[4] Ocsloth: The Fourth Knight - zaneazdar

Judul: Ocsloth: The Fourth Knight

Penulis: zaneazdar

Wattpad Id: zaneazdar

Genre: Fantasi

Jumlah Part: 18 + Prolog

Status: On going

Last Update: 4 Agustus 2018

Blurb:

Rawat hatimu dan lepaskan keegoisan.

Dengarkan dan tangkap cahaya penerang.

Jangan menjadikan setitik hitam menjadi lautan yang dapat menenggelamkanmu.

Abaikan bisikan-bisikan dan percayalah pada dirimu.

***

Aku tidak tahu apa yang telah kulakukan pada kehidupanku yang sebelumnya sehingga membuat kehidupanku

sekarang terasa begitu aneh dan rumit. Aku tidak mengerti kenapa dari sekian banyak manusia yang hidup, harus aku yang terpilih dan siapa dia yang telah memilihku untuk menjalani ini semua?

Semua berawal ketika rasa penasaranku yang akut menuntunku untuk masuk ke dalam cermin. Konyol memang, tapi itulah yang aku lakukan. Hingga akhirnya, aku terdampar di sebuah tempat di mana aku tak bisa melihat bintang ataupun bulan.

Dan semuanya semakin rumit saat takdir menyatakanku sebagai cahaya yang harus mengembalikan bintang dan bulan ke tempat aneh mereka.

***

HASIL REVIEW

Blurb:

Blurb dengan puisi bernuansa ramalan mulai terasa klise di mata, karena sebagian besar konsumen remaja lebih suka narasi yang straightforward. Kecuali jika fragmen sajak itu adalah bagian dari sebuah nubuat (ramalan) yang signifikan dalam cerita. Kedua, trope the chosen one yang dipilih di sini semakin menunjukkan jika cerita ini masih menggunakan tren klise yang didaur ulang terus-menerus. Tertera di sana (Judul) Kesatria Keempat. Penulis kurang langsung menjelaskan kilasan backstory mengapa harus Kesatria Keempat, sebagai mainplot sekaligus cliffhanger di akhir kemasan blurb.

Trope "The chosen one" justru tampak tidak mengejutkan malahan jadi meluber ke bentuk spoiler yang terang-terangan, terutama di penggalan: sekarang terasa begitu aneh dan rumit. Aku tidak mengerti kenapa dari sekian banyak manusia yang hidup, harus aku yang terpilih dan siapa dia yang telah memilihku untuk menjalani ini semua?

Tentunya itu belum berhasil membuat kejutan. Bukannya penasaran, tapi membingungkan.

Menurut kami ada yang keliru dalam pemilihan kalimat pembuka kedua dalam blurb ini: "Aku tidak tahu apa yang telah kulakukan pada kehidupanku yang sebelumnya sehingga membuat kehidupanku

sekarang terasa begitu aneh dan rumit. Aku tidak mengerti kenapa dari sekian banyak manusia yang hidup, harus aku yang terpilih dan siapa dia yang telah memilihku untuk menjalani ini semua?"

Dari situ, penulis malah mengajak pembaca berputar-putar. Semakin membingungkan dan mendikte dengan mengakhiri kalimat bertanya.

Sebenarnya niat penulisnya mungkin ingin menggambarkan gejolak hatinya. Simpelnya, kalimatnya bisa diperbaiki menjadi, "Hidupku mulai berubah saat itu, dan aku tidak tahu alasan kenapa ada orang yang memilihku."

Secara garis besar blurb-nya masih tampak menyebar dan klise. Karena intisari blurb mengacu tokoh (atribut) + latar & situasi + konflik + cliffhanger (sangat disarankan).

Karakterisasi/Penokohan dan Plot/Alur:

Dari prolognya kami sudah lebih dulu merasakan lelah. Terlalu banyak per agedan sangat detail yang seharusnya bisa disingkat untuk sebuah prolog. Bahkan itu sudah masuk ke ranah Bab 1, menurut kami.

Secara plotline jadi bertele-tele dan punchline untuk meng-hook per kalimat juga terasa terseret-seret untuk di cerna. Perlu dikaji ulang dalam membuat kalimat seefisien mungkin, bila perlu kurangi penggunaan kata majemuk yang melibatkan konjungsi berlebih.

Penulis juga melakukan pengulangan informasi yang sebenarnya sudah diterangkan, tetapi di paragraf berikutnya kenapa harus terangkan lagi bahwa yang sedang ditelepon pelatih berkudanya itu adalah Ayah dari si tokoh utama. Gaya pembawaan ceritanya penulis kurang membiarkan pembaca mengeksplor, berpikir sendiri.

Ada yang kami pertanyakan adalah tanggung jawab pelatihnya. Jika ada SOP (Standar Operasional Prosedur) dalam menangani orang jatuh dari kuda pacuan, semestinya pelatihnya tidak akan diam apalagi terkekeh-karena yang terbentur bukan pinggang atau dadanya, tapi kepalanya-dan ini yang kami sayangkan. Kami juga menyayangkan kenapa, tanpa tedeng aling-aling, Estelle baru nemu kaca magis itu di hari itu juga di mana dia diberi sepucuk puisi oleh orang asing. Seakan-akan mau dibawa seperti Narnia, tetapi konsepnya masih setengah matang. Dan untuk apa menggunakan potongan-potongan puisi jika orang asing itu bisa pakai straightforward narrative?

Rentetan kejadian per adegan dalam plot tampak kurang alamiah. Kaku. Sangat disetir oleh plot, jadi tokoh kurang berkembang karakterisasinya. Atau perubahan karakter yang mendadak atau bahkan hambar/datar seolah demi berlangsungnya plot. Deskripsi latarnya masih minim, hanya pergerakan tokoh yang diceritakan secara umum.

Secara preferensi pribadi, kurang suka gaya transisi flashback yang di-italic di tengah narasi alur maju. Karena itu akan merusak flow cerita.

Tidak ditemukan korelasi puisi di secarik kertas sama si Tokoh Utamanya ini masuk ke dimensi lain. Atau semacam clues kecil-kecilan yang menyebabkan terjadinya perpindahan dimensi.

Di sisi lain banyak beberapa plot yang menghambat alur cerita (hindari membuat plot yang datar dan malah tidak menggerakkan cerita), di sisi lain deskripsi worldbuilnding yang minim malah kurang memperjelas plotnya. Karena masuknya secara tiba-tiba, maka-deskripsi latar, waktu, dan suasananya-jatuhnya sangat mendadak dan tidak natural. Kenyataan bahwa Fleta dan Maelys dengan sangat mudahnya mempercayai Estelle adalah salah satu hal paling klise dan tidak wajar (tidak natural) untuk karakter Fleta apalagi Maelys yang sebelumnya lebih defensif. Padahal mereka tahu, dan paham akan stranger danger-dan seperti kata mereka sendiri, Elle kelihatan sebagai seorang penyihir in disguise. Sama sekali tidak ada perlawanan yang berarti.

Pertama kali bertemu Fleta dan Maelys, suasanya kian canggung sebelum tiba-tiba jadi panas. Dan kami tidak yakin kalau "keagresifan" adalah salah satu karakter Elle, apalagi ia tidak senang dibentak. Akan sangat hipokrit sekali kalau dia benar-benar bermaksud seperti itu. Maksudnya, adakah orang yang tidak suka dibentak dan diteriaki, lalu tiba-tiba tersinggung dan membentak orang yg baru saja dikenalnya? Kalau ada pun, karakternya menjadii tidak natural.

Kemudian kita diajak untuk mendengarkan narasi klise tentang dua bersaudara stereotipikal: yang satu jahat, yang satu baik. Ratu yang berkuasa sekarang tidak adil, semena-mena, dst, dst, dst. Telling-nya malah terkesan berlebih untuk bagian ini. Mengingatkan pada The Huntsman: Winter's War.

Setelah bertemu dengan Raphafl, penulis membeberkan jarak rumah Fleta dan Maelys sekitar 2 - 3 hari perjalanan. Ini berarti Oscloth sangatlah masif, dan kita masih menjelajahi kurang dari 1/4 bagiannya. Karena persiapan worldbuilding dan backstory yang kurang matang, saya sempat kena culture shock-bingung, apakah yang dimaksud itu tiga hari 0 malam atau tiga hari tiga malam-tidak dijelaskan spesifik.

Setiap plot seperti kurang jelas untuk membangun world kesengsaraan seperti yang dijabarkan Fleta. Cukup banyak karakter yang muncul, tapi penulis terlalu cepat mengemas alur cerita. Pembaca belum diberi waktu untuk memahami setting-nya, tokoh satu per satunya, dan plotnya menurut kami masih 'terlalu' biasa dan lempeng-lempeng saja untuk cerita seukuran klasik-epik fantasi. Karakterisasi dan world-nya masih masih perlu dimatangkan lagi.

Worldbuilding fantasi, tidak hanya setting atau latar, melainkan kebudayaan, kebiasaan masyarakat, dunia apa yang penulis ciptakan. Dan sedang dalam kondisi pelik macam apa yang penulis ingin sampaikan. Sayangnya, di cerita ini masih sangat lemah showing-nya.

EBI dan Diksi:

Untuk masalah EBI dan Diksi sepertinya tidak begitu kacau, meski ada sedikit typo. Mulai dari segi struktur kalimatnya yang sering melakukan repetisi kata penghubung dan subjek sebagai objek. Perbendaharaan kosa kata yang kurang variasi. Sehingga tampak membosankan karena sering pengulangan kata yang sama. Alangkah lebih baiknya jika penulis sering bermain di padanan kosa kata untuk meminimalisir repetisi kosa kata.

Sudut Pandang:

Mengambil sudut pandang pertama sebagai tokoh utama. Sepertinya tidak begitu masalah, hanya terkadang tokoh di luar POV satunya hanyut tersetir narator POV 1. Sehingga apa yang dipikirkan tokoh lain seperti penulis sedang dalam mode POV 3. Untuk cerita yang memiliki konflik luas sebaiknya menggunakan POV 3, menurut kami.

Saran dan Pesan:

Perlunya eksekusi penjabaran plot yang lebih runtut, efisien, dan alamiah. Cerita ini lebih ke penggalian karakterisasi yang belum kuat. Agar satu tokoh dengan tokoh lainnya berbeda, baik dari gaya berbicara, kebiasan berjalan, atau sifat khas, termasuk perawakan. Batas-batasan kelebihan dan kekurangan agar tidak mengalami inkonsistensi karakter yang akan menjadi calon plothole.



Sekian review dari kami, mohon maaf jika ada hal yang kurang berkenan dari kami.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top