corp, Nara-san. Rasanya sulit dipercaya," balas Naruto menuai tawa formal keduanya.
Kedua muda mudi itu berjalan beriringan didepan lobi perusahaan. Berbincang layaknya sepasang rekan yang sudah sangat akrab. Naruto selalu berhasil membuat perbincangan menjadi menyenangkan. Alasan Shikamaru menyukai gadis pintar adalah karena saat diajak berdiskusi maka gadis itu tidak akan kehilangan topik. Perbincangannya selalu berisi. Dan semua itu dimiliki Uzumaki Naruto.
Sementara itu, dibelakang mereka berjalan Uchiha Sasuke dan Hatake Kakashi. Keduanya menyadari keberadaan Naruto dan Shikamaru. Mengabaikan rasa heran karena keberadaan Naruto diperusahaan ayahnya, Sasuke menatap keduanya dengan tatapan cemburu dan marah. Dimatanya Naruto terlalu akrab dengan Shikamaru. Tanpa berfikir panjang, Sasuke menghampiri mereka. Mengabaikan Kakashi yang tengah menjelaskan bahan meeting yang akan dipresentasikan Sasuke Uchiha didepan klien asing dari Amerika.
Kakashi mendesah. Sepertinya mereka takkan kembali ke Tokyo dalam beberapa jam kedepan sebagaimana yang telah dijadwalkan. Kedatangan mereka hanya untuk bertemu klien.
.
.
"Akh!"
Naruto tersentak, tiba-tiba ada seseorang menariknya dan membawanya menuju lift yang arahnya berseberangan.
"Sasuke!"Seru Naruto.
Mata Naruto melebar kaget ketika Sasuke meraih tombol lift dan menutupnya. Mengurung mereka didalam lift. Lift itu sebenarnya cukup luas, tetapi dengan dua orang terkurung didalamnya dan itu adalah Uchiha Sasuke, dimensi liftnya seakan menciut bagi Naruto.
"Apa yang kau lakukan?!"
"Mengurungmu."
"Tapi-"
"Aku merindukanmu, sayang."
"Kau-"
"Dan aku tidak bermaksud menunggu satu detik lebih lama untuk bisa merasakanmu lagi."
Bibir Sasuke seakan lapar dan menuntut begitu menyentuh bibir Naruto. Tidak ada ancang-ancang, tidak ada godaan lembut, tidak ada coba-coba, tidak ada waktu bagi Naruto untuk memproses atau mempersiapkan diri dari serbuan itu. Dalam sekejap, bibir Sasuke sudah berada diatas bibirnya. Panas dan posesif. Provokatif. Membujuk.
Naruto tidak dapat berfikir. Akal sehatnya memisahkan diri dari tubuhnya, meninggalkannya tak berdaya dan pasrah. Rasa, tekstur dan panasnya ciuman itu begitu familier. Menenggelamkan Naruto dalam keputusasaan. Karena Naruto kesulitan untuk menolak ciuman memabukkan itu.
Brengsek!
Naruto tersadar. Gadis pirang itu mendorong sekuat tenaga. Tapi Sasuke seakan tidak mungkin untuk melepaskannya. Sasuke menaikan tangannya untuk meraih pipi Naruto dan mengelusnya. Menatap Naruto yang sedang kepayahan. "Aku sangat merindukanmu. Sangat."
Naruto melepaskan diri dari pelukan Uchiha Sasuke. "Pria sialan!" Naruto mengomel. Setelah hampir satu tahun berpisah, beraninya Sasuke mengurungnya didalam lift dan tanpa kata-kata "Apa kabar, Naruto?" langsung menciumnya seperti yang dilakukannya barusan. "Apa kau tidak pernah tahu apa itu basa-basi?!"
Sasuke tersenyum . "Kau masih marah pada kekasihmu ini, Naru?"
Wajah Naruto memerah karena rasa kesal yang memuncak. "Sudah kukatakan kita berakhir!"
"Dan aku tidak pernah sepakat."
"Aku tidak peduli!"
"Hn."
"Uchiha Sasuke!"
Ting!
Pintu lift terbuka. Beberapa detik setelah pintu terbuka sepenuhnya. Suara lain kembali memanggil sang Uchiha bungsu.
"Sasuke?"
Naruto menoleh, dan tiba-tiba rasanya kiamat menimpanya. Naruto merasa dunianya berputar-putar. Belum sembuh rasa terkejutnya karena kedatangan Uchiha Sasuke yang mendadak dan begitu saja menyerangnya dalam ciuman panas.
Kini..
Namikaze Minato dan Namikaze Kurama berdiri didepan pintu lift. Menjulang dihadapannya.
Wajah Naruto pucat pasi. Begitu juga kedua Namikaze itu.
"Selamat siang, Minato-san, Kurama-san." Sasuke menyapa dengan wajah datar setelah melingkarkan tangannya pada pinggang Naruto yang mendadak terhuyung.
Naruto melihat wajah Minato Namikaze yang terlihat tegang dan menatapnya dengan pandangan yang sangat lembut membuat hatinya berdesir sakit sehingga matanya terasa panas dan hendak menangis. Pandangan lembut itu menyakitinya. Melemahkan pertahanannya. Bagaimanapun Naruto menolak, ia tak bisa menampik fakta bahwa sosok pria berparas tampan didepannya merupakan ayah kandungnya. Ayah kandung yang tak pernah menginginkannya lahir dan hidup. Dan ini adalah kali pertama sepasang ayah dan anak bertemu.
Naruto memang kuat, tapi ia memiliki batasan. Tubuhnya bergetar dan Naruto tidak bisa mengabaikan senyuman tulus yang dilayangkan Minato kepadanya.
Ternyata... Naruto memang tidak pernah siap untuk bertemu dengan sosok didepannya.
'Oh Tuhan! Naruto ada apa denganmu? Anggap saja kau tidak pernah tahu dan mengenal mereka. Kendalikan dirimu, Nar-'
Dering ponsel menyelamatkan Naruto dan Naruto begitu berterima kasih karena Nara Shikamaru meneleponnya.
"Ya, Nara-san?"
"Uzumaki-san.. Anda sudah ditunggu oleh CEO. Saya tunggu anda dilantai dua puluh tujuh."
"Ah.. Baik. Saya akan segera kesana."
Naruto menarik nafas dalam begitu menyadari kini mereka ada dalam satu lift. Rasanya sangat sesak. Begitu ia ingin memencet tombol lantai tujuan, kepalanya mendadak pening. Lantai dua puluh tujuh. Mereka memiliki tujuan yang sama.
"Kau mau kemana, Naru?" tanya Sasuke sementara Minato dan Kurama kini tengah mencuri-curi pandang kearah Naruto. Baik Minato dan Kurama terlihat terpana melihat kecantikkan Naruto, dua laki-laki itu memandang Naruto dengan tatapan yang sulit diartikan. Dan Sasuke yang menyadari itu tak pelak mengeratkan pelukkan sebelah tangannya dipinggang ramping Naruto. Insting posesifnya bekerja.
Naruto berusaha melepaskan tangan Sasuke namun tidak berhasil. Sial! "Ruang CEO." Naruto menjawab singkat dan merasa risih. Namun disisi lain i besyukur. Mungkin, jika Sasuke tidak menopangnya ia sudah rubuh beberapa menit yang lalu.
'Oh tapi dia yang menyeretku sehingga aku harus berada diposisi ini! brengsek!'
Sasuke tampak nyaman dengan rangkulannya.
Pemandangan itu tidak luput dari pandangan Kurama. 'Ada hubungan apa adikku dengan Sasuke Uchiha?' Rasa-rasanya Kurama ingin merengkuh gadis disampingnya kedalam pelukannya, adiknya yang selama belasan tahun ia cari-cari keberadaannya, ia rindukan dan ia cemaskan setiap hari kini berdiri disampingnya. Ada didepan matanya. Seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Kurama tidak menyangka akan bertemu dengan Naruto secepat ini. Oh Tuhan! Kurama benar-benar bahagia melihat Naruto baik-baik saja. Adiknya tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dan terlihat begitu kuat. Kurama berusaha sangat keras untuk tetap berwajah biasa saja ketika matanya bersibobrok langsung dengan mata turunan dari ayahnya. Mata yang persis seperti dirinya. Biru laut. Rasanya Kurama ingin berteriak menyatakan bahwa ia adalah kakaknya. Matanya melirik sang ayah, dan Kurama mendapati kondisi ayahnya tidak jauh berbeda dengan dirinya. Meraka sama-sama sedang menahan diri.
"Ada perlu apa kau dengan ayahku?"
"Ayahmu?"
"Hn."
Double sial.
"Masalah pekerjaaan."
"Ah.. Kita memiliki tujuan yang sama rupanya," ujar Minato ramah. "Kami juga akan menemui ayahmu, Sasuke-kun."
Naruto merasa hari ini adalah hari tersial disepanjang hidupnya.
.
.
Bersambung...
350 Vote untuk Double up atau Up Besok!
Ark balik! Dan bisa ngetik lagi tanpa gangguan deadline atau ngejar ketinggalan matkul.
Thanks buat support dan doanya!
Salam
Ark Istri Sah Uchiha Itachi.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top