Familly and The Truth

ARK Proudly Present

"HATE AND (To be a) LOVE"

Naruto Belongs to MK

.

.

Warning : Vote and Support SasuFemNaru .

.

.

Eps 19

Happy Reading

.

.

Suasana makan malam yang sangat asing bagi Naruto. Formasi lengkap keluarga Uchiha yang terdiri dari komponen ayah, ibu dan dua orang anak laki-laki menjadi pemandangan yang membuatnya terasing. Bukan karena perlakukan buruk. Demi Tuhan, bagi Naruto keluarga Uchiha adalah familly goals versi Uzumaki Naruto. Sayangnya, bagi Naruto yang seumur-umur tidak pernah merasakan bagaimana makan malam dengan keluarga 'utuh' situasi sekarang membuatnya sedikit minder. Ada perasaan tidak pantas. Pikiran negatif dan tidak percaya dirinya berteriak bahwa tidak seharusnya Uzumaki Naruto seorang anak sebatang kara yang dibuang oleh ayahnya, bergabung dikeluarga yang hangat dan harmonis ini.

Menyedihkan. Seumur hidupnya Naruto selalu membayangkan suasana hangat seperti makan malam ini. Bersama Ibunya dan ayahnya yang akan bertanya seputar kabar dan aktifitas kesehariannya, seperti yang dilakukan oleh Mikoto dan Fugaku kepada kedua putra kebanggaannya. Hati Naruto tercubit dan hancur, manakala tersadar bahwa angannya mustahil terjadi. Uzumaki Kushina sudah tiada dan Namikaze Minato mungkin saja sedang bercengkrama dimeja makan bersama istri dan kedua anaknya yang lain. Ironi sekali.

Naruto sampai terbengong-bengong saat seorang chef telah menghidangkan Edomae Sushi. Salah satu makanan dambaan Naruto karena harganya yang sangat mahal dan hanya chef dengan predikat tiga bintang, dimana kemampuan tersebut menunjukkan betapa kualitasnya telah diakui ditingkat dunia yang dapat menyajikannya dengan sempurna. Makanan yang dikatakan ibunya sangat legendaris yang dulu bahkan tidak berani ia bayangkan dapat ia cicipi bersama ibunya. Harga satu porsinya mungkin bisa untuk menyewa apartemen butut mereka selama satu tahun penuh. Seperti namanya, Edomae dibuat dengan metode klasik zaman Edo. Bukan hanya metodenya, bahannya pun diimpor dari China, Kanada dan Selandi baru. Dan kini makanan mewah itu tersaji didepannya dengan apik.

Naruto menelan salivanya.

Gadis itu tidak menyadari bahwa mata birunya telah mengeluarkan bulir air mata. Sebuah tangis kesedihan atas pupusnya mimpi sederhana miliknya. Makan malam hangat bersama Ibu dan ayahnya, dengan menu makanan Edomae Sushi.

"Naru, ada apa?"

Suara lembut penuh keibuan Mikoto menyentak Naruto. Tersadar menjadi perhatian, Naruto cepat-cepat menghapus air matanya yang kurang ajar telah keluar tanpa kontrol. "Maaf," cicitnya seraya tersenyum kaku.

Wajah Naruto memerah begitu menyadari seluruh oniks milik Uchiha tertuju kearahnya memberi atensi penuh.

"Ada yang salah?" tanya Mikoto kembali.

Naruto buru-buru menggeleng dan berucap setelah tersenyum formal. "Maaf atas ketidaknyamanannya. Saya tiba-tiba teringat ibu saya. Edomae Sushi merupakan makanan kesukaannya dan..dan ya saya begitu merindukannya.." Naruto ternyata tidak bisa menahan dirinya lebih jauh. Segala sesuatu yang menyangkut kenangan bersama ibunya memang membuatnya cengeng.

Sasuke menggeser kursinya agar lebih dekat dengan Naruto dan cepat-cepat menggenggam tangan wanitanya dengan lembut, mengeratkan dengan tangan besarnya -penuh perlindungan. Tanpa kata, namun yang dilakukan Sasuke cukup sukses membuat Naruto jauh lebih tenang. Lain halnya dengan para Uchiha yang begitu terkejut melihat sikap lembut Sang Bungsu Uchiha yang baru kali ini terlihat.

Itachi dan Fugaku saling melirik, menyembunyikan ekspresi terkejutnya dengan wajah datar khas Uchiha. Saling melempar kode, setelahnya tersenyum tipis. Sepakat bahwa Uzumaki Naruto memang luar biasa. Gadis mungil itu telah berhasil membuat seorang superior Uchiha Sasuke bertekuk lutut.

Mikoto tersenyum teduh. "Ba-san memang sengaja memilih menu ini untukmu, Naru-chan. Ibumu memang selalu memesannya saat dulu kami mengunjungi restoran favoritnya. Dan kurasa kau akan menyukainya."

Naruto terpekur sebentar. "Terima kasih." Naruto tersenyum sangat tulus sebagai apresiasi. Lalu melanjutkan, "Ibu tidak pernah menceritakannya. Kalau Ba-san tidak keberatan, bolehkah saya mengetahui cerita nostalgia persahabatan yang manis itu? Saya sangat merindukan ibu."

Mikoto menyahut dengan antusias. "Tentu. Kau harus mendengarkan ceritanya. Ada beberapa hal yang juga ingin Ba-san sampaikan mengenai ibumu."

Wajah Naruto berubah sumringah dan menggangguk. "Terima kasih."

Selanjutnya, makan malam di kediaman Uchiha itu diisi dengan kesunyian. Kesunyian yang menyenangkan. Karena bagi Naruto yang selama hidupnya penuh dengan kepahitan, untuk pertama kalinya merasa diterima. Setelah seragkaian penghinaan yang selalu ditujukan kepadanya selama ini. Naruto tersenyum tulus, ia tidak mengira bahwa Uchiha Sasuke bukan hanya berhasil membuatnya jatuh cinta kembali, tapi pria itu juga telah sukses membuat Uzumaki Naruto jatuh cinta pada keluarganya. Keluarga Uchiha.

'Kalau begini, mana bisa aku berpaling?'

Seorang chef menghidangkan hidangan penutup berupa yubari king melon. Raja dari jenis buah melon di Jepang. Harganya bisa setara dengan dua puluh kilogram emas. Naruto hampir tersedak minumanya saat melihat buah itu tersaji. Bahkan saat memakannya, Naruto hampir menangis karena tidak tega. Dasar Uchiha dan kekayaannya yang sialan!

Hampir menyelesaikan makan malam, Sasuke membuka percakapan. "Aniki, setelah ini aku ingin berbicara denganmu."

Itachi menaikan sebelah alisnya menampakan ekspresi bertanya walaupun tidak kentara. Sasuke kembali berkata. "Aku butuh bantuanmu."

Sang sulung Uchiha menyeringai."Untuk sesi curhat selanjutnya? Kenapa? Bukankah Naru-chan sudah disini?" tanyanya menggoda sehingga membuat sang adik melotot kesal.

Berani sekali Itachi berkata seperti itu didepan Naruto. Demi Tuhan! Didepan Naruto.

Kerlingan jahil tercetak diwajah Itachi tertangkap jelas oleh Naruto membuat gadis itu begitu penasaran. "Sasuke curhat? Tentangku?" Tanyanya tidak percaya.

Wajah Sasuke sudah sepucat kapas. Memberikan tatapan mengancam pada Itachi. Sang Uchiha sulung menahan tawanya. "Jangan macam-macam!" Seru Sasuke dengan nada datar namun sayang sekali Naruto menangkap nada panik didalamnya.

"Itachi-san? Apakah saya melewatkan sesuatu?" tanya Naruto semakin penasaran.

Itachi memasang wajah dilema, tentu saja hanya pura-pura. Karena jelas Itachi tengah menjahili adiknya yang super kaku itu. Kapan lagi Itachi melihat Sasuke kalang kabut? "Ah.. Bagaimana ini? sepertinya Sasuke tidak ingin aku menceritakan semua itu padamu, Naru-chan."

Itachi memang jauh lebih ramah dan hangat daripada Uchiha Sasuke. Oleh karenanya, dalam waktu singkat sebelum mereka makan malam, dokter pemilik rumah sakit Konoha itu mampu menjalin keakraban dengan Naruto. Sehingga, Naruto tidak merasa canggung.

"Aku akan membunuhmu jika kau bicara omong kosong, Aniki!"

Naruto mengabaikan Sasuke dan berkata pada Itachi. "Astaga! Kumohon ceritakanlah!" tatapan memohon Naruto yang begitu imut membuat seluruh anggota Uchiha itu gemas.

Pada akhirnya Fugaku membuka suara dengan nada datar. "Sasuke merengek pada Itachi untuk membantunya mengurus masalah percintaan. Kau hebat sekali, bisa membuat Sasuke bertingkah menggelikan seperti itu, Naruto."

Sasuke melempar tatapan paling horor pada ayahnya. Tidak sangka bahwa ayahnya tega mengeluarkan kalimat hina itu untuknya.

Mata Naruto melotot tidak percaya. "Benarkah Sasuke?" tanyanya seraya menatap wajah merah Sasuke.

"Hn," Fugaku bergumam seraya menyeringai. Itu untuk hukuman karena sudah menunda masa pensiunku, batin Fugaku penuh dendam kepada anak kandungnya sendiri.

Sasuke memalingkan wajah dan mengumpat dalam hati. Sejak kapan ayahnya bisa seperti itu? Menjatuhkan Uchiha Sasuke? Cucu kebanggan Uchiha Madara dan anak kebanggaan Uchiha Fugaku sendiri?

Hilang sudah harga diri Uchiha Sasuke.

Itachi terbahak-bahak. Mikoto menahan tawa yang hampir meledak dengan cara menutup mulutnya dengan sebelah tangan yang digerakan secara anggun.

"Ya Tuhan! Kau menggemaskan sekali, Sasuke!" Seru Naruto kepada Sasuke.

Pada akhirnya semuanya mentertawakan Uchiha Sasuke. Para maid yang menyaksikan bagaimana suasana dimeja makan seperti melihat petir disiang bolong. Karena sepanjang mereka bekerja di mansion Uchiha, tidak pernah terjadi suasana hangat seperti saat ini. Hebat sekali gadis cantik itu, pikir mereka sepakat.

Sasuke merencanakan pembalasan yang jauh lebih keji. Pemuda itu menyeringai. Itachi menghentikan tawanya begitu menyadari ekspresi adiknya. Dengan nada sedatar mungkin karena perasaannya mendadak tidak enak, Itachi mengalihkan. "Jadi Sasuke, dimana kita bisa berbicara? Aku akan membantumu." Itachi tersenyum tampan.

Mikoto menggeleng-gelengkan kepalanya. Astaga! Sebagai seorang ibu dan seorang istri yang selama ini hidup dilingkungan kekakuan Uchiha akhirnya mendesah lega. Sudah sangat lama sekali mereka tidak tertawa selepas ini.

"Kau benar-benar mirip dengan Kushina." Naruto dan Kushina selalu membawa keceriaan dimana saja. Memberikan kejutan dan menyenangkan. Ah beruntung sekali ia memiliknya sebagai calon menantu. Diam-diam cita-citanya bersama Kushina akan menjadi kenyataan. Menjadi besan dan keluarga yang sesungguhnya. Sayang Kushina sudah tiada.

'Kushi-chan, kau melihatnya bukan? Berbahagialah diatas sana, aku akan menjaga putrimu. Putri kita.'

Sasuke meninggalkan meja makan tanpa berkata-kata karena kesal dan merasa kehilangan muka dihadapan Naruto yang saat ini masih terkikik. Itachi mengikuti Sasuke dibelakang seraya menahan tawa.

Mikoto berkata, "Kau ikut Ba-san, Naru! Banyak hal yang ingin Ba-san ceritakan padamu."

Naruto mengangguk semangat dan mengekori Mikoto, meninggalkan Fugaku sendirian dimeja makan.

Fugaku mendengus seraya tersenyum puas sebelum berdiri dan berniat untuk bersantai di paviliun belakang. Fugaku melihat-lihat sekitar memastikan Mikoto dan Naruto sudah menjauh, kemudian mengambil sebuah ponsel dikantong celananya. Lalu mengotak atiknya sebentar untuk menghubungi seseorang.

"Hallo, Fugaku?" suara kalem disebrang telpon terdengar.

Fugaku menyeringai. "Minato, tidak kusangka kita benar-benar akan berbesan," ucapnya misterius.

"Apa maksudmu? Kenapa tiba-tiba? Apakah Karin sudah kembali bersama Sasuke-kun?"

Terdengar suara kekehan Fugaku. "Kenapa kau berfikir itu adalah Karin? Kenapa kau tidak berfikir anak gadismu yang lain?"

Suara disebrang terdiam beberapa saat. Fugaku melebarkan seringainya. Helaan nafas terdengar lalu suara pelan Minato terdengar. "Jadi, itu Naruto ya? Bagaimana kau tahu?"

Wajah Fugaku berubah datar. "Tidak sulit untuk mengetahui latar belakang seorang gadis bernama Uzumaki Naruto. Hanya satu Uzumaki yang kita semua kenal. Dan kemiripan fisiknya dengan Kushina dan dirimu membuat kami tidak memerlukan tes DNA." Kepala keluarga itu terdiam beberapa saat sebelum memanggil, "Minato.. Malam ini Naruto ada dimansion kami."

"Benarkah? Andai aku bisa bergabung bersama kalian.."

Fugaku kembali bersuara. "Mikoto akan berbicara dengan putrimu. Maaf Minato, tapi aku tidak bisa mencegahnya. Naruto berhak mengetahui kebenarannya."

Minato kembali terdiam beberapa saat. Fugaku mengira Minato tengah menerawang dan menghela nafas. "Tidak apa. Mikoto adalah orang yang paling tepat untuk menyampaikan semua kebenarannya. Kurama akan melakukannya, tapi kupikir Mikoto akan sangat mempermudah urusan kami. Kau tahu Fugaku alasan kenapa kami tidak melakukannya dengan cepat? Karena yang paling kutakutkan adalah Naruto tidak menerima kami dan yang paling mengerikan jika pada akhirnya anakku akan sangat membenciku."

"Kuharap kemungkinan buruk itu tidak terjadi.. Percayalah."

"Terima kasih atas bantuanmu, Fugaku."

"Hn."

Telpon akhirnya terputus. Fugaku lantas menerawang dan berkata pada dirinya sendiri. "Jika kemungkinan buruk terjadi, kami akan melindungi putrimu, Minato."

Karena sejarah kelam ini harus dituntaskan. Naruto akan menjadi bagian dari Uchiha. Dan tidak ada seorangpun yang berhak menghinakan keluarga Uchiha. Jika Naruto memiliki kaitan dengan sejarah kotor itu, maka Uchiha akan dengan senang hati membersihkannya. Semua Uchiha tidak layak mendapatkan diskriminasi. Fugaku akan membuat Naruto diakui dunia, bukan hanya soal kemampuannya. Tapi siapa sebenarnya Uzumaki Naruto.

.

.

***

.

.

Mini bar mansion Uchiha menjadi tempat paling disukai Itachi dan Sasuke untuk saling bercengkrama atau membahas segala sesuatu. Ditemani oleh anggur mahal kualitas nomor satu menjadi nilai tambah betapa menyenangkannya tempat itu bagi dua bersaudara itu.

"Ini tentang Sabaku Gaara," ucap Sasuke mengawali.

"Baiklah, jadi aku harus mengoperasi Gaara, begitu bukan maksudmu?"

Sasuke menatap Itachi terkejut. "Kau mengetahuinya? Sejak kapan?"

Itachi menghela nafas. "Satu tahun lalu aku memiliki pasien yang harus kutangani di Suna. Kau ingat? Saat aku mengoperasi istri seorang wali kota?"

Sasuke mengangguk. Tentu ia mengingatnya. Berita tentang kehebatan seorang Dokter jenius, Uchiha Itachi -yang berhasil mengoperasi kanker yang diderita oleh seorang istri dari walikota Suna menghiasi layar kaca dan berbagai koran berita selama hampir dua minggu.

"Dan kau tidak memberitahuku?" seru Sasuke tidak terima.

Itachi menggeleng. "Bukan hakku. Semuanya keputusan Gaara. Dia menginginkan semua orang tidak tahu. Dan aku bukanlah dokter yang tidak tahu etika dan etos kerja, Outoto."

Sasuke terdiam. Kemudian mendengarkan kembali perkataan Itachi dengan seksama. "Berhubung kau sudah mengetahuinya. Kurasa aku akan sedikit memberi gambaran bagaimana kondisi Gaara."

"Saat aku melakukan pemeriksaan sebelum operasi, aku melihat Gaara sedang melakukan kemoterapi. Tanpa sepengetahuan dokter yang menanganinya aku memeriksa rekam medisnya. Sayang sekali, kanker yang diderita Gaara adalah tipe tidak biasa. Tumornya bukan hanya tumbuh dikepala tapi dibeberapa bagian tubuh lainnya. Kanker yang sangat berbahaya."

Sasuke terhenyak mendengar kondisi mengerikan Gaara. "Lakukan operasi secepatnya!"

"Kemungkinan berhasilnya dibawah 25%. Operasi kemungkinan besar tidak dapat menyembuhkannya. Itu hanya akan memperlambat pertumbuhan kankernya."

Wajah Sasuke menggelap. "Gaara kemungkinan besar ... tidak bisa diselamatkan?" katanya lemas.

"Maafkan aku Sasuke. Seorang dokter hanya bisa melakukan usaha maksimal dari kemampuan manusia. Sebatas itu."

"Tidak masalah," kata Sasuke. "Lakukanlah yang terbaik."

Itachi mengangguk. Keduanya kemudian meneguk anggur didalam gelas kecil dalam satu tegukan dengan kompaknya.

.

.

"Bukalah!" Kalimat perintah dengan nada lembut itu tertuju untuk Naruto yang saat ini sedang memegang sebuah buku diary bersampulkan kain kanvas. "Itu diary milik Kushina. Saat kami berada di Amerika, Kushina selalu menulis. Dan kemudian memutuskan untuk menitipkannya kepadaku saat ia kembali ke Jepang."

"Ba-san menyimpannya selama puluhan tahun dan tidak pernah meyangka bahwa pada akhirnya buku itu Ba-san berikan padamu. Namun, kau berhak mengetahuinya Naru-chan."

Tangan Naruto bergetar begitu halaman pertama terbuka. Memperlihatkan foto romantis ibunya dengan seorang pemuda berambut pirang yang Naruto yakini adalah Namikaze Minato. Dibawah foto tertulis kata-kata cinta yang Kushina tujukan kepada pria itu. Sampai lebih dari sepuluh halaman berisi tentang kisah cinta yang manis antara keduanya. Lalu, dihalaman kedua belas berisi foto tespack bergaris dua. Mikoto melihat wajah Naruto yang terkejut.

Mikoto memulai cerita. Matanya menerawang. "Saat usiaku menginjak dua puluh tiga, Kushina menginjak usia sembilan belas. Pada saat itu ia tengah mengandung anak pertamanya sedangkan saat usia itu dan aku sedang mengandung Itachi, kami membesarkan kandungan bersama di Amerika karena kami sama-sama melanjutkan study di Hardvard. Lucunya, kami sama-sama sepakat mengambil cuti sampai melahirkan. Namun, persahabatan kami sudah terjalin jauh sebelum itu. Kushina adalah adik tingkatku disekolah menengah pertama. Dia gadis cerdas, dengan usianya yang seharusnya masuk sekolah dasar, ia justru masuk tingkat menengah pertama. Pribadinya yang menyenangkan membuat persahabatan kami terjalin." Mikoto tersenyum kearah Naruto yang terlihat kehilangan kata-kata.

"Lalu.. Ini.. Ini.. Ibu sedang mengandung?"

Mikoto melanjutkan seraya mengambil satu tangan Naruto untuk ia genggam. Memberikan elusan lembut seorang ibu bermaksud memberikan kekuatan. "Sayangnya nasib percintaan Kushina tidak sebaik karirnya. Saat itu Kushina dan Minato bermaksud menemui Hashirama-san untuk meminta restu agar dapat melangsungkan pernikahan karena ia tengah mengandung Kurama--"

Naruto terkejut. "Apa?"

Mikoto mengeratkan genggamnnya. "Tapi malapetaka terjadi. Senju Sara yang telah lama jatuh cinta kepada Minato tidak menerima kenyataan itu. Sara depresi dan memutuskan bunuh diri dengan menabrakan diri. Beruntung nyawanya terselamatkan, namun kondisi jiwanya tidak baik. Kushina yang memiliki beban moril masalalu dan selalu merasa berhutang pada Sara akhirnya memutuskan untuk merelakan Minato. Entah perjanjian seperti apa yang dilakukan ibumu dengan Minato beserta Hashirama-san, namun pernikahan Sara dan Minato akhirnya terjadi."

Dada Naruto begitu sesak. "Kenapa ibu melakukannya? Seharusnya Namikaze Minato berjuang!"

Menggelengkan kepala sebagai jawaban tidak tahu, Mikoto berkata, "Hanya Minato dan Hashirama-san yang tahu persis apa yang terjadi. Karena sebelum pernikahan itu terjadi Kushina telah menyusulku ke Amerika dan membawa dirinya yang sedang mengandung. Ironinya empat bulan setelah Kurama dilahirkan seluruh media menyiarkan kelahiran Namikaze Kurama sebagai anak dari pasangan Minato dan Sara."

Dari halaman diary yang entah keberapa Naruto mendapati sebuah foto bayi berambut merah. Dibawahnya tertulis.

"Maafkan Ibu, Kurama. Berbahagialah bersama ayahmu dan Ibumu yang baru. Ibu mencintaimu, selalu."

Naruto menangis. "Apakah semua ini nyata, Mikoto-Basan?" Naruto menarik nafas mencari kekuatan karena fakta yang begitu menamparnya membuatnya lemas seperti kehilanga ruh. "Jadi Kurama adalah.." Naruto tidak sanggup melanjutkan.

Mikoto memeluk Naruto erat. "Benar, Kurama adalah kakak kandungmu, Sayang. Putra dari Kushina dan Minato, orang tuamu."

Naruto menjerit. "Penderitaan apa yang dialami ibuku! Ini tidak adil!"

"Dengar, Naru.. " Mikoto memegang kedua bahu Naruto yang bergetar. "Yang kuceritakan tidak seluruhnya. Mungkin hanya sebagian kecil saja. Bicaralah dengan ayahmu, Minato."

"Tidak. Tidak. Aku membencinya, Ba-san!"

Mikoto sedikit mengeraskan suaranya. "Pikirkan baik-baik, Naru. Jika ayahmu tidak mencintai ibumu, kau tidak pernah lahir kedunia. Sekarang, berikanlah kesempatan ayahmu untuk menjelaskan alasannya."

Naruto tidak menjawab, ia menangis. Dan Mikoto kembali memeluk Naruto. "Kau berhak bahagia. Kau berhak mendapat kasih sayang dari ayahmu dan kakakmu, Naru."

Mikoto mengelus-elus rambut Naruto penuh sayang. Sebagai bentuk penghiburan Mikoto mulai bercerita masalalu Kushina dan persahabatan mereka yang manis. Masa-masa menyenangkan Ibunya yang ternyata merupakan pewaris sah dari Senju Corp.

Setelah tenang, Mikoto memanggil Sasuke. Tidak menunggu lama akhirnya sang anak tiba. Dan langsung bertanya khawatir saat melihat kondisi menyedihkan Naruto. Namun kalimat pamungkas Mikoto membungkam Sasuke.

"Jangan memaksanya untuk bercerita dulu, Sasuke. Biarkan Naru-chan istirahat diruanganmu. Dia pasti kelelahan."

Saat melihat Naruto hanya terdiam, akhirnya Sasuke menggandeng Naruto dan membawanya ke kamar pribadinya.

Sesampainya dikamar sang Uchiha bungsu, Sasuke segera memeluk Naruto. "Sayang," panggilnya mesra.

Tidak terduga, Naruto membalas pelukan hangat Sasuke dan membenamkan kepalanya didada keras Sasuke. Tentu saja Sasuke senang menerimanya. "Kau berhutang satu cerita kepadaku bukan?" kata Sasuke menuai anggukan Naruto. "Baiklah, sepertinya besok sebelum aku kembali ke Tokyo kau harus bercerita terlebih dahulu. Akupun memiliki satu berita baik untukmu."

Naruto melepaskan pelukannya. Dengan wajah ditekuk Naruto berkata, "Kau akan kembali secepat itu?"

Mendengar nada manja Naruto dan wajah lucu Naruo lantas Sasuke tersenyum miring. "Ah.. Apakah kau tidak rala aku pergi? Tenang saja, hanya satu minggu Naru."

Wajah Naruto memerah salah tingkah. "Bukan begitu maksudku, Teme!"

Sasuke melebarkan seringainya, melangkah lebih dekat kearah Naruto dan memegang pinggang Naruto dengan kedua tangannya lalu berbisik. "Hanya satu minggu. Setelahnya kita akan bertemu setiap hari, dan berciuman setiap saat kemudian.." Sasuke berbisik sensual sehingga membuat Naruto merinding hebat. "Bercinta," lanjutnya. Lalu secepat kilat mencium bibir Naruto gemas. Hanya ciuman sekilas namun efeknya luar biasa.

Ekspersi Naruto sudah tidak karuan. Malu dan kesal menjadi satu. "Brengsek! Mesum kurang ajar!" Naruto memukul tubuh Sasuke.

Sasuke tertawa. "Hentikan! Hentikan! Segeralah ganti baju dan tidur," seru Sasuke seraya menghindari serangan Naruto yang membabi buta.

Naruto menghentikan serangannya. Dengan raut cemberut akhirnya memutuskan untuk berganti pakaian dikamar mandi. Setelah beberapa saat akhirnya Naruto bersiap dengan setelan tidurnya. Namun saat kembali kekamar tidur, ia mendapati Sasuke masih terduduk dikasur king miliknya.

"Sedang apa kau? Kenapa masih disini?"

Sasuke tersenyum kearah Naruto yang terlihat jauh lebih segar. Tampaknya Naruto sudah mencuci muka. Bukannya menjawab, Sasuke dengan santainya melepaskan celana dan kemejanya didepan Naruto, menyisakan celana pendek dan bagian atasnya tidak tertutupi pakaian. Sehingga otot-otot perut dan lengan Sasuke terpampang seksi dan hot.

Ekspresi Naruto berubah horor. "Apa-apaan kau, Teme?!"

"Membuka pakaian," jawabnya terlampau tenang. Lalu melompat kearah kasur, beringsut mendekati ujung lain kasurnya sehingga menyisakan ruang kosong disebelahnya. Tangan kirinya menepuk-nepuk sisi kosong itu seraya memandang Naruto. "Tidurlah!" ajaknya.

"Kau bercanda Sasuke? Mana mungkin kita tidur dalam satu kamar?"

Sasuke memutar matanya. "Kau tidak mendengar apa yang ibuku katakan, Dobe?"

Naruto kehilangan kata-kata. "Sialan! Ruanganmu ini terdiri dari beberapa kamar! Kita tidak seharusnya tidur bersama!" Bahaya, apa yang akan orang-orang fikirkn jika mengetahui mereka tidur dalam satu kamar. Memalukan!

Sasuke mengangkat bahunya tidak peduli. "Well, tidak ada pilihan itu, sayang. Hanya ada dua pilihan : kau tidur disini bersamaku atau kau bercinta denganku. Akan dengan senang hati aku jika kau memilih pilihan yang kedua."

Naruto berteriak. "Dalam mimpimu, Teme!"

Sasuke nampak tak acuh. "Lalu, kemarilah."

Dengan wajah merenggut Naruto akhirnya menaiki kasur. Karena ia tahu, Sasuke tidak pernah main-main. "Menyebalkan," dengusnya.

Sasuke menyeringai begitu tampan. "Good choice, Love." Lalu Sasuke mendekap Naruto dari samping saat gadis pirangnya tidur membelakanginya. Menghirup aroma candu tubuh Naruto dengan rakus. Naruto menggeliat tidak nyaman.

"Tidurlah. Aku lelah, Teme."

"Hn." Sasuke mengeratkan pelukannya. "Oyasumi," katanya.

Naruto menumpukan tangan mungilnya diatas tangan Sasuke yang tengah memeluknya lalu membalas dengan suara lirih. "Oyasumi, Sasuke."

.

.

Bersambung...

No Spoiler! Tapi Next chap sudah mencapai 1.5K loh.. Kalo vote komennya banyak! Ark Update kilats!

GO GO GO!

Regards

Ark Istri Sah Itachi.

Eh pelis banget deh NO PELAKOOOOORRRR!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top