Changes

ARK  Proudly Present

“HATE AND (To be a)  LOVE”

Naruto Belongs to MK
.
.

Warning : Vote and Support SasuFemNaru .
.
.

Eps 5
.
.
Inspired for Eps 5

Bill Gates : “Jika kamu lahir miskin, itu bukan kesalahanmu. Tapi, jika kamu mati dalam keadaan miskin, itu adalah kesalahanmu.”
.
.

Dari kecil Naruto sudah bercita-cita menjadi seorang perancang busana. Sejak masa kanak-kanak, Naruto sudah memperlihatkan bakat alam untuk gaya dan menggambar. Baju-baju boneka yang Naruto buat dari kain bekas yang dibawa Kushina selalu terlihat trendy.  Setiap kali Naruto memamerkan ciptaannya kepada sang ibu, Kushina selalu memeluknya erat-erat dan tersenyum sangat lebar kemudian berkata, “Kau sangat berbakat, Sayang. Suatu hari kau pasti menjadi perancang busana yang terkenal.”

Tentu saja bakat alam Naruto diturunkan dengan sempurna oleh Uzumaki Kushina.

Pada awalnya, Naruto selalu melihat ibunya menggambar disebuah buku tebal. Ketika Kushina melakukannya, ibunya selalu tersenyum. Penasaran, akhirnya Naruto kecil melihat apa yang sedang ibunya kerjakan. Gadis kecil itu dibuat terkagum-kagum dengan karya ibunya. Gambar Kushina begitu indah dan ciamik. Baju-baju yang digambarnya menyerupai baju Princess , pikir Naruto kecil.

Hingga Naruto tumbuh remaja, kebiasaan mereka menggambar tidak berubah, suatu saat Naruto bertanya. “Kenapa ibu tidak bekerja pada butik yang lebih besar?” Waktu itu Kushina bekerja pada sebuah butik kelas bawah dan selalu seperti itu selama Naruto tahu. “Padahal rancangan ibu sangat indah.”

Memang betul. Mana mungkin butik dimana Kushina berkerja mampu membuat satu potong baju dengan rancangan mewah itu. Selain biaya operasionalnya yang tinggi, Naruto yakin tidak ada konsumen yang mampu membelinya. Pada akhirnya, ide-ide Kushina hanya tersalurkan lewat buku tebal lusuhnya.

Kushina menjawab, “Karena ibu tidak bisa.”

Naruto tidak membahas lebih jauh lagi soal itu. Benar. Bukan Kushina tidak mampu bekerja dirumah mode yang besar, dengan bakat sang ibu ia yakin Kushina bahkan bisa menciptakan rumah mode sendiri. Akan tetapi kenyataan pahitlah yang harus mereka hadapi. Kushina tidak mungkin bekerja pada butik besar yang kemungkinan akan dikunjungi salah satu keluarganya.  Dan jika itu terjadi, mereka harus berkemas dan pindah ketempat baru.

“Bagaimana kalau Naru saja yang membuat rumah mode impian Ibu?” Kushina bertanya dengan harapan besar dan sinar mata yang lembut.

“Tentu!”

Dan Naruto tahu betul bahwa angan-angannya harus terwujud. Demi impiannya, impian ibunya dan masa depan keluarga kecilnya kelak.

Naruto tentu tidak ingin memiliki masa depan yang suram. Ia percaya suatu saat akan mendapatkkan laki-laki yang mencintainya dan membangun sebuah keluarga kecil yang bahagia. Dan Naruto akan pastikan suami dan anaknya kelak tidak akan malu memiliki Naruto sebagai istri dan ibu. Kegagalan kemarin bersama Sasuke, cukup menjadi pelajaran yang besar untuk Naruto. Ia harus lebih mengeraskan hatinya kepada setiap laki-laki yang merayunya. Naruto tidak terlalu memusingkan kehormatan yang telah direnggut oleh Uchiha Sasuke. Namun, yang membuatnya marah dan kecewa adalah kebodohannya sendiri yang dengan suka rela menyerahkan mahkotanya kepada lelaki brengsek yang tidak mencintainya dan telah menipunya. Dan sialnya, Naruto sampai saat ini masih belum dapat melupakannya.

Kushina memberikan nasihat yang menjadi prinsip Naruto bahwa ia harus menyerahkan mahkotanya kepada laki-laki yang mencintainya dan akan menjaga Naruto bersama cintanya. Gadis itu kembali mengutuk bahwa fakta yang didapatkan adalah mahkota yang Naruto jaga selama ia hidup diserahkan untuk sebuah taruhan dan kesenangan. Gadis itu merasa belum puas untuk lebih mempermalukan harga diri Uchiha Sasuke, namun ide untuk bertemu kembali dengan pria itu ia buang jauh-jauh. Itu ide yang sangat buruk.

Karena..

Melihat wajahnya saja membuat Naruto marah dan... sangat menyakitkan.

Disisi lain, Uchiha Sasuke adalah orang yang sangat misterius.

Ngomong-ngomong soal Sasuke, sudah satu minggu Naruto setengah mati menghindarinya. Karena gadis itu yakin Sasuke masih berusaha untuk menarik perhatiannya entah untuk apa saat Naruto berada diwilayah kampus. Naruto mengernyit memikirkannya. “Persetan dengan Uchiha sialan itu, “ umpatnya masa bodoh. Ia yakin itu bukan sesuatu yang baik.

Seorang diri dikamar apartemen kecilnya, Naruto mulai berfikir.

“Oke. Sebaiknya mulai sekarang aku harus lebih serius dan merintis.” Naruto memikirkan bagaimana ia harus merintis sebuah rumah mode impiannya.

“Tapi, bagaimana caranya aku bisa jadi perancang? Bagaimana caranya aku bisa masuk ke industri fashion? Bagaimana aku bisa menarik perhatian orang-orang?”

Disekolah menengah, Naruto mendalami desain grafis, gambar struktural, koordinasi warna dan konsepsi spasial. Saat ini ia sedang mendalami ilmu ekonomi dan bisnisnya. Namun, ia tahu ilmu saja tidak cukup.

Lalu, Naruto teringat saran Umino Iruka, dosennya yang paling baik.

Jika kau berniat terjun kedunia mode, mulailah sebagai model. Kau masih mahasiswa semester tiga, jangan bekerja terlalu keras dengan menghabiskan waktu menjadi kasir. Ingat beasiswa kuliahmu, kau harus memiliki banyak waktu luang untuk belajar.” Sarannya kala itu. “Model merupakan cara yang paling baik. Kau akan bertemu dengan perancang top. Sensei tahu kecerdasanmu. Hanya dengan melihat kau akan belajar dari mereka.”

Kemudian gadis pirang itu mengangguk mantap. “Aku akan memulai sebagai seorang model. Itu langkah pertamaku.”

Lalu gadis itu membayangkan wajah Paman Orochimaru yang sedang tersenyum sangat lebar begitu tahu ia akan memutuskan menjadi seorang model. Besok Naruto berencana kesalon sepulang kuliah. Dia akan mulai memakai tiket gratisnya dan memanjakan diri. Mulai saat ini dia akan bersenang-senang.

Persetan dengan keluarga besar Senju dan Namikaze.  Kushina memang memberikan nasihat bahwa ia tidak perlu mencari keluarga ibunya, namun bukan berarti bahwa ia tidak membiarkan mereka mencarinya. Naruto bukan gadis penakut, tapi ia adalah gadis yang berani. Dengan tubuhnya yang mungil siapa sangka memiliki keberanian setinggi gunung. Naruto akan menantang mereka.

Kita lihat apa yang terjadi? Pikir Naruto. Apakah mereka masih menginginkan kematiannya? Uzumaki Naruto tidak takut sama sekali. Ia akan keluar dari persembunyiannya yang nyaman. Dan akan mengusik kehidupan tentram mereka.

Karena..

Dua puluh dua tahun menurutnya cukup memberikan kenyamanan hidup untuk mereka, sedangkan Naruto dan Kushina harus hidup dengan terlunta-lunta, ketakutan, dan teror. Hari-hari penuh penyiksaan ini harus segera berakhir, pikirnya.

Dan Naruto akan pastikan bahwa Kushina telah berhasil mendidik seorang anak. Walau ibunya sudah tiada, Naruto akan tetap membuatnya bangga. Dan tentu untuk memperlihatkan pada orang-orang kaya sombong itu bahwa orang miskin bisa menjadi orang yang sukses. Naruto hanya ingin membuktikan diri dan mengembalikan nama baik mendiang ibunya. Karena hanya itulah alasan yang membuat Naruto bisa terus hidup sampai saat ini.

Naruto terpaksa harus menghentikan lamunan panjangnya ketika sebuah panggilan telpon menantinya. Ternyata Sabaku Gaara. Ia mengangkatnya lalu terdengar ucapan selamat malam yang menyenangkan.
“Selamat malam juga Gaara-senpai.”

Besok pagi aku akan menjemputmu. Kali ini tidak ada penolakan.”

Naruto memutar bola matanya kemudian berdecak karena menyadari bahwa Gaara tidak akan tahu ekspresinya kali ini. “Seingatku, senpailah yang selalu sibuk,” gerutunya. Ia mengingat beberapa hari kebelakang Gaara yang selalu mengajaknya pulang bersama tetapi selalu gagal karena Gaara sendiri malah sibuk.

Lalu terdengar kekehan renyah diseberang. Naruto bisa membayangkan bagaimana manisnya wajah Gaara.  “Kali ini kupastikan tidak ada kegagalan. Sebelumnya aku sibuk harus menemui pembimbing dan serah terima jabatan presiden kampus yang baru.”

“Baikah-baiklah,” katanya malas.

Ayolah jangan marah, cantikku. Bagaimana kalau pulangnya kuteraktir? Kau bisa makan sepuasmu.

“Kau sedang menyogokku dengan makanan?” Naruto berujar ketus tapi Gaara sudah tahu bahwa itu hanya main-main.

Pemuda itu tertawa. “Anggap saja sebagai permintaan maafku karena kegagalan kemarin. Dan kau masih berhutang padaku, Naru.

“Ya, ya, ya aku berhutang padamu, Senpai. Tapi besok aku ada urusan terlebih dahulu.”

Gaara terdiam sebentar. “Oke, bagaimana jika kutemani?” Tawar Gaara tidak menyerah.

“Hmm.. Baiklah.”

Kemudian mereka melanjutkan obrolan dengan pembicaraan yang ringan. Tentang apa yang akan Naruto lakukan dan tentang kesibukan Gaara. Setelah beberapa menit pembicraan berakhir ditutup oleh Naruto sendiri. Selanjutnya Naruto kembali berbaring, sejurus kemudian ia memikirkan tentang Sabaku Gaara. Pemuda itu menyenangkan dan bisa menjadi sahabat yang baik, pikirnya. Ternyata Sabaku Gaara berhasil membuat mereka menjadi teman yang akrab dalam hitungan hari.

Keesokan harinya, pagi-pagi Gaara sudah berada pada lingkungan apartemennya. Mobil mewah Gaara terlihat mencolok keberadaannya karena harus terparkir didepan apartemen yang sangat sederhana. Mengetahui hal itu, Naruto terburu-buru menghampiri Gaara. Kemudian mereka berangkat bersama. Sepanjang jalan mereka terlibat obrolan yang hangat, Gaara selalu terlihat berusaha menghibur Naruto.

Hingga sampai di area kampus, mereka mendadak menjadi pusat perhatian. Bukan karena mobil mewah Gaara yang terparkir, tapi karena  Sabaku Gaara  yang keluar dari mobilnya bersama dengan Uzumaki Naruto. Mereka terlihat akrab sekali. Desas desus tentang kandasnya hubungan Naruto dengan Sasuke seakan telah dikonfirmasi secara langsung.

Naruto dan Gaara berjalan bersisian dengan sangat serasi. Bagaimana cara mereka berkomunikasi membuat semua orang penasaran. Dua mahasiswa teladan Universitas Konoha terlihat sangat interaktif. Gaara yang banyak tersenyum dan Naruto seperti menerima perlakuan manis Gaara.

Apakah mereka berkencan? Hampir semua orang yang melihat mereka berfikir sama.

“Kita menjadi pusat perhatian,” ujar Gaara tiba-tiba.

“Baguslah,” jawab Naruto tersenyum lebar.

Gaara mengangguk setuju, kemudian menatap Naruto dengan wajah serius. “Bagaimana kalau aku menciummu?”

Naruto memutar bola matanya. “Belum merasakan pukulan sabuk hitamku?” tanyanya bersiap memberi kuda-kuda.

Putra tunggal Sabaku itu lantas tertawa. “Bercanda!” ujarnya diiringi kekehan jahil dan dibalas dengan dengusan Naruto.

Naruto dan Gaara akhirnya berpisah pada selasar gedung kelas fakultas bisnis. Gaara dengan sengaja mengacak rambut Naruto dengan gemas sebagai tanda perpisahan. Naruto tersenyum miring. “Ternyata senpai juga menyadarinya?”

“Hmm.. Begitulah. Nanti sore tunggu dikelasmu oke?”

Mereka memang telah sepakat satu sama lain dalam hubungan mutualisme. Saling menguntungkan dengan memperlihatkan hubungan mereka yang seakan sedang berkencan. Naruto untuk menghindari Uchiha Sasuke dan Gaara untuk alasan lain yang belum Naruto ketahui. Tidak masalah bagi Naruto. Yang terpenting baginya adalah prasangka orang-orang terhadap dirinya dan Gaara. Tidak boleh ada yang tahu bahwa mereka hanya memancing  opini publik dan bersandiwara.

Naruto menangguk seraya mengangkat jempolnya. “Arigato, Senpai.”

Naruto dan Gaara akhirnya berpisah. Batu safir milik Naruto menangkap siluet pemuda berambut raven. Perawakan itu Naruto yakini adalah Uchiha Sasuke. Tak ingin berurusan dengan pemuda itu lagi, lantas ia segera berbalik menuju kelasnya. Hari ini Naruto memiliki tiga mata kuliah hitung-hitungan. Matematika ekonomi, statistika bisnis dan Akuntansi. Ketiga mata kuliah itu pasti akan menguras otaknya. Maka, lebih baik Naruto tidak memikirkan apapun lagi.

Termasuk memikirkan mata oniks yang sebelumnya menatap tajam dirinya.

Uchiha Sasuke mengepalkan tangannya. Wajahnya terlihat kaku dan menahan amarah.

“SIALAN!” Makinya. Lalu pemuda itu berbalik dengan sejuta emosi yang bersarang dihatinya.
.
.
***
.
.
Namikaze Kurama. Duduk termenung di sofa yang bersebrangan dengan tempat tidur perawatan Namikaze Sara. Ibunya, tengah dalam masa perawatan. Hampir dua minggu Sara terbaring lemah diatas kasur rawatnya. Di rumah sakit paling besar di ruang VVIP, Kurama memperhatikan selang infus yang terhubung ke tangan kanan ibunya. Kemudian bayangan-bayangan yang memperlihatkan masa lalunya datang silih berganti. Pemuda itu mengenang masa lampau...

*

Tengah malam Kurama terbangun karena mendengar suara-suara keras. Usianya delapan tahun. Selama beberapa menit ia mendengarkan suara-suara gusar itu, ia pikir suara itu milik ibunya, Namikaze Sara namun ia ingat ibunya sedang berada diluar negeri.  Kemudian Kurama  menyusuri koridor lantai atas sampai ke tangga. Bibi kesayangannya, Senju Kushina, dan ayahnya, Namikaze Minato sedang bertengkar hebat diserambi bawah. Kushina berteriak-teriak dan Kurama melihat Kushina menampar ayahnya.

“Bajingan kau Minato!”

“Kushina, kumohon.. Aku melakukannya karena sangat mencintaimu.”

“Demi Tuhan Minato! Kau sudah memiliki Kakakku!”

“Tapi aku sama sekali tidak pernah mencintainya.”

“Alasan konyol macam apa itu? Lepaskan aku, sialan! Aku ingin menemui Kurama!”

Kurama melihat ayahnya menarik tangan Kushina, wanita itu meronta hebat namun tenaganya tak seberapa dibandingkan ayahnya. Mata Kurama terbelalak. Ayahnya mencium paksa Bibi Kushina. Ingin menolong, namun terlambat. Kushina diseret ayahnya kesuatu tempat dengan kondisi yang tengah menangis. Ia hendak mengejar, namun tangan lain menghentikannya.

“Kurama-sama.. Kembalilah tidur.” Ayame, pengasuhnya membawanya kembali kamarnya. “Kurama-sama, lupakan apa yang anda lihat dan dengar.”

Dua minggu kemudian, Kurama sedang bermain football dipekarangan belakang mansion. Adiknya, Karin melempar bola kearah  dekat rumah mereka dan Kurama segera mengejarnya. Ketika menungut bola, ia mendengar suara ayahnya dibalik pagar tanaman.

“Aku mencintaimu! Kau tahu itu!”

Kurama senang sekali, ibu dan ayahnya tidak terlihat bertengkar. Selama ia hidup, tak pernah ia melihat ayahnya bersikap lembut. Tapi kemudian ia mendengar suara bibi Kushina kesayangannya. “Kau sudah berkeluarga, jangan ganggu aku Minato!” 

“Aku akan menceraikan Sara.”

“KAU GILA!”

Dan tiba-tiba Kurama sangat muak. Ia menyayangi bibi Kushina layaknya menyayangi ibunya sendiri. Ayahnya selalu mencari kesempatan untuk mendekati Kushina disaat ibunya sedang tidak ada dirumah.

Dihari yang sama. Kushina mengajak Kurama jalan-jalan. Sepanjang mereka menghabiskan waktu, tak henti Kushina memeluknya dan tertawa. Seperti tiada hari esok. Kushina mengantarkan Kurama dan menemaninya sampai tertidur. Begitu tidak menyadari Kushina disisinya, Kurama bangun hendak mengambil air karena kehausan.  “Bibi Kushina pasti sudah pulang,” gumamnya.

Ia sedang melewati ruang kerja ayahnya saat ia mendengar ibunya menangis dan suara Kushina. “Aku akan pergi dari kehidupan kalian.” Dan kemudian suara ayahnya. “Kau tidak akan pergi kemana-mana lagi, Kushina. Aku tidak akan membirkanmu pergi. Jangan keras kepala, Kushina!”

“Hentikan Minato!” Itu suara ibunya yang sedang menangis. “Kumohon Kushina, gugurkan kandunganmu. Ayah dan semuanya setuju..”

Dengan berbekal rasa penasaran yang tinggi bocah delapan tahun itu mengintip. Dia berdiri dibalik pintu yang sedikit terbuka.

“Ini satu-satunya jalan agar kita tetap bersama, Kushina. Setelah perceraian kami, aku akan segera menikahimu.”

“Brengsek kau sialan! Berani sekali kau memperlakukan kakakku seperti ini! Jangan bermimpi! Dulu aku memang mencintaimu, itu sebelum kalian menikah! Sekarang aku membencimu! Kau melakukannya lagi Minato! Kau memperkosaku lagi!”

Kushina tampak marah luar biasa. Wajahnya seperti hendak membunuh Minato. Lalu menoleh kepada Sara. “Tega sekali kau, Kak! Setelah Kurama kau rebut dariku, sekarang kalian semua menginginkan kematian anakku? Jangan bercanda! Aku akan pergi dari kalian semua. Kau tenang saja, sampaikan pada ayah bahwa nama baik Senju dan Namikaze tidak akan tercoreng karena anak yang kukandung. Ini anakku. Hanya anakku. Bukan anakmu Minato!”

Sara menangis tergugu. “Jaga Kurama untukku, Kak. Jaga anakku dengan baik. Aku mencintainya. Dan berbahagialah.” Kushina hendak keluar. Kurama menyadarinya, dengan segera ia berlari kembali ketempat kamarnya dan pura-pura tertidur saat ada siluet Kushina memasuki kamarnya.

“Kurama-chan..” Ia merasakan tangan dingin gemetar mengelus rambutnya. “Jaga kesehatanmu dengan baik, Nak. Ibu mencintaimu.” Suara Kushina sangat menderita dan perasaan itu sampai pada Kurama.

Setelah malam itu Kushina menghilang.
.
.

Kurama memejamkan matanya. Semenjak malam itu, Kurama tidak pernah tidur dengan nyenyak. Setiap hari Kurama selalu menyelidiki kenyataan yang terjadi. Dia tahu semuanya. Ia setiap hari merindukan Kushina. Sejak hari itu juga ia tahu alasan dibalik sikap dingin Sara kepadanya. Alasan mengapa Karin lebih dicintai.

Kurama bukanlah anak kandung Sara Namikaze.

Ia adalah anak kandung Senju Kushina.

Betapa hancur hati Kurama saat tahu bahwa Kushina telah meninggal. Usianya waktu itu dua puluh dua tahun. Padahal dia belum sempat bertemu kembali dengan ibunya. Padahal ia belum sempat bertemu dengan adik kandungnya.

Bahkan ia tidak tahu siapa nama adik kandungnya. Bagaimana rupanya? Apakah seorang perempuan atau laki-laki?

Keberadaanya seperti ditelan bumi. Seperti sengaja ditutupi. Dan Kurama tahu pasti dengan kekuasan Senju bukan hal sulit untuk menemukan Kushina. Namun berbeda jika Senjulah yang dengan sengaja menutupi keberadaan Kushina. Dan orang yang paling Kurama curigai adalah Namikaze Sara. Ia pasti mengetahui sesuatu. 

Kurama menatap tajam ibunya, atau bisa dibilang ibu tirinya yang kini masih terbaring lemah. Lalu ia berfikir kembali. Sungguh kasihan Sara Namikaze. Hidupnya tidak pernah bahagia. Dan semakin parah semenjak kematian Kushina. Namun dengan fakta yang ada, justru Kurama tidak bersimpati karenanya. 

“Kushina maafkan aku.. “

Ia tahu, ada yang tidak beres dengan ini semua. Apalagi dengan igauan-igauan yang terdengar oleh telinganya. Sara selalu seperti ini.

Kurama bangkit dan menghampiri Sara. Dengan sigap memeluk ibunya.
“Tenganglah, Bu.. Akan kupanggilkan dokter!”

Lalu segera memanggil dokter. Dalam hati ia bergumam, ‘Dimana kau adikku? Kemana lagi aku harus mencarimu?’

Kurama ingin sekali bertanya pada Sara. Namun ia takut, hal tersebut akan memperparah kondisi tubuh ibu tirinya tersebut. Mungkin ia harus lebih bersabar.
.
.
***
.
.

Orochimaru membuka buku berhalaman kuning, melihat-lihat daftar perusahaan penyalur model dengan ekspresi sangat sumringah. Disebrangnya duduk Naruto dan Gaara yang menunggu dengan sabar.

“Baiklah, Naru-chan.. Kau mungkin bisa menghubungi Yuhi Kurinei, manager marketing salah satu agensi model favoritku!” Orochimaru berseru terlampau bersemangat. Dalam pikirannya mulai membayangkan bonus yang akan diterimanya dengan cukup besar karena berhasil mendapatkan bibit unggul superstar model wanna be seperti Uzumaki Naruto. Dan setelah Naruto terkenal ia akan menjadikannya ikon tetap pada salonnya. Dia akan mendapatkan model dengan harga miring. Otak bisnisnya luar biasa berfikir panjang. Gaara yang melihat cara pandang Orochimaru pada Naruto layaknya melihat karung uang menjadi merinding.

“Baiklah Paman. Jadi dimana itu? Mungkin besok aku akan mulai menemuinya.”

Orochimaru mengangguk semangat. “Nama agensinya Akatsuki. Aku akan memberimu kartu namanya.”

Naruto cukup terkejut. Akatsuki merupakan perusahaan penyalur model yang terkemuka di Konoha. Ia menjadi sedikit tidak percaya diri.

“Paman, bukankah Akatsuki terlalu besar untukku? Aku tidak cukup percaya diri. Aku mungkin terlalu pendek, kurus atau mungkin bisa jadi salah tipe,” katanya menyuarakan isi hatinya.

Kali ini Gaara ikut tertawa dengan Orochimaru. Naruto menjadi kesal.

“Ishh.. Kenapa malah tertawa?” Naruto merenggut lucu. Gaara mengacak-ngacak rambut Naruto sebagai respon. Gadis itu menepisnya dengan kesal.

Guren yang diam-diam memperhatikan mereka akhirnya menghampiri dan ikut berkomentar. “Kau terlalu merendah sayang. Coba kau berkaca? Agensi mana yang mampu menolakmu?”

“Guren benar, Naru-chan..” Pria paruh baya itu terkikik. “Jika Akatsuki menolakmu kau boleh menikmati fasilitas salonku sebanyak yang kau mau selama sepuluh tahun.”

“Benarkah?” Mata Naruto berkilat aneh. Bukan bersemangat karena ia pasti diterima Akatsuki seperti kata Guren, tapi lebih kepada jaminan yang diberikan Orochimaru.

“Tentu!” Sahut Orochimaru tanpa Ragu. “ Tapi, jika kau berhasil masuk agensi Akatsuki. Kau harus mentraktir kami dan berikan setengah harga jika kau menjadi ikon model salonku kelak saat kau terkenal.”

Kini Gaara paham arti tatapan Orochimaru kepada Naruto. Dasar, pikirnya mencari keuntungan.

“Beres paman!” Naruto mengacungkan dua jempolnya dengan semangat. Gigi rapihnya terlihat saat gadis itu tersenyum lebar.

Gaara ikut senang. “Semangat, Naru!” ujarnya memberi semangat yang diterima Naruto dengan anggukan antusias.

Guren yang dari tadi memperhatikan pasangan itu menjadi gemas. Akhirnya pertanyaan yang selama ini ia tahan keluar juga. “Kalian berkencan?” tanyanya membuat spontan Naruto dan Gaara saling bertatapan.

Lalu?

Keduanya malah menyeringai kompak. “Kelihatannya?” Koor Naruto dan Gaara bersamaan. Kemudian mereka tertawa.

Guren hanya menggelengkan kepalanya. “Pasangan aneh,” gumamnya mengira mereka adalah pasangan. “Uh.. Kalian serasi sekali, tampan dan cantik,” komentarnya salah faham.

“Baiklah, Naru-chan, apa kau sudah memiliki portofolio?”

Naruto menatap Orochimaru dengan bingung. “Portofolio?”

Orochimaru menghela nafas. “ Sayang, kau takkan memperoleh pekerjaan tanpa portofolio. Itu nyawamu. Itu yang akan dinilai oleh calon klien-klienmu.” Orochimaru kembali menarik nafas.” Kita perlu beberapa fotomu. Fotomu kemarin akan kuberikan padamu, tapi itu masih kurang. Kita butuh dua foto closeup yang tanpa make-up. Satu tersenyum satu foto serius.”

Naruto berterima kasih pada Orochimau. Jika tanpanya, mungkin Naruto akan kesusahan. Ia benar-benar nol pengalaman dalam dunia modeling. Pengarahan Orochimaru sedikitnya membuat Naruto tidak akan terlalu merasa kesulitan saat wawancara nanti. Gadis itu berjanji akan mentraktir Orochimaru dan Guren jika semuanya sudah berjalan lancar.

Lalu Gaara dan Naruto meninggalkan salon Orochimaru dengan perasaan senang. Gaara tidak hentinya memuji Naruto, karena gadis itu jauh lebih cantik saat sudah melakukan facial. Wajahnya semakin bersinar.

“Jadi, senpai akan mengajakku makan malam dimana? Kurasa perutku kelaparan,” kekehnya.

Gaara tersenyum dengan sangat manis. “Bagaimana kalau restoran china?”

“Boleh!”

Naruto mengamit tangan Gaara dengan tergesa.
.
.
***
.
.
Sudah sepuluh tahun Karin mencintai Uchiha Sasuke.

Sejak masa sekolah menengah pertama, Karin sudah bersama dengan Uchiha bungsu. Mereka tidak berteman. Hanya satu kelas yang sama. Saat pertama kali bertemu dengan Uchiha Sasuke, Karin langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Setiap hari gadis itu selalu mencari tahu tentang Uchiha Sasuke.

Sasuke yang banyak penggemar.

Sasuke yang menyukai tomat.

Sasuke yang tidak menyukai gadis berisik.

Sasuke yang tidak menyukai gadis agresif.

Sasuke yang menyukai gadis berkelas dan cerdas.

Setiap saat Karin selalu berusaha mendekatkan diri dengan Uchiha Sasuke. Ia yang diberkahi kecerdasan ayahnya selalu berusaha menjadi yang terbaik dikelasnya. Dan ia berhasil menjadi siswi paling cerdas setelah Uchiha Sasuke. Namun ternyata itu tidak cukup. Karena Karin tidak cukup cantik dan berkelas. Ia selalu berkacamata untuk menutupi mata kecilnya yang tak memiliki lipatan.

Setelah memasuki sekolah menengah atas, Karin melakukan operasi pastik pada matanya dan dagunya. Perubahan itu membuat Karin memiliki penggemar. Namun ternyata tidak cukup merebut perhatian Uchiha Sasuke. Akhirnya Karin menyerah.

Tepat diakhir masa sekolahnya, Karin berpacaran dengan pemuda tampan bernama Sabaku Gaara. Anehnya, Sasuke justru terlihat nyaman saat bersamanya begitu tahu Karin telah memiliki seorang kekasih. Ia teringat kata-kata Sasuke waktu itu..

“Kau tidak seperti gadis-gadis cerewet yang mengejarku. Kau juga memiliki kekasih jadi tidak mungkin mengejarku. Kita bisa berteman.”

Hati Karin luar biasa bahagia. Akhirnya ia jauh lebih dekat dengan Uchiha Sasuke. Itu karena Gaara adalah teman baik Sasuke yang menjadi kekasihnya. Memanfaatkan Gaara untuk bisa lebih dekat dengan Uchiha Sasuke, Karin menjalani masa berpacaran dengan Gaara yang begitu polos mencintainya tanpa tahu niat terseubung gadis itu.

Memasuki masa kuliah, Karin memilih jurusan Designer. Univeritas Tokyo. Artinya berpisah dengan Sasuke dan Gaara yang waktu itu memilih Universitas Konoha. Namun, pertemanan Sasuke dengan Gaara ternyata tidak berjalan cukup lancar, persaingan bisnis keluarga membuat hubungan keduanya merenggang. Karin mulai gelisah, karena ia menjadi tidak bisa berdekatan dengan Uchiha Sasuke. Kekasihnya, Gaara tentu tidak menyukainya. Ditambahlah rasa gelisahnya begitu tahu keluarga Sabaku hendak melamarnya.

Bagai mendapat durian runtuh, waktu itu Uchiha Fugaku dan istrinya Mikoto Uchiha makan malam dirumahnya. Membawa Sasuke dan Itachi. Dalam obrolan ringan beberapa lontaran candaan Fugaku dilemparkan. “Andai Karin-chan belum memiliki kekasih, mungkin akan kujodohkan dengan Itachi.”

Karin masuk pada kesempatan mengobrol itu. Dengan berani dia berkata. “Aku tidak keberatan dijodohkan dengan anak paman. Asalkan itu Sasuke.” Wajahnya memerah, dengan sengaja memperlihatkan rasa sukanya pada Sasuke.

Diuar dugaan Minato menyambutnya. “Wah.. Tidak masalah. Itu Itachi atau Sasuke. Bagaimana Sasuke-kun?”

Sasuke melihat Karin sekilas. Dan dia mengangguk. “Jika itu membuat Tou-sama dan Kaa-sama senang.”

Malam itu menjadi malam paling membahagiakan bagi Karin Namikaze. Esok harinya, dia menemui Gaara dengan Sasuke.

Mimpi Karin menjadi kenyataan. Semakin hari dia menjadi semakin dekat dengan Uchiha Sasuke. Tunangannya itu tidak menolaknya. Dia memperlakukan Karin dengan baik. Mereka sering kali berciuman, namun Karin tidak pernah sekalipun bercinta dengan Sasuke.

Namun malam ini, Sasuke menyerangnya dengan penuh nafsu. Karin menerimanya dengan senang hati. Mereka bercinta seperti tiada hari esok. Sasuke begitu dikuasai emosi. Seharusnya, Karin merasa bahagia. Ya seharusnya.

Akan tetapi..

Sepanjang mereka bercinta Sasuke seperti tengah melampiaskan amarahnya. Tidak ada kelembutan disana. Matanya terlihat kosong. Dan begitu selesai bercinta, Sasuke bergumam tidak sadar.

“Sialan, Sabaku!”

Karin luar biasa sakit hati. Sasuke bersamanya. Bercinta dengannya. Namun ia tahu, hati dan fikiran tunangannya itu tidak bersamanya.
Dalam remang lampu hotel yang minim, Karin menangis dalam diam. Merasakan rasa sakit yang ia rasakan pada tubuhnya juga hatinya.

Uzumaki Naruto... Gadis ituu...’ geram Karin dalam hati.

Ya..

Karin mengetahuinya. Tatapan cemburu Uchiha Sasuke saat mendapati Naruto dan Gaara tengah makan malam di restoran china yang hendak mereka kunjungi membuat sang Uchiha membatalkan makan malamnya, dan berakhirlah  mereka di hotel.

Karin Namikaze tidak pernah merasa hidupnya sangat terancam seperti saat ini.

Karena..

Gadis itu tahu persis, Uchiha Sasuke tidak pernah jatuh cinta dan memuja wanitanya.
.
.
Bersambung..
.
.

Haii... Ark kembali lagi...

Terima kasih atas apresiasinya..
Jangan lupa Vote dan komen..

Fakta-fakta yang terjadi dimasalalu mulai terkuak nih. Ada yang bisa menebak masalalu Kushina & Minato? Yuk komen, biar nanti dibungkuuus... hehe

Request Naruto jadi model udah dibungkus jugaa..

Hmm.. Pengen lihat Naruto sama Gaara? Yakin niiih buat mereka jadian?

Kalo Ark lebih suka Gaara jadi sahabat sih.. Naruto butuh seseorang yang “kuat” buat jadi sekutu. Gaara pilihan oke deh kayanya. Gimana? Gimana kalo bikin Gaara jadi “kakak” Naru aja? Kakak yang protektif?
Soalnya si Kurama kan belum ada...

Terus-terus, Naruto butuh sahabat cewe pastinya. Kira-kira karakter yang cocok siapa?
Sakura
Ino
Shion

Yuk Dipilih...

Nah, kalo bikin Sasuke menderita? Hmm.. Gimana ya? Agak sulit sih.  Kalo dibikin makin brengsek gimana? Wkwkw
.
.
Regards,
Ark

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top