Lets Play!


ARK Proudly Present

"HATE AND (To be a) LOVE"

Naruto Belongs to MK

.

.

Warning : Vote and Support SasuFemNaru .

450 ya buat update kilat!

.

.

Eps 26

.

.

Selang beberapa detik setelah Karin berteriak, segerombolan wartawan tiba-tiba masuk keruangan itu. Seluruh kamera berfokus pada Uzumaki Naruto. Raut kejut itu terpampang beberapa saat diwajah Naruto ketika para jurnalis dari pertelevisian komersil dan nasional Jepang secara bersamaan memberikan kilat lampu menyala dari kamera yang mereka bawa.

Naruto menatap Karin dengan wajah tidak terdefinisikan karena harus menahan amarah sementara wajahnya harus tetap tenang dan terkendali.

'Semuanya sudah terencanakan. Dia menyusun skenario dari jauh-jauh hari,' batin Naruto menyimpulkan. Naruto menarik nafas. 'Sayangnya, dia terlalu percaya diri,' lanjutnya dingin.

Naruto berjalan kearah Karin dengan tenang, sementara Namikaze itu tengah sibuk memberikan drama murahan yang menyakitkan telinga.

"Naru-chan," panggil Sakura merasa khawatir. Sayangnya, Kurenai tidak mengizinkan Sakura untuk ikut campur lebih jauh. Manajernya menghentikan aksi heroik yang akan dilakukan mahasiswa kedokteran itu. Naruto memberikan senyum terlampau menenangkan kearah Sakura dan Kurenai. Sehingga Kurenai percaya bahwa Naruto tidak membutuhkan pembelaan apapun.

Naruto berdiri didepan Karin yang kini sibuk mendalami perannya sebagai korban. Sekuat tenaga, Naruto menahan diri untuk tidak berteriak. "PENGHAYATAN YANG BAGUS, NONA!"

Para wartawan yang sepertinya sudah diberikan sogokan puluhan lembar uang nampak terlihat natural saat meliput bagaimana Karin menangis dan menjawab seluruh pertanyaan para jurnalis dengan terlalu lancar.

"Saya tidak tahu bahwa dendam masalalu akan berakhir seperti ini. Saya tidak menyangka jika Uzumaki-san membawa urusan yang lalu kedalam dunia kerja. Saya sudah berusaha seprofesional mungkin kepada Uzumaki-san. Padahal secara akal sehat, seharusnya saya yang membalas kejahatannya. Saya adalah korban."

'Akal sehat, huh?' Naruto tertawa dalam hati.

Karin benar-benar telah menyusun rencana dengan masif, terstruktur dan sistematis sejak awal; sejak Naruto menginjakkan kakinya di rumah mode milik Karin ini. Sehingga, seluruh model bahkan para jurnalis itu tergiring pada bualan yang disusun rapi oleh Karin. Naruto harus memberi apresiasi pada Karin untuk kegigihannya dalam membuat film murahan yang sudah Naruto duga hasil akhirnya. Naruto tersenyum tipis saat seorang jurnalis bertanya dengan suara lantang. Terpancing oleh argumen sesat Karin.

"Jadi sebelumnya anda dan Uzumaki-san memiliki cerita kurang baik dimasa lalu. Jika anda tidak keberatan hubungan seperti apa? Sepertinya sangat merugikan untuk anda."

'Aku tidak pernah mengira bahwa kebodohan seperti ini bisa dilakukan seorang Namikaze Karin. Kenapa dia dengan senang hati membuat hidupnya jauh lebih menyedihkan daripada sampah? Dia memberi daging segar pada singa kelaparan. Kau membuat semua jalanku jauh lebih mudah Karin,' batin Naruto menilai. Bersikap terlalu tenang untuk situasi yang panas itu.

Karin menjawab dengan suara yang terlalu mendramatisir.

"Saya pernah bertunangan dengan seseorang. Hubungan kami terjalin baik selama dua tahun, namun secara tiba-tiba tunanganku memutuskan hubungan kami. Padahal jelas-jelas kami adalah pasangan harmonis tanpa masalah. Kami saling mencintai. Apakah salah, jika dulu saya marah pada Uzumaki-san hingga kami bertengkar? Wajar bukan jika saya berfikir hubungan pertunangan hancur karena pihak ketiga? Ketika dari pengakuannya Uzumaki-san sendiri, memperkenalkan bahwa dia kekasih tunanganku saat itu."

Semua orang memandang Karin prihatin. Seaakan ikut merasakan penderitaan Karin.

"Uzumaki itu memang tidak tahu diri," suara seorang model berkomentar.

Yang lainnya menyahut. "Ternyata bukan hanya Toneri-san dan Utakata-san yang menjadi korbannya. Dia memang jalang sejati."

Koyuki menyiram bensin diatas api, menanggapi komentar pedas dua model itu. "Seharusnya Uzumaki berterima kasih karena Karin-san bersikap profesional dengan memakainya sebagai model baju rancangan Karin-san yang luar biasa. Tapi memang sifat buruk sulit dihilangkan, dia berencana menghancurkan peragaan milik Karin-san." Koyuki merasa senang, dia sangat tidak menyukai Uzumaki Naruto.

Banyak pasang mata secara serentak memandang Naruto penuh penghakiman. Cibiran yang tak tertutupi dan penghinaan yang jelas. Memandang Naruto penuh kebencian.

Karin menyeringai dalam hati dan tertawa begitu puas melihat hasil yang dia lihat ternyata sesuai dengan harapannya. Mempermalukan Uzumaki Naruto dan memperlihatkan wajah asli jalang sialan itu. 'Mati kau sialan!'

Naruto diserang. Disemua sudut. Anehnya, Naruto merasa senang luar biasa. Gadis itu mengernyit, 'Apa aku termasuk golongan masokis?' Pikirnya salah fokus.

Dan dalam hitungan detik, Naruto sudah dikerumuni oleh para wartawan. Memberikannya berbagai pertanyaan memojokan. Naruto merasa sesak dan pusing karenanya. Namun dengan kepiawaiannya dalam membaca situasi, Naruto sudah sedari tadi menyiapkan mental untuk kondisi memuakkan ini.

Akhirnya Naruto bersuara dengan nada terkendali dan cukup keras karena harus membuat mulut para jurnalis yang tidak berhenti mendesaknya bungkam. Naruto tersenyum kearah Sakura yang terlihat sangat khawatir disebrangnya. Naruto memberikan kode untuk Sakura agar tidak terlibat.

"Saya minta maaf untuk situasi yang tidak nyaman dan tidak menyenangkan ini. Namun, saya benar-benar tidak berniat seperti yang dituduhkan kepada saya. Saya tidak merasa telah merusak gaun milik Karin-san, tetapi jika memang perlu perbaikan dari gaun tersebut saya bisa memperbaikinya."

"Jangan bercanda, Uzumaki-san!" Karin menyelonong masuk kedalam kerumunan dan menyanggah Naruto. "Peragaan saya akan berlangsung tiga hari dari sekarang. Dan anda bilang bisa memperbaikinya sendiri? Apakah anda sedang merendahkan rancangan saya?"

Suasana semakin heboh.

Naruto tetap tenang. Bersorak dalam hati karena Karin tidak menyadari bahwa gadis itu telah masuk pada jebakan kata-katanya. 'Mana mungkin aku bercanda! Gaun itu rancanganku sendiri!' jerit Naruto dalam hati, tertahan.

"Saya tidak mungkin bercanda, Karin-san. Saya bisa memperbaikinya."

Karin terlalu cepat bereaksi karena seluruh nadi tubuhnya diliputi emosi. "Anda benar-benar menghina saya, Uzumaki-san. Gaun milik saya bukan rancangan amatir!"

Naruto mengangguk. "Mohon maaf jika saya telah menyinggung dan saya sama sekali menghina rancangan anda yang luar biasa. Tapi, saya juga sudah terbiasa merancang. Dan –."

Karin memotong perkataan Naruto. "Anda menganggap saya bodoh? Saya tidak pernah mendengar namamu di rumah mode manapun!"

Naruto menarik nafas untuk menambah jumlah kesabarannya. Karin benar-benar juara dalam memprovokasi situasi hingga beberapa jurnalis wanita mulai menyerang Naruto termasuk semakin mendesak Naruto dengan pertanyaan kurang ajar yang sudah menjurus terlalu pribadi. Memaksa Naruto untuk mengakui bahwa ia telah berbohong. Naruto tahu bahwa sebanyak apapun ia membela diri mereka tidak akan mempercayainya.

"Saya memang tidak menggunakan nama asli saya dalam rancangan saya selama ini. Namun, saya yakin apapun yang saya katakan saat ini tidak akan mudah diterima terlebih saya tidak membawa bukti apapun," Naruto berhenti hanya untuk melihat pada kamera yang menyorotnya, memberikan tatapan teguh penuh keyakinan dan tanpa gentar sedikitpun. Lalu melanjutkan, "dalam waktu dekat, saya akan melakukan konfrensi pers dengan salah satu perancang idola saya. Rencananya saya memiliki kolaborasi bersamanya untuk musim tahun depan."

Naruto berjalan lebih dekat pada Karin, menatap datar Karin yang tengah mengepalkan tangannya kesal. Sejurus kemudian tubuh Naruto membungkuk memberikan sikap meminta maaf. Karin menegang, sementara lampu kilat kamera memotret Naruto.

Tidak! Tidak! Ini diluar ekspektasinya. Seharusnya Uzumaki Naruto mengamuk dan lebih mempermalukan dirinya!

"Saya minta maaf atas kesalahfahaman yang terjadi dimasa lalu, Karin-san." Naruto berkata demikian setelah ia kembali berdiri tegak. Dengan senyuman formal Naruto menatap Karin yang terdiam kaget melihat sikap tiba-tibanya. "Sekali lagi saya meminta maaf," katanya sebelum bergumam dalam hati. 'Ya, karena setelah ini aku tidak akan menahan diri lagi.' Permintaan maaf itu bukan untuk sesuatu yang benar-benar keluar dari mulutnya. Tapi untuk deklarasi bahwa keadilan untuk dirinya, ibunya bahkan untuk ayah dan kakaknya dimulai pada detik itu. Hati Naruto bergemuruh hebat mengingat kilas balik kehidupan dimasa lalunya yang menderita, dan semua itu bersumber dari Karin dan Ibunya.

"Biar saya tegaskan satu hal. Dimasa lalu, saya tidak pernah melakukan apa yang telah Karin-san tuduhkan. Namun, saya juga yakin apapun yang akan saya katakan untuk pembelaan diri saya, tidak akan membuat anda semua percaya. Terlebih.. Saya memang tidak memiliki bukti apapun."

Naruto tersenyum kembali. Melihat wajah merah Karin yang berusaha mengendalikan emosinya adalah sesuatu yang sangat menghibur. "Saya tidak ingin nama baik saya menjadi buruk dimata publik karena sesuatu yang bersumber dari kesalahfahaman ini. Apalagi saya tidak ingin membuat orang-orang yang menyayangi saya terkena imbas dari gosip yang tidak sedap mengenai saya." Mata Naruto memberikan tatapan teduh kearah Sakura dan Kurenai yang memberikanya tatapan cemas.

Naruto kembali pada para jurnalis itu. "Maka dari itu, alangkah baiknya memang kesalahfahaman ini dijelaskan langsung oleh sumbernya, yaitu Uchiha Sasuke." Begitu nama Uchiha Sasuke dibawa-bawa, suasana langsung riuh. Diujung lain Karin semakin terlihat sangat murka karena ia tidak menyangka bahwa Naruto berani membawa nama-nama Sasuke.

"Apa hubungan semua ini dengan Uchiha Sasuke, Uzumaki-san?"

Lets play, Bitch! "Uchiha Sasuke adalah mantan tunangan dari Karin-san. Satu tahun lalu memang saya perah menjalin hubungan romantis dengan Uchiha Sasuke sebelum saya mengakhirinya karena memang ternyata ia telah memiliki seorang tunangan. Namun, saat ini kami menjalin kambali hubungan itu karena saya tahu bahwa Sasuke sudah tidak terikat dengan wanita manapun."

"Tapi, pertunanganku memang berakhir karenamu, Uzumaki! Kau tidak lebih dari jalang miskin sebatang kara!" Karin menampar Naruto dan itu semua tidak luput dari sorot kamera. "Lihatkan! Dia mengakuinya. Bahkan sampai saat ini dia menjalin hubungan itu!"

Seorang wanita yang membawa mikrofon mengajukan pertanyaan. "Bukankah saat ini Sasuke-san sedang dekat dengan Koyuki-san?"

Karin terlalu cepat menjawab. "Bohong! Semua itu hanya omong kosong! Baik gosip Koyuki-Sasuke ataupun dia dengan Toneri itu hanya omong kosong!"

Disisi lain, wajah Koyuki sudah pucat pasi. Model lain melirik illfeel kearah gadis itu. Topeng kebohongan Koyuki terkuak. Padahal beberapa saat lalu menyombongkan diri dengan Uchiha Sasuke. Koyuki segera pergi dari ruangan itu. Pergi membawa rasa malu dan harga diri yang sudah hancur. Dan merutuk bahwa kemungkinan besar seluruh tawaran iklan akan ditarik para produser.

Namun sepertinya Naruto justru sangat senang mendapat reaksi Karin seperti itu. Karin benar-benar terperosok kedalam jebakannya. Gadis itu nampaknya tidak menyadari bahwa situasi mulai berubah. Naruto berhasil membalik keadaan dan menyerang dengan taktik dan giringan halus dan lincah. Tamparannya memang sakit tapi masa bodoh. Dia puas. Terlebih Naruto tidak harus melakukan konfirmasi apapun mengenai gosip yang selalu membuat kekasihnya hilang kendali. "Maaf Karin-san, biar saya perjelas semuanya.. Sasuke mengatakan bahwa hubungan anda dan dia tak lebih dari perjodohan dan bisnis. Bukan semata-mata karena perasaan romantis. Saya sudah mendapat penjelasan dari Paman Fugaku dan Bibi Mikoto mengapa kalian berpisah. Anda bisa meminta klarifikasi langsung. Atau jika anda memerlukan, silahkan cari tahu informasi dari Namikaze Minato-san selaku ayah dari Karin-san untuk memperjelas kesalahfahaman ini. Saya tidak melakukan perbuatan serendah itu dengan menghancurkan hubungan dua orang saling mencintai." Naruto berhenti sebentar sebelum membuat wajah Karin semakin pucat pasi. "Saya juga bukan sebatangkara. Saya memiliki seorang ayah dan kakak laki-laki yang masih hidup. Seharusnya anda tahu itu bukan, Karin-san?"

Naruto menatap dingin Karin lalu melangkah untuk pergi dari ruangan itu. "Saya rasa cukup penjelasan ini. Karena ini semua sudah diluar jalur yang seharusnya. Kembali pada profesionalisme, saya akan bertanggung jawab untuk gaun milik Karin-san yang rusak."

Karin terlalu shock untuk mencerna situasi sehingga kebodohan lainnya ia lakukan. "Tidak perlu! Aku memecatmu jadi model baju rancanganku! Keluar dari rumah modeku, gadis tidak tahu diri!"

Orang-orang berbalik menatap Karin mencibir. Namun tidak satupun yang berani melakukannya secara langsung. Para model membutuhkan Karin sebagai perancang dan para jurnalis telah dibayar dengan mahal. Namun semua orang tahu bahwa Karin tidak lebih dari wanita menyedihkan yang memiliki cinta bertepuk sebelah tangan dan berusaha menyalahkan Uzumaki Naruto. Dan gagal move on.

Naruto berhenti dan berbalik dan menjawab. "Baik dan terima kasih sebelumnya. Mari kita bertemu dikesempatan lainnya sebagai sesama perancang, Karin-san."

Lalu entah datang dari mana, Juugo tiba-tiba hadir disana dengan beberapa bodyguard milik Uchiha lainnya. Memberikan brikade dan melindungi Naruto dari serbuan para jurnalis yang masih kehausan informasi yang menghebohkan itu.

Demi Tuhan! Berita luar biasa ini bisa menjadi pundi-pundi uang mereka yang tak terhitung.

Untuk terakhir kali, Naruto melirik kearah Karin dan kemudian menyeringai kepadanya. Karin mengamuk. Dan begitu tersadar dengan kondisinya sekarang, Karin menangis. Harga dirinya telah dihancurkan. Karin dipecundangi habis-habisan.

.

.

***

.

.

"Jadi, aku tinggal disini untuk sementara," gumam Naruto berbisik.

Naruto meletakan koper berukuran besar disamping ranjang king size berwarna gelap. Duduk ditepi ranjang dan mengamati ruangan baru yang masih asing dimatanya. Berkerliling dan berdecak kagum dalam benaknya.

Mansion pribadi Uchiha Sasuke memang mencengangkan.

"Kau terinspirasi dari rumah pribadi Mukesh Ambadi?"

Sasuke berjalan kearah Naruto dan memberikan satu botol minuman jeruk. "Kau tahu?"

"Ini hebat," puji Naruto. "Tentu, India merupakan negara yang terhitung memiliki tingkat kesejahteraan yang rendah. Jadi, kesenjangan sosial yang dilakukan oleh konglomerat nomor satu disana cukup mencolok ketika rumah megahnya didirikan. Tapi, kurasa milikmu lebih mewah lagi."

Sasuke tersenyum jumawa mendengar pujian kekasihnya. "Hn. Aku senang kau menyukainya. Rumah ini akan jadi milikmu juga."

Naruto tersedak minumannya.

Bagaimana tidak? Rumah Sasuke ini sudah mirip dengan gedung pencakar langit dengan ketinggian 65 tingkat, atap ruangan yang masing-masing berfungsi sebagai ruangan bersalju, satu tempat parkir helikopter pribadi, home teater, ballroom, kolam renang dan jacuzzi super mewah, ruang spa dan fitnes, taman layang, carport yang sudah menyerupai showroom karena diisi oleh berbagai jenis mobil mewah milik kekasihnya dan tentu ruangan-ruangan lainnya yang belum sempat Naruto jelajahi karena telalu banyak.

"Kenapa kau terlihat terkejut?" tanya Sasuke menggoda seraya duduk disamping kekasihnya. "Kita akan membangun keluarga disini. Aku sudah menyiapkan dua puluh kamar dan berbagai fasilitas keluarga kecil lainnya."

Naruto benar-benar kehabisa kata-kata. "Ya Tuhan.. Kau sudah memikirkan semua itu?"

Sasuke mengedikkan bahu. "Well, sebelumnya aku berencana rumah ini hanya untuk aku pamerkan pada semua orang," jelas Sasuke terdengar sangat menyebalkan ditelinga Naruto. "Tapi setelah bertemu denganmu, aku berubah pikiran. Aku merenovasi dibeberapa bagian. Aku menambahkan tempat bermain anak dan lainnya."

Naruto menatap Sasuke dalam perhatian penuh. Tersenyum manis. "Aku tidak tahu bahwa diam-diam playboy brengsek sepertimu memiliki sisi manis dan romantis seperti ini." Naruto terkekeh saat Sasuke memberikan tatapan mautnya karena panggilan yang Naruto sebutkan tadi.

"Aku sudah berubah, Dobe."

Naruto tertawa. "Aku tahu." Gadis itu selalu menyukai sisi menggemaskan Uchiha Sasuke yang seperti itu, merajuk dan benar-benar tidak berdaya. Entah kenapa terdapat kepuasan sendiri baginya. Mungkin karena ego Naruto tidak kalah tinggi dari kekasihnya.

Sasuke merebahkan diri diatas ranjang, Naruto mengikutinya. Gadis pirang itu menoleh kearah sang kekasih saat Sasuke kembali berbicara. "Sebelum bertemu denganmu, aku tidak pernah terfikir menginginkan seorang bayi dari darah dagingku. Setiap melihat wanita manapun, entah kenapa aku merasa tidak menginginkan itu. Tidak terbayangkan."

Itu informasi baru untuk Naruto dan medengarnya membuat Naruto mengangkasa, sangat bahagia dan mendebarkan.

"Aku sangat menghargainya, Sasuke. Anakku pasti bangga memiliki ayah hebat sepertimu."

Sasuke berbalik kearah sang kekasih dan bertanya. "Kau hamil?"

Naruto memukul lengan Sasuke, cukup keras. "Jangan bercanda, Teme! Kau selalu merusak suasana!" Padahal momen dimana melihat Uchiha Sasuke berbicara mengenai masa depannya yang manis itu hampir mustahil Naruto bayangkan. "Aku selalu minum pil pencegah kehamilan."

Sasuke mendengus kesal. Diam-diam ia merencanakan sesuatu. Pemuda Uchiha itu menyeringai.

Mata Naruto memincing melihat ekspresi kekasihnya yang terlihat ganjil. "Jangan macam-macam, Teme! Aku belum lulus kuliah. Rumah modeku belum berdiri dan urusanku dengan mereka belum selesai!" Naruto merubah posisinya menjadi duduk.

Sasuke mengernyit. "Kenapa aku merasa seperti sudah ditolak sebelum melamarmu, Dobe?"

Bibir Naruto mengerucut sebal. "Aku tahu yang kau pikirkan, Teme!"

Mengerang kesal akhirnya Sasuke bertanya. "Jadi kapan semuanya selesai? Ayah memintaku untuk cepat-cepat melamarmu pada Paman Minato. Ayah ingin segera pensiun."

"Bahkan hubungan dengan ayahku belum membaik dan kalian sudah merencanakan pertunangan?"

Sasuke mengedikan bahu. "Seluruh dunia harus tahu kau adalah milikku, Naru. Aku tidak menyukai bagaimana mereka memujamu didepan mataku. Sialan, aku ingin membunuh para bajingan keparat itu." Yang dimaksud Sasuke adalah para fans Naruto yang tiba-tiba membludak.

Sisi posesif Sasuke kadang-kadang menjadi sangat menyebalkan. "Aku baru saja memulai permainan pembalasan ini, Sasuke. Bahkan belum sampai satu hari kau sudah bertanya kapan ini selesai?"

Naruto memang baru memulainya. Apa yang dilakukannya tadi memang diluar perkiraan, namun seakan alam mendukung rencananya, Karin malah membuat kesalahan sembrono yang membuat langkah Naruto menjadi terlalu mudah. Konfrensi pers Naruto dan Kaguya yang dilakukannya tadi akan ditayangkan besok pagi. Kaguya mengajak Naruto untuk berkolaborasi dalam peragaan musim depan dan disanalah BOM akan meledak menghancurkan Karin.

"Aku hanya tidak ingin melihatmu jauh lebih terluka lagi, Naruto. Tidak ada yang boleh menyakitimu. Menyentuhmu." Sasuke membelai pipi kiri Naruto yang terkena tamparan Karin. "Aku seperti gagal melindungimu, sayang."

Naruto tersenyum lembut. "Jangan khawatir, aku tidak apa-apa." Tangan mungil Naruto memegang jari-jari tangan Sasuke. Gadis itu mengingat kejadian saat Naruto keluar dari rumah mode Karin dan segera masuk kedalam mobil Sasuke yang sudah menunggu. Saat itu, wajah Sasuke sangat mengerikan dan hampir saja akan membuat kekacauan dirumah mode Karin kalau Naruto tidak mencegahnya. Naruto bahkan tidak perlu merasa heran darimana Sasuke tahu detail kejadian yang menimpa Naruto ketika Juugo saja tiba-tiba datang menyelamatkannya. Tentu itu atas perintah sang bos besar, Uchiha Sasuke.

Sasuke menangkup tengkuk Naruto dengan sebelah tangannya. "Sudah seharian ini aku mendambkanmu." Ia lalu menarik Naruto mendekat dengan pelan, satu senti meter demi satu sentimeter. "Aku sudah tidak sabar lagi. Kau selalu menunda ini dari kemarin."

"Tunggu sebentar," ujar Naruto menahan dada Sasuke. Ponselnya beberapa kali bergetar. "Berikan kesempatan padaku untuk membalas email ini," pintanya dengan nada memohon saat sang Uchiha nampak tidak terima. "Hanya sebentar."

Naruto membaca email yang datang dari Karin. Kemudian terkekeh senang melihat balasan Karin karena Kitsune tiba-tiba tidak akan pernah mengirim Karin sketsa lagi. Berhenti menjual sketsa pada Karin. Namikaze Karin pasti sedang ketar ketir dan frustasi, karena gadis itu mengirim pesan berantai untuk menanyakan alasan kenapa Kitsune berhenti, bahkan Karin menawarkan harga ratusan juta yen untuknya. Naruto mendengus. Lalu membalas.

Selamat malam, Karin-san.

Anda akan tahu alasan kenapa saya berhenti besok pagi. Jangan lewatkan berita fashion di saluran YYY.

Selamat Tinggal.

Kitsune.

Setelah Naruto menekan tombol send dan berhasil mengirim pesan tiba-tiba ponselnya direbut Sasuke dan melemparkan ponsel Naruto dengan tidak berperasaan entah kemana karena hanya terdengar suara 'brak' yang cukup mengerikan.

"Brengsek! Apa yang kau lakukan pada ponselku?!" jerit Naruto kesal.

Sasuke mengurung Naruto dibawah tubuhnya. "Aku akan menggantinya sepuluh kali lebih banyak," desis Sasuke karena tidak terima Naruto lebih memilih ponselnya daripada dirinya. "Sudah aku bilang aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi, sayang." Aura dominasi Sasuke memang luar biasa. Membuat Naruto tidak berkutik. Apalagi tatapan oniks hitamnya menenggelamkan Naruto dalam kubangan bayangan erotis.

Sasuke menunduk dan mendapati bibir Naruto merekah, menantikan ciumannya. Saat ibu jarinya yang lembut membelai sepanjang rahang Naruto, lidahnya dengan santai menjelajahi rongga mulut gadisnya. Membuai. Mendesak. Dan membangkitkan reaksi menggiurkan disetiap bagian tubuh Naruto dan erangan lirih terlontar dari bibirnya.

Sasuke menjauhkan tubuhnya sedikit untuk menyesap bibir Naruto. Kemudian lidahnya menyusup untuk menguasai mulut gadis cantik itu sekali lagi dengan kebuasan yang semakin meningkat dan membuatnya terangsang hebat. Lengan Sasuke melingkar ditubuh Naruto bagaikan rantai baja. Sasuke merapatkan tubuhnya ketubuh Naruto bagaikan keping puzzle, menyurukkan bukti gairahnya yang sudah beberapa hari Sasuke tahan sendirian diseluruh lekuk tubuh Naruto yang begitu Sasuke dampa setiap incinya. Tangan pria itu menyelinap kedalam rok dalamnya, menekan, mengangkat dan memijat.

"Sasuke.." Naruto terkesiap pelan.

Sedetik kemudian Sasuke sudah melucuti ikat pinggang pada rok Naruto dan membaringkan Naruto ketempat tidur dengan posisi yang lebih baik dari sebelumnya. Ia membuka paksa kemejanya. Naruto Cuma sekilas melihat dada menakjubkan Sasuke karena pria itu sudah menurunkan tubuhnya diatas gadis itu untuk ciuman yng berapi-api yang membutuhkan seluruh perhatian Naruto. Sasuke sudah kehilangan kendali dirinya. Sisi buasnya tampak dan tidak dapat dihentikan.

Sasuke menyelipkan sebelah tangannya kebalik atasan Naruto, dengan gerak sangat teburu-buru dan menangkup payudara gadisnya dan meremasnya gemas. Naruto melengkungkan tubuhnya dan memanggil nama Sasuke disetiap rintihannya.

"Sayang," bisik Sasuke terengah. Memandang tubuh polos Naruto yang dipenuhi bercak merah hasil karyanya sendiri. "Kau sangat cantik," pujinya merasa bangga.

Naruto tidak membalas. Hanya memandang Sasuke dengan tatapan sayunya yang menggoda. Sasuke menggeram. "Jangan salahkan aku jika malam ini aku tidak bisa berhenti, Naruto."

Dan Naruto mengerang.

.

.

Bersambung..

.

.

Ya Tuhan! Aku mesum. :((

Ark mengucapkan banyak terima kasih bagi temen-temen yang selalu setia menunggu. 'maaf belum bisa banyak dan panjang. Karena tanganku masih belum sembuh, masih sering mengelurkan darah. Tapi nanahnya udah gak ada. Ewwh... Ini agak gimana gitu.

See u next chap!

Dikebut Vote komennya ya biar bisa update kilat. Ahahah...

Salam

Istri Sah Itachi yang lagi sayang-sayangnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top