Prolog
Setiap bangun di pagi hari, aku hanya mengeluh saja bisanya. Aku tidak semangat, aku malas, dan aku tidak suka untuk beraktivitas.
Setiap bangun di pagi hari, yang aku pikirkan ialah bagaimana bisa melalui hari ini secepatnya. Agar hari cepat menjadi malam, waktunya untuk istirahat. Meski malam, juga sama menyakitkannya. Bagai tiada ujung waktunya jika mata tak mampu terpejam.
Mau tak mau, hari sudah berganti. Aku kembali malas lagi, karena bertemu dengan sang pagi. Setiap hari aku berpikir seperti itu. Sesungguhnya setiap pagi datang aku tahu tidak ada bedanya dengan hari kemarin. Aku hidup hanya untuk melalui hari ini saja, demi cepat-cepat berganti menjadi esok. Tidak ada makna, tujuan, apalagi cerita yang bisa aku kenang.
Semuanya hanya berlalu begitu saja, aku hidup seperti melalui hari ini untuk menemui hari esok. Begitulah yang aku pikirkan dalam pikiran yang sok puitis. Kalau dalam pemikiran bodohnya aku melalui hari tanpa arti alias tidak bermanfaat. Tidak berguna. Aku terlalu sia-sia untuk hidup. Namun, terlalu takut untuk mati.
Semakin lama, menunggu Esok menjadi asyik. Semakin asyik, Esok yang aku tunggu-tunggu tak kunjung datang.
Selagi menunggu esok-ku itu datang, ada kalanya bisa melalui hari ini menjadi sangat menyenangkan. Sebab bisa bertemu, berbicara, dan bermain lagi bersama kalian.
Malam itu bagai memecut kepalaku. Menyadarkanku. Menakutkanku. Mengingatkanku kembali agar aku lebih baik bersama-nya.
Kalaupun aku tidak bisa bertemu dengan kalian esok hari. Esok yang bersama kalian. Aku sudah sangat senang. Hari ini sudah cukup menyenangkan untuk bisa aku kenang. Aku sudah bersama Esok-ku, yang sejak lama aku tunggu.
☁️☁️☁️
Happy reading!
⚠️ WARNING ⚠️ cerita mengandung content: child-abuse, child abandonment, violence, depression, suicidal thought, harm and pessimistic
7 Februari 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top