Berakhir

ARK Proudly Present
"HATE AND (To be a) LOVE"
Naruto Belongs to MK
.
.
Warning : Vote and Support SasuFemNaru .
.

.
.
Eps 3
.
.
Pagi-pagi sekali, Naruto sudah bangun. Walaupun pada kenyataannya, dari semalam gadis itu tidak tidur sama sekali. Hatinya dipenuhi oleh amarah dan pikiriannya penuh oleh rencana-rencana pembalasan untuk laki-laki brengsek yang sekali lagi 'menghabisinya' dikamar mandi Yacht sebelum mereka melakukan sarapan pagi disebuah restoran Konoha.

Pada saat itu Naruto berusaha sekuat tenaga untuk menunjukkan kenikmatan walaupun hati dan harga dirinya hancur. Naruto tidak akan kalah oleh Sasuke yang saat inipun masih dengan sempurna memainkan perannya menjadi seorang kekasih yang begitu mencintai dirinya.

'Tatapan lembut itu, membuatku muak,' batin Naruto seraya tersenyum angelic kepada Sasuke yang saat ini sedang menatapnya seraya membuka sebuah buku menu makan.

Tiba-tiba atensi Naruto teralihkan oleh penayangan sebuah televisi yang sedang menayangkan wajah Minato Namikaze, memberi kabar bahwa pengusaha sukses itu semakin berjaya diusianya yang menginjak hampir kepala lima. Wajahnya seketika berubah sedih. Perasaan tidak dibutuhkan dan tidak berarti itu kembali menyeruak kedalam dadanya.

Sasuke menyadarinya. Lantas ia bertanya, "kau mengenalnya, Naru?" Mata elangnya tidak luput dari perubahan gadis cantiknya.

Naruto tersentak dan segera menyadari kebodohannya. Sial.
Perasaan menginginkan seorang ayah seharusnya dari dulu sudah terkubur dalam, seenaknya kembali lagi.

Naruto tersenyum lembut. "Tidak. Hanya saja aku adalah salah satu penggemar dari Namikaze-san. Dia pengusaha yang menjadi panutanku didunia ekonomi. Selain itu juga sosoknya yang menomor satukan keluarga, hmm.. Anak-anak dan istrinya maksudku, menjadi nilai plus untuknya. Aku sangat menyukai pria seperti itu," jelasnya. Kalau saja Sasuke lebih jeli lagi mendengarkan kalimat Naruto mungkin ia akan mendengar nada mengejek didalamnya.

'Apa aktingku sudah sempurna?'

Sasuke menaikan sebelah alisnya curiga. "Aku tidak tahu kau mengikuti kabar seorang Namikaze Minato sampai sejauh itu." Sasuke tidak menyukai cara Naruto memandang Namikaze Minato. Ada binar berbeda dari mata birunya. Dan tatapan seperti itu hanya Sasukelah yang pantas mendapatkannya.

"Hmm.. Kau cemburu untuk seorang pria tua?" Naruto berusaha terkekeh senang. "Nadamu seperti merajuk, Sasuke," ujarnya. "Kupastikan kaulah cinta pertamaku. Aku mencintaimu."

Setelah mengatakan itu, hati Naruto berdenyut. Tidak sepenuhnya berbohong. Karena memang perasaan itu masihlah ada. Butuh waktu untuk melupakan sebuah cinta pertama yang mendalam. Namun Naruto bertekad akan melupakan secepat mungkin. Kebencian dan kekecewaan yang bersarang dihatinya saat ini sudah cukup menjadi alasannya.

Sasuke terlihat senang dengan pernyataan Naruto. "Sudah seharusnya begitu, sayang."

Naruto memandang kedua oniks Sasuke yang memandangnya dengan ekspresi bak seorang malaikat. Tampan sekali. Sasuke yang biasanya hanya menampilkan wajah angkuh dan dingin kini tersenyum seperti itu seraya menatapnya memuja. Padahal gadis pirang itu tahu bahwa Sasuke tak lebih dari seorang iblis.

'Natural sekali,' dengus Naruto dalam hati mengomentari Sasuke. Kalau saja kemarin malam ia tidak mengetahui faktanya mungkin sampai sekarang ia akan tetap menjadi gadis bodoh yang tergila-gila oleh iblis yang menyamar itu.

"Ngomong-ngomong soal Namikaze-san, kau mungkin sudah tidak asing bukan? Keluarga Uchiha mempunyai bisnis yang sama dengan Namikaze-san. Apa.. Kau pernah bertemu dengannya, Sasuke?"

Gadis pirang itu jelas mengetahui bahwa Sasuke tidak menyukai apa yang saat ini sedang mereka bahas. Maka dari itu ia mencoba untuk bermain-main sebentar. Sasuke jelas terusik dengan pertanyaannya. Entah kenapa Naruto begitu menikmatinya.

"Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu, Dobe?"

"Hmm.. Mungkin saja kau bisa membawaku kepada Namikaze-san. Aku penggemar beratnya," balas gadis itu riang. Mata lentiknya dengan sengaja mengerling genit kepada Sasuke.

"Jangan harap, Dobe!"

"Ah! Jangan cemburu, Teme! Hahaha!"

Tentu saja Sasuke menolak. Mana mungkin laki-laki itu bersedia mengenalkan ayah dari tunangannya sendiri kepada selingkuhannya. Dan sang Uchiha tidak akan pernah membuat hal itu terjadi. Naruto tidak boleh sampai tahu kalau sebenarnya ia sudah memiliki seorang tunangan, pikir Sasuke saat itu.

'Kena kau, Brengsek!'

Seorang pramusaji datang menghampiri mereka. Tangannya dengan lihai menata makanan yang Sasuke pesan dimeja mereka. Ada sepiring ekkaddo dan eby furai, salad buah serta jus vegetarian yang ditata sedemikian rupa dengan cantiknya. Menggugah selera.

"Sasuke, aku mau tambah creeps cake, macaroon dan cheese ball ." Naruto berujar kepada Sasuke. "Aku kelaparan. Kau yang membuatku kelaparan," tambahnya ketika melihat sang Uchiha menaikan sedikit alisnya, heran. Tentu saja setelah permainan panas kemarin sore dan tadi pagi dikamar mandi Yacht.

Dan tentu saja untuk memberinya energi lebih agar ia bisa menghadapi hari ini. Naruto yakin hari ini akan menjadi hari yang berat untuknya.

Sasuke mengangguk seraya tersenyum geli. "Hn. Pesanlah."

Naruto benar-benar menghabiskan sarapannya dengan tandas. Sasuke sampai terheran-heran. Tubuh sekecil itu ternyata mampu menampung banyak makanan. Disisi Naruto sendiri, ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan sarapan ditempat semewah dan semahal restoran Konoha. Gadis itu berfikir mungkin untuk selanjutnya ia akan sulit menikmati semua kemewahan ini, mengingat mungkin saja ini adalah sarapan yang terakhir bersama kekasihnya, Uchiha Sasuke. Setelahnya, ia akan kembali menjadi Naruto si gadis miskin.

'Ya, ini harus menjadi yang terakhir.'

Tiba-tiba segumpal perasaan pahit menusuk dadanya. Tak dapat memungkiri setiap detiknya kebersamaannya dengan Sasuke saat ini sungguh menyiksa batinnya. Ia mencintai pria itu tapi membencinya sekaligus.

Namun Naruto adalah gadis kuat. Dia sudah terbiasa hidup strugle. Dia akan melewatinya dan akan memberikan rasa sakit yang sama.

Kedua sejoli itu menaiki mobil mewah berwarna hitam milik Sasuke. Pria dingin itu selalu menamai benda kesayangannya. Seperti Yacht yang kemarin dia tumpangi namanya Blue Sky. Setahu Naruto, kendaraan roda empat itu bernama Dark Sky. Berdasarkan cara Sasuke menamai benda-benda kesayangannya itulah Naruto setidaknya tahu bahwa Sasuke begitu menyukai langit. Katanya, langit itu misterius. Naruto menyetujui ide itu karena sangat cocok dengan kepribadian Uchiha Sasuke.

Pemuda itu sangat misterius. Apalagi setiap kali mata oniksnya yang gelap seperti malam yang pekat itu menatapnya.

Naruto duduk disamping kemudi. Sasuke sendiri tengah fokus mengemudikan salah satu mobil termewah didunia. Mobil Bentley Bentayga ini menggunakan mesin dengan 5950cc yang membuatnya bisa berlari hingga kecepatan yang mengerikan. Tenaga yang sangat besar diimbangi dengan kemewahan terbaik didunia. Mobil SUV yang gagah itu juga sangat cocok dengan sosok Uchiha Sasuke.

Mungkin sebelumnya Naruto berbangga hati memiliki seorang Uchiha bungsu sebagai kekasih. Namun, tidak untuk saat ini.

Ia tertampar dengan kenyataan itu. Seharusnya dari awal ia menyadari, mengapa Sasuke begitu mengejar seorang gadis miskin yang tidak layak bersanding dengan sosok langit disampingnya? Tentu saja jawabannya karena laki-laki itu hanya menginginkan tubuhnya.
Betapa Naruto menyumpahi kebodohannya karena termakan dengan yang namanya cinta. Tentu saja, pangeran seharusnya bersanding dengan seorang putri. Bukan dengan seorang gembel yang tidak jelas asal usulnya. Ia telah membuat ibunya malu dialam baka sana.

Naruto meringgis karenanya. "Isssh..!"

"Kenapa, Naru?"

"Hmm.. Tidak apa-apa. Aku hanya teringat sesuatu, Suke," jawabnya cepat.

Naruto harus segera mengakhiri ini, jika tidak harga diri dan kepercayaan dirinya akan semakin hancur didepan laki-laki brengsek ini. Dia tidak akan membiarkan itu terjadi.

Sebelah tangan Sasuke menggapai kepala Naruto dan mengusap kepala pirang itu lembut. Sasuke terkekeh gemas dengan tingkah gadisnya. "Ada-ada saja."

'OH TUHAN AKU TIDAK TAHAN!'

"Sasuke, turunkan saja aku didepan Mall itu. Aku harus membeli sesuatu," katanya meminta.

"Hn," gumamnya menuruti keinginan Naruto. "Aku tidak bisa menemanimu, Dobe. Aku ada urusan," jelasnya setelah dengan sempurna menepikan mobilnya. Tangannya dengan lihai membuka sabuk pengaman yang terpasang pada tubuh mungil kekasihnya. Manis sekali.

"Hmm.. Tidak apa-apa." -'Karena kau akan menemui tunanganmu yang seorang puteri. Mana mungkin memilih dengan gadis selingkuhanmu yang miskin?'

"Aku akan segera menemuimu begitu urusanku selesai," sahut Sasuke setelah memberikan kecupan ringan pada dahi Naruto.

'Dan kembali menjadikanku pemuas nafsumu.'

Tidak akan pernah.

"Tidak, aku menemuimu saja," timpal Naruto misterius. Sasuke tidak menyadarinya.

"Baiklah, kau langsung saja ke apartemenku."

Lalu mobil Sasuke berlalu. Senyuman Narutopun hilang, wajahnya berubah dingin dengan mata yang menatap tajam punggung mobil Sang Uchiha.

Lalu?

Gadis pirang itu menangis. "Sudah berakhir, ya," bisiknya seraya terisak pahit. Lututnya terasa lemas. Ternyata menghadapi Sasuke tidak semudah yang ia bayangkan.

Senyuman Sasuke begitu tampan. Perlakuan lembutnya begitu memabukkan. Dan segala sesuatu yang dimiliki Sasuke memang terlalu mempesona. Dan Naruto sadar bahwa ia sebentar lagi akan kehilangan itu semua.

Karena..

Sejak awal Sasuke Uchiha tidak pernah jadi miliknya.

Sasuke Uchiha tunangan Namikaze Karin, anak yang 'sah' dari ayahnya sendiri. Naruto menyimpan dengan jelas dalam benaknya. Ironis. Takdir apa ini? Pikirnya merasa takdir begitu kejam padanya.

"Kau harus kuat, Naru."

Setelah memberi semangat pada dirinya sendiri, gadis itu menegakkan badannya. Sorot matanya penuh tekad. Ia memandang bangunan tinggi didepannya. Gadis itu melangkah memasuki gedung. Begitu masuk dalam sebuah Mall, Naruto lantas segera mencari sebuah butik.
Mungkin akan menguras tabungan yang susah payah ia dapatkan. Tapi, tidak masalah. Naruto tidak mungkin berani menemui 'sang puteri dan pangeran' dengan baju murahan yang saat ini dia pakai.

"Aku juga akan merapihkan sedikit rambutku."
.
.
***
.
.
Karin mendesah frustasi. Telpon genggamnya tidak berhenti bergetar. Kalau saja Sasuke yang menghubunginya saat ini, tanpa pikir panjang ia akan segera mengangkatnya.

Tapi nomor tak dikenal yang tertera pada ponselnya itu tentu saja adalah orang yang memeras Karin selama ini. Gadis itu ketakutan dan marah sekaligus. Sosok itu akan menganggunya terus-menerus sebelum uang yang mereka inginkan dia kirim. Walau enggan, namun akhirnya gadis itu mengangkatnya juga. Karin tidak akan mengambil resiko bermain-main dengan sosok gila itu.

"Ya."

"Selamat siang Nona Karin." Suara disebrang telpon mendayu dengan lembut namun penuh maksud.

Karin menahan nafasnya. "Tunggu sampai minggu depan," jawab Karin seolah mengerti apa yang diinginkan seseorang disebrang telepon sana.

"Ah.. Anda sungguh baik sekali, Nona Karin. Terima kasih. Kami tunggu kabar baiknya."
Gadis berambut merah itu mematikan telponnya. Matanya terpejam, bibirnya mendesah frustasi.

"Alasan apalagi yang kubuat untuk Ayah dan Kak Kurama kali ini?" bisiknya pada diri sendiri memikirkan cara untuk meminta uang kepada ayah atau kakaknya.
Astaga, gadis itu sangat pusing. Jika terus-terusan ia diperas seperti ini ia bisa gila. Pemeras itu benar-benar menjadikannya karung uang.

"NYONYA!!"

Tiba-tiba teriakan Ayame menyentak Karin. Gadis itu mendengar keributan dari kamar ibunya, Namikaze - Senju Sara. Cepat-cepat Karin menghampiri kamar ibunya. Begitu sampai, gadis itu langsung memekik panik.

"Astaga Ibu! Apa yang ibu lakukan?!!" Karin berlari menghampiri ibunya yang kini sedang meringkuk dengan posisi yang menyedihkan dibawah ranjang mewah orang tuanya.

"Apa yang kalian tunggu?! Cepat panggil Ayah dan Kak Kurama!!" Jeritnya kepada para pelayan yang ikut panik melihat kondisi sang nyonya Namikaze.

"Ibu sadarlah! Ini aku, Bu," bisik Karin memeluk ibunya yang saat ini tengah menangis sesegukan seraya memeluk sebuah pigura yang pecah, sehingga ujung kaca itu melukai tangan ibunya. Darah mengucur cukup banyak.

Hati Karin mencelos. Dengan hati-hati ia melepaskan benda yang saat ini sedang ibunya dekap.

Sebuah pigura yang menampilkan sosok cantik Senju Kushina.

"Ibu kumohon hentikan." Suaranya terdengar putus asa. "Jangan lagi, Bu.."

"Kushina, maafkan aku..," Sara mengulang-ngulang kalimat yang sama.

Kurama datang. Paras tampan yang menyerupai Minato itu terlihat sedikit panik. Dengan hati-hati sulung Namikaze itu menggendong ibunya untuk segera merebahkan diri dikasurnya.

"Ayame tolong bawakan kotak P3K dan ambilkan air hangat," perintah Kurama pada Ayame yang sedang berdiri serba salah.

"Baik, Tuan muda."

Kini tinggal Karin yang berdiri disana seraya memandang Kurama yang berusaha menenangkan ibunya dengan sangat lembut. Mata gadis itu terasa panas dan akhirnya ia tidak bisa menahan air matanya.

Ini semua gara-gara Senju Kushina.

Ibunya hampir gila karena wanita yang bahkan tidak dikenal oleh Karin. Tapi kebenciannya dari dulu tidak berubah. Kini kian bertambah.
Kushina Senju adalah adik kandung ibunya. Pusat segala penderitaan dikeluarganya. Sepanjang hidup Karin, ia hanya melihat ibunya tersiksa karena wanita itu. Seringkali gadis itu melihat pertengkaran ayah dan ibunya, dan topiknya selalu sama, Kushina. Yang bahkan keberadaannya entah dimana.

Ayahnya yang tidak dapat mencintai ibunya.

Ayahnya yang hanya mencintai Senju Kushina, selingkuhannya.

Dan ironisnya adalah adik kandung ibunya sendiri.

Karin muak dengan semua itu. Ia hanyalah seorang anak yang ingin melihat orang tuanya saling membagi kasih. Tapi kenapa susah sekali? Karin yang diliputi oleh rasa marah dan kebencian selalu berambisi menemukan Kushina Senju dan menyingkirkannya didunia ini.

Hingga kejadian beberapa tahun lalu terjadi..

Kushina Senju dikabarkan telah meninggal.

Karin luar biasa bahagia. Namun diluar dugaan, saat mendengar kabar tersebut ternyata yang terjadi adalah ayahnya meraung hebat, Kurama terpukul luar biasa dan ibunya histeris. Dan kondisinya semakin hari semakin parah. Keluarganya yang dulu diambang kehancuran malah terjatuh hancur.

Hanya Karin yang merasa lega. Namun ia tetap merasa bingung dan tidak mengerti. Kenapa ibu dan kakaknya terpukul? Bukankah seharusnya mereka bahagia?

"Karin," suara lembut dan berat membuyarkan lamunan Karin. Gadis itu menoleh kebelakang dan mendapati raut khawatir ayahnya.

"Kenapa bisa seperti ini lagi?" pertanyaan itu ditujukan kepadanya.

Karin hanya menggeleng.

Minato mendesah lelah. Lantas ia segera menghampiri Kurama dan Sara. "Kurama kita bawa ibumu ke rumah sakit," ujar sang kepala Namikaze tegas.

Kurama mengangguk lantas ia segera membopong tubuh ringkih ibunya untuk dibawa kerumah sakit.

Minato memeluk sebentar Karin yang berdiri tergugu menyaksikan kondisi ibunya yang memprihatinkan. "Pergilah, Karin. Ayah dan Kurama akan menjaga ibumu."

Minato yang sadar Karin sudah berdandan sedemikian rupa mengerti bahwa sang anak akan pergi kesuatu tempat. "Kau akan menemui Sasuke-kun?" tebaknya tepat sasaran seraya tersenyum lembut.

Ah! Karin hampir saja lupa.

"Iya ayah. Tolong jaga ibu." Setelah mengecup pipi ayahnya, ia segera pergi.

Karin harus me-retouch kembali make upnya.
.
.
***
.
.
Mood Sasuke sangat baik hari ini. Dan pemuda itu tahu alasannya kenapa. Siapa lagi kalau bukan Uzumaki Naruto. Gadis itu selalu berhasil membuat moodnya meningkat pada titik terbaiknya. Apalagi mengingat bagaimana mereka bercinta. Rasanya Sasuke sudah merindukan tubuh itu kembali. Ia bertekad hari ini akan melakukannya lagi, berulang-ulang diapartemennya.

Drrt.. Drrt..

Suara dering ponsel berbunyi menghancurkan lamunan panas Sasuke, menandakan ada sebuah pesan masuk pada ponselnya. Satu tangannya ia gunakan untuk memegang kemudi, sedangkan tangan satunya ia gunakan untuk membuka sebuah pesan pada ponselnya.

Ternyata Karin telah menunggunya ditempat biasa. Sasuke tersenyum dan segera mendial ponselnya untuk menelepon sang tunangan.

"Tunggu aku sekitar lima belas menit lagi, aku akan segera sampai."

Sasuke menambah kecepatan mobilnya.

Sesampainya disebuah restoran mewah dekat dengan kampusnya, Sasuke langsung mencari Karin. Seperti biasa, dia tidak membutuhkan waktu lama untuk menemukan gadis itu. Karin selalu terlihat menonjol. Dia memiliki rambut merah yang indah dan penampilannya selalu memperlihatkan kelas. Menunjukkan bahwa ia seorang Namikaze. Sasuke tidak masalah dengan itu semua, karena diapun demikian.

Karin dengan antusias melambaikan tangan pada Sasuke. Gerak tubuhnya seakan memberitahukan kepada semua orang bahwa pemuda tampan dan gagah yang mendadak jadi pusat perhatian semua orang itu adalah miliknya. Karin berbangga hati karenanya.

Sasuke memakai kemeja hitam kotak-kotak berlengan pendek, celananya ia sesuaikan dengan baik. Sasuke sangat menghargai bagaimana Karin selalu berusaha berpenampilan terbaik setiap mereka bertemu, dan Sasuke tidak akan membuat usaha Karin sia-sia. Terbukti, penampilan Sasuke kali ini lebih elegan dengan menonjolkan kemeja limited edition yang dibelinya. Maka sebelum bertemu dengan Karin ia menyempatkan diri untuk pulang ke apartemennya untuk berganti baju.

'Kenapa Sasuke-kun setiap hari semakin tampan?!' Pekik Karin dalam hati histeris. Sebisa mungkin gadis itu mengendalikan dirinya untuk tetap bersikap biasa. Gadis itu tahu bahwa Sasuke paling tidak menyukai perempuan cerewet yang agresif. Wajar saja gadis itu mengetahuinya, lebih dari setengah umurnya mereka tumbuh bersama.

"Menunggu lama?" Tanya Sasuke begitu sampai. Pemuda itu mengecup pipi sang tunangan sekilas tanda sebagai pertemuan mereka setelah sekian lama.

Wajah Karin merona, pancaran matanya terlihat bahagia. "Tidak, hanya saja aku yang terlalu awal," sahutnya. Hampir saja Karin melompat kearah Sasuke jika saja ia tidak mengendalikan dirinya.

"Hn."

"Sasuke, aku sudah pesankan makan kesukaanmu seperti biasa. Tidak masalah?"

"Hn," gumamnya seraya mengangguk.
Karin tersenyum senang.
Inilah salah satu faktor yang membuat Sasuke tidak keberatan dengan pertunangan yang direncanakan Uchiha dan Namikaze. Karin tidak seperti gadis-gadis yang selama ini ia kencani. Karin sama-sama dari kalangan atas, derajat mereka sama. Gadis ini juga tidak agresif dan tidak berisik. Ia merasa nyaman dengan Karin. Baginya itu saja cukup. Terlebih, ia merasa serasi dengan gadis itu. Karin memang cantik dan memiliki tubuh bak model.
Walaupun tidak secantik dan mempesona seperti Naruto.

Karin tidak agresif, tidak seperti gadis yang ia kencani. Mereka selalu berusaha untuk menggoda Sasuke. Dan Sasuke selalu tergoda dengan selangkangan mereka.

Walaupun Naruto tidak agresif sama sekali. Gadis itu justru menghindari untuk menggodanya. Namun, Sasukelah yang agresif dan menggodanya.

Sasuke lantas melihat Karin. Ia berfikir, mungkin Karinlah satu-satunya wanita yang tidak Sasuke tiduri. Dan bungsu Uchiha tidak pernah berfikir untuk melakukannya. Hubungan mereka hanya sebatas ciuman. Sasuke tidak masalah, karena ia memang nyaman dengan hubungan mereka yang seperti itu.
Karin dan Naruto.

Tiba-tiba Sasuke mengernyit. Kenapa dia jadi membandingkan dengan Naruto?

Tapi, jika ia bersama dengan Naruto, bahkan ia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Tubuhnya seakan berkata haus akan tubuh gadis pirang itu. Ada sensasi menyenangkan yang ia rasakan apabila mereka bersama dan saling bersentuhan. Gejolak yang membuatnya bergairah hanya ia dapatkan dari Naruto. Dan ia menyukainya.

Karin memulai percakapan. Gadis itu mengungkapkan bahwa ia sangat merindukan Sasuke. Sang Uchiha bungsu tersenyum pendek sebagai balasan. Seterusnya, Sasuke tidak tahu apa yang sedang Karin bicarakan. Karena pikirannya berkecambuk antara gadis itu dengan Naruto.

Dan ketika ia mulai membandingkan keduanya, anehnya hanya Naruto dan Naruto yang menari dikepalanya.
Naruto dengan keunikan pesonanya yang tidak akan gagal membuat seorang Uchiha Sasuke berada pada puncak gelora kesenangan.
Hidangan tersaji. Dan Sasuke mendapati sebuah pesan singkat.

From : Dobe Pirang

Apakah urusanmu masih lama?

Sasuke lantas tersenyum hingga tak menyadari bahwa senyuman itu membuat hati Karin yang melihatnya menjadi gelisah.

'Apa Sasuke mendapatkan pesan dari bibi Mikoto?' tanyanya dalam hati.

To : Dobe Pirang

Merindukanku, Dobe? Mungkin sekitar satu jam lagi aku akan segera pulang.

Sang Uchiha segera mengalihkan perhatian kembali kepada Karin begitu sang tunangan bertanya.

"Apakah Bibi Mikoto menghubungimu?" Setau Karin, Sasuke akan tersenyum lembut seperti itu jika sedang berbicara dengan ibunya, Uchiha Mikoto.

"Bukan," jawab Sasuke cepat yang tanpa sadar membuat tunangannya semakin gelisah. "Makanlah," lanjutnya seraya bersiap menyantap makanan yang telah tersaji dimeja.

Karin menggigit bibirnya sebelum menjawab. "Baiklah..Selamat makan."

'Jadi siapa yang menghubungi Sasuke-kun? Apa seorang wanita?' batinnya merasa terancam.

Pemuda itu memperhatikan bagaimana Karin makan. Mannernya luar biasa anggun. Sasuke lantas teringat sarapannya tadi pagi bersama si pirang. Perasaan menggelitik tiba-tiba datang dan sungguh ia tidak sadar bahwa saat ini ia sedang tersenyum geli. Jauh sekali, Naruto yang bersikap biasa tanpa menjaga image sama sekali. Bahkan gadis itu tidak segan makan layaknya orang kelaparan. Terlalu apa adanya.

Tapi..

Justru Sasuke terhibur karena sikap Naruto yang polos dan jujur. Ia merasa hidupnya lebih berwarna. Dan Naruto masih menjadi pusat kesenangan Uchiha Sasuke. Maka, laki-laki itu tidak akan melepaskan Naruto begitu saja.

Ah.. Sasuke semakin merindukan Naruto.

"A-ah.. Apa ada yang salah Sasuke-kun?" Karin bertanya salah tingkah. Wajahnya memerah karena gugup. Jarang sekali Sasuke menatapnya se-intens itu sambil tersenyum. Gadis itu meleleh. Namikaze Karin salah faham.

"Tidak ada," jawab Sasuke singkat. Segera ia kembali melanjutkan makan siangnya.

Karin dan Naruto bagai dua sisi yang berlawanan. Namun, sampai saat ini Sasuke masih yakin bahwa Karinlah wanita yang pantas menjadi tunangannya. Walaupun pemuda itu tidak mungkin melepaskan Naruto.
Untuk saat ini, Sasuke hanya perlu menjauhkan Naruto dan Karin agar tidak saling bertemu.

Tiba-tiba terdengar bisikan-bisikan yang menarik perhatian Sasuke. Penasaran dengan apa yang menjadi pusat perhatian orang-orang direstoran, lantas Sasuke mengalihkan pandangannya pada objek yang dibicarakan.

Ternyata seorang gadis berambut pirang sebahu yang baru saja memasuki restoran. Sasuke tidak tahu bahwa ada gadis lain yang lebih cantik dari Naruto Uzumaki didunia ini.

Sasuke memincingkan matanya. Ia menggeleng perlahan. Pikirannya terlalu banyak memikirkan Naruto, sehingga gadis cantik yang kini berjalan kearahnya sambil tersenyum itu seperti Narutonya.

Hingga..

"Halloo.. Sasuke, apa aku mengganggu?"

Sasuke melotot kaget.

Karin yang baru menyadari ada gadis yang sangat cantik didepannya, terperangah.

NARUTO UZUMAKI memiringkan wajahnya dan tersenyum sangat manis.

.
.
Bersambung..

Jangan Lupa Vote dan Komen.. :)
Terima kasih atas dukungan bagi cerita pertamaku.. I Love u so much...
Episode 1-3 memang dibuat untuk memulai penyusunan puzzle misteri kehidupan Naruto. Dan pendalaman tokoh utama cerita ini. ;)
Semoga gak jadi cerita yang membosankan..
Next Episode pembalasan Uzumaki Naruto dimulai.. Khukhukhu

Note : Bagi pembaca FFN ditunggu review nya. Saya aktif diWP judul cerita sama. Nama profil : ARK1824NS

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top