1. my Ello

OCHA

"Yaaang, kamu gamau temenin aku lari di sempur?" Tanyaku pada Ello, pacarku yang sekarang lagi asik main PS.

"Males Yaang, bakal rame di sana. Pusing aku liatnya."

"Ya kamu kalo mau nunggu sepi mah tengah malem sana larinya!" Seruku, kesal.

"Udah, sama temen kamu aja sana gih. Kaloga ke Bang Aji sana kali aja mau lari, kan dia juga suka lari sore." Usulnya.

Sebenernya aku heran sama Ello, kenapa dia mau-mau aja ya nyuruh aku jalan sama orang lain. Cowo lain lebih tepatnya, kan biasanya cowo tuh sebisa mungkin nemenin biar cewenya ga jalan sama cowo lain. Lha si Ello? Kebalikannya. Entar kalo aku ditaksir cowo aja, baru keluar tanduknya, hih!

"Yaudah aku ke Bang Aji yaa!" Seruku.

Aku keluar dari kostan yang kami berdua tempati, ke kostan samping dan mengetuk pintu kamar Bang Aji.

"Banggg!" Seruku.

"Oyy? Masuk ga gue kunci!" Seru Bang Aji dari dalam.

Aku membuka pintunya dan melihat Bang Aji lagi maij PS juga. Busetdaaah ada apa sih sama cowo dan PS? Heran sumpah, padahal mah Bang Aji maen bareng aja noh sama Si Ello, jadi kaga boros listrik juga kan.

"Kenapa lo diem di depan pintu? Minta sumbangan?" Tanya Bang Aji.

Aku masuk dan duduk di kasurnya, duduk di sampingnya lebih tepatnya.

"Tadinya gue mau ajak lo lari sore, Bang. Gegara si Ello lagi sibuk bercinta sama PS nya. Ehh lo sama aja ternyata." Kataku.

"Udeh lari aja sono sendiri, kaga bakal kiamat ini neng." Katanya.

"Yaudah deh, bye!"

Aku bangkit dan keluar dari kamar Bang Aji, kembali ke kamarku dan melihat pemandangan yang sama: main PS.

Oh iyaa aku hamir lupa, kita belum kenalan. Aku Amanda Rosalia, lebih akrab disapa Ocha. 25 tahun, kerja di sebuah hotel sebagai personal assistant. Kerjanya? Ngatur jadwal, temenin rapat, ngikut bosku kesana kesini.

Dan Pacarku, Ello Lugica. Umur 26 tahun, kerja di ANTAM, aku kurang ngerti dia kerjaannya ngapain. Pokoknya duitnya banyak aja. Selesai.

Kami sudah berpacaran 3 tahun dan hampir 2 tahun tinggal bareng, punya kosatan bersama walaupun seminggu 3 kali aku pasti pulang ke rumah. Begitu juga Ello, jadi kalian bisa simpulkan kalau kostan ini emang cuma buat anu-anuan, main, nongkrong, ataupun tempat pelarian kalo di rumah lagi ada masalah.

"Gimana?" Tanya Ello membuyarkan lamunanku.

"Bang Aji sama aja kaya kamu, main PS."

"Yaudah sana sendiri aja kalo emang pengen lari bener-bener!" Seru Ello.

Aku mengangguk, langsung saja aku berdiri dan mengambil pakaian olahraga, lalu masuk ke kamar mandi untuk berganti. Gausah mandi deh, mandinya nanti aja pas pulangnya. Aku sudah siap, mengenakan kaus, jaket berbahan parasut dan celana pendek sepaha. Sepatu lariku pun sudah siap di dekat pintu.

"Bye!" Seruku.

"Sini ih cium dulu!" Serunya.

Aku mendekat ke arahnya, Ello mem-pause gamenya dan aku pun menunduk untuk mengecup bibirnya kilat.

"Udah yaa, bye!"

"Hati-hati!" Serunya.

Jarak dari kostan kami ke lapangan sempur gaterlalu jauh, jadi gasampe dua puluh menit, aku udah sampe di sempur. Pukul 4 sore dan lapangan ini udah rame, bahkan sampe malem juga rame sebenernya. Lapangan ini tuh baru di renovasi, jadi yang dateng kesini bukan cuma buat olahraga doang, ada yang cuma nongkrong, pacaran, duduk foto-foto dan jajan tentunya karena menjelang malam emang tempat ini pasti rame sama yang jual makanan.

Targetku tiap dateng ke tempat ini adalah: lari minimal 7 putaran, jajan air mineral aja. Soalnya kalo jajan makanan berat, ya sama aja bohong. Ngapain aku bakar lemak kalo ujung-ujungnya nimbun lemak lagi.

Setelah peregangan sedikit, aku mulai berlari, melewati orang yang duduk di rumput tengah lapangan dan melewati beberapa orang yang jalan santai. Aku larinya santai ko, ga kaya orang marathon apalagi Quicksilver, aku cuma joging biasa. Yang penting gerak, keringetan dan lemak kebakar.

Sudah puteran ke-5, aku memilih istirahat. Duduk di pinggiran setelah membeli sebotol air mineral. Meneguknya banyak-banyak agar ginjalku tidak kehausan.

"Ocha?" Aku menoleh ke arah suara yang memanggilku.

"Eh hey, Spaga!" Seruku.

Spaga, temanku saat SMK mendekat ke arahku. Bertelanjang dada memamerkan perut roti sobeknya itu dan beberapa tattoo di tubuhnya, dengan celana chino sambil menjinjing skate board. Ya, dia emang masuk komunitas skate dan aktif juga kalo ada perlombaan-perlombaan gitu.

"Ngapain lo?" Tanyanya sambil mengajakku tos ala-ala sahabat jauh gitu.

"Duduk, istirahat abis lari." Kataku.

"Sendiri aja, Ello mana?" Tanyanya.

"Di kostan, maen PS."

"Eh iye, udah lama gue ga ke kostan lo. Anak-anak gengan kita masih suka kumpul di sana ga?" Tanya Spaga.

"Kaga Ga, udah pada sibuk sama dunianya masing-masing kan, lo tau sendiri."

"Hahaha iya sih bener, ini aja gue ada waktu kosong mangkanya bisa maen sini." Sahutnya.

"Gimana EO lo? Lancar?" Tanyaku.

"Lancar, akhir bulan depan kaya biasa loh, gue bikin Bogor Jazz, acara tahunan. Dateng ya?" Ajaknya.

"Gratis ga?"

"Bisa diatur itu mah,"

Aku tersenyum dan mengangguk.

"Udah ya, gue lari lagi." Kataku, takut keburu gelap. Nanti si Ello ngoceh lagi kalo kelamaan di tinggal.

"Yoo, mangats yaa!" Seru Spaga.

"Lo juga, Ga! Maen skate jangan banyak jatohnya!" Seruku.

Spaga tertawa mendengarku, ia melambaikan tangannya lalu kembali skate park yang memang tersedia di tempat ini. Aku melanjutkan lariku, masih kurang dua kalo sesuai target minimalku, sedangkan aku maunya lebih.

8 putaran, aku menyerah. Pinggul dan telapak kakiku mulai sakit, lagipula keringat yang keluar sudah banyak. Aku kembali ke motorku, menghidupkan mesinnya dan kembali pulang ke kostan.

"Yaang!" Seruku sambil membuka pintu kostan. Sepi, tapi terdengar suara keran air menyala, Ello lagi mandi kayanya.

Aku memilih merebahkan diriku di kasur.

"Kapan pulang?" Mataku terbuka saat Ello keluar hanya dengan dibungkus handuk.

"Belum lama, kamu udah mandinya? Aku mandi ya!" Seruku.

Dia mengangguk, jadi langsung saja aku masuk ke kamar mandi.

Ini si Ello pasti abis boker, sebel banget aku liat puntung roko ada di pinggiran bak mandi, lagian, ngapain amat boker doang kudu pake ngeroko? Asli ga ngerti sama itu anak.

Dulu sih pernah nanya, jawabannya sih bikin aku bengong. "Daripada aku cium aroma eek sendiri, mending cium asep rokok." Simple tapi past tense. Hih!

Aku mengambil dua puntung rokok tersebut dan membuangnya ke saluran pembuangan air, bukan ke closet ya! Mampet nanti yang ada.

Setelah selesai mandi, aku keluar dengan berbungkus handuk.

"Kalo kamu gitu, aku suka pengen ih!" Serunya.

"Aku baru beres lari, bakar kalorinya maleman aja. Pesen makan gih, aku laper!" Sahutku.

Aku menuju lemari dan mengambil baju, ganti baju di depan Ello, ya kita emang udah terbiasa kaya gini.

"Mau makan apa?" Tanya Ello saat aku rebahan di sampingnya.

"Nasi bakar, kamu apa?" Tanyaku.

"Aku juga deh, tapi mau pesen chicken katsu sama fuyunghai. Bareng ya makannya?" Tawar Ello.

"Ngapain aku lari kalo makan banyak kaya gitu? Udah sekuatnya kamu aja." Kataku.

"Yaudah iyaa, chicken katsu aja." Sahutnya. Ia lalu mengirim pesan text ke rumah makan yang sudah jadi langganan kami.

"Tadi aku ketemu Spaga di Sempur." Kataku.

"I know, he's text me. Kan aku nanya ke dia liat kamu ga di sana, takutnya kamu ngeceng cowo di sana."

"Sableng lo! Gue niat lari, bukan cari selingkuhan!" Seruku.

"Hahaha kan aku pengen kamu aman-aman aja sayaang!" Serunya sambil mengecup pelipisku.

Aku bangkit dari kasur, mengambil remote untuk menyalakan TV dan AC. Ini pasti Ello abis ngeroko sambil main PS, mangkanya AC mati.

"Yaang, kamu kurangin kek rokoknya." Kataku.

"Nanti, kalo pengen." Jawabnya singkat.

Udahlah, males debat sama Ello soal rokok, aku memilih nonton TV yang acaranya gajelas. Sebenernya aku ga pernah ada tontonan khusus di TV, aku nyalain TV biar ga sepi aja.

"Lusa aku ke Batam, Yaang. Baru dikabarin sama orang kantor." Kata Ello tiba-tiba.

"Berapa hari?" Tanyaku sambil menoleh ke arahnya.

"3 hari sih kalo sesuai jadwal doangan mah." Jawabnya.

"Yaudah, aku pulang ke rumah ya? Kalo kamu balik kabarin, jadi aku kesini." Kataku.

"Iya siap Bu Boss." Katanya.

Aku tersenyum menatapnya.

Aku gatau kenapa aku bisa sayang sama Ello, tapi yang aku rasa. Sejak Papa meninggal 7 tahun lalu, sosok yang bisa sayang sama aku kaya Papa tuh cuma Ello. Mantan-mantan aku sebelumnya ga ada yang kaya dia.

Ello tuh super banget. Baiknya, perhatiannya, lembut, ganteng, jago di ranjang, dan dia juga yang mampu nenangin aku kalau-kalau trumaku muncul. Gitu-gitulah pokoknya.

Belum lagi Ello ga pernah keberatan membiayaiku, dia gapernah masalah aku memberikan seluruh gajiku kepada Ibu dan kedua adikku. Dia gapernah ngeluh beliin aku lipstik, tas dan apapun.

Jangan bilang aku matre! Please, aku gapernah maksa dia. Dia yang dengan senang hati membelikan ini itu padaku.

"Nasi bakaar!" Seru seseorang dari luar.

Aku bangkit dari dudukku dan mengambil dompet Ello dari tualet dan membuka pintu keluar.

"Jadi berapa Bang?" Tanyaku pada kurir yang mengantarkan makanan kami.

"45 ribu neng!" Sahutnya.

Aku memberikan selembar 50 ribu, ketika abangnya memberi kembalian, aku menolak. Buat dia jajan aja. Meskipun harga makanan ini sudah termasuk biaya ongkos kirim, tapi tetep aja yaa.

Aku membuka pintu, masuk ke kamar dan sudah melihat Ello menyiapkan minum. Kan, dia juga anaknya sigap parah. Aku membuka makanan kami dan memberikan pesanan Ello padanya. Langsung saja ia menyantap makanannya dengan lahap.

"Kalo kamu pulang, pas balik kesini bekelin aku masakan kamu dong. Udah lama ga makan masakan kamu." Kata Ello.

"Mangkanya, beli kompor biar aku bisa masak." Kataku.

"Gausah, kaya gini aja. Lagian kamu sibuk kerja dari pagi balik-balik malem, sempet emang?" Tanyanya.

"Malem bisa masak, weekend juga bisa." Jawabku.

"Weekend boleh, kalo malem gausah. Kasian kamu cape, terusnya kan kita juga suka makan di jalan." Sahutnya.

Aku hanya mengangguk sambil menyantap nasi bakarku.

Sesekali aku menatap Ello yang sedang makan. Aku sayang banget sama dia. Yakin kalau dia bakal jadi masa depanku. Tapi sayangnya, dia belum ada obrolan ke arah sana. Sementara menurutku umurku dan umurnya sudah cukup untuk berkeluarga. Tapi sepertinya Ello masih fokus dengan karirnya.

Jadi, yaudahlah. Dia juga kerja buat biayain aku. Aku harusnya gausah nuntut apa-apa dulu sama dia. Lagian, keliatan ko kalo Ello anaknya bertanggung jawab.

Sabar-sabar aja aku kalo mau jadi istri Ello Lugica.

***

Hohoho,
Pembukaan chapter.

Semoga pada suka sama cerita baru ini, dan terimakasih sudah mampir buat baca.

***

Amanda Rosalia

***

Ello Lugica

Ps: sambil ngerjain JOURNEY-nya Aga sambil bikin ini ahhh 😍

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top